Anda di halaman 1dari 25

FILSAFAT ILMU

Filsafat adalah sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi perkembangan umat manusia,
terkhusus dalam dunia pengetahuan dan ilmu yang kemudian di emban oleh bidang Filsafat Ilmu.
Belajar Filsafat Ilmu ini akan mengajarkan kita untuk terus mempertanyakan dimensi WHY,
yang akan memaksa kita untuk masuk kedalam logika seseorang, bukan sebaliknya memaksa
orang untuk masuk dalam logika kita. Belajar Filsafat ilmu akan membuat kita menjadi orang
yang bijak dan berlaku bajik dengan selalu mengedepankan toleransi terhadap kenyataan
keberadaan keberagaman pluralism di masyarakat.
Dialekta Sebagai Bahan Berpikir
Dalam buku Cosmos karya Sagan dan buku A Study of History karya Arnold Toynbee
banyak bermunculan tentang bagaimana bumi terdeskripsikan dan terpikirkan manusia yang
menimbulkan hipotesis-hipotesis tentang ekosistem bumi. Faktanya manusia selalu hidup dalam
dunia yang serba diametral, manusia sebagi produk budaya di sebut homo sapiens, media dan
alat perjuangan hidup untuk memenangkan segala pertarungan yang pada puncaknya manusia
kembali harus mengubah wataknya ke suatu fase baru . manusia sanggup melakukan perbaikan
atas apa yang di rusaknya yang di sebut sebagai homo deva. Setiap lakon historis manusia selalu
terdapat dialektia unik yang hampir tidak berkesudahan yang menjadikan manusia mampu
melahirkan ilmu pengetahuan, dimana nalar manusia mempengaruhi seperti apa koskom terlihat.
Karena Dialekta, Kebenaran Menjadi Relative
Ilmu pengetahuan dan kebenaran lahir karena dialekta berpikir manusia,hampir tidak ada
kebenaran yang berakhir pada suatu kebenaran itu sendiri tanpa nilai fungsioanal bagi persoalan
lain, sehingga seorang ilmuan harus memiliki sikap untuk selalu menunda kesimpulan, sebelum
suatu kebenaran betul-betul dapat diyakini dan diuji cobakan, para Intelektual masih
mengembangkan ilmu karena di sadari sepenuhnya tidak pernah ada produk sains yang final,
akal yang di anugrahkan Tuhan kepada manusia menjadikan manusia memiliki hak memilih.
Dengan ragam dialekta menjadikan manusia sebagai sebjek utama yang melahirkan ilmu, dimana
ilmu dapat mempertahankan kemungkinan hancurnya bumi.

Di Mana Letak Eksistensi Tuhan?


Meyakini bahwa Tuhan ada dan keberadaan-Nya harus di anggap benar-benar nyata,
keterbatasan akal dan pengalaman manusia membuat pengakuan dan penyembahan terhadap
Tuhan merupakan kebutuhan manusia, Agama adalah system yang mendekatkan manusia kepada
Tuhan. Karena secara Filosofis kehadiran Tuhan di anggap sebagai kebutuhan manusia dan
karena nalar manusia termasuk dalam merumuskan Tuhan satu sama lain berbeda, semakin logis
dan rasional manusia maka ia juga akan menampilkan dimensi ketuhanan yang logis dan
rasional.
Pengakuan bahwa ada Tuhan yang harus di sembah dalam pengertian ini bukan
kepentingan tuhan, tetapi menjadi suatu kesadaran kolektif manusia, semakin tinggi kesadaran
menjiwai jiwa-jiwa manusia, maka pengakuan akan eksistensi Tuhan akan semakin kuat.
Merumuskan konsep Tuhan para tasawuf falsafi di kalangan intelektual muslim mencoba
merumuskannya dengan konsep wujud dan yang mumkin wujud. Tulisan aksin wijaya dan abu
bakar yamani(2017) terbagi menjadi dua yakni wujud Tuhan dan wujud alam,keduanya berada
secara esensial yaitu Tuhan sebagai wujud hakiki,berdiri melalui dirinya sendiri, dan
manusia(alam) sebagai wujud majazi (yang tidak memiliki hukum wujud) sebagaimana wujud
hakiki. Dalam pendekatan filsafat harus di akui bahwa keabsolutan Tuhan terjadi karena
pemikiran manusia yang menyimpulkan bahwa alam dan manusia adalah sesuatu yang relative.
Kesadaran manusia yang mampi menjadi pemelihara bumi dengan manusianya harus hidup
dengan logika-logika kemanusiaan atas hukum-hukum yang di cipta sang pencipta mereka,
mekanisme ini kemudian tumbuh menjadi sebuah sistem ajaran tertentu yang kemudian di sebut
dengan agama. Agama dalam perspektif filsafat apaun ceritanya hanya akan tetap menjadi
agama, dan jika yang di sebut agama ternyata tidak mampu membawa manusia menuju
Tuhan,maka saat itu juga system yang di sebut agama tidak layak di sebut agama. Sistem agama
seperti inilah semakna dengan firman Allah dalam Al-quran surat Al-baqarah (2): 156 ….ayat
tersebut menyatakan “sesungguhnya manusia berasal dari sesuatu yang ideal, harus kembali
kepada wujud yang ideal dengan suatu system yang juga patut di anggap ideal.

Pangkal kerja ilmuan


Ilmuan menjelaskan kebenaran pada realitas empiris, sedangkan filsuf melandasi
kebenaran pada mind atau pemikiran dan mengukur kebenaran dengan keruntunan logis, dampak
dari pemikiran yang demikian sehingga Tuhan eksistensi (wujud)-Nya tidak empiris se-empiris
ciptaan-Nya. Namun sebagian mereka merumuskan suatu konsep bahwa Tuhan harus dipandang
prime of cause atau puncak segala sebab yang secara metodis diukur oleh keruntunan logis.
Dimasa lalu era plato (yunani kuno) sampai al-kindi (mediteranial) batas antara filsafat dan
ilmu pengetahuan di sebut hamper tidak ada. Seoranf Filsuf pasti menguasai ilmu yang menjadi
bidangnya,merka kemudian di sebut saintis atau ulama. Filsafat dan ilmu da;am perkembangan
berikutnya(modern) kemudian berpisah , ilmu berkembang dengan ramifikasi yang kompleks
dan luas dengan tingkat akselerasi yang juga tinggi, ilmu di batasi hanya sepanjang berada dalam
pengalaman empiris dan sepanjang dapat diukur melalui keruntunan logis. Pengetahuan yang
dihasilkan oleh filsafat menghendaki lahirnya pengetahuan yang kompherensif, luas, umum,
dan universal.

Bagian Pertama
Hakikat Filsafat
Mengejar sesuatu yang di anggap bernilai akan selalu terjebak oleh realitas sesungguhnya yang
ustru tidak berharga
1. Makna Filsafat
Filsafat berasal dari kata philosophia atau philosophos, keduanya terstruktur dari dua
suku kata yakni philos berarti cinta dan Sophia atau Sophos yang berarti wisdom atau
bijaksana. Orang bijaksana akan selalu sadar bahwa kebijaksanaanitu hanya milik sang idea
atau Allah (kebenaran universal).
Filsafat menurut beberapa ahli adalah:
- Plato (427-438 SM) Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang genuine.
- Aristoteles (382-322 SM) Filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran
- Al-Farabi (870-950) Filsafat sebagai pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana
hakikat alam yang sebenarnya

Pergeseran Makna Filsafat


Filsafat berubah maknanya menjadi jalan hidup atau pandangan hidup, sehingga makna
filsafat dapat di klasifikasikan menjadi 1. sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya di terima secara kritis, 2. Suatu proses kritis atau
mengembangkan pemikiran skeptisisme pada setiap kepercayaan meski di junjung tinggi
banyak pihak, 3. Usaha untuk menggambarkan yang bersifat menyeluruh atas setiap realitas
yang kompleks, 4. Analisis logika dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep,
5. Sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian manusia dan di carikan
jawabannya oleh ahli filsafat.

2. Cara berpikir Filsafat


Belajar Filsafat seringkali dibandingkan dengan konotasi negatif bahwa jika seseorang
belajar filsafat,maka jika seseorang itu yang tadinya mengangap sesuatu itu sakral , maka
orang itu akan menganggap hampir seluruhnya profan atau terlihat biasa-biasa saja.
Kerangka berpikir filsafat harus memenuhi empat ciri yaitu: 1. Radikal yang berarti watak
seseorang yang selalu berpikir mendalam tentang suatu objek dan berpikir sampai ke akar
persoalan, 2. Sistemis yaitu berpikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah , penuh
kesadaran berurutan dan penuh rasa tanggung jawab, 3. Universal artinya berfikir secara
menyeluruh tidak terbatas, 4. Spekulatif artinya seorang filosof terus melakukan uji coba dan
memberikan pertanyaan terhadap kebenaranyang di anutnya.

3. Objek kajian Fisafat


Filsafat memberi ruang pada semua objek kajian, filsafat akan mengkaji manusia, alam,
bahkan Tuhan serta relasi antara ketiganya. Jadi kajian Tuhan dalam nalar ini bukan hanya
milik kaum agamawan, tetapi justru banyak di lahirkan dari para filsuf.

Bagian kedua
Hakikat Ilmu
Kau beri ruang lingkup yang terbatas, telah membuat kami termangu menyaksikan
keagungan-Mu yang maha luas.

1. Makna Ilmu
Suatu narasi yang ingin disampaikan hendaknya di ketahui makna narasi yang ingin
diungkapkan sesungguhnya, misalnya dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi terkini. Sesungguhnya tidak menguasai apapun atas apa yang di sebut dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
A. Dinamika dan perkembangan Ilmu
Ilmu tidak pernah berdiri sendiri, tidak pernah lepas dari aspek lain, ia selalu
terikat faktor dan faktor yang melatarbelakangi mengapa sesuatu yang di sebut ilmi
itu lahir, hadir dan berkembang, ilmu tidak pernah berdiri di ruang hampa tanpa
berdesakan dengan dimensikemanusiaan dan kealaman yang demikian kompleks.
Ilmu selalu merupakan tumpukan teori –teori dari ilmuan sebelumnya yang tampak
kecil, kemudian bertambah menjadi tumpukan teori yang besar, mapan dan kompleks
( Thomas. S. Khun (1997).
Analisis Thomas Samuel Khun (1997), harus di kritik habis karena menyuguhkan
sebuah doktrin filsafat yang memandang bahwa Ilmu seolah-olah hanya di peroleh
melalui verifikasi, falsifikasi, probabalistik, dan penerimaan yang kaku. Ilmu dalam
analisisnya semestinya juga di lihat bagaimana urutan atau kronologis atas prestasi-
prestasiilmiah baik secara individual maupun komunal.
Manusia-manusia hebat di era ini akan terkesan ketika mereka mampu mengakses
perkembangan fisika dan matematika, kekuatan manusia terletak dalam
penguasaannya atas apa yang disebut dengan dua bidang ilmu ini.
Mata kuliah filsafat tetap di anggap mampu memberi landasan dalam hal apapun
terkai dengan perubahan paradigmatic yang membingkai ilmu. Filsafat ilmu akan
mampu memberi arti pentingnya penemuan orientasi, tujuan, jalan, dan peta
kehidupan seseorang.
B. Apa itu Ilmu
Secara Bahasa Ilmu (Bahasa Indonesia) berasal dari Bahasa Arab, terserap dari
a’lama yang memiliki kemungkinan arti pengetahuan. M.Quraish Shihab (1992:171)
berpendapat bahwa ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘ilm yang berarti kejelasan.
Ilmu dan pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan semakna dengan kata knowledge
yang sering di artikan sebagai sejumlah informasi yang di peroleh manusia meski
tidak melalui proses pengamatan, pengalaman dan penalaran. Sedangkan Ilmu atau
sains cara perolehannya mengharuskan adanya proses pengamatan, pengalaman, dan
penalaran. Oleh karena itu pengetahuan tentu berbeda dengan Ilmu terutama dalam
pemakaiannya . Ilmu lebih menitikberatkan pada aspek teoretis dari sejumlah
pengetahuan yang di peroleh dan dimiliki manusia. Sedangkan pengetahuan tidak
mensyaratkan adanya teoretisasi dan pengujian.
Hakikat ilmu bersifat koherensi sistematis, artinya ilmu harus terbuka kepada
siapa saja yang mencarinya. Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan-kepingan
pengetahuan berdasarkan satu putusan tersendiri. Ilmu justru menandakan adanya
satu keseluruhan ide yang mengacu kepada objek atau alam objek yang sama dan
saling berkaitan secara objektif.

