John Dewey
(1859 M)
William james (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, ayahnya adalah orang yang
terkenal berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah
James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi
dengan usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Menurut Wiliam James Pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui,. Dan menurut
pendapatnya Pragmatisme adalah filsafat praktis karena ia memberikan kontrol untuk bertindak bagi kebutuhan,
harapan, serta keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.
Didalam bukunya The Meaning of Truth, Arti kebenaran, James mengungkapkan bahwa tiada kebenaran
yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa
berubah. Karena dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh
karena itu tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya dalam pendidikan.
Pragmatisme dalam pandangan Pierce lebih cenderung bersifat, psikologis bukan religius. Dalam pandangannya, teori
pengetahuan berfungsi untuk memecahkan masalah, oleh karenanya kebenaran teori diukur sesuai keberhasilannya
dalam memecahkan masalah tersebut. Tidak ada kebenaran mutlak, bersifat umum, tetap dan berdiri sendiri. Namun
kebenaran itu relatif, bersifat khusus, berubah seiring waktu dan pengalaman.
Pragmatisme James disebut Praktikalisme. Pragmatisme dalam pandangan Pierce lebih cenderung bersifat, psikologis
bukan religius. Dalam pandangannya, teori pengetahuan berfungsi untuk memecahkan masalah, oleh karenanya
kebenaran teori diukur sesuai keberhasilannya dalam memecahkan masalah tersebut.
John Dewey (1859-1952 M)
Menurutnya, Filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau
mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Sebagai pengikut
pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan
nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Jhon Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Dalam teori ingkuirinya
Dewey mengembangkan filsafat sebagai berikut :
Situasi di sekeliling kita itu sebagai pengalaman pertama merupakan situasi indeterminate, maka dengan berfikir
reflektif, situasi tersebut menjadi determinate, atas refleksi kita. Pengalaman itu sendiri adalah salah satu kunci
dalam filsafat Instrumentalisme. Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, petimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang
bermacam-macam dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi di masa depan.
Yang selanjutnya diuji secara eksperimental. Dalam proses inkuiri tersebut John Dewey bukan mencari
benar salah, melainkan mencari efektif atau tidaknya.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap Dewey dapat dipahami
dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan Instrumentalisme.
Pertama, kata “Temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pemikiran dewey
dipengaruhi oleh ilmu sosial dan biologi. Manusia berfikir secara reflektif bukan berfikir biasa, tetapi berfikir
ilmiah dan melkukan eksperimentasi. Menurut Dewey, proses pendidikan dilaksanakan dengan mengedepankan
pemecahan masalah (Problem salving).
Dalam problem salving, peserta didik diajak untuk berfikir ilmiah dengan tahap :
Menganalisis masalah
Menyusun hipotesis
Mengumpulkan data
Menganalisis hipotesis
Menguji