Anda di halaman 1dari 29

MUHAMMAD IDRUS RAMLI

 Al-Raghib al-
Ashfihani, pakar
bahasa dan tafsir,
berkata bahwa al-
ibda’ adalah memulai
sesuatu tanpa ada
contoh sebelumnya.
(al-Mufradat, hal. 39).
DATA ORIGINAL DEFINISI BID’AH
Bid’ah secara
bahasa adalah
setiap perbuatan
yang dilakukan
tanpa ada contoh
sebelumnya.
(Abu al-Baqa’ al-
Kafawi, al-
Kulliyyat, hal.
226).
DATA ORIGINAL DEFINISI BID’AH
Bid’ah menurut
istilah syari’at:
melakukan
sesuatu yang
tidak ada pada
masa Rasulullah .
(al-Imam al-
Nawawi, Tahdzib
al-Asma’ wa al-
Lughat).
DATA ORIGINAL PEMBAGIAN BID’AH
Al-Imam al-Syafi’i:
Bid’ah terbagi dua,
1) bi’ah mahmudah,
yaitu bid’ah yang
seesuai dengan
sunnah dan 2) bid’ah
madzmmah, yaitu
bid’ah yang
menyalahi sunnah.
(Abu Nu’aim al-
Ashfihai, Hilyah al-
Auliya’, 9/113)
DATA ORIGINAL PEMBAGIAN BID’AH
Al-Imam al-Syafi’i:
Muhdatsat (bid’ah) ada
dua macam, 1) bid’ah
yang menyalahi al-
Qur’an, Sunnah, atsar
atau ijma’, maka
disebut bid’ah dhalalah
(tersesat), dan 2) bid’ah
dalam kebaikan yang
tidak menyalai hal
tersebut, maka
disebut bid’ah yang
tidak tercela. (al-
Baihaqi, Manaqib al-
Syai’i, juz 2 hal. 469).
DATA ORIGINAL PEMBAGIAN BID’AH
Al-Imam al-Syafi’i:
Muhdatsat (bid’ah) ada
dua macam, 1) bid’ah
yang menyalahi al-
Qur’an, Sunnah, atsar
atau ijma’, maka
disebut bid’ah dhalalah
(tersesat), dan 2) bid’ah
dalam kebaikan yang
tidak menyalai hal
tersebut, maka
disebut bid’ah yang
tidak tercela. (al-
Dzahabi, Siyar A’lam
al-Nubala’, juz 10 hal.
70).
DATA ORIGINAL PEMBAGIAN BID’AH
Al-Imam al-Syafi’i:
Muhdatsat (bid’ah) ada
dua macam, 1) bid’ah
yang menyalahi al-
Qur’an, Sunnah, atsar
atau ijma’, maka
disebut bid’ah dhalalah
(tersesat), dan 2) bid’ah
dalam kebaikan yang
tidak menyalai hal
tersebut, maka
disebut bid’ah yang
tidak tercela. (al-Hafizh
Ibn Hajar, Fath al-Bari,
juz 17 hal. 134-135).
BID’AH HASANAH
DATA ORIGINAL
MENURUT AL-QUR’AN
Dalam surat al-Hadid,
27, Allah tidak mencela
Bani Israil karena
membuat-buat tradisi
rahbaniyah dengan
tujan mencari ridha
Allah. Bani Israil dicela
karena meninggalkan
tradisi rahbaniyah yang
telah mereka tetapkan.
(Al-Hafizh al-Haitsami,
Majma’ al-Zawaid, juz
3, hal. 339).
HADITS TENTANG BID’AH HARUS
DATA ORIGINAL DIBATASI JANGKAUAN
HUKUMNYA