2. Kategorisasi dan objek Ilmu


A. Kategorisasi Ilmu
Naquibs al-attas menyebut bahwa ilmu dalam literasi Islam di bagi menjadi dua
kategori yakni ilmu ma’rifat dan lmu sains, menurutnya kedua bidang ilmu ini tidak dapat
di pisahkan satu sama lain. Sedangkan Sidi Ghazalba (1973) mengatagorikan ilmu dalam:
1. Ilmu Praktis
2. Ilmu praktis Normatif
3. Ilmu Praktis Positif
4. Ilmu Spekulai-Ideografis
5. Ilmu Spekulasi-Nometitis
6. Ilmu Spekulasi-Teoretis.
B. Objek Ilmu
Di ketahui bahwa objek Ilmu adalah alam dan manusia, ilmu tidak mencakupkan
ke dalamnya kajian tentang Tuhan, sebagaimana filsafat memasukannya. Objek Ilmu
murni beralas pada sesuatu berbentuk dan berwujud secara fisik dan pada keruntunan
logis sebagai hadiah atau takdir terbesar Tuhan, yakni rasio.
C. Masalah Ilmiah
Prof.Djawad Dahlan (2017) menyebut masalah sebagai motif, yang menjadi
pendorong mengapa seseorang melakukan penelitian terhadap sesuatu yang di anggap
bertentangan dan sesuatu yang di anggap beda. Adanya pertentangan dan perbedaan ini
dalam banyak hal di sebut dengan masalah Ilmiah.
D. Sikap Ilmiah
Menurut Archi J. Bahm (1980) sikap Ilmiah melputi enam karakterisitik berikut:
1. Sikaprasa ingin tahu
2. Bersikap Spekulatif
3. Bersikap Objektif
4. Keterbukaan
5. Kesediaan untuk menunda penilaian
6. Tentatif
E. Aktivitas Ilmiah
Suatu aktivitas di sebut Ilmiah jika di bentuk dalam kegiatan penelitian.
Yvonna S. Lincoln dan Egon G. goba (1984) menyebutkan terdapat tujuh langkah yang
harus di tempuh seorang peneliti dalam melakukan aktivitas ilmiah, yaitu:
1. Memiliki kesanggupan untuk menyusun sesuatu yang patut di anggap sebagi masalah.
2. Memiliki kesanggupan untuk merumuskan dan mendefinisikan masalah dalam bentuk
kata atau kalmat yang lebih oprasional.
3. Memiliki kesanggupan untuk menyusun suatu dugaan sementara atas apa yang akan
di teliti.
4. Memiliki kesanggupan untuk menyusun dan merumuskan instrument penelitian yang
berbasis pada hipotesis.
5. Mampu melakukan pengumpulan data yang diperlukan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap semua data yang berhasil di kumpulkan.
7. Mampu menggambarkan kesimpulan yang berhasil di peroleh dari masalah yang di
angkat dengan sejumlah metode yang di gunakan.
F. Posisi Filsafat Ilmu
Objek kajiannya adalah ilmu yang menggunakan pendekatan dan analisis filsafat.
Filsafat ilmu akan meletakan ilmu sebagai objekkajian dengan meletakakan filsafat
sebagai alat analisisnya, filsafat ilmu focus melakukan pembahasan tentang ilmu,
sumber, metode, alat, dan sarana tertentu untuk memperoleh apa yang di sebut dengan
ilmu.
Objek kajian filsafat ilmu
Louis O Kattsoff menyebutkan objek kajian filsafat ilmu hamper meliputi segala
pengetahuan yang mampu dan ingin di ketahui manusia secara tuntas. Artinya filsafat
ilmu tidak hanya mengkaji objek –objek yang dikaji ilmu tapi juga akan mengkaji sesuatu
sebagimana ruang lingkup kajian filsafat yang lebih mendalam. Filsafat ilmu itu koheren,
lengkap dan menyentuh hampir setiap dimensi yang terdapat dalam kajian keilmuan.

Bagian ketiga
Analisis Historis Kelahiran Filsafat Ilmu
Kau ciptakan alam materiil dan imateriil dalam waktu yang sama.
Jika aku materiil, maka pantas jika Kaulah sesungguhnya Realitas

1. Sejarah filsafat ilmu


Penulis (Prof. Dr. Cecep Sumarna) menerangkan sejarah awal filsafat ilmu lahir
pada abad ke 18 masehi dan tokoh kuncinya adalah Immanuel Kant. Immanuel Kant
berasal dari keluarga pengrajin sederhana dan mengalami kebangkrutan. Mungkin karena
factor itulah, Kant sering disebut filsuf modern yang rendah hati dan sangat disiplin.
Kant disebut sebagai founder filsafat ilmu dilatari dari suatu asumsi yang
menyebutkan bahwa Kant pernah menyatakan kalu filsafat merupakan disiplin ilmu yang
mempu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Menurut
kant tanpa filsafat ilmu akan selalu bias makna.

A. Pemicu Lahirnya Filsafat Ilmu


Dalam hal pemicu lahirnya filsafat ilmu perlu dicatat pada abad ke 18 saat
dimana Kant mengumandangkan pentingnya filsafat ilmu, dan mengapa filsafat harus
dilahirkan sepertinya untuk menjawab perkembangan ilmiah, sebelumnya terkesan
bebas nilai dan mencerabut atau melepaskan pertaliannya dengan filsafat, apalagi
dengan yang disebut agama.
Ciri khas ilmu pengetahuan cenderung bersifat positivistik yang
mengasumsikan bahwa kebenaran ilmiah haruslah empiris, haruslah rasional, dan
haruslah terukur. Dalam analisis penulis, Kant tampak hendak risau, mislanya risau
ketika ilmu-ilmu sosial dan humaniora lainnya dipaksa menggunakan pendekatan
yang sama seperti terdapat dalam perkembangan sains. Ilmu dalam analisis ini
dianggap benar jika presisi kepastian dan ketepatan atas hasil penyelidikan yang
eksperimen dan matematis itu, dapat diwujudkan.
Kant berani memberikan jaminan keberlangsungan ilmiah, bukan saja terhadap
filsafat, tetapi juga terhadap ilmu-ilmu sosial bahkan agama. Kant tampak hendak
mencoba merumuskan dan membuat legitimasi atas perkembangan ilmu-ilmu eksakta
lainnya. Menurut penulis tanpa peran Immanuel Kant, ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, apalagi teologi akan sangat sulit diakui sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan.
Penulis dalam disertasi yang dipresentasikan 2007, di UIN Bandung, menyebut
bahwa postivisme cukup kuat mempengaruhi hampir keseluruhan wacana ilmiah
modern, bahkan terhadap ilmu-ilmu sosial dan humaniora termasuk ilmu agama.
Akibatnya banyak soal yang menjadi problem baru dalam konteks ilmu tadi,
mengutip pernyataan Achmad Sanusi (2007), mengatakan banyaknya soal-soal sosial
yang lahir yang tidak mungkin dapat diselesaikan dengan pendekatan positivistik.

B. Bagaimana Tuhan Dianggap Berperan?


Dalam bagian ini umumnya mempertanyakan mengapa tuhan harus diakui ada?
Pertanyaan itu lahir karena tuhan sulit diempiriskan meski sangat mudah
dirasionalkan. Padahal alas ilmiah mengharuskan sesuatu yang logis ke dalam dunia
empiris atau mempertautkan sesuatu yang empiris ke dalam dunia yang logis.
Diantara argumentasi ilmuwan postivistik, tentang Tuhan itu dinarasikan sebagai
berikut:
1. Perbincangan tentang eksistensi Tuhan yang saya sebut beyond adalah sesuatu
yang non-science.
2. Mereka yang mengklaim bahwa percaya kepada tuhan adalah sikap diri yang
inkonsistensi dan tidak memiliki logika yang lurus.
3. Percaya kepada tuhan persis seperti orang yang yakin akan adanya setan atau
malaikat, yang adanya setan atau malaikat, yang adanya hanya diyakini, kalau
hanya imajinasi dan tidak mungkin dapat dibuktikan secara empiris.
Alvin Platinga kemudian berpendapat bahwa tuhan adalah dzat yang ada-Nya
tanpa mulai. Sebab jika kehadiran Tuhan diawali oleh sesuatu yang tidak ada, maka
bukan saja ia sama dengan makhluk, tetapi ia tidak mungkin diciptakan oleh sesuatu
yang kehadirannya tidak ajaib. Ia juga menyebut bahwa Tuhan adalah Dzat yang
Maha Bijaksana, Adil, dan Berpengetahuan. Atas sifatnya yang demikian, Tuhan
mampu menciptakan keselarasan dalam dunia yang dibangunNya dengan ndunia
yang demikian besar.

