Anda di halaman 1dari 6

A.

 PENDAHULUAN
      Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa
pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan
dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang
menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Secara logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab,
pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika demikian,
apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan lain, apakah
Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide dan riil atau materi
itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat
dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan.
Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa
yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain.
Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh
panca indra).
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia.
Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal
tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan
pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal
pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.  Dalam makalah
ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran
filsafat idealisme.
1. Latar Belakang (Sejarah) Aliran Idealisme
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran
manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari
Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan saja dari
alam ide.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh
Plato (427-347 SM). Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang berada dalam kondisi
transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru.
Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh
subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk
meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul
berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru
tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai
tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar
(para Shopis. Ajarannya memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya
menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga.
Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari
budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-
menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai
sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa
ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana
terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat
ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran
apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan
tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya  pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada
pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia pemikiran
modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-
1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis
dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Harris
(1835-1909) yang menggagas Journal of Speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis
abad XX yang telah berjuang menerapkan idealisme dalam bidang pendidikan modern, antara
lain: J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarah, idealisme juga terkait
dengan agama, karena keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan
keduniawian lain dari realitas.
2. Jenis-jenis Idealisme
a. Idealisme Subyektif (Immaterialisme) :
Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau ide-
idenya merupakan segala yang ada. Obyek pengalaman bukan benda material, obyek
pengalaman adalah persepsi. Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada,
tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya. George Berkeley (1685-1753),
seorang filosof dari Irlandia. Ia lebih suka menamakan filsafatnya dengan
immaterialisme.Baginya, ide adalah'esse est perzipi' (ada berarti dipersepsikan). Tetapi akal
itu sendiri tidak perlu dipersepsikan agar dapat berada. Akal adalah yang melakukan persepsi.
Segala yang riil adalah akal yang sadar atau suatu persepsi atau ide yang dimiliki oleh akal
tersebut.
a. Idealisme Obyektif
Platomenamakan realitas yang fundamental dengan nama ide, tetapi baginya, tidak seperti
Berkeley, hal tersebut tidak berarti bahwa ide itu, untuk berada, harus bersandar kepada suatu
akal, apakah itu akal manusia atau akal Tuhan. Platopercaya bahwa di belakang alam
perubahan atau alam empiris, alam fenomena yang kita lihat atau kita rasakan, terdapat dalam
ideal, yaitu alam essensi, formatau ide.
Plato:dunia dibagi dalam dua bagian.
a)Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia
seperti itu, yakni yang kongkrit, temporal dan rusak, bukanlah dunia yang sesungguhnya,
melainkan dunia penampakkan saja.
b)Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, ide, universal atau
essensiyang abadi. Konsep manusiamengandung realitasyang lebih besar daripada yang
dimiliki orang seorang. Dikenalnyabenda-benda individual karena mengetahui konsep-
konsep dari contoh-contoh yang abadi.
c. Idealisme Personal
Personalismemuncul sebagai protesterhadap meterialisme mekanik dan idealisme
monistik.  Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya pemikiran yang abstrak atau
proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
Realitas itu termasuk dalam personalitas yang sadar. Jiwa (self) adalah satuan kehidupan
yang tak dapat diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu.
Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains modern,
termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selau bertambah terhadap
'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat sikap mereka. Realitasadalah suatu sistem
jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifat pluralistik. Kelompok personalis menekankan
realitas dan harga diri dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi
kelompok personalis, alam adalah tata tertib yang obyektif, walaupun begitu alam tidak
berada sendiri. Manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini.
Sains mengatasi materialnya melalui teori-teorinya; alam arti dan alam nilai menjangkau
lebih jauh daripada alam semesta sebagai penjelasan terakhir.Realitas adalah masyarakat
perseorangan yang juga mencakup Zat yang tidak diciptakan dan orang-orang yang
diciptakan Tuhan dalam masyarakat manusia. Alam diciptakan oleh Tuhan, Akuyang Maha
Tinggi dalam masyarakat individu. Terdapat suatu masyarakat person atau aku-akuyang ada
hubungannya dengan personalitas tertinggi. Personalisme bersifat theistik(percaya pada
adanya Tuhan), ia memberi dasar metafisik kepada agama dan etika.
3. Tokoh-tokoh Idealisme
a.    Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas
ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang
telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
b.    Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini
menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai
miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan
bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu
datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir
atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, &
bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah
akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan
materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada,  sedangkan akal-pikir (mind)
adalah sebuah fenomena pengiring.
Prinsip-prisip Idealisme :
a)      Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-
gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus
dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan.Dunia
adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b)      Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c)      Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai
suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari
roh atau sukma.Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
       Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis,
dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
denganTuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1)        Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana
atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-
materi dalam aktifitas pembelajaran.
2)        Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya,
seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
3)        Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
4)        Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang
berbeda dengan guru yang lain.
5)        Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai
potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran
Idealisme dalam Pendidikan yaitu :
1)   Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
2)   Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
3)   Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4)    Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
5)   Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja
sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
1)      Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus
menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal
dan tak terbatas.
2)      Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk memahami
realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
3)      Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan
spiritual.Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang
ideal.
4)      Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide
yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
5)      Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum
seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.
6)      Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik dengan
hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai