Anda di halaman 1dari 3

NPM : 5231111109

Nama : SHAFA AFIF AYU DEWI RAHMAH


Tugas : PRAGMATISME

A. Pengertian Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari


segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya. Sesuatu hal ini
dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya.
Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul
sebagai tradisi pemikiran yang berasal dari dunia Barat dan berkembang khususnya
di benua Amerika. Kehadirannya sebagai suatu pemikiran yang berusaha menjawab
persoalan kehidupan manusia. Pragmatisme digolongkan sebagai salah satu aliran
filsafat abad ke-19 dalam sejarah filsafat Barat. Pelopor pemikiran pragmatisme
adalah seorang filsuf Amerika, Chales Sanders Peirce (1839–1914). Tokoh yang
berpengaruh dalam pemikiran pragmatisme antara lain William James (1842–1910)
dan John Dewey (1859–1952).

Gagasan mengenai pragmatisme dikemukakan pertama kali oleh Charles


Sanders Peirce pada awal periode 1870-an pada pertemuan sebuah kelompok filsafat
bernama Metaphysical Club. Pertemuan tersebut diadakan di Cambridge,
Massachusetts secara tidak formal. Hasil diskusi dari pertemuan tersebut dituliskan
oleh Peirce menjadi dua buah artikel berjudul The Fixation of Belief (1877) dan
How to Make Our Ideas Clear (1878). Kedua artikel ini dipublikasikan pada majalah
bernama Popular Science Monthly.

Isitilah "pragmatisme" berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata pragma.
Kata ini memiliki banyak arti antara lain fakta, benda, materi, sesuatu yang dibuat,
kegiatan, tindakan, akibat atau pekerjaan. Dari kumpulan arti tersebut, pragmatisme
diberi pengertian sebagai pemikiran yang menguatamakan fungsi gagasan di dalam
tindakan. Di sisi lain, istilah "pragmatisme" diperoleh oleh Charles Sanders Peirce
dari pemikiran filsafat Immanuel Kant. Di dalam pemikiran Kant terdapat dua kata
yang mirip dengan arti yang berbeda, yaitu praktisch dan pragmatisch. Kedua kata
ini berasal dari bahasa Yunani yaitu praktikos dan pragmatikos. Istilah praktisch
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Jenis
tindakan ini tidak ditemukan dalam pengalaman secara nyata, melainkan hanya ada
pada akal dan budi. Sedangkan isitlah pragmatisch diartikan sebagai gerak yang
dihasilkan oleh kehendak manusia guna memberikan suatu tujuan definitif sebagai
tahapan penting untuk menjelaskan pemikiran secara benar.

Pragmatisme menjadi logika terhadap pengamatan sebagai dasar


pemikirannya. Pandangan ini menyatakan bahwa kenyataan dari dunia yang terlihat
oleh manusia merupakan fakta-fakta yang bersifat nyata, terpisah satu sama lain dan
individual. Dunia ditampilkan apa adanya, sehingga perbedaan dapat diterima begitu
saja. Perwujudan dari kenyataan selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta
umum karena hanya muncul dari pikiran manusia. Fungsi pelayanan dan kegunaan
menjadi alat pembenaran suatu gagasan. Pragmatisme tidak membahas kajian
filsafat mengenai kebenaran, khususnya yang berkaitan dengan metafisika.

Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang menilai kebenaran dari suatu


teori atau kepercayaan berdasarkan tingkat keberhasilan atau manfaatnya dalam
penerapan praktis. Persoalan utama bagi pragmatisme ialah mengenai daya guna dari
pengetahuan, bukan hakikat dari pengetahuan. Pandangan ini dilandasi oleh
pemikiran bahwa pengetahuan merupakan sarana bagi perbuatan. Pragmatisme
menyelesaikan permasalahan teoretis maupun praktis dalam kehidupan manusia
dengan mengandalkan penggunaan akal budi.

B. Contoh Pragmatisme

1. Pola Asuh Pragmatisme

Orang tua sering kali memulai dengan idealis, menetapkan batasan yang
jelas dan konsekuensi yang parah jika tidak patuh. Namun, ketika mereka mulai
menyadari bahwa pendekatan ini menyebabkan anak mereka menjadi kesal dan
menentang, orang tua mulai menjadi pragmatis. Mereka mungkin mengadopsi
strategi yang fleksibel dengan secara konsisten memperkuat nilai-nilai penting
namun tetap memberikan kelonggaran dan kemampuan beradaptasi dalam
penerapan sehari-hari, sehingga memberikan kesan lebih adil dan berpikiran
terbuka kepada anak. Melalui proses ini, orang tua menyadari bahwa – secara
pragmatis – memberikan hak pilihan pada anak akan membantu mereka
berkompromi dan mencapai tujuan akhir mereka dengan lebih efektif daripada
memaksakan aturan secara ketat.

2. Pekerjaan Impian Vs Kenyataan

Seseorang yang tertarik dengan penulisan kreatif, bercita-cita menjadi


seorang novelis, namun memahami ketidakstabilan dan ketidakpastian jalur
karier tersebut. Dengan mempertimbangkan tuntutan kehidupan sehari-hari dan
stabilitas keuangan, mereka memilih untuk mengambil pekerjaan tetap sebagai
penulis konten di sebuah perusahaan. Hal ini memungkinkan mereka untuk
memanfaatkan keterampilan menulisnya, mendapatkan penghasilan tetap, dan
juga terus mengerjakan novel di waktu luang. Keputusan ini menunjukkan
pendekatan pragmatis, di mana mereka berhasil mencapai tujuan menulis untuk
mencari nafkah.

3. Perombakan vs Inkrementalisme dalam Kebijakan Pendidikan

Dewan sekolah bercita-cita merombak kurikulumnya secara radikal untuk


lebih menumbuhkan kreativitas dan pemikiran inovatif. Meskipun mereka
memahami manfaat dari transformasi menyeluruh ini, mereka juga menyadari
tantangannya – hal ini memerlukan sumber daya keuangan yang sangat besar,
dan berpotensi mengganggu pendidikan siswa selama masa transisi. Oleh karena
itu, mereka memutuskan untuk melakukan perubahan secara bertahap selama
beberapa tahun, dengan memantau secara cermat dampaknya pada setiap tahap.
Pendekatan pragmatis ini memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan
ambisius mereka sambil memitigasi risiko dan mengelola sumber daya mereka
dengan bijak.

Anda mungkin juga menyukai