Anda di halaman 1dari 12

Aliran pragmatisme dalam pandangan

filsafat pendidikan islam


Dosen Pengampu : Prof. Dr. TRIYO SUPRIYATNO,M.Ag
Asti Amelia (210101210064)
pembahasan

a. Sejarah Perkembangan Aliran Pragmatisme di Dunia Barat

b. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Pragmatisme

c. Islam dan Aliran Pragmatisme


Pengertian pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa
benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata
bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau
teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam
kehidupannya.
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme disini sama artinya
dengan isme0isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham.
Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan
bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
Sejarah perkembangan aliran pragmatisme di Dunia Barat

pada zaman sekarang banyak orang yang belum mengetahui filsafat


khusunya filsafat pragmatisme yaitu yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan
nyata. Pragmatisme dipandang sebagai Filsafat Amerika asli pada era 1870-an.
Namun sebenarnya berpangkal pada Filsafat empirisme Inggris, yang
berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.
Pendiri Filsafat pragmatisme di Amerika adalah Charles Sanders Pierce
( 1839-1914), William James ( 1842-1910), dan John Dewey (1859-1952).
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
dasar dari Pragmatisme adalah logika pengamatan, dimana apa yang
ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual,
konkret, dan terpisah satu sama lain.
Dari segi Hisoris, abad ke-19 ditandai dengan skeptisisme yang ditiupkan oleh teorievolusi
Darwin. Filsafat unitarian, suatu aliran pemikiran yang hanya menerima ke Esaan, Tuhan yang
bergantung pada argumen-argumen tentang teologi kodrati dan perwahyuan, lemah dalam membela
diri terhadap evolusi Darwin, filosof-filosof menjadi tenggelam.
istilah pragmatisme sebenarnya diambil oleh C.S.Pierce dari Immanuel Kant. Kant sendiri
memebri nama “Keyakinan-keyakinan hipotesa tertentu yang mencakup penggunaan suatu
kemungkinan real untuk mencapai tujuan tertentu.”
pragmatisme merupakan bagian sentral dari usaha membuat filsafat tradisional menjadi
ilmiah. Tetapi untuk merevisi seluruh pemikiran filosof tradisional bukan suatu hal yang mudah. Untuk
maksud benar-benar dibutuhkan revisi dalam logika dan metafisika yang merupakan dasar filsafat.
dengan demikian, pragmatisme muncul sebagai usaha refleksi analitis dan filosofis
mengenai kehidupan Amerika sendiri yang dibuat oleh orang Amerika di Amerika sebagai suatu
bentuk pengalaman mendasar, dan meninggalkan jejaknya pada setiap kehidupan Amerika.
Tokoh-tokoh
dan pemikiran
pragmatisme

William James Charles Sandre Pierce

(1842 – 1910 M) (1838 M)

