Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN

PENGUJIAN PENETRASI ASPAL

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum


Konstruksi Jalan di Laboratorium Kontruksi Jalan

Mata Kuliah:

Konstruksi Jalan

DosenPengampu:
Faqih Ma’arif, M.Eng

DisusunOleh:
Ratri Nur Ulfah
(16510134037)

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Kontruksi Jalan dengan judul praktikum Pengujian Penetrasi Aspal.
Dengan terselesaikannya Laporan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal ini tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Praktikum
Pengujian Penetrasi Aspal khususnya kepada :

1. Bapak Faqih Ma’arif, M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah


Praktikum Kontruksi Jalan.
2. Bapak Maris Setyo Nugroho, M.Eng selaku asisten dosen mata kuliah
Praktikum Kontruksi Jalan.
3. Bapak Kimin Triono, S.Pd, selaku teknisi laboratorium Kontruksi Jalan
4. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan
laporan praktikum kontruksi jalan ini.

Pembuatan Laporan Kontruksi Jalan ini tentunya masih banyak kekurangan, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Yogyakarta, 2017

Ratri Nur Ulfah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

DaftarTabel ............................................................................................................iii

Daftar Gambar.........................................................................................................iv

Jenis Pengujian........................................................................................................1

Kajian Teori.............................................................................................................1

Alat dan Bahan........................................................................................................4

Langkah Kerja........................................................................................................12

Penyajian Data.......................................................................................................13

Pembahasan............................................................................................................15

Kesulitan Pelaksanaan Praktikum..........................................................................18

Kesimpulan............................................................................................................18

Saran.......................................................................................................................18

Daftar Pustaka........................................................................................................20

Lampiran................................................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persyaratan aspal keras berdasarkan penetrasi.................................. 3


Tabel 2. Termometer yang umum dan sesuai digunakan ................................ 6
Tabel 3. Hasil Pengujian Penetrasi 1 ............................................................. 13
Tabel 4. Hasil Pemanasan Aspal 2 ................................................................. 13
Tabel 5. Hasil Pengujian Penetrasi 2 ............................................................ 14
Tabel 6. Hasil Pemanasan Aspal 3.................................................................14
Tabel 7. Hasil Pengujian Penetrasi 3 ............................................................ 14
Tabel 8. Hasil Pemanasan Aspal 4 ................................................................. 15
Tabel 9. Hasil Pengujian Penetrasi ................................................................ 15
Tabel 10. Hasil Pengujian 1 ........................................................................... 16
Tabel 11. Hasil Pengujian 2 ........................................................................... 17
Tabel 12. Hasil Pengujian 3 .......................................................................... 17
Tabel lembar konsultasi ...................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Pemeriksaan Penetrasi Aspal ..................................................... 2


Gambar 2. Penetrometer.............................................................................. 5
Gambar 3. Termometer ............................................................................... 7
Gambar 4. Cawan ........................................................................................ 8
Gambar 5. Stopwatch .................................................................................. 8
Gambar 6. Baskom ..................................................................................... 9
Gambar 7.Kain Lap ..................................................................................... 9
Gambar 8. Kompor listrik ........................................................................... 10
Gambar 9. Aspal.......................................................................................... 11
Gambar 10. Es Batu ..................................................................................... 11
Gambar 11. Grafik Penetrasi Aspal 1 .......................................................... 17
Gambar 12. Grafik Penetrasi Aspal 2 .......................................................... 18
Gambar 13. Grafik Penetrasi Aspal 3 .......................................................... 19
Gambar 14. Proses Pembersihan Jarum Penetrasi ....................................... 21
Gambar 15. Proses Penurunan Suhu ............................................................ 21
Gambar 16. Proses Penetrasi Aspal ............................................................. 22

iv
A. JENIS PENGUJIAN
Praktikum kontruksi jalan ini mahasiswa telah melakukan pengujian
penetrasi aspal/bitumen. Pengujian ini bertujuan supaya mahasiswadapat
menentukan nilai penetrasi aspal dengan menggunakan alat penetrometer,
sehingga aspal dapat diketahui mutunya dan untuk melengkapi tugas
praktikum mata kuliah kontruksi jalan.

B. KAJIAN TEORI
Bitumen adalah zat perekat (cementitous) berwarna hitam atau gelap,
yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen
terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch.
Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitous), berwarna
hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh
di alam ataupun merupakan residudari pengilangan minyak bumi. Aspal
adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak
padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur
turun.Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan
bekisar antar 4-10% berdasarkan berat campuran, tau 10-15% berdasarkan
volume campuran, (Sukirman, 2007).

Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting.itu


dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Penetrasi
adalah masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu
5 detik dengan beban 100 gram pada suhu 25˚C (SNI 06 – 2456 – 1991).
Besarnya penetrasi diukur dan dinyatakan dalam angka yang merupakan
kelipatan 0,1 mm.
Gambar. 1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal
Sumber : Sukirman. Perkerasan Lentur Jalan Raya,2003

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan


pengendalian mutu aspal keras atau ter dan untuk keperluan pembangunan
atau pemeliharaan jalan. . Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh
faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum,
temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran,
persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam
penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).Semakin besar angka
penetrasi makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin kecil angka
penetrasi maka aspal tersebut semakin keras.
Aspal keras/ asphalt cement (AC) pada temperatur ruang (25o – 30o
C) berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung
dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan
aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi pada temperatur
25o C atauoun berdasarkan nilai viskositasnya. Di Indonesia, aspal semen
biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya yaitu:
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.
2. AC pen 60/70, yaitu ACdengan penetrasi antara 60-70.

2
3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penertrasi antara 85-100.
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan
penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas
volume rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan
penetrasi 60/70 dan 85-100 (Sukirman ,1999 ).Aspal semen berdasarkan
penetrasi harus sesuai dengan tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1 Persyaratan aspal keras berdasarkan penetrasi

Persyaratan
No. Jenis Pengujian Satuan Metode
Pen 40 Pen 60 Pen 80 Pen 120 Pen 200
1. Penetrasi, 25⁰C, 0,01 mm SNI 06-2456- 40-59 60-79 80-99 120-150 200-300
100 gr, 5 detik 1991
2. Titik Lembek ⁰C SNI 06-2434- 51-63 (50-58) (46-54) 120-150 200-300
1991
3. Titik Nyala ⁰C SNI 06-2433- Mn. 200 Mn. Mn. 218 177
1991 200 225
4. Daktilitas, 25⁰C cm SNI 06-2432- Mn. 100 Mn. Mn. Mn. 100 -
1991 100 100
5. Kelarutan dalam % berat SNI 06-2438- Mn. 99 Mn. 99 Mn. 99 Mn. 99 Mn. 99
Trichlor Ethylen 1991
6. Penurunan Berat % berat SNI 06-2441- Maks. Maks. Maks. Maks. Maks.
(dengan TFOT) 1991 0,8 0,8 1,0 1,3 1,3
7. Penetrasi setelah % asli SNI 06-2456- Mn. 58 Mn. 54 Mn. 50 Mn. 46 Mn 40
penurunan berat 1991
8. Daktilitas setelah cm SNI 06-2432- - Mn. 50 Mn. 75 Mn. 100 Mn. 100
penurunan berat 1991
9. Berat jenis SNI 06-2488- Mn. 1,0 Mn. 1,0 Mn. 1,0 - -
1991
10. Uji bintik - AASHTO T. Negatif
- Standar 102
Naptha
- Naptha
Xylene
- Hephtan
e Xylene
Sumber : SNI 06 – 2456 – 1991

