1. Yang saya pahami terkait filsafat ilmu adalah suatu upaya manusia dalam berfikir
untuk mengetahui kebenaran dari ilmu meliputi cara memperoehnya, mempelajarinya,
dan segala sesuatu yang mencakup hakikat dari sebuah ilmu.
2. Berfikir Biasa adalah berfikir dengan menggunakan akalnya secara sederhana untuk
memperoleh pengetahuan terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan,
sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya.
Berfikir Ilmiah adalah berfikir untuk memahami kaidah-kaidah logis dalam berfikir
yang memerlukan keahlian dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk
mencapai kebenaran.
Berfikir Filsafat adalah berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin dan mendalam sehingga setiap masalah/subtansi mendapat pencermatan yang
mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai
manifestasi kencintaan pada kebenaran.
3. Karaktaeristik berfikir filsafat meliputi Menyeluruh yaitu dimana dalam pengkajian
suatu masalah maka haruslah mengkajinya dengan perspektif bidang lainnya seperti
halnya dikaitkan dengan agama, sejarahnya, sosial dll, Sistematis adalah dlam
pengkajian suatu masalah dilakukan perbandingan secara umum/general di bidang
penyelidikn isi pengetahuan, serta lapngan lapangan objek secara harizontal atau
berbanding, selain itu pengkajiannya juga dilakukan secara vertikal di bidang tahapan
tahapan ilmiah seperti halnya verifikasi interpretasi dll,
4. Objek formal dan material sangat berperan dalam perkembangan zaman diakrenakan
berkembangnya suatu zaman merupakan hasil dari objek formal atau metode metode,
pemikiran, yang mengkaji objek material berupa semua yang ada di dunia ini baik
empiris maupun metafisik. Dapat ditarik kesimpulan bisa berkembangnya suatu zaman
dikarenakan sebab musabab adanya proses perkembangan objek formal terhadap objek
material.
5. Antara filsafat, ilmu, dan agama sama sama penting dalam kehidupan, karena filsafat
mengajari tentang hakikat daripada segalanya, ilmu mengajari bagaimana manusia agar
bersifat ilmiah, agama sendiri mengajari kebenaran dan memberi jawaban atas
permasalahan2 yang tidak bisa diselesaikan oleh manusia. Sedangkan dalam hal
penyatuan menurut saya tidak bisa karena ketiga etentitas ada beberapa perbedaan dari
segi pencarian kebenarannya, sumber dan sifatnya. Agama yang bersumber dari kalam
allah dan hadist dengan sifat nya yang mutlak/absolut, pedoman segala hal bagi
penganut agamanya, filsafat bersumber dari akal pikiran logis manusia yang
direnungkan secara mendalam, menyeluruh yang bersifat spekulatif, nisbi atau relatif,
ilmu yang bersumber dari akal pikiran juga tetapi pencarian kebenarannya melalui
penyelidikan analitikal, pengalaman, percobaan sifatnya relatif atau nisbi. Meskipun
terdapat beberapa kesamaan tetapi hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk
penyatuan, tetapi lebih tepatnya ketiga etentitas ini saling berhubungan, saling
menunjang satu sama lain.
6. Menurut saya kebenaran itu ada tetapi perwujudan dari kebenaran ini berupa suatu
wacana atau teori yang mana menyesuaikan dengan prespektif mana yang memandang,
prespektif empirisme dan rasionalisme tentu menghasilkan wacana yang berbeda sama
halnya dengan prespektif lain yang memiliki wacana kebenaran masing masing.
7. Teori Koherensi adalah teori kebenaran suatu pernyataan yang pembuktiannya didasari
pada postulat atau aksioma.
Contoh : pernyataan bahwa matahari terbit dari timur merupakan Postulat dimana
seseorang jika ingin mengetahui kebenaran terbitnya matahari maka tidak perlu suatu
analisis atau pembuktian lagi.
Teori Korespondensi adalah teori kebenaran yang mana suatu pernyataan akan
dianggap benar apabila disertai dengan bukti faktual sebagai dasarnya.
Contoh : Pernyataan "udara di ruangan ini terasa panas" akan dianggap benar jika
pernyataan tersebut di buktikan secara nyata dengan artian pernyataan tersebut benar
dapat dirasakan.
Teori Pragmatis adalah teori yang pencapaian kebenarannya didasari oleh kepuasan
dari mafaat yang dapat diambil dari pernyataan tersebut, teori ini muncul sebagai sebab
adanya anggapan dari kaum positivis terhadap pernyataan metafisik merupakan
pernyataan yang tidak bermakana karena tidak didasari dengan fakta yang empiris.
Contoh : pernyataan tentang “adanya neraka atau surga” tidak dapat dibuktikan secara
faktual tetapi pernyataan tersebut memiliki manfaat bahwa neraka ada bagi orang yang
jahat dan surga sebaliknya. Maka pernyataan ini akan dianggap benar karena memiliki
manfaat dalam menurunkan kejahatan dengan timbulnya rasa takut terhadap neraka.