Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ferdinand Telaumbanua

NIM : 150510022
Semester : IV (Empat)
Mata Kuliah : Sejarah Filsafat Barat-Modern
Dosen Pengampu : Alexander Naununu, Lic. S. Fil.

PRAGMATISME MENURUT WILLIAM JAMES


I. Pengantar
“Rangkaian kehidupan manusia yang sehat, normal dan aktif dari detik ke detik merupakan
suatu rangkaian atau rentetan tindakan. Bahkan diam dan tidur sekali pun merupakan suatu
tindakan”.1 Kalimat di atas merupakan sepenggal pendapat dari William James yang merupakan
seorang filsuf yang membahas tentang pragmatisme. Dalam tulisan ini, penulis akan
memaparkan pendapat dari tokoh di atas tentang pragmatisme. Latar belakang penulis
menuliskan paper ini ialah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah dan topik ini dipilih penulis karena merasa bahwa pragmatisme ini sungguh berfaedah
atau berguna bagi kehidupan penulis sendiri di zaman sekarang yakni bagaimana cara yang baik
dalam melakukan sebuah tindakan. Untuk lebih jelas, penulis akan merumuskannya dalam paper
ini yang dimulai dengan arti pragmatisme, teori tentang kebenaran, dan teori tentang arti.
II. Pengertian Pragmatisme
Dalam arti etimologi, pragmatisme berasal dari kata Yunani yakni pragma yang berarti
fakta, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan dan menyangkut akibat; dari prassein (membuat atau
melakukan). Pragmatisme ini merupakan inti filsafat pragmatik yang berfungsi untuk
menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya dalam pengakuan tentang apa
yang memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu. 2 James dalam tesisnya mengatakan
bahwa tujuan hidup manusia adalah bertindak. Menanggapi tesis tersebut, Pierce, pendahulu
James, mengatakan bahwa tindakan tidak dapat dipahami lepas dari tujuan tertentu dan tidak
dapat diajukan tanpa sesuatu yang menarik untuk bertindak. Intinya bahwa pragmatisme hanya
berusaha menentukan konsekuensi praktis dari masalah-masalah dan bukan memberi jawaban
final atas masalah-masalah tersebut.3
1
Sonny Keraf, A, Pragmatisme Menurut William James, Yogyakarta: Kanisius, 1987, hlm. 9.
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 876-877.
3
Frederick Copleston, A History of PhilosophyVol III, London: Burns and Oates Ltd, 1966, hlm. 331.

1
Pragmatisme juga mempunyai sifat. Pragmatisme sekaligus merupakan kritik terhadap
pendekatan ideologis dan prinsip pemecahan masalah dengan mempertanyakan relevansi dari
sebuah ideologi. Hal lain yang menentukan bagi kaum pragmatisme ini ialah hubungan nyata
pada pendekatan masalah yang dihadapi. Bagi James pragmatisme merupakan suatu metode
yang berfungsi untuk memecahkan perdebatan metafisik yang tiada henti-hentinya. Pragmatisme
mencoba menginterpretasikan setiap gagasan dengan mencari konsekuensi praktis dari setiap
gagasan tersebut.
Cara kerja metode pragmatisme ini ialah mengambil dua tesis atau pendirian yang
bertentangan, dan mempertanyakan apa konsekuensi praktis yang menurut akal sehat dapat
timbul dari tiap-tiap tesis atau pendirian itu bagi seseorang pada waktu dan tempat tertentu jika
tesis atau pendirian itu benar. James mengatakan bahwa untuk memahami sepenuhnya suatu
objek, maka perlu mempertimbangkan akibat apa yang menurut akal sehat dapat terkandung
dalam suatu objek praktis, perasaan apa yang diharapkan darinya, dan reaksi apa yang harus
dipersiapkan.4 Dengan melihat konsepsi tentang suatu objek berdasarkan akibat-akibatnya dalam
pengalaman konkret, pragmatisme sebenarnya mewakili secara sempurna suatu sikap terkenal
dalam filsafat, yaitu sikap empiris, tetapi hanya mewakilinya secara radikal.
Jadi, pragmatisme merupakan suatu sarana untuk mencapai kejelasan gagasan atau
pemikiran mengenai objek tertentu berdasarkan konsekuensi praktisnya. Bagi James,
pragmatisme itu tidak hanya merupakan suatu metode melainkan suatu teori tentang kebenaran
dan arti.5
2.1 Teori-Teori Dalam Pragmatisme William James
II.1.1 Teori Kebenaran
Gagasan yang dikenal umum dari James ialah bahwa suatu ide yang benar harus
mengungkapkan realitas yang sebenarnya. Kebenaran suatu ide merupakan suatu ciri yang
melekat pada ide itu. Ide menjadi benar, dibuat benar oleh kejadian. Oleh sebab itu,
kebenaran suatu ide merupakan suatu kejadian, suatu proses verifikasi dalam pengalaman
konkret manusia. Mengutip Schiller, James mengatakan bahwa hal yang benar adalah apa
yang dalam penerapannya paling berguna dan paling berhasil. Atas dasar inilah kebenaran

4
Sonny Keraf, A, Pragmatisme Menurut............, hlm. 21-22.
5
Sonny Keraf, A, Pragmatisme Menurut............,hlm. 40.