3
C. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pencairan aspal ini
sebagai berikut :
1. Alat
a. Penetrometer
Penetrometer berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspal. Ada dua
macam penetrometer yaitu penetrometer manual dan penetrometer
otomatis, (SNI 2456:2011).
Perbedaan kedua penetrometer ini terletak pada:
1) Pengukur waktu. Pada penetrometer manual diperlukan stopwatch
sedangkan pada penetrometer otomatis tidak diperlukan, karena
pengukur waktu otomatis sudah terangkai dalam alat penetrometer.
2) Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer manual
harus ditekan selama 5±0,1 detik sampai waktu ditentukan,
sedangkan tombol pada pemegang jarum penetrometer otomatis
ditekan hanya pada saat permulaan pengujian yang akan berhenti
secara otomatis setelah waktu yang ditentukan (5±0,1 detik).
Kedua alat ini terdiri dari:
1) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk
bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukan
kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm
terdekat.
2) Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total
pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram. Pemegang
jarum harus mudah dilepaskan dari penetrometer untuk keperluan
pengecekan berat.
3) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan
posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90º) ke permukaan.
4) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram
sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat

4
total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian
yang diinginkan.

Gambar 2. Penetrometer
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017 )

b. Jarum Penetrasi
Jarum penetrasi merupakan bagian dari penetrometer yang
berfungsi sebagi alat untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal.
Jarum penetrasi sesuai RSNI 03-2456-1991 harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat,
Grade 440-C atau yang setara, HRC 54 sampai 60.
2. Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum
panjang memiliki panjangsekitar 60 mm (2,4 in).
3. Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm.
4. Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara
8,7˚ dan9,7°.
5. Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan
jarum.
6. Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang
lurus tidak boleh melebihi0,2 mm.

5
7. Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm
danterpusat terhadap sumbu jarum.
8. Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus.
9. Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40
sampai 45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm -
55 mm (1,97 – 2,17 in).
10. Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram.
11. Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu
aspal harus memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan
hasil pengujian dari pihak yang berwenang

c. Termometer
Termometer dalam pengujian ini digunakan untuk mengukur suhu
aspal ketika direndam diair es dan untuk mengukur suhu ketika
aspal sedang dipanaskan.Termometer harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan
skala tidak melebihi 0,1°C atau dapat juga digunakan pembagian
skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan
kepekaannya.
2. Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi
Standar Termometer, (SNI 2456:2011)
3. Tabel.2 Termometer yang sesuai dan umum digunakan
No. ASTM Rentang
17 C 19 sampai dengan 27ºC
63 C 8 sampai dengan +32ºC
64 C 25 ampai dengan 55ºC

4. Termometer yang digunakan untuk bak perendam harus


dikalibrasi secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77.

6
Gambar 3. Termometer
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017 )

d. Cawan
Cawanyang digunakan dalam pengujian ini berjenis cawan standar,
dan berfungsi sebagai tempat aspal ketika pengujian penetrasi dan
ketika aspal dicairkan/dipanaskan.Cawan tebuat dari logam atau
gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang ratadan berukuran
sebagai berikut :
1) Untuk pengujian penetrasi di bawah 200 :
a) Diameter : 55 mm
b) Tinggi bagian dalam : 35 mm
2) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350 :
a) Diameter : 55-75 mm
b) Tinggi bagian dalam : 45-70 mm
3) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500 :
a) Diameter : 55 mm
b) Tinggi bagian dalam : 70 mm

7
Gambar 4. Cawan
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

e. Stopwacth
Stopwatch dalam pengujian iniberfungsi untuk menghitung waktu
yang diperlukan dalam proses pemanasan aspal hingga didapatkan
suhu yang diinginkan.

Gambar 5. Stopwacth
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

f. Baskom
Baskom dalam pengujian penetrasi aspal ini digunkan sebagai
tempat merendam aspal agar suhu aspal turun menjadi 25o.

8
Gambar 6. Baskom
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

g. Kain Lap
Kain lap dalam pengujian penetrasi ini digunakan untuk
membersihkan jarum dari kotoran aspal yang menempel.

