Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja
membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua
bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkàn membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah "manfaat bagi
hidup praktis".
Lahirnya Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat modern yang lahir di Amerika akhir abad 19 hingga
awal abad 20. Filsafat ini cenderung lebih banyak mengabaikan hal-hal yang bersifat
metafisik tradisional dan lebih banyak terarah pada hal-hal yang pragmatis kehidupan.
Pragmatisme lahir di tengah-tengah situasi sosial Amerika yang dilanda berbagai
problem terkiat dengan kuat dan masifnya urbanisasi dan industrialisasi. Berakhirnya
Perang Dunia I dengan korban sekitar 8,4 juta jiwa secara tidak langsung telah
melahirkan dampak psikologis yang begitu meluas dan memicu terjadi berbagai
perubahan-perubahan bangsa, khususnya para filsuf di dalam menyadari hidup dan
kehidupan yang ada. Eropa abad pertengahan kehilangan utopia hidupnya mulai dari
moralitas serta spiritual. Atas nama nasionalisme dan demi mengejar keuntungan-
keuntungan serta kebanggaan semu, dunia yang selama ini beradab telah
membuktikan diri hadir menjadi dunia yang sepenuhnya irasional, horor, dan buta
terhadap gagasan-gagasan nilai yang dibangunnya.
Dalam kondisi seperti itulah, pragmatisme kemudian lahir di Amerika. Aliran ini
melahirkan beberapa nama yang cukup berpengaruh mulai Charles S. Pierces (1839-
1914), William James (1842-1910), John Dewey, dan seseorang pemikir yang juga
cukup menonjol bernama George Herbert Mead"(1863-1931).
Para pragmatis selalu menolak jika filsafat mereka dikatakan berlandaskan suatu
pemikiran metafisik sebagaimana metafisika tradisional yang selalu memandang bahwa
dalam hidup ini terdapat sesuatu yang bersifat absolut dan berada di luar jangkauan
pengalaman-pengalaman empiris. Dari itu, bagi mereka, seandainya pun realitas
adikodrati memang ada, mereka berasumsi bahwa manusia tidak akan mampu
mengetahui hal itu.
Sementara, pandangan aksiologi pragmatisme tentu saja memiliki sisi keterkaitan erat
dengan corak epistemologi mereka yang cenderung berbasis empiris serta
menegaskan bahwa manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran dan
pengetahuan serta nilai-nilai yang diakibatkannya. Keberadaan konsep kegunaan dan
fungsi bagi pragmatisme tidak membuat bahwa ilai-nilai etika menjadi relatif dan batal.
Sebaliknya, dipandang bahwa tidak ada konsep etika yang mengikat manusia secara
universal.
Sementara, dalam pengamatan lebih jauh, prinsip dasar etika pragmatisme selalu
didasarkan pada fungsi dan kegunaan yang dalam hal ini didasarkan pada fungsi dasar
bagi sosial. Hal ini kerap membuat satu penilaian bahwa etika pragmatisme dipandang
memiliki kesamaan dengan konsep "etika tradisional Eropa" meski dalam pragmatism
pembedaan baik buruk dalam makna individu dan kolektif sosial agaknya memiliki
pemisahan secara sangat tersadari. Ini sangat berbeda dengan etika tradisional Eropa
yang nyaris tidak memiliki pemilahan ruang etis antara ruang-ruang privat dan ruang
publik karena semua hal semua hal telah tereksternalisasikan ke dalam ruang publik
secara sepenuhnya.
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran
yang menampakkan persamaan dengan gagasan James. Dawey lahir di Baltimore dan
kemudian menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian juga di bidang
pendidikan di Chicago (1894-1904) dan akhirnya di Universitas Columbia (1904-1929).
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat
dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran itu berfungsi dalam penemuan- penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Dalam rangka pandangan ini, maka yang benar ialah apa yang pada akhirnya disetujui
oleh semua orang yang menyelidiki-nya. Kebenaran ditegaskan dalam istilah-istilah
penyelidikan. Kebenaran sama sekali bukan yang sekali ditentukan kemudian tidak
boleh diganggu gugat, sebab dalam praktiknya kebenaran itu memiliki nilai fungsional
tetap. Segala pernyataan yang kita anggap benar pada dasarnya dapat berubah.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap
Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang
kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata "temporalisme" yang berarti bahwa ada
gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk
melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa
dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh William
James.
