Pragmatisme, Eksistensialisme,
A.Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata “pragma” (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat scara praktis.. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan
bermanfaat bagi kehidupan. Aliran ini sangat terkenal di Amerika Serikat.Jadi,
pragmatisme memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai
ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Kelompok ini bersikap kritis terhadap
sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk – bentuk aliran materialisme,
idealisme, dan realisme. Mereka berpendapat bahwa filsafat pada masa lalu telah
keliru karena mencari hal – hal yang mutlak, yang ultimate.
Willam James dilahirkan di New York, pada tahun 1842. Setelah belajar ilmu
kedokteran di Universitas Harvrad, Ia kemudian pada tahun 1855-1861 belajar di
Inggris, Prancis, Swiss dan Jerman. Ia kembali ke Amerika dan ahli dalam bidang
anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat hingga tahun 1907. Selain menamakan
filsafatnya dengan “Pragmatisme”, James juga menyebutkan dengan istilah Radical
Empirisme (Empirisme Radikal). Empirisme Radikal adalah suatu empirisme baru
yang tidak menerima suatu unsur dan bentuk apapun yang tidak dialami secara
langsung atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara
langsung. James beranggapan bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan
hakikat bagi orang Ameika terlalu teoritis. Yang James inginkan adalah hasil-hasil
yang konkret . Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide-konsep
haruslah diselidiki konsekuensi- konsekuensi praktisnya-
Bukunya, The Meaning of The Truth (1909) . Kebenaran harus merupakan nilai
dari suatu ide. Tak ada suatu motif dalam mengatakan bahwa sesuatu itu benar atau
tidak benar, kecuali untuk memberi petunjuk bagi tindakan yang praktis. kebenaran
itu relatif, subjektif dan terus berkembang.. Ukuran benar dan salah dalam
pragmatismenya James tergantung pada masing- masing individu yang
menjalaninya.
Pragmatisme dan Etika Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara
konsep pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu
menghasilkan hasil-hasil yang memuaskan, maka ide tersebut bersifat benar (true).
Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia
dan yang dapat dipercayai tersebut membawa ke arah kebaikan (good). Suatu
bentuk teori etika dapat dibangun demi teori pragmatisme ini.
Dewey mengatakan bahwa pengalaman bukan suatu tabir yang menutupi manusia
sehingga tidak melihat alam. Pengalaman adalah satu- satunya jalan bagi manusia
untuk memasuki rahasia-rahasia alam.
Dalam pengalaman seseorang, pikiran selalu muncul untuk memberikan arti dari
situasi yang terganggu oleh pekerjaan di luar hipotesis atau membimbing kepada
perbuatan yang akan dilakukan. Kegunaan kerja pikiran kata Dewey, tidak lain
hanya merupakan cara untuk jalan melayani kehidupan. Ia dengan keras menuntut
untuk menggunakan metode ilmu alam (scientific method) bagi semua lapangan
pikiran, teruatama dalam penilaian pikiran, persoalan akhlak (etika), estetika,
politik dan lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bias berubah dan bias
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan hidup.
B. Eksistensialisme
Latar Belakangeksistensialisme
Munculnya aliran filsafat ini yaitu reaksi terhadap filsafat idealisme dan
materialism.Menurut idealism , Segala apa yang ada tidak bersifat fisik dan tidak
memiliki materi termasuk manusia.Menurut eksistensialisme(keigeraad) bahwa
manusia memiliki cara berada dari eksistensinya. Karenanya, akal budi bukanlah
pewujud nyata realitas. Akal budi merupakan cara manusia untuk mencari
keberadaan segala apa yang ada..
Materialisme melihat manusia pada prinsipnya hanya sebagai benda, sama dengan
benda-benda lain seperti binatang, tumbuhan,atau bahkan benda mati seperti meja,
kursi, dll Menurut eksistensialisme(keigeraad) manusia bukanlah objek. Materi
tubuh manusia hanyalah sebagian aspek kemanusiaan. Manusia memiliki cara
berada yang berbeda dari ada-ada yanglain. Maksud berada disin
yaitumemunculkan dirinya..diamana manusia memilikiakal, budi dan kesadaran
yangmampu memetik makna yangada sisekitarnya
Asal-usul gerakan filsafat eksistensialisme ini dapat dilacak dari abad 19. Soren
Kierkegaard kerap dianggap Bapak Eksistensialisme. Ada yang membagi aliran
eksistensialisme dalam dua kubu. Pertama, adalah kubu Katolik (agama), seperti
Jaspers dan Marcel yang bergerak menuju Tuhan. Kubu lainnya adalah
eksistensialis ateis, yaitu Sartre, Heidegger, dan Camus.
Soren Kierkegaard
Manusia selalu ingin menggapai kebenaran atau realitas objektif. Kita ingin tahu
dengan pasti mengenai dunia sebagaimana adanya, begitu pula tentang dunia Ilahi
dan kematian. Kita ingin tahu secara pasti bahwa pernikahan kita akan langgeng,
dan sebagainya. Sebuah realitas sebagaimana adanya, tidak terpengaruh oleh
pemahaman kita sebagai manusia, dan menjadi tolok ukur apakah penilaian
manusia itu benar atau salah. Bagi Kierkegaard, kita tidak akan pernah menggapai
realitas objektif tersebut. Baginya, kebenaran sebagai subjektivitas. Subjektivitas
adalah poros utama argumen Kierkegaard. Filsafat idealisme Hegel menekankan
pada realitas objektif. Kierkegaard tidak berbicara mengenai semua bentuk
kebenaran, melainkan hanya bentuk-bentuk kebenaran yang secara konkret
menentukan cara manusia menjalani hidupnya, yakni kebenaran moral dan religius.