Gambar 7. Kain Lap


(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

h. Kompor listrik
Pada pengujian ini kompor listrik berfungsi untuk memanaskan
aspal yang akan diuji.

9
Gambar 8. Kompor Listrik
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penetrasi aspal adalah
sebagai berikut:
a. Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitous),
berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen.
Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residudari
pengilangan minyak bumi. Aspal adalah material yang pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun.
Fungsi aspal dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Fungsi umum:
a) Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara
aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri.
b) Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat
dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
2) Fungsi Khusus: Aspal berfungsi sebagai bahan yang akan
diuji.

10
Gambar 9. Aspal
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

b. Es Batu
Es batu dalam pengujian penetrasi aspal ini berfungsi sebagai
bahan untuk mendinginkan aspal.

Gambar 10. Es Batu


(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

11
D. LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum pengujian penetrasi aspal
adalah sebagai berikut :

1. Alat dan bahan dipersiapkan.


2. Es batu dihancurkan dan dimasukan kedalam baskom kemudian ditambah
air secukupnya
3. Aspal dimasukan kedalam baskom hingga suhunya turun dan sesuai
dengan suhu yang telah ditetapkan yaitu 25º.
4. Suhu aspal diukur dengan menggunakan termometer sebelum dilakukan
pengujian penetrasi.
5. Jarum penetrasi diperiksa dan dibersihkan agar tidak ada kotoran yang
menempel.
6. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum sehingga diperoleh beban
seberat (100 ± 0,1) gram.
7. Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sehingga jarum menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian Angka pada arloji diatur pada posisi 0,
sehingga jarum petuunjuk akan berhimpit.
8. Jarum dilepaskan dan dengaserentak stopwatch di jalankan selama jangka
waktu ( 5 ± 0,1 ) detik.
9. Arloji penetrometer diputar dan angka penetrasi dibaca dengan melihat
jarum petunjuk. Bacaan dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
10. Lakukan paling sedikit tiga kali pengujian untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak kurang 10 mm
dari dinding cawan dan tidak kurang 10 mm dari satu titik pengujian
dengan titik pengujian lainnya. Gunakan jarum yang bersih untuk setiap
kali pengujian.
11. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan bahan yang digunakkan.

12
E. PENYAJIAN DATA
Dari pengujian pemanasan aspal yang telah dilakukan, diperoleh data
sebagai berikut:
1. Waktu pengujian
Hari/ tanggal : Senin 25 September 2017
Jam : 10:50-12:59 WIB
Cuaca : Cerahberawan
Tempat pengujian
Pengujian pemanasan aspal dilakukan di Laboratorium Kontruksi Jalan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Data yang diperoleh :
Tabel 3. Hasil Pengujian Penetrasi 1
Nilai Penetrasi
No Notasi Suhu (ºC) Waktu
(mm)
1. A1 25 5”27 71,5 mm
2. A2 25 5”40 56,0 mm
3. A3 25 5”31 52,5 mm
Rata-rata nilai penetrasi 60,0 mm

Tabel 4. Hasil Pengujian Pemanasan 2

Suhu (ºC)
Jenis Pengujian Waktu
Awal Akhir
Pemanasan Aspal 32 108 5”02’31

2. Waktu pengujian
Hari/ tanggal : Senin, 2 Oktober 2017
Jam : 10:50-12:59 WIB
Cuaca : Cerah berawan
Tempat pengujian
Pengujian pemanasan aspal dilakukan di Laboratorium Kontruksi Jalan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Data yang diperoleh :

13
Tabel 5. Hasil Pengujian Penetrasi 2
Nilai Penetrasi
No Notasi Suhu (ºC) Waktu
(mm)
1. B1 25 5”40 65,0
2. B2 25 5”26 56,5
3. B3 25 5”22 53,0
Rata-rata nilai penetrasi 58,2