2. Memahami Ontologi
Ontologi berasal dari dua struktur kata yaitu ontos dan logos. Ontos berarti ada dan
logos berarti ilmu. Jadi secara bahasa, ontology adalah ilmu yang mengkaji tentang suatu
yang ada atau mengkaji sesuatu yang keberadaanya patut diduga ada. Yang ada itu bisa
bersifat empiris dan materiil, dapat juga bersifat imateriil. Artinya, yang materiil dan
imateriil dikaji dalam ranah ini sebgai bagian penting dari keberadaan sesuatu atau
realitas.

Ontologi Dalam Makna Istilah


Secara istilah ontologi sering diterjemahkan dengan ilmu yang membahas tentang
hakikat sesuatu yang ada atau patut diduga ada. Seringnya ontology ini mengkaji tentang
sesuatu yang bersifat ultimate atas setiap realitas.
Penulis memberikan contoh pada soal wujud atau eksistensi. Sering dianggap
seolah-olah kalau wujud itu harus mengandung makna benda. Padahal kata wujud
hakikatnya bermakna eksistensi atau keberadaan. Eksistensi sendiri secara bahasa, tentu
sangat berbeda dengan kata ada. Perhatikan makna eksistensi berikut: Eksistensi kaum
pribumi di Indonesia, terinvasi dengan kedatangan bangsa asing ke Nusantara. Kata
Keberadaan tentu saja bukan berarti kaum pribumi hilang secara fisik, semisal tidak ada
sesorang warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia.

3. Metafisika
Metafisika terstruktur dari dua kata, meta (sesudah sesuatu/dibalik sesuatu) dan
physika (nyata, konkrit, dapat diukur dan mampu dijangkau pancaindra). M.J Lengeveld
menyebut metafisika sebagai disiplin ilmu, harus mengikuti dinamika keilmuan dan
dasar-dasar tertentu mengapa sesuatu disebut ilmu. Makna umum dari kata metafisika
adalah ilmu yang mengkaji sesuatu yang eksistensinya berada dibalik yang fisik atau
kajian terhadap sesuatu yang eksistensinya sesudah yang fisik (nyata).
A. Sejarah Metafisika
Menurut Jean Hendrik (1996) menyebut istilah metafisika pertama kali
dipopulerkan oleh Andronicos de Rhodes sekitar tahun 70 SM, ia telah
menafsirkan karya-karya aristoteles yang tersusun (meta) buka physika. Menurut
Hendrik, metafisika sering diartikan sebagai filsafat kedua setelah fisika, karena
kajian ini lahir setelah berbagai kajian fisika yang digeluti Aristetoles
berkembang, mengkaji keadaan sesuatu yang eksistensinya patut diduga berada di
luar jangkauan fisik manusia.
Menurut Anton Bakker (1992 M) menyatakan bahwa metafisika
berkembang jauh sebelum Andronicos memunculkan gagasannya, berkembang
sejak abad 3 SM. Awalnya dipakai untuk berbicara mengenai masalah-masalah
yang lebih fundamental, mendalam dan substantif dalam berbagai lingkungan
kehidupan.
Tokoh penting dibalik lahirnya istilah metafisika adalah Aristetoles
muridnya Plato. Contoh konkrit atas kecerdasan Aristetoles. Bagi Plato, eksistensi
itu dapat dibagi menjadi dua kenyataan, yaitu kenyataan fisik dan kenyataan yang
membelakanginya (bersifat non fisik). Bagi Aristetoles, ia lebih menitikberatkan
pada aspek fisik sebagai yang sebenarnya keadaan. Aristetoles adalah filsuf
pertama yang membagi limu pada dua wilayah praktis, yaitu ilmu pengetahuan
poietis (terapan) dan ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik). Aristetoles juga
membagi imu menjadi ilmu alam, ilmu pasti dan filsafat pertama yng kemudian
disebut metafisika. Bagi Aristetoles tidak ada sesuatu yang non fisik dibalik yang
fisik.
B. Mengapa Mengkaji Metafisika
Metafisika dapat digunakan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat
tertinggi atau terdalam dari keadaan atau kenyataan yang nampak nyata dan
variatif. K. Bartens (1975) menyebutkan bahwa metafisika sebagai kebijaksanaan
(shopia) tertinggi. Ilmu ini akan membawa manusia pada pencapaian prinsip dan
penyebab tertinggi yang melatarbelakangi lahir dan munculnya seluruh eksistensi
yang tampak.
C. Relasi Metafisika dan Ilmu
Relasi keduanya diibaratkan hubungan dua sisi mata uang yang sulit
dipisahkan meski keduanya gampang dibedakan. Filsafat ilmu
memperbincangkan persoalan metafisika lebih hampir tidak ada satu ilmupun
yang terlepas dari persoalan metafisika. Jujun S.Suriasumantri (1982) melihat
bahwa ilmu berfungsi untuk menafsirkan alam dan segala dinamika yang terdapat
di dalamnya, setiap dinamika tidak mungkin hanya dilihat dalam pengertian apa
adanya, selalu tersedia segenap ruang kemungkinan yang sangat dinamis yang
dipengaruhi oleh sesuatu yang metafisika.
D. Peran Ilmiah lain dari Metafisika
Mengutip pikiran Rizal Muntasyir (2003 M), peran ilmiah diantaranya:
- Metafisika mengajarkan tentang cara berfikir yang cermat dan tidak kenal
lelah dalam pengembangan ilmu penngetahuan.
- Metafisika menuntut orisinalitas berfikir yang sangat diperlukan bagi ilmu
pengetahuan
- Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah pra anggapan,
sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
- Metafisika membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi dalam
melihat realitas
E. Cabang Metafisika
Secara umum, metafisika dibagu menjadi 2 bagian, yaitu metafisika umum
dan khusus. Metafisika umum memiliki cabang yang banyak, diantaranya:
idealisme, materialisme, dan naturalisme. Metafisika khusus memiliki ruang
lingkup dalam soal kosmologi, teologi metafisika, dan antropologi.
Idealisme adalah paham atau aliran filsafat yang berusaha memahami materi
atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada
hakikatnya yang terdalam. Singkatnya idealism adalah sebuah paham yang
memandang bahwa sesungguhnya realitas itu bukan pada yang tampak, tetapi
justru berada dibalik yang tampak. Materialisme adalah sebuah paham yang
menganggap bahwa materi merupakan wujud segala eksistensi, paham ini
menolak segala sesuatuyang tidak kelihatan. Naturalisme adalah paham yang
beranggapan bahwa apa yang disebut realitas atau kenyataan adalah segala
sesuatu yang bersifat kealaman.
Kosmologi berasal dari kata cosmos dan logy (yunani), secara sederhana
dapat diartikan ketertiban atau keteraturan. Kosmologi adalah ilmu yang
membahas tentang alam fisik atau jagat raya, ilmu ini akan menjadikan alam
sebagai obyek utama penyelidikan. Teologi adalah aliran yang mengkaji
eksistensi Tuhan yang bebas dari ikatan agama, dibahas secara rasional dalam
perspektif kefilsafatan. Jika Tuhan dilepaskan dari kepercayaan agama, hasil
analisisnya:
a. Tuhan tidak ada
b. Sulit menemukan kepastian ada atau tidak adanya Tuhan
c. Tuhan ada tanpa keharusan untuk dibuktikan secara rasional
d. Tuhan ada dengan bukti rasional
Di abad modern, Sigmun Frued (1856-1939 M) menyatakan bahwa Tuhan sangat
penting bagi manusia meskipun Tuhan sulit dicerna manusia melalui proses
indrawi dan rasionalnya, Tuhan selalu tetap ada dan menjumpai manusia.
Kehadiran Tuhan serendahnya berguna bagi manusia dalam 3 persoalan, yaitu :
a. Tuhan harus dianggap sebagai penguasa alam.
b. Keyakinan agamis memperdamaikan manusia dengan nasibnya yang
mengerikan, terutama kematian.
c. Tuhan memelihara dan menjaga agar ketentuan dan peraturan kultur akan
dilaksanakan manusia.
Antropologi adalah cabang dari metafisika khusus yang membicarakan tentang
manusia, ada 4 aliran yang membahas tentang manusia :
a. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari darah, daging tulang dan
lainnya.
b. Aliran yang memandang kehidupan sebagai ruh, yang benar-benar ada
adalah ruh.
c. Manusia hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu badan dan ruh.
d. Aliran eksistensialisme yang memandang manusia dari eksistensinya,
yaitu keberadaan manusia di dunia.