Al-Imam al-Nawawi:
Hadits “Semua
bid’ah adalah sesat”,
adalah teks general,
yang jangkauan
hukumnya dibatasi,
yakni maksudnya
sebagian besar
bid’ah itu sesat. (Al-
Imam al-Nawawi,
Syarh Shahih
Muslim, juz 6, hal.
154).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Al-Imam al-Nawawi:
Hadits “Barang siapa
yang memulai
perbuatan baik
dalam Islam ...”,
membatasi terhadap
jangkauan hukum
hadits “setiap
perkara barru adalah
bid’ah, dan setiap
bid’ah adalah sesat”.
(Al-Imam al-
Nawawi, Syarh
Shahih Muslim, juz 7,
hal. 104).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Mu’adz bin Jabal
membuat cara
baru dalam
shalat bagi
makmum
masbuq, dan
Rasulullah
membenarkanny
a. (Al-Hafizh al-
Thabarani, al-
Mu’jam al-Kabir,
juz 20, hal. 134).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sahabat Bilal
menentukan
waktu ibadah
berdasarkan
ijtihadnya, tanpa
ada tuntunan
sebelumnya dari
Nabi , ternyata
Nabi
membenarkanny
a. (Shahih al-
Bukhari, 1122).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sahabat Ibn Abbas
, mundur dari shaf
yang ditentukan
oleh Nabi , dengan
alasan etika, tanpa
ada tuntunan
sebelumnya dari
Nabi , dan ternyata
Nabi
membenarkannya,
bahkan
mendoakannya. (Al-
Haitsami, Majma’ al-
Zawaid, juz 9, hal.
462).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Seorang sahabat
membuat bacaan
baru ketika bangun
menuju i’tidal dalam
shalat, tanpa ada
tuntunan
sebelumnya dari
Nabi , dan ternyata
Nabi
membenarkannya.
(Shahih al-Bukhari,
juz 3, hal. 14).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Seorang Sahabat
membaca surat al-
Ikhlash dalam shalat
secara berulang-
ulang, tanpa ada
tuntunan dari Nabi
, ternyata Nabi
membenarkannya.
(Al-Hafizh Ibn Hajar,
Fath al-Bari, juz 2,
hal. 687).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Para Sahabat
menghimpun al-
Qur’an dalam
satu mushhaf,
atas inisiatif
Umar, Abu Bakar
dan Zaid bin
Tsabit , tanpa
ada tuntunan
dari Nabi .
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sayidina Umar
menggagas
shalat tarawih
pada seorang
imam, dan beliau
anggap sebagai
bid’ah paling
hasanah. (Al-
Hafizh Ibn Hajar,
Fath al-Bari, juz
5, hal. 448).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sayidina Utsman
menambah
adzan dalam
shalat Jum’at dan
disetujui oleh
para sahabat.
(Al-Imam al-
Qasthalani,
Irsyad al-Sari li-
Syarh Shahih al-
Bukhari, juz 2,
hal. 178).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sahabat
Abdullah bin
Umar
menambah
bacaan talbiyah
dalam ibadah
haji dengan doa
yang belum
diajarkan oleh
Rasulullah .
(Shahih Muslim,
1184).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sahabat
Abdullah bin
Mas’ud
menyusun
redaksi bacaan
shalawat Nabi .
(Sunan Ibn
Majah, 906, dan
bn Qayyim al-
Jauziyyah, Jila’
al-Afham).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Sahabat Ibn
Abbas
menyusun
redaksi bacaan
shalawat Nabi
. (Ibn Qayyim
al-Jauziyah,
Jila’ al-Afham,
hal. 138).
DATA ORIGINAL
DALIL BID’AH HASANAH
Redaksi bacaan
shalawat Nabi
yang disusun
oleh al-Imam al-
Syafi’i dan
dibenarkan oleh
panutan kaum
Wahhabi. (Ibn
Qayyim al-
Jauziyah, Jila’ al-
Afham, hal. 489).
BID’AH HASANAH IMAM
DATA ORIGINAL
AHMAD BIN HANBAL
Al-Imam Ahmad bin
Hanbal
menambah bacaan
doa dalam sujudnya
setiap menunaikan
shalat dengan doa
untuk kedua orang
tua dan gurunya, al-
Imam al-Syafi’i .
(Al-Hafizh al-
Baihaqi, Manaqib al-
Syafi’i, juz 2, hal.
254).
DATA ORIGINAL
BID’AH TERBAGI LIMA
Al-Imam Izzuddin
bin Abdissalam:
“Bid’ah terbagi
lima, bid’ah
wajibah, bid’ah
muharramah,
bid’ah mandubah,
bid’ah makruhah
dan bid’ah
mubahah.” (Al-
Qawa’id al-Kubra,
juz 2, hal. 337).
BID’AH TERBAGI DUA
DATA ORIGINAL
DAN LIMA
Al-Imam al-
Nawawi: “Bid’ah
ada dua, bid’ah
hasanah dan
bid’ah qabihah.
Lalu bid’ah
terbagi menjadi
lima.” (Tahdzib
al-Asma’ wal-
Lughat, juz 3 hal.
22).
DATA ORIGINAL
BID’AH TERBAGI LIMA
Al-Shan’ani:
“Bid’ah terbagi
lima, wajib,
mandub,
mubah, haram
dan makruh.”
(Subul al-
Salam, juz 2,
hal. 148).
DATA ORIGINAL
BID’AH TERBAGI LIMA
Al-Syaukani:
“Bid’ah ada
dua,
hasanah dan
qabihah.
Lalu bid’ah
terbagi
menjadi
lima.” (Nail
al-Authar).
BID’AH HASANAH
DATA ORIGINAL
MENURUT IBN TAIMIYAH
Ibn Taimiyah:
“Bid’ah ada dua,
bid’ah dhalalah
dan bid’ah
hasanah.” (Ibn
Taimiyah,
Majmu’ Fatawa
Saikh al-Islam Ibn
Taimiyah, juz 20,
hal. 163).

Anda mungkin juga menyukai