Tabel 6. Hasil Pengujian Pemanasan 3


Suhu (ºC)
Jenis Pengujian Waktu
Awal Akhir
Pemanasan Aspal 32 108 5’41”60

3. Waktu pengujian
Hari/ tanggal : Senin, 9 Oktober 2017
Jam : 10:50-12:59 WIB
Cuaca : Cerah berawan
Tempat pengujian
Pengujian pemanasan aspal dilakukan di Laboratorium Kontruksi Jalan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Data yang diperoleh :
Tabel 7. Hasil Pengujian Penetrasi 3

Nilai Penetrasi
No Notasi Suhu (ºC) Waktu
(mm)
1. C1 25 5”23 77
2. C2 25 5”28 57
3. C3 25 5”00 45
Rata-rata nilai penetrasi 59,7

Tabel 8. Hasil Pengujian Pemanasan 4


Suhu (ºC)
Jenis Pengujian Waktu
Awal Akhir
Pemanasan Aspal 32 107 5”12”26

Tabel 9. Hasil Pengujian Penetrasi

14
Percobaan
Titik
I II III
1 71.5 65 77
2 56 56.5 57
3 52.5 53 45
Rata-rata I, II, III 60 58.17 59.67
Rata-rata I+II+III 59.28

F. PEMBAHASAN
Pengujian penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting.
Itu dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. penetrasi
adalah masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5
detik dengan beban 100 gram pada suhu 25˚C (SNI 06 – 2456 – 1991).
Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan
suatu aspal. semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut
dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin
keras.
Menurut SNI 06 – 2456 – 1991 pengujian penetrasi aspal dilakukan
sekuran-kurangnya tiga kali pembacaan disetiap benda uji. Aspal yang
digunakan dalam proses pengujian yaitu jenis aspal AC pen 60/79, yang
artinya apabila aspal tersebut diuji penetrasinya, akan menunjukan angka
penetrasi 60 sampai 79 dengan maksimum perbedaan nilai penetrasi antara
yang tertinggi dengan yang terendah sebesar 4. Aspal yang penetrasinya
rendah digunakan untuk sarah panas dan lalulintas dengan volume tinggi,
sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin dan lalu lintas rendah.
Penetrasi aspal adalah salah satu cara yang digunakan dalam
pengelompokan aspal, yang mana bila nilai penetrasi aspal besar maka
aspal itu akan semakin lembek, sebaliknya semakin kecil nilai penetrasi
aspal, maka semakin rendah /keras. Dalam penggunaan dilapangan. Nilai
penetrasi ini disesuaikan dengan suhu lingkungan. Apakah suhunya rendah

15
atau tinggi dan nilai penetrasi berapa yang cocok digunakan untuk daerah
tersebut.
Tabel 10. Pengujian 1 Hubungan penetrasi dengan pelaksanaan
dilapangan adalah unutuk mengetahui:
1. Lokasi kontruksi jalan,
2. Jenis kontruksi yang dilaksanakan,
3. Suhu perkerasan , iklim kepadatan lalau lintas
Dari hasil data yang telah diketahui diatas, dapat dianalisis sebagai
berikut:
Penetrasi Rata –rata = (60 + 58,17+ 59,67 ) : 3 = 59,28
No 𝒙₁ |𝒙₁ −𝒙̅| |𝒙₁ −𝒙̅|²
1 71.5 12,22 149,3284
2 56 3,28 10,7584
3 52.5 6,78 45,9684
Σ 180 206,0552

∑𝑛
𝑖=1|𝑥₁−𝑥̅ |²
Standar Deviasi =√ 𝑛−1

206,0552
=√ 3−1

= 10,15
10,15
Koefisien Varians = × 100 % = 17,12
59,28

16
80

70

60

50

40

30

20

10

0
Jarum 1 Jarum 2 Jarum 3

Penetrasi SD max SD min

Gambar.11 Grafik 1. Pengujian Penetrasi Aspal 1.