4. Memahami Epistemologi
Epistemologi akan memberi jawaban atas pertanyaan bagaimana suatu ilmu dapat
diperoleh. Epistemologi membicarakan sumber ilmu, metode ilmiah, sarana, dan alat
berfikir yang digunakan manusia sehingga ia memperoleh ilmu pengetahuan.
A. Makna Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata yunani, episteme = pengetahuan, logos =
diskursus atau ilmu. Epistemologi adalah teori tentang ilmu pengetahuan, studi
tentang sifat pengetahuan, pembenaran dan rasionalitas untuk memperoleh keyakinan.
B. Sumber Ilmu Pengetahuan Dunia Islam
Sumber ilmu adalah bagian penting yang dikaji filsafat ilmu dan menjadi bagian
penting dari kajian dalam epistemologi. Di kalangan filsuf dan saintis muslim
berkembang sebuah pemikiran bahwa sumber utama ilmu pengetahuan adalah wahyu
(Al Qur’an dan Assunnah). Al Qur’an dalam perspektif ini bukan hanya menjadi
mendampingi sumber pengetahuan lainnya, bahkan dapat dianggap pemegang
otoritas lahirnya ilmu.

C. Sumber Ilmu Intelektual “Barat”


Corak ilmu pengetahuan barat temporer sebenarnya berakar dari tradisi dialektis
filsuf yunani pada abad ke 4 dan 5 SM, sebagai lanjutan dari kontradiksi pemikiran
Plato dan Aristoteles yang membawa corak rasional dan empiris. Filsuf dan saintis
barat umumnya ilmu pengetahuan dibatasi hanya pada dua sumber utama yaitu
rasional (kebenaran yang pertimbangannya pada rasional) dan empiris (pengetahuan
yang dihasilkan melalui pengalaman).
D. Empirisme Sebagai Sumber Ilmu
Empirisme adalah sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman yang
bersifat faktual lah yang layak menjadi sumber pengetahuan. Aliran ini diletakkan
oleh Jhon Lock (1032-1704 M) dan George Barkeley (16851753 M), yang
beranggapan bahwa pengetahuan manusia didapatkan dan hanya didapatkan melalui
pengalaman konkret, bukan penalaran rasional yang abstrak, apalagi pengalaman
kewahyuan dan intuisi yang sulit memperoleh pembenaran factual.
E. Rasionalisme Sebagai Sumber Ilmu
Rasionalisme adalah sebuah aliran yang menganggap bahwa kebenaran dapat
diperoleh melalui pertimbangan akal (reason). Dalam beberapa hal, akal bahkan
dianggap dapat menemukan dan memaklumkan kebenaran sekalipun belum didukung
oleh pakta empiris. Rasionalisme menganggap bahwa ilmu lahir dari produk sebuah
rangkaian penalaran bukan dari rangkaian fakta empiris seperti digagas oleh paham
empirisme.

5. Metode Berpikir Ilmiah


A. Metode Ilmiah Masyarakat Muslim
Bayani, adalah sebuah metode berpikir yang didasarkan pada teks kitab suci
(bisa secara simplisik dibaca Al-Quran). Burhani, adalah kerangka berpikir yang tidak
didasarkan atas teks suci maupun pengalaman spiritual, serta dapat dibuktikan secara
empiris. Irfani, model penalaran yang didasarkan atas penadekatan pengalaman
spiritual langsung ( direct experience ) atas realitas yang tampak. Unsur yang
mempengaruhi metode berpikir ilmiah salah satunya karena dari alam.
B. Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah
Dengan metode ilmiah manusia terus menerus mengembangkan
pengetahuannya. Salah satu contoh yaitu perkembangan tempat hidup manusia
mengalami perubahan. Disisi lain rumah hewan belum pernah mengalami perubahan.
C. Cara Kaum Awam Dan Terdidik Dalam Memperoleh Ilmu
Cara penyelesaian masalah kaum awam lebih konvensional didukung oleh tidak
sistematis dan berpikir subjectif. Orang awam memiliki keleahan yaitu subjectif dan
tidak mampu melakukan proses generalisasi. Kaum terdidik mampu memecahkan
dengan metode tertentu kemudaian disebut metode ilmiah. Ilmuan biasa memecahkan
maslah dengan metode yang sitematis.