Kebenaran moral dan religius secara hakiki menentukan bagaimana kita akan
menghayati hidup sehari-hari dan nilai-nilai apa yang kita peluk. Menjadi Kristen,
bagi Kierkegaard, adalah menyerap ajaran itu ke dalam eksistensinya,
memasukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kierkegaard menyatakan ada 3 tahap bereksitensi, tahap jalan hidup, yaitu: tahap
estetis, tahap etis, tahap religius. Menurutnya, demikianlah cara manusia berada di
dunia.
1.Tahap estetis adalah usaha mendefinisikan dan menghayati hidup tanpa merujuk
pada yang baik (good) atau yang jahat (evil). Ketika bertindak tertentu, tidak
memikirkan apakah tindakan tersebut baik atau tidak. Tindakan yang berdasar pada
pemenuhan atas keinginan yang langsung dan spontan.
2.Pada tahap etis, manusia mulai mempertimbangkan kategori baik atau jahat. Saat
bertindak, tidak sekadar berusaha memenuhi keinginannya yang langsung dan
spontan, melainkan sudah membuat pilihan-pilihan konkret berdasar rasio.
Tiap kita, manusia, adalah individu yang sadar, bukan sekadar bagian dari
kerumunan, angka-angka dalam kelompok. Jadi, untuk hidup secara eksistensial
adalah mengekspresikan dan menyelami kedalaman-kedalaman dari apa yang
disebut orang sebagai pandangan kehidupannya. Atau, mengutip Socrates, gnothi
seauton — kenali dirimu.
Kierkgaard juga aktif sebagai Penulis. Buku prtamanya, Om Begrebet Ironi (The
Concept of Irony) dipublikasikan pada tahun 1841. Buku merepresentasikan
pemikirannya yang sangat orisinal dan memperlihatkan kecerdasannya. Karya
agungnya terjelma dalam Afsluttende Uvidenskabelig Efterskriff (Consluding
Unscientific Postcript) tahun 1846. Karya ini mengungkapkan ajaran-ajarannya
yang bermuara pada kebenaran subyek. Karyakarya lainnya adalah Enten Eller
(1843) dan Philosophiske Smuler (1844). Sedangkan buku-buku yang bernada
kristiani adalah Kjerlighedens Gjerninger (Work of Love) 1847, Christelige Taler
(Christian Discourses) 1948, dan Sygdomen Til Doden (The Sickness into Death)
tahun 1948)18
Jean-Paul Sartre
Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris dari seorang
keluarga cendekiawan. Namun, sewaktu masih kecil, Sartre ditinggal mati oleh
Ayahnya. Hingga ia dibesarkan oleh ibu dan kakeknya. Hasil didikan dari
kakeknya lah yang paling mempengaruhi pemikiran Sartre kedepannya. Sartre
benar-benar dipaksa untuk belajar ilmu pengetahuan serta mengembangkan
bakatnya semaksimal mungkin
Jean-Paul Sartre dikenal tak hanya sebagai filsuf, tapi juga dramawan dan novelis.
Kebebasan, tanggung jawab, absurditas menjadi tema-tema dalam karya-karya
Sartre. Dalam filsafatnya, Sartre menyatakan bahwa manusia modern harus
menghadapi fakta bahwa tuhan tidak ada. Dunia dan benda-benda yang
membentuknya adalah benda yang ada tanpa alasan dan tujuan, mereka sekadar
ada. Manusia berbeda dari benda, dalam artian manusia menciptakan hakikat
keberadaannya sendiri. Benda tidak bisa memilih moralitas yang diinginkannya.
Dengan kebebasan memilih bagi dirinya sendiri, benda-benda maupun nilai untuk
dirinya sendiri, maka manusia membentuk hakikatnya sendiri, menciptakan dirinya
sendiri. Manusia menjadi tolok ukur.
Dalam memilih untuk dirinya sendiri, setiap manusia mengalami suatu perasaan
bebas yang memuakkan karena tidak ukuran yang diikuti. Ada rasa takut akan
keputusasaan, banyak kemungkinan yang tidak bisa dikontrolnya, padahal ia harus
membuat keputusan. Itulah keabsurdan hidup. Sartre mengingatkan untuk
bertindak tanpa berharap.
Albert Camus
Bagi Camus, manusia yang absurd adalah manusia yang mengerti arti absurditas,
tidak lari dari absurditas tetapi menjaganya dalam kesadaran. Ia berdiri menantang,
berjuang tanpa harapan.
Meski tahu akan hancur, ia tetap melawan. Pemberontakan tersebut memberi nilai
baru pada kehidupan, mengembalikan kebebasan pada eksistensi manusia. Hal
tersebut ia ilustrasikan dalam karyanya yang berjudul Mite
Sisifus dan Pemberontakan. Perhatian manusia absurd adalah pada yang langsung:
saat ini dan di sini.
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak
bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Pendekatan Humanistik eksistensial, di lain pihak, menekankan renungan-
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Terapi
eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu
saling berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan
eksistensial humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis
yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu
landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang
menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya,
dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam
menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan
manusia. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang
psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap
manusia yang lain dalam proses teurapeutik.
3) Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya
adalah :
a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang
tertentu;.
b) bersifat integral dan konsisten;
c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai
ancaman;
d) dapat berubah karena kematangan dan belajar.
b. Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis
yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin
berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan.
Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha
organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya
sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall
dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan
menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan
dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan
memerinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi
diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan
tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi
lebih baik.
c. Perkembangan kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia
yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami
mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan
secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self
berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian.
Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan
penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self
sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai
kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju
pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang
pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi
sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
1.Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan
mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang,
semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti
meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh
sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas
alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi,
dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran
diri banyak terdapat pada akar kesanggupan
manusia, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah
fundamental bagi pertumbuhan manusia.
3.Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas
diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya
dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang
rasional.