Tabel 11. Pengujian 2


No 𝒙₁ |𝒙₁ −𝒙̅| |𝒙₁ −𝒙
̅|²
1 65,0 5,72 32,7184
2 56,5 2,78 7,7284
3 53,0 6,28 39,4384
Σ 174,5 79,8852

∑𝑛
𝑖=1|𝑥₁−𝑥̅ |²
Standar Deviasi =√ 𝑛−1

79,8852
=√ 3−1

= 6,32
6,32
Koefisien Varians = × 100 %
59,28

= 10,66 %

17
Penetrasi SD max SD min

70

60

50

40

30

20

10

0
Jarum 1 Jarum 2 Jarum 3

Gambar.12 Grafik 2. Pengujian Penetrasi Aspal 2.

Tabel 12. Pengujian 3


No 𝒙₁ |𝒙₁ −𝒙̅| |𝒙₁ −𝒙
̅|²
1 77 17,72 313,9984
2 57 2,28 5,1984
3 45 14,28 203,9184
Σ 179 523,1152

∑𝑛
𝑖=1|𝑥₁−𝑥̅ |²
Standar Deviasi =√ 𝑛−1

523,1152
=√ 3−1

= 16,17
16,17
Koefisien Varians = × 100 %
59,28

= 27,27 %

18
Grafik Pengujian Penetrasi 3
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jarum 1 Jarum 2 Jarum 3

Penetrasi SD max SD min

Gambar.13 Grafik 3 Pengujian Penetrasi Aspal 3.

G. KETERBATASAN PRAKTIKUM
Praktikum pemanasan aspal ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi,
diantaranya kurang memadainya alatyang digunakan seperti alat
penetrometer sehingga setiap kelompok harus mengantri.

H. KESIMPULAN
Setelah dilakukan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal dan setelah
menganalisisa data yang ada didapat:
1. Dari nilai penetrasi rata-rata sebesar aspal 59,28 dapat disimpulkan
bahwa aspal ini termasuk aspal AC pen 60/70, yaitu aspal dengan
penetrasi antara 60-70.
2. Semakin besar nilai koefisien varians, akan berakibat terhadap
pembacaan suhu yang tidak stabil dan ditandai dengan nilai penetrasi
yang tidak merata atau memiliki nilai penetrasi dengan selisih yang
cukup tinggi.

19
I. SARAN
Praktikum pengujian pemanasan aspal yang telah dilakukan tentunya
terdapat kekurangan, baik dari segi teknis ataupun non teknis. Untuk itulah
diperlukan saran yang dapat dipertimbangkan untuk praktikum
selanjutnya, sehingga kedepan menjadi lebih baik. Alangkah baiknya jika:
1. Sebelum melakukan pengujian praktikum, baca dan pahami langkah
kerjanya agar waktu yang ada menjadi lebih produktif.
2. Tingkatkan keseriusan dan perhatikan prosedur praktikum agar kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan baik dan tidak memakan waktu yang
lama.
3. Alat uji sebaiknya ditambah, supaya pegujian lebih efektif dan tidak
saling menunggu antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya

20
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional,1991.Revisi SNI 06-2456-1991, Cara Uji
Penetrasi Aspal. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional 2000.SNI 19-6421-2000, Spesifikasi Standar
Termometer. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional 2011.SNI 2432:2011, Cara Uji Penetrasi
Aspal. Jakarta
Praktikum Kontruksi Jalan- Civil Engineering Departement. Diambil dari:
http://civilengdept.blogspot.co.id/2015/03/pengujian-
marshall.htmldiakses pada Senin 11 september 2017 pukul
19:20 WIB
Sukirman, Silvia. 2007.Beton Aspal Campuran Panas.Yogyakarta:
Yayasan Obor

Sukirman, Silvia. 2003. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung:Nova

21
A. LAMPIRAN

Gambar 14. Proses Pembersihan Jarum Penetrasi


(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 15. Proses Penurunan Suhu


(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

22
Gambar 16. Proses Penetrasi Aspal
(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2017)

23

Anda mungkin juga menyukai