Tekanan utama pragmatisme dalam pendidikan selalu dilandaskan bahwa subjek didik
bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki pengalaman. Setiap subjek didik tidak
lain adalah individu yang mengalami sehingga mereka berkembang, serta memiliki
inisiatif dalam mengatasi problem-problem hidup yang mereka miliki.
Selain hal di atas, pendidikan pragmatisme kerap dianggap sebagai pendidikan yang
mencanangkan nilai-nilai demokrasi dalam ruang pembelajaran sekolah. Karena
pendidikan bukan ruang yang terpisah dari sosial, setiap orang dalam suatu masyarakat
juga diberi kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pendidikan
yang ada. Keputusan-keputusan tersebut kemudian mengalami evaluasi berdasarkan
situasi-situasi sosial yang ada.
Guru, di sini sama sekali berbeda dengan para guru dalam pendidikan tradisional yang
otoritatif dan mesti menekankan kepatuhan pada siswa. Dalam pendidikan
pragmatisme, guru menjadi pendamping subjek didik yang dipandang jauh lebih
memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai problem. la menjadi pengarah atau
pemandu aktivitas-akitivitas subjek didik di luar hal-hal yang dibutuhkan mereka,
dengan pertimbangan-pertimbangan dan pengalaman yang lebih luas Para guru juga
tidak melakukan aktivitas-aktivitas kelas pada apa yang ia merasa ia dibutuhkan.
Oleh karena itu, pengajaran pragmatisme kerap sangat berbeda dengan pengajaran
tradisional yang selalu mesti di ruangan, memiliki kesan begitu formal dan kaku.
Pengajaran-pengajaran itu justru sering dilakukan di luar, di alam terbuka, dan berbagai
tempat yang memang disukai siswa didik. Metode pengajaran pragmatis sekali lagi
selalu menekankan pengalaman sebagai sesuatu yang utama. Oleh karena itu, upaya
pengajaran dilakukan selalu menjadi sesuatu yang dekat dengan hidup. Seseorang
yang hendak belajar tentang pertanian, misalnya, dalam pendidikan pragmatisme akan
dibawa langsung di area tempat kegiatan-kegiatan pertanian dilakukan. Dalam
keterlibatan langsung itu, guru akan menjadi pendamping atau pemandu yang sesekali
akan menjelaskan dan memberi nasihat bagi para subjek didik. Metode ini populer
dengan nama metode eksperimental.
Sementara, untuk soal kurikulum, menurut Dewey dan kalangan pragmatis lainnya,
tidak boleh dibagi dalam bidang materi yang membatasi dan tidak alamiah. Di sini
kurikulum dibangun atas dasar unit-unit alamiah, tidak menimbulkan persoalan, serta
melahirkan pengalaman yang menekan subjek didik. Materi-materi kurikulum
pendidikan pragmatism meliputi beberapa materi yang juga digunakan dalam
pendidikan tradisional. Mulai dari seni, sejarah, hitung, dan membaca.
Terdapat kecenderungan perubahan sistem nilai untuk meninggalkan sistem nilai yang
sudah ada (agama). Standar-standar kehidupan dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan
yang berpijak pada materialisme dan sekularisme. Dan inilah titik sentral masalah
modernisasi yang menjadi akar timbulnya masalah-masalah di semua aspek kehidupan
manusia, baik aspek sosial, ekonomi, budaya maupun politik.
Adanya dimensi besar dari kehidupan masyarakat modern yang berupa pemusatan
pengetahuan teoritis. Ini berarti bertambahnya ketergantungan manusia pada ilmu
pengetahuan dan informasi sebagai sumber strategis pembaharuan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan ini akan menimbulkan depersonalisasi dan keterasingan dalam
dunia modern
Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori itu
Praja, Juhaya S.
Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung: Indonesia Publishing House.