Anda di halaman 1dari 2

Filsafat Underground

Oleh: Ahmad Jayadi

Dewasa ini pemahaman tentang filsafat sudah biasa meluas namun tidak sedikit juga
pembahasan perihal filsafat masih dianggap tabu oleh sebagian orang, serta masih
dikonotasikan sebagai pembahasan yang diperuntukkan untuk kalangan cendikiawan
atau intelektual semata.

Nah, pembahasan kali ini kita akan menurunkan kasta filsafat yang masih dianggap
‘ngeri’. Dalam kosmologi filsafat terdapat banyak sekali pembahasan, namun kita tidak
membahas perihal yang mengangkasa, mari kita turunkan ke jalanan, yang bisa
dikunyah-renyah, dan praktis.

Mari masuk pada pembahasan. Instrumen filsafat mutakhir abad 20 dan masih segar ini
ialah aliran Pragmatisme, aliran filsafat ini banyak bertumbuh-kembang di Amerika.
Secara etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma yang berarti
tindakan atau perbuatan. Aliran filsafat ini berpegang pada kebenaran yang persifat
praktis dengan kata lain adalah menekankan efek yang dihasilkan dari pemikiran, ide,
dsb.

Beberapa tokoh terkemukanya ialah: Charles S. Peirce (1839-1914), pragnatisme


muncul dalam makalah yang dalam karya tersebut pula beliau meyatakan bahwa dia
pencetus aliran ini. Salah satu teori beliau yang terkenal adalah tentang teori Arti yang
banyak mempengaruhi filsuf pragmatisme selanjutnya. Pada hakikatnya teori ini
menjelaskan ke-ber-arti-an ide atau gagasan yang jika implementasikan pada ruang
eksperimen dan mengamati outputnya. Nah tolak ukur atau neracanya adalah apabila
hasilnya berupa benda maka kita harus menganalisis fungsi benda tersebut, dengan
kata lain mengamati keberfungsian suatu hasil eksperimen.

Jika kita lihat secara eksplisit Peirce ini sangat empiris, namun ketahuilah bahwa yang ia
anut adalah empiris yang bersifat intelek bukan hanya sekadar voluntaris atau
kemauan, juga tidak empiris ekstrim hingga menafikan hal yang metafisik. Sehingga
beliau tidak hanya fokus pada hasil akhir semata, seperti aliran pragmatisme babak
akhir.

Salah satu yang menjutkan pandangan Peirce ialah Williams James (1842-1910), salah
satu dari 3 pemikir besar pragamatis, salah satu pemikian yang terkenal dari beliau
adalah empiris radikal, James mendefinisikannya sebagai hasil akhir dari yang
bersentuhan pada kita, namun tidak sekadar itu saja melainkan juga tentang kesadaran
yang ia sebut dengan daya perangsang.

Kebenaran menurutnya adalah ada pada realitas yang berhubungan dengan ide. Suatu
ide dapat dikatakan benar apabila bersentuhan dengan kejadian, dengan kata lagi
memberikan akibat yang memberikan kepuasan. Keberhasilan, kepuasan dan hasil
adalah keyword untuk memahami kebenaran pragmatisme.

Kekuatan kembali bertambah ketika John Dewey (1859-1952) juga memasuki ruang
pragmatisme, serta memberikan satu gagasan yakni instrumentalisme. Titik tekan dari
teori ini adalah pengalaman yang mengbubungkan manusia dengan satu narasi besar
bernama ke-hidup-an, pengalaman menurut Dewey adalah salah satu gerbang untuk
memahami realitas. Untuk memahami tersebut kita harus mengetahui tiga aspek dari
instrumentalisme: pertama, temporalitas yaitu ada gerak dan pembaharuan yang terus
berubah, kedua, futurisme ialah melihat hari esok tidak hanya hari ini, sebab besok
adalah hari yang baru, ketiga, meliorisme yakni denan berkeyakinan dunia akan lebih
baik oleh tenaga kita, pandangan yang juga sejalan dengan Williams James.

Anda mungkin juga menyukai