FILSAFAT IDEALISME
1.1 Pengertian Filsafat Idealisme
Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris
yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Idealism berasal
dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan isme yang berarti paham/
pemikiran. Istilah idealisme ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula
awal abad ke-18. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme
dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat segala sesuatu
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Realitas yang berwujud sebenarnya
lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran bukan pada hal yang bersifat materi. Meskipun
demikian, idealisme tidak mengingkari adanya materi. Materi merupakan hal luar apa yang
disebut hakikat terdalam, yakni akal atau ruh, sehingga materi menjadi bungkus luar pada
hakikat, pikiran, akal, budi, ruh dan nilai. Dengan demikian idealisme sering menggunakan term-
term yang meliputi hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan kepribadian. Idealisme dipercaya
bahwa watak suatu objek adalah spiritual, non material dan idealistik.
Idealisme merupakan salah satu filsafat yang dianggap memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan, meski demikian diakui kurang memiliki pengaruh langsung pada abad XX
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Akan tetapi, gagasan-gagasan idealisme masih
merembes ke dalam pemikiran pendidikan barat. Idealisme ini dipopulerkan oleh plato (427-347
SM). Plato berpendapat bahwasanya kebenaran-kebenaran universal itu pada setiap aspek
kehidupan, termasuk politik, agama, etika dan pendidikan (Amirudin, 2018).
Menurut Plato dalam Asiswanto (2011), idealisme muncul karena teori-teori Plato yang
membangun doktrin mengenai "ide" atau gagasan-gagasan yang ideal. Idealisme memandang
realita sesungguhnya adalah mental dan spiritual sehingga realita tidak bisa lepas dari pikiran
manusia berdasar pengalamannya. Bahkan lebih ekstrim