John Dewey

(1859 M)
William james (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, ayahnya adalah orang yang
terkenal berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah
James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi
dengan usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Menurut Wiliam James Pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui,. Dan menurut
pendapatnya Pragmatisme adalah filsafat praktis karena ia memberikan kontrol untuk bertindak bagi kebutuhan,
harapan, serta keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.
Didalam bukunya The Meaning of Truth, Arti kebenaran, James mengungkapkan bahwa tiada kebenaran
yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa
berubah. Karena dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh
karena itu tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya dalam pendidikan.
Pragmatisme dalam pandangan Pierce lebih cenderung bersifat, psikologis bukan religius. Dalam pandangannya, teori
pengetahuan berfungsi untuk memecahkan masalah, oleh karenanya kebenaran teori diukur sesuai keberhasilannya
dalam memecahkan masalah tersebut. Tidak ada kebenaran mutlak, bersifat umum, tetap dan berdiri sendiri. Namun
kebenaran itu relatif, bersifat khusus, berubah seiring waktu dan pengalaman.
Pragmatisme James disebut Praktikalisme. Pragmatisme dalam pandangan Pierce lebih cenderung bersifat, psikologis
bukan religius. Dalam pandangannya, teori pengetahuan berfungsi untuk memecahkan masalah, oleh karenanya
kebenaran teori diukur sesuai keberhasilannya dalam memecahkan masalah tersebut.
John Dewey (1859-1952 M)
Menurutnya, Filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau
mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Sebagai pengikut
pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan
nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Jhon Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Dalam teori ingkuirinya
Dewey mengembangkan filsafat sebagai berikut :
Situasi di sekeliling kita itu sebagai pengalaman pertama merupakan situasi indeterminate, maka dengan berfikir
reflektif, situasi tersebut menjadi determinate, atas refleksi kita. Pengalaman itu sendiri adalah salah satu kunci
dalam filsafat Instrumentalisme. Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, petimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang
bermacam-macam dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi di masa depan.
Yang selanjutnya diuji secara eksperimental. Dalam proses inkuiri tersebut John Dewey bukan mencari
benar salah, melainkan mencari efektif atau tidaknya.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap Dewey dapat dipahami
dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan Instrumentalisme.
Pertama, kata “Temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pemikiran dewey
dipengaruhi oleh ilmu sosial dan biologi. Manusia berfikir secara reflektif bukan berfikir biasa, tetapi berfikir
ilmiah dan melkukan eksperimentasi. Menurut Dewey, proses pendidikan dilaksanakan dengan mengedepankan
pemecahan masalah (Problem salving).
Dalam problem salving, peserta didik diajak untuk berfikir ilmiah dengan tahap :

 Anak menghadapi masalah

 Menganalisis masalah

 Menyusun hipotesis

 Mengumpulkan data

 Menganalisis hipotesis

 Menguji

 Mencoba dan membuktikan pragtisme Dewey disebut Instrumentalisme


Charles Sandre Pierce (1839 M)
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang
praktis. Pada kesempatan lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan
metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memcahkan
masalah. Pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta
mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tapi
konsep paragtisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi manusia.
Pierce mengemukakan dua metode yaitu metode pragmatik dan prosedur penetapan makna. Yang dimaksud
dengan metode pragmatik adalah sebuah ide yang kita fikirkan itu bisa menjadi jelas. Metode pragmatik bukan
dimaksudkan untuk menetapkan makna semua ide melainkan untuk konsep intelektual yang dimiliki struktur
argumentatif atas atas fakta obyektif.
Pragmatisme dalam pandangan Pierce dilandasi oleh Fisika, Matematika, dan Logika Simbolik. Hal yang
penting dari pengetahuan adalah apa pengaruhnya dalam kehidupan. Nilai dari suatu pengetahuan tergantung
pada penerapannya yang nyata dalam masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikatakan benar bukan
karena pengetahuan itu mencerminkan kenyataan, melainkan dikatakan benar kalau dapat membuktikan
manfaatnya bagi umum. Pragmatisme Pierce disebut eksperimentalisme.
Islam dan aliran pragmatisme
Menurut Hadiwijono, pragmatisme adalah konsep kebenaran secara logika
pengamatan dengan melihat akibat secara praktis, dalam teori kebenaran pragmatis,
suatu hal akan dianggap benar jika memberikan manfaat melalui pembuktian secara
ilmiah.
Islam merupakan agama yang selalu membawa kebaikan bagi umatnya. Ajaran
dalam islam yang telah tersebar sejak ribuan tahun lalu terbuktu memberikan berbagai
manfaat secara ilmiah. Tidak ada ajaran islam yang tidak memberikan manfaat/ berikut
adalah penerapan kebenaran pragmatisme dalam ajaran agama islam.
1. Wudhu
2. Sholat
3. Puasa
4. Zakat
5. Membaca Al Qur’an
6. Larangan makan babi
7. Larangan minuman keras dalam islam
8. Berdzikir
9. Silaturahmi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai