UNIVERSITAS TRISAKTI
1. Jelaskan apa dan bagimana perbedaan pandangan Rasionalisme dan Empirisme itu
dalam hal bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?
Jawab :
Referensi : Honer, Stancey M. dan Thomas C. Hunt, (2003), Metode dalam Mencari
Pengetahuan: Rasionalisme, Empirisme dan Metode Keilmuan, dalam Jujun S. Suriasumantri
(penyunting), Ilmu dalam Perspektif: SebuahKumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu,
Yayasan obor Indonesia,Jakarta
2. Gambar dan Jelaskan tentang Siklus Empiris, Penjelasan di kaitkan dengan rencana
thesis nanti?
Jawab :
Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga
dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir
tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang
sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab
sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau
memverifikasi teori yang sudah ada.
Teori besar seperti teori struktural fungsional atau teori konflik menjadi teori yang
tidak mudah untuk dijatuhkan. Teori ini kemudian menjadi grand theory yang ketika
dilakukan penelitian maka akan menghasilkan teori yang tetap beada di dalam lingkup teori
besar tersebut. Dari sini muncullah gagasan bahwa tanpa pengukuran tidak akan
menghasilkan produk teori yang saintifik. Science hanya bisa dinyatakan science jika dapat
diobservasi secara empirik dan diukur dengan menggunakan ukuran baku yang standart.
Hanya melalui penelitian kuantitatif saja ilmu yang ilmiah dapat dihasilkan.
Membangun teori secara substantif hakikatnya merupakan bagian penting dari proses
untuk memperkaya basis teori ilmu. Dari pendekatan baru tersebut kemudian lahirlah teori-
teori yang bisa jadi memang baru, atau bisa juga derivasi dari teori yang sudahada tetapi
mengalami revisi atau hanya sekedar verifikasi. Tetapi yang jelas bahwa ada nuansa baru
tentang pentingnya membangun teori baru yang tidak berangkat dari teori-teori yang sudah
ada, tetapi membangunnya dari data lapangan. Alhasil, muncullah teori-teori yang kemudian
dikenal sebagai teori substantif yang berbasis penelitian kualitatif.
Ini sangat berbanding lurus dengan rencana thesis yang akan saya lakukan dimana
perlu di lakukanya observasi yang mendalam sehingga dapat memunculkan suatu teori
ataupun penelitian yang dapat di pertanggung jawabkan serta berdasar.
3. Jelaskan apa itu Etika Enjinering dan mengapa insinyur sipil memerukan “Etika
Enjinering”?
Jawab :
Etika adalah studi karakteristik moral. Etika juga berhubungan dengan pilihan moral
yang di buat tiap orang dalam hubungannya dengan orang lain.
Etika engineering adalah etika, sebagai lawan moralitas pribadi. Menetapkan standar
untuk praktek profesional dan hanya dapat dipelajari di sekolah kejuruan atau dalam praktek
profesional. Ini adalah bagian penting dari pendidikan profesional karena membantu siswa
berurusan dengan masalah yang mereka akan hadapi dalam praktek.
Etika profesi sangat berkaitan dengan sikap dan sifat professional dan profesionalisme
dalam melakukan setiap pekerjaan. Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan
apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar
professional memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pengguna jasa. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
Sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi tertuang dalam bentuk aturan
khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang
bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi. Tujuannya adalah agar profesional memberikan jasa atau produk yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat serta melindungi dari perbuatan yang tidak profesional, dengan
demikian akan mendapatkan kepercayaan di mata masyarakat. Seorang Insinyur dituntut
untuk bekerja keras, disiplin, tidak asal jadi dan tuntas yang harus di imbangi dengan kerja
cerdas yaitu mengikuti perkembangan teknologi dibidangnya, inovatif dan dapat
menyelesaikan masalah dengan cara yang paling baik, bergerak cepat, tidak menunda
pekerjaan sehingga visi, misi dan tujuan cepat tercapai, tanggap terhadap keinginan
masyarakat; bertindak tepat: tepat rencana, tepat penyelesaian, serta rasional. Seseorang
insinyur yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk
mewujudkan kerja-kerja yang profesional.
Etika Profesi Insinyur Sipil adalah sebuah profesi yang penting didalam
pelaksanaan pembangunan karena banyak berhubungan dengan aktivitas perancangan
maupun perekayasaan yang ditujukan semata dan demi kemanfaatan bagi manusia. Dengan
mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai profesi, (sikap) professional dan
(paham) profesionalisme. Penting untuk pertama memberikan definisi formal menyoroti
peran seorang insinyur sipil. Seorang insinyur sipil bertanggung jawab untuk menggunakan
latar belakang teknik sipil mereka untuk merencanakan dan mengawasi upaya pembangunan
berbagai bidang. Mereka akan menerapkan prinsip-prinsip teknik sipil untuk memastikan
bahwa struktur yang dibangun dengan cara paling aman. Salah satu tanggung jawab umum
dari insinyur sipil adalah menganalisis berbagai faktor yang menyangkut pekerjaan
konstruksi. Para insinyur sipil akan menganalisis lokasi situs yang diusulkan serta pekerjaan
konstruksi seluruh yang akan selesai pada situs tersebut. Mereka akan menganalisis proses
untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi setiap langkah demi langkah.
4. Jelaskan teori kebenaran korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Dalam hal Teknik
sipil, Kebenaran yang di gunakan sesuai dengan teori kebenaran penjelasan beserta
contoh.
Jawab :
Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) Teori kebenaran pragmatis adalah
teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah,
personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah
tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu
pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori Pragmatis (The
Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata
lain, “suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia”. Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan
rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan
(workability) atau akibat yang memuaskan (Titus, 1987:241), Sehingga dapat dikatakan
bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu
membawa manfaat bagi hidup praktis dalam kehidupan manusia. Kata kunci teori ini adalah:
kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan
(satisfactory consequencies). Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi
benar dilihat dari realisasi proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekuensi,
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis, sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan.
Menurut teori pragmatis, “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan
adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis bagi kehidupan manusia” . Dalam pendidikan, misalnya di UIN, prinsip kepraktisan
(practicality) telah mempengaruhi jumlah mahasiswa pada masing-masing Fakultas. Tarbiyah
lebih disukai, karena pasar kerjanya lebih luas daripada fakultas lainnya. Mengenai
kebenaran tentang “Adanya Tuhan” atau menjawab pertanyaan “Does God exist ?”, para
penganut paham pragmatis tidak mempersoalkan apakah Tuhan memang ada baik dalam
ralitas atau idea (whether really or ideally). Yang menjadi perhatian mereka adalah makna
praktis atau dalam ungkapan William James “ ….they have a definite meaning for our
ptactice. We can act as if there were a God”. Dalam hal ini, menurut penganut pragmatis,
kepercayaan atau keyakinan yang membawa pada hasil yang terbaik; yang menjadi justifikasi
dari segala tindakan kita; dan yang meningkatkan suatu kesuksesan adalah kebenaran. Teori
pragmatis meninggalkan semua fakta, realitas maupun putusan/hukum yang telah ada. Satu-
satunya yang dijadikan acuan bagi kaum pragmatis ini untuk menyebut sesuatu sebagai
kebenaran ialah jika sesuatu itu bermanfaat atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan
benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna
(useless). Karena istilah “berguna” atau “fungsional” itu sendiri masih samar-samar, teori ini
tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak. Pragmatisme memang benar untuk
menegaskan karakter praktis dari kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia.
Tapi bukan berarti teori ini merupakan teori yang terbaik dari keseluruhan teori. Kriteria
pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam
prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu
waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan
bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian,
disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka
pernyataan itu ditinggalkan, demikian seterusnya. Kebenaran absolut atau kebenaran mutlak
berasal dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan
merupakan sumber kebenaran yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna
kebaikan umat manusia.
5. Dalam rangka merancang pembangunan sarana dan prasarana fisik, kita harus
memperhatikan keadilan, Teori keadilan apa yang menurut sdr paling baik di terapkan
di Indonesia, Uraikan dengan di beri contohnya di lapangan.
Jawab :
Keadilan menurut Plato, Plato adalah seorang pemikir idealis abstrak yang
mengakui kekuatan-kekuatan diluar kemampuan manusia sehingga pemikiran irasional
masuk dalam filsafatnya. Demikian pula halnya dengan masalah keadilan, Plato berpendapat
bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa. Sumber ketidakadilan adalah
adanya perubahan dalam masyarakat. Masyarakat memiliki elemen-elemen principal yang
harus dipertahankan, yaitu: a) Pemilahan kelas-kelas yang tegas; misalnya kelas penguasa
yang diisi oleh para penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan
domba manusia. b) Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya; perhatian
khusus terhadap kelas ini dan persatuannya; dan kepatuhan pada persatuannya, aturan-aturan
yang rigid bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini, dan pengawasan yang ketat serta
kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya.
Dari elemen-elemen prinsipal ini, elemen-elemen lainnya dapat diturunkan, misalnya
berikut ini:
a.Kelas penguasa punya monopoli terhadap semua hal seperti keuntungan dan latihan
militer, dan hak memiliki senjata dan menerima semua bentuk pendidikan, tetapi kelas
penguasa ini tidak diperkenankan berpartisipasi dalam aktivitas perekonomian, terutama
dalam usaha mencari penghasilan,
b.Harus ada sensor terhadap semua aktivitas intelektual kelas penguasa, dan
propaganda terus-menerus yang bertujuan untuk menyeragamkan pikiranpikiran mereka.
Semua inovasi dalam pendidikan, peraturan, dan agama harus dicegah atau ditekan.
c.Negara harus bersifat mandiri (self-sufficient). Negara harus bertujuan pada autarki
ekonomi, jika tidak demikian, para penguasa akan bergantung pada para pedagang, atau
justru para penguasa itu sendiri menjadi pedagang. Alternatif pertama melemahkan
kekuasaan mereka, sedangkan alternative kedua akan melemahkan persatuan kelas penguasa
dan stabilitas negaranya.
Untuk mewujudkan keadilan masyarakat harus dikembalikan pada struktur aslinya,
domba menjadi domba, penggembala menjadi penggembala. Tugas ini adalah tugas negara
untuk menghentikan perubahan. Dengan demikian keadilan bukan mengenai hubungan antara
individu melainkan hubungan individu dan negara. Bagaimana individu melayani negara.
Keadilan juga dipahami secara metafisis keberadaannya sebagai kualitas atau fungsi
makhluk super manusia, yang sifatnya tidak dapat diamati oleh manusia. Konsekuensinya
ialah, bahwa realisasi keadilan digeser ke dunia lain, di luar pengalaman manusia; dan akal
manusia yang esensial bagi keadilan tunduk pada cara-cara Tuhan yang tidak dapat diubah
atau keputusan-keputusan Tuhan yang tidak dapat diduga. Dengan demikian Plato
mengungkapkan bahwa yang memimpin Negara seharusnya manusia super, yaitu the king of
philosopher.
b. Prinsip keduanya ini terdiri dari dua bagian, yaitu prinsip perbedaan (the difference
principle) dan prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the prinsiple of fair equality of
opprtunity). Inti prinsip pertama adalah bahwa perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur
agar memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang beruntung.
Istilah perbedaan sosio-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju pada ketidak samaan
dalam prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahteraan, pendapatan dan
otoritas. Sedang istilah yang paling kurang beruntung (paling kurang diuntungkan) menunjuk
pada mereka yang paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan,
pendapatan dan otoritas.
Maka dari itu, Menurut hemat saya teori Keadilan yang sesuai adalah teori yang di
kemukakan oleh Aristoteles, Karena dewasa ini sudah saatnya pemerintah mengembalikan
esensi pembangunan ekonomi pada jalurnya. Di samping karena sistem politik kita sudah
mulai berangsur berubah dari sistem yang otoriter menuju pada sistem yang demokratis,
masyarakat kita sudah mulai jenuh dan sadar dengan segala apa yang dialami, meskipun hal
tersebut belum tersebar secara menyeluruh pada lapisan masyarakat.
Dalam nuansa yang demikian itu, proses demokratisasi dalam pemerintahan pun perlu
diupayakan atau harus dilakukan sejalan dengan sistem politik yang ada. Sayangnya proses
yang dimaksud belum merasuki jiwa daripada pemerintah dan para pemain dalam proses
pembangunan ekonomi itu sendiri, sehingga berbagai penyimpangan selalu terjadi akibat ulah
dari elite-penguasa dan elit-pengusaha. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa
birokratisme pemikiran terhadap proses pembangunan ekonomi, harus dirubah menjadi
demokratisme pemikiran terhadap proses pembangunan ekonomi. Karena di saat proses
pembangunan ekonomi identik dengan proses birokrasi pemerintah maka terminologi
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang banyak dituntut dalam nuansa
demokratisasi akan menjadi isapan jempol belaka alias omong kosong, lantaran yang terjadi
adalah terjadinya reduksi terhadap hasil kebijakan ekonominya, di mana yang bergerak
adalah proses pemaksaan kehendak dan kepentingan elite penguasa dan elite pemilik modal
daripada keberpihakan kepada aspirasi dan kepentingan masyarakat umum.
Dalam ranah ini, dimensi moral dalam diri pemerintah (pelaku pembangunan dan
kebijakan) HAM dikedepankan dan menjadi dasar yang kuat untuk memagari jalannya proses
kebijakan. Jika tidak maka selamat tinggal keadilan sosial yang merupakan ruh dari kebijakan
ekonomi bangsa kita. tentunya menjadi tantangan besar bagi pemerintahan kita saat ini,
bilamana kita meninjau formasi personalia tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju yang terdiri
dari person-person yang berorientasi pada Kapital, Tentu menjadi pertanyaan besar bagi
masyarakat apakah pembangunan yang berkeadilan bias di wujudkan? Tentu waktu yang
akan menjawabnya.