2
bagi William James sinonim dengan kegunaan atau kebergunaan. 6 James juga memahami
kebenaran sebagai sintesis antara hakikat tindakan dan realitas.
Bagi James, selain suatu ide yang benar adalah ide yang berguna, ide itu juga harus
membawa kepuasan. James mengatakan walaupun kepuasan merupakan hal yang penting
dalam proses validasi dan verifikasi suatu ide, yaitu dalam menemukan kebenaran, hal itu
tidaklah cukup. Perlu ada realitas ke mana kepuasan itu mengarah. Mengarah adalah “sebab
eksistensi” dari ide atau keyakinan, yaitu sebab yang memberi arti kepada ide atau
keyakinan itu. Jika suatu ide atau keyakinan benar, itu tidak lain berarti objek dari ide atau
keyakinan itu ada, dan tidak satu objek lain apa pun yang membantah isi ide atau keyakinan
tersebut.7
II.1.2 Teori Tentang Arti
Arti gagasan (teori, konsep, dan keyakinan) sama dengan kegunaan praktis yang
dapat diberikan oleh gagasan itu dan konsekuensi yang berasal dari gagasan tersebut. Dalam
menjelaskan realitas, pragmatisme mengambil pendirian “empirisme radikal”, yang
berkaitan erat dengan empirio-kritisisme. Dalam pragmatisme, realitas objektif diidentikkan
dengan “pengalaman”. Pembagian pengetahuan ke dalam subjek dan objek hanya dilakukan
di dalam pengalaman.8 James berpendapat bahwa arti suatu konsep ditentukan dengan
mempertimbangkan akibat apa yang dapat dipahami yang terkandung dalam suatu objek
yang praktis.
Dalam teorinya tentang arti, James mengatakan bahwa suatu metode untuk
menemukan arti konsep-konsep dengan mengajukan akibat-akibat yang berbeda yang dapat
dipahami dan yang akan terjadi bila konsep itu benar, maka pendekatannya bersifat
eksperiensial. Pendekatan yang eksperiensial ini yang berorientasi pada fakta, berbeda
dengan pendekatan empirisme tradisional. Pandangan ini mengandung instrumental tentang
pikiran yang berfungsi sebagai penuntun pada tindakan di masa depan. James juga
berpendapat bahwa pengalaman estetis, etis, dan religius secara pragmatis dapat
mendefinisikan suatu konsep. Singkatnya, teori pragmatisme tentang arti dirancang dengan
maksud untuk mengakomodasi pengalaman tentang manusia seluruhnya.9
6
Sonny Keraf, A, Pragmatisme Menurut........., hlm.42.
7
Bruce Kucklick, The Rises of American Philosophy, New Harem and London: Yale University Press,
1979, hlm. 274.
8
Frederick Copleston, A History of Philosophy..........., hlm. 340-341.
9
Frederick Copleston, A History of Philosophy..........., hlm. 337-338.

3
III. Pandangan Lain Tentang Pragmatisme
Pragmatisme tidak hanya berkanjang pada satu jenis ilmu saja, tetapi aliran pragmatisme
ini digunakan dalam berbagai studi ilmu lainnya. Dalam logika, pragmatisme sampai pada
pemikiran irrasionalisme. Hal ini tampak jelas dalam karya-karya James, dan secara tersirat
dalam karya-karya Dewey. Pragmatisme menganggap hukum-hukum dan bentuk-bentuk logika
sebagai fiksi-fiksi yang berguna.
Dalam etika, pragmatisme menganut meliorisme. Yaitu, pandangan tentang peningkatan
secara bertingkat dari tatanan yang ada. Sementara dalam sosiologi, pragmatisme melebar dari
“kultus individu” dan pembelaan terhadap demokrasi sampai kegiatan meningkatkan pertahanan
terhadap rasisme dan fasisme.10
IV. Refleksi Kritis
Dari keseluruhan pemaparan di atas, penulis melihat bahwa pragmatisme disebut sebagai
filsafat bertindak, jalan pikirannya selalu terarah pada manfaat dan kegunaan.Semua ide, konsep,
pemikiran dan tindakan harus mampu dipertimbangkan dengan segala konsekuensi praktisnya.
Hal yang benar dan baik ialah segala sesuatu yang ada sesuai dengan realitas. Bagipenulis,
pragmatisme ini bertujuan untuk mengajak semua orang, secara khusus penulis untuk bertindak
dengan tepat dalam segala sesuatu.
Dalam meraih suatu kebenaran pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman
praktis, aliran pragmatisme inilah yang kiranya memberi kemungkinan untuk menyelesaikannya.
Pragmatisme juga membantu setiap orang untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Kegunaan praktisnya bukan pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktik, tetapi apa
yang memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu.
Penulis akhirnya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu penyelesaian paper ini. Semoga dengan mempelajari aliran pragmatisme ini, penulis
semakin bisa untuk tetap teguh dalam pendirian yang sesuai dengan realitas yang terjadi sembari
terus belajar dari pengalaman nyata yang dialami.

Daftar Pustaka
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996.

10
Lorens Bagus, Kamus Filsafat.........., hlm. 878.

4
Copleston, Frederick. A History of PhilosophyVol III. London: Burns and Oates, Ltd. 1966.
Keraf, Sonny A. Pragmatisme Menurut William James. Yogyakarta: Kanisius. 1987.
Kucklick, Bruce. The Rises of American Philosophy. New Harem and London: Yale University
Press. 1979.

Anda mungkin juga menyukai