Aliran idealisme sangat identik dengan alam dan lingkungan, karena itu aliran ini
melahirkan dua macam realita, pertama yang tampak, yaitu apa yang dialami oleh kita
selaku mahluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada
yang hidup dan ada yang mati, demikian seterusnya. Kedua, realitas sejati, yang
merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea). Gagasan dan pikiran yang utuh di
dalamnya memiliki nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan
kesejataian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan
wujud yang hakiki.
Zaman positif (Harun Hadiwijono, 1980) adalah zaman dimana orang tahu,
ssbahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak, baik
pengenalan teologi maupun metafisik. Ia tidak lagi melacak awal dan tujuan akhir
dari seluruh alam semesta tapi berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan
dan aturan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau disajikan
kepadanya.
Jadi, dikatakan positivisme, Karena mereka beranggapan bahwa yang dapat
kita pelajari hanyalah berdasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata,
yaitu yang mereka namakan positif.
Thomas Hobbes sebagai pengikut empirisme materialistis berpendapat bahwa
pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan
tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya
pengalamanlah yang memberi kepastian. Pengetahuan melalui akal hanya
memiliki fungsi mekanis semata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan
suatu proses penjumlahan dan pengurangan (Harun Hadiwijono, 1980).