6. Sarana dan Alat Berpikir Ilmiah


A. Nalar versus insting
Binatang hanya memiliki insting untuk bertahan hidup, Insting binatang
sangatlah kuat untuk mempertahankan hidupnya. namun binatang yang begitu buas
pun masih kalah oleh manusia yang kecil. Hal itu dikarenakan manusia memiliki
nalar sehingga sekali lagi binatang hanya mengandalkan instingnya saja sementara
manusia menggunakan nalar. Namun insting binatang sangatlah kuat menjadi bahan
pelajaran bagi manusia terkait mengenal tanda-tanda alam. Salah satunya pada saat
gunung Meletus.
B. Bahasa dan penalaran
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi kehidupan manusia sehari-hari.
Melalui bahasa manusia bukan saja dapat berkuminikasi, melainkan memperdebatkan
temuannya. Dengan Bahasa manusia mampu mentransperkan informasi atau
kemampuan yang dimilikinya. Salah satu contoh kemampuan petani Australia
ditransformasikan ke petani Indonesia. Begitupun dengan penalaran, melalui
penalaran manusia dapat mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap.
Namun kemampuan diatas tidak dimiliki hewan . Bayangkan jika hewan memiliki
kemampuan menalar manusia. Mungkin hewan seperti burung akan mengupgrade
sangkarnya, kera akan bercerit pengalamannya, dan mungkin hewan akan berinovasi
dengan tempat tinggalnya.
C. Sejarah perkembangan logika
Betrans Russel (1974) menjelaskan bahwa kata “Logika” untuk pertama kali
dipergunakan oleh Zeno dari Citium. Ia juga menjelaskan Socrates, Plato, dan
Aristoteles dapat disebut perintis lahirnya ilmu logika. Namun pernyataan Russel
mendapt sanggahan dari Bertens. K. Bertens. ( 1989), yang menyatakan bahwa logika
untuk pertama kalinya muncul pada era Zono di Citium tetapi pada era Cicera ( abad
ke 1 Sebelum Masehi). Menurut Bartens, logika itu dimaknai seni berdebat, namun
Logika dalam pengertian sebagai ilmu logika adalah ilmu yang menyelidiki lurus
tidaknya pemikiran seseorang. Aristoteles menggunakan makna logika dengan kata
“analitika”. Ilmu ini bertugas menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik
tolak dari putusan putusan yang benar.
D. Bentuk dan cara kerja logika
Filsafat ilmu membagi cara kerja logika menjadi dalam dua bentuk. Kedua
bentuk logika yang dimaksud adalah logika matematika dan logika statistika.
Logika Matematika biasanya menggunakan Bahasa numerik, logika matematika
banyak membantu manusia, yang mana dengan adanya matematika manusia dapat
mengukur, serta memprediksi melalui angka-angka. Perhitungan matematika menjadi
dasar bagi lahirnya ilmu Teknik, memberi inspirasi kepada pemikir di bidang ilmu
social, dan ilmu ekonomi, arsitektur. Melalui logika matematika manusia dapat
meningkatkan daya perdiksi, dan melakukan control terhadap suatu hal.
Logika Statistika merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan
menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan. Bisa dikatakan logika
statistika masih ada hubungannya dengan logika matematika. Logika statistika sering
juga disebut logika peluang, yang mana peluang ini dapat dimanfaatkan manusia
untuk memprediksi atau membaca situasi sekitar.

7. Teori Nilai
Teori Nilai umumnya di kenal dengan sebutan aksiologi yaitu sebagai bagian dari
kajian atau cabang dalam Filsafat ilmu khusus ya ng mengkaji tentang hakikat suatu nilai.
Miriam Webster (2018) menerjemahkan axiology sebagai studi tentang sifat,jenis, dan
kriteria nilai dan penilaian atas apa yang di sebut nilai.Dalam bahasa lain di terjemahkan
juga sebagi ilmu yang menyelidiki tentang kodrat dan status metafisika dari sesuatu yang
di sebut atau layak di sebut nilai.
Asumsi di atas di simpulkan bahwa Aksiologi berfokus pada kajian tentang
orientasi atau nilai suatu pengetahuan, dan para ilmuan membagi bidang ini pada apa
yang disebut dengan etika dan estetika.
A. Etika dalam Kajian Filsafat Ilmu
Vetika atau ethikos (yunani) adalah bagian pertama yang dikaji dalam axiology
yaitu menyelidiki hakikat nilai di tinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Louis O.
Kattsoff(1986) menyebut beberapa cabang pengetahuan seperti
ekonomi,estetika,filsafat agama dan epistemology kebenaran seharusnya di bingkai
dalam kaidah nilai. Sebab betapapun tingginya capaian fisik yang di hasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ia tetap akan kehilangan makna substantifnya dalam hidup
masyarakat.
B. Ilmu Modern Bebas Nilai?
Pernyataan ilmu modern bebas ilmu tidak selamanya benar, meskipun secara
mayoritas tanda-tanda penolakan bagi nilai dalam ilmu cukup terasa di dalamnya.
Archi J.Bahm (1980) menganalisis pentingnya nilai bagi ilmu, Ia menyatakan dampak
negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan yang di akibatkan karena terlalu
banyaknya ilmu dan teknologi yang di kembangkan tanpa di setai oleh nilai.
Kajian tentang nilai dalam ilmu bukan temuan baru dalam filsafat, bahkan sejak
zaman Socrates, yang menyatakan “kenalilah diri sendiri” sebagai jalan untuk
mengenal orang lain, pernyataan tersebut sejalan dengan pelajaran dasar Islam yaitu
ungkapan Nabi melalui hadis qudsi yang berbunyi “mengetahui diri adalah jalan
untuk mengetahui Tuhan” mengenal diri sendiri berarti mengenal dunia tempat
manusia hidup,mengetahui cara memperoleh pengetahuan dan mengerti apayang
dinamakan hidup.
Einstein merumuskan sebuah konsep “Agama tanpa ilmu akan membuat
manusia pincang, namun ilmu tanpa nilai agama akan membuat manusia menjadi
lumpuh” Artinya ilmu agama semestinya bersatu padu dalam satu koherensi ilmiah
yang tidak terpisahkan.
C. Ciri dan Letak Nilai
Nilai mempunyai tiga ciri yaitu nilai terletak pada subyek, nilai terletak dan
bergantung pada sikap praktis, dan yang terakhir nilai terletak pada sikap pandang
subjektif.
D. Apresiasi atas Nilai
Nilai adalah persoalan apresiasi positifnegatif tergantung pada disposisi subjek
serta hubungan antara subjek dan obyek.
E. Eksistensi Nilai Etik dalam Perilaku Hidup
Etika yaitu baik-buruk, benar-salah adalah bagian dari cabang aksiologi yang
mengandung tiga fungsi berikut:
1. Etika dapat dipakai dalam arti studi krisis
2. Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral
3. Etika merupakan ilmu tentang yangbaik dan buruk
F. Implementasi Nilai Etik dalam Ilmu
Ilmuan yang menggunakan satu pertimbangan dimana nilai satu kebenaran akan
selalu mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan nilai metafisika lain, Ilmuan
yang menganggap bahwa ilmu perlu dimasuki pertimbangan nilai etik dan nilai
kesusilaan.

8. Memahami Estetika
A. Makna Estetika
Merupakan cabang filsafat ilmu yang menelaah dan membahas tentang seni
keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya (KBBI). Estetika sering diidentikkan
atau di asumsikan dengan kata cantik, indah atau nikmat.
B. Estetik: Antara Pertimbangan Fisik dan Akal Budi
Hari – hari yang anda anggap indah itu sebenarnya tidak indah. Hari itu
sebenarnya sama dengan hari lainnya. Tetapi sikap anda, kesan anda, dan perasaan
anda terhadap suasana yang melingkupi diri anda pada saat itu, terasa menjadi indah
dengan suasana kebatinan anda.
C. Seni itu Ekpresi Rasa
Menurut Croce (1866-1952) seni sebagai implementasi atau kegiatan kejiwaan.
Seni hanya dapat dinilai oleh mereka yang memiliki intuisi dan perasaan kejiwaan
menyangkut nilai seni.
D. Objektifikasi Keindahan Seni
Rasa nikmat atau indah itu sebenarnya tidak lebih dari objektifikasi rasa nikmat
yang dinikmati oleh kita sendiri atas realitas metafisis yang kita rasakan. Bukan suatu
kenikmatan dan keindahan yang dirasakan orang lain.
E. Akal Menjadi Penentu
Akal akan menjadi penentu dalam memberikan penilaian atas sesuatu, termasuk
didalamnya berkaitan rasa keindahan dan kenikmatan.
F. Seni Bergantung pada Ekspresi Pengalaman
Pengalaman akan melahirkan kualitas perasaan yang menimbulkan kepuasan.
G. Manfaat Estetika dalam Dunia Ilmu
Merawat seni akan semakna dengan mengabadikan filsafat itu sendiri. Menjaga
nilai kekudusan ilmu, Menghidupkan dunia seni semakna dengan menghidupkan dan
menyeimbangkan penggunaan otak manusia.

Bagian keempat
Bahasa dan filsafat Bahasa
Batu yang terletak di jalan tidak selalu mengganggu perjalanan .
Anjing peliharaan, malahan sangat mungkin menggigit siempunya.
Di lautan teduh, setiap orang bisa menjadi nahkoda yang baik.

1. Filsafat Bahasa
Meski masih di ragukan tingkat kebenarannya karena belum ada pembuktian ilmiah yang
tingkat akurasinya mendekati kepastian yaitu kata hermeneutika yang berubah menjadi
sebuah di siplin ilmu (filsafat bahasa), banyak di sebut terambil dari nama suatu Dewa yang
popular dan di anggap memiliki pengaruh besar,khususnya dikalangan masyarakat Yunani
kuno. Dewa di maksud di anggap telah mengubah peradaban manusia dari Neanderthal ke
Homo Sapiens yaitu suatu titik baru peradaban manusia.
Mary Belknap (2019) telah mengubah watak manusia dari pemburu zaman batu ke budaya
masyarakat yang kompleks, multinasional dan berteknologi tinggi, yaitu di awali ketika
manusia menemukan alat dan media tulis baru dalam bentuk papyrus yang menjadi media
penting untuk menulis.
Museum Giza Mesir (2019), penjelasan tutor dan guide tour wisata muslim, yaitu nama
Dewa yang sering di nyatakan dengan suatu sebutan yang lazim atau popular di sebut
Hermeus. Menurut tulisan Seyyed Hossein Nasr (1989:71)bahwa Hermeus adalah nama lain
dari Nabi Idris. Legitimasi Hermeus sebagai Nabi Idris di sebut Nasr (1989) karena du nama
ini memiliki keahlian yang sama yakni memintal (menjahit pakian) dengan pintalan yang
kuat dan indah. Dalam hadist Imam Al-hakim disebutkan bahwa “ Idris di percaya sebagai
seorang penjahit yang indah. Bunyi hadis tersebut adalah;”….Ibnu abbas dari Rasululloh
saw. Berkata:….Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang
tukang kayu, Idris seorang penjahit, dan musa adalah seorang penggembala….”
A. Kata Pemintal dalam nalar Filsafat
Perbedaan penafsiran makna atas pekerjaan Idris atau Hermeus sebagiai tukang jahit atau
pemintal, terlebih ketika di asumsikan memiliki tutur kata yang indah, di anggap kelompok
kontekstualis(filsuf) sebagai kata qiyasi atau majasi. Suatu kata yang sebenarnya memiliki
lebih dari satu kata atau bahkan banyak makna yang dalam konteks tertentu sanangat berbeda
dengan makna yang lazim di terapkan manusia biasa.
B. Penyebab lahirnya Hermeneutika
Dalam perkembangan berikut, pesan ,moral Tuhan (wahyu) yang sebelumnya berbentuk
lisan, untuk kepentingan tertentu,misalnya untuk pengabdian pesan moral yang di maksud,
maka setiap sabda dan firman Tuhan akhirnya dituliskan dan dibukukan.
Dalam tulisan Paul Ricoeur (1986) setidaknya terdapat tiga distansiasi (penjarakan) ketika
suatu teks yang semula terbiasa di pakai dalam bahasa lisan yang dialogis ke dalam bahasa
tulisan yang kadang statis. Tiga distansiasi berkisar pada hal berikut:
1. Bahasa lisan cenderung melahirkan dialog antara pembicara dengan pendengar.
2. Komunikasi dengan teks atau komunikasi antara pengarang dan pembaca sebuah
tulisan,tidak mungkin dapat dilakukan secara langsung.
3. Pembaca di jauhkan dari pengarang, sehingga aspek sosiologis dan psikologis
penulis suatu teks, tidak dapat ditangkap pembaca dengan utuh.
Tiga persoalan inilah yang memungkinkan adanya ruang untuk mendekati berbagai tulisan,
termasuk tentu kitab Suci (Al-Quran) dan sunah (hadist) dengan pendekatan hermeneutic.
C. Hermeneutika dan kajian Kitab Suci
Kitab Suci umat Islam (Al-quran) yang di turunkan 14 abad yang lalu dengan kondisi
soisial yang berbeda dengan situasi masa kini selalu mengalami perbedaan penafsiran yang
sangat beragam. Dalam nalar ini menjadi maklum jika proses elaborasi dan pemahaman atas
ayat –demi ayat dalam Al-quran, termasuk misalnya para intelektual muslim Indonesia
menjadi berbeda.
D. Al-Quran dari Gaib ke Historis
Komarudin Hidayat (1996:112) berpendapat bahwa persoalan tafsir keagamaan yang
terpusat pada Al-Quran akan lebih terasa lagi kesulitannya ketika umat Islam harus
berhadapan dan membuat suatu rumus “paten” yang dapat diterapkan dalam memahami Al-
Quran yang pengarangnya Alah dan berada di luar kategori historis manusia. Menurutnya
umat Islam baru akan mengalami sedikit kemudahan ketika Ia memahami Al-Quran sebagai
kalam Allah yang redaksinya telah ditransformasikan ke dalam bahasa manusia.
Teks yang terdapat dalam Al-Quran telah memainkan peran yang sangat besar bagi
terjalinnya komunikasi antara Tuhan dan manusia , bahkan antara sesama manusia itu
sendiri. Dalam konteks ini sekalipun Al-Quran di yakini sebagai firman Tuhan yang maha
gaib, namun dalam realitis empiris Al-Quran yang demikian itu telah memasuki wilayah
historis.
E. Filsuf dan Pemikir Hermeneutika
Tafsir relevansi yang cukup urgen bila dipakai dalam memahami pesan AL-Quran agar
subtilitas intelegensi (ketepatan pemahaman) dari pesan Tuhan dapat di telusuri secara
kompeherensif, maksudnya pesan Allah itu tidak hanya di pahami dalam konteks yang lebih
menyeluruh dengan tidak membatasi diri pada teks dan konteks . Disini dapat diilustrasikan
bahwa Herneneutik adalah diskursus bahasa hingga wacana dialektis antara teks dan wacana
akan selalu hidup. Dan terdapat tiga factor yang senantiasa di pertimbangkan yakni dunia
teks, dunia pengarang dan dunia pembaca. Tiga aspek Psikologis ini menjadi wacana yang
tidak pernah berhenti danmesti terus dikembangkan dalam wacana tafsir Hermeneutik.
F. Al-Quran dalam Tafsir Herneneutik
Umat Islam dipandang sebagai kelompok masyarakat yang paling beruntung. Salah satu
keuntungan itu adalah karena Umat Islam memiliki kitab suci autentik yang di beri nama Al-
Quran, yang tidak dapat di ragukan lagi bukan saja karena landasan teologis, tetapi bukti
empiris ilmiahpun mampu menunjukan keauentikannya.
G. Urgensi Hermeneutik dalam Kajian Pendidikan
Kajian Hermeneutik terhadap ayat-ayat Al-Quran, jika dikaitkan dengan Pendidikan
Islam, setidaknya telah mewakili lima persoalan penting dan patut segera diimplementasikan,
yaitu:
1. Pendidikan Islam selama ini selalu menisbatkan diri pada Al-Quran dan sunnah Nabi sebagi
sumber rujukan.
2. Al-Quran telah menunjukan suasana yang berbeda dalam menatap kondisi sosiologi Arab
dan Madinah.
3. Pesan Moral etik Al-Qurandan Sunnah yang bermula dari bahasa lisan ke bahasa tulisan.
4. Sebagai tindak lanjut dari gagasan bahwa konsep Al-Quran yang sering di sebut pengkajinya
shalih li kulli zaman wa makan, memberi isyarat adanya kontekstualisasi, dan itusemua
secara hemeneutik tidak akan mengganggu kredebilitas Al-Quran sebagai patokan dalam
rujukan hokum Islam, termasuk dalam soal-soal pendidikan Islam.
5. Hermeneutik mensyratkan terjadinya perbedaan penafsiran dalam memahami ayat-ayat Al-
Quran, termasuk jika ayat-ayat itu terkait dengan soal-soal pendidikan.
2. Komunikasi Melalui Bahasa Ilmiah
Mirriam Webster (2009) menjelaskan bahwa komunikasi di terjemahkan sebagai proses
pertukaran Informasi yang berlangsung antara satu individu dengan individu lain atau antara
satu komunitas dengan komunitas lain.
A. Makna Bahasa
Para Analis dan ahli Bahasa menerjemahkan Bahasa sebagi system komunikasi antar
manusia yang mewujudkan dalam bentuk suara,kata-kata, dan tata Bahasa yang disepakati
bersama. Dalam penjelasan tersebut disimpulkan bahwa manusia memiliki dua takdir, yakni
akal dan memiliki alat komunikasi dalam suatu sistem tertentu, yang kemudian di sebut
Bahasa.
B. Bahasa dalam pendekatan Filsafat
Bahasa dalam konteks Filsafat memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, dengan
Bahasa manusia mampu melakukan abstraksi sekaligus simbolisasi dari realitas factual
empiris ke dalam dunia ide.
Di lihat dari fungsinya Bahasa dapat mendorong manusia melakukan proses transformasi,
pengetahuan, nilai,budaya, dan adat dari generasi ke generasi lain.
C. Penggunaan Bahasa
Bahasa di golongkan menjadi dua kelompok besar yaitu, Bahasa alami dan Bahasa buatan.
1. Bahasa Alami
Bahasa dalam kajian filsafat bahasa sering di terjemahkan sebagai bahasa natural atau
bahasa alami. Bahasa alami ini di bagi menjadi dua bagian:
a. Bahasa Alami Isyarat , yakni pola dan bentuk komunikasi manusia yang menggunakan
bentuk-bentuk manual, bergerak dengan bahasa tubuh.
b. Bahasa Alami Biasa, yakni Bahasa yang biasanya dipakai sehari-hari oleh manusia ketika
berkomunikasi dengan orang lain.
2. Bahasa Buatan
Bahasa buatan adalah Bahasa artifisal yang menuntut adanya konstruksi tertentu.
Jenis Bahasa Buatan di bagi menjadi Dua:
a. Bahasa Buatan Istilah, di sebut Bahasa kekaburan
b. Bahasa Buatan Artifisal, di sebut sebagai Bahasa simbolik.
D. Bahasa sebaga Alat Komunikasi Ilmiah
Kegiatan komunikasi di lakukan dengan dua cara , yaitu
1. Melalui kegiatan tulis, dalam komunikasinya melalui aksara dan huruf yang terangkai
menjadi kata, kalimat, sub pokok bahasa, dan bahasan tertentu.
2. Narasi kalimatnya tidak di tulis, yakni komunikasinya melalui rangkaian aksara dan huruf
yang terangkai dalam bentuk kata, kalimat, sub pokok bahasa, dan bahsan dengan makna
tertentu, yang dilakukan dengan cara oral.
E. Raingkain Tulisan Ilmiah
Komunikasi Ilmiah melalui tulisan biasanya di gunakan untuk menyampaikan gagasan
hasil penelitian pada setiap temuan, situasi demikian disebut karya atau hasil ilmiah. Sesuatu
di sebut ilmiah apabila dilakukan dengan menggunakan sumber,metode, sarana, dan alat ilmu
yang juga ilmiah.
F. Mengapa harus Menulis
Baik buruknya penguasaan penulis terhadap tema yang di tulis, berpengaruh langsung
terhadap baik buruknya tulisan yang di rumuskan. Suatu tulisan ternyata sangat kuat
mempengaruhi pikiran orang,maka dari itu betapapun tulisan itu di anggap kurang baik oleh
siapa pun , tetaplah menulis…., agar kita menjadi manusia historis di bumi.
G. Kapan harus menulis
Kapan suatu tulisan harus ditulis, maka menulislah….., kapan merasa berminat untuk
menyimpan atau mendokumentasikan sebuah peristiwa, maka menulislah…., setiap moment
menarik atau tidak menariknya moment itu, maka menulislah……
Jadi menulis itu soal habit (kebiasaan) seseorang. Bahwa manusia akan di abadikan
dalam dua bentuk, dan akan di abadikan dan mengabdikan dirinya, meski sudah mati akan
tetap di kenang. Maka mungkin kita hanya mengabdikan diri melalui tulisan,” Belajarlah
menulis ,menulis dan menulis agar di kenang Dunia”.

Anda mungkin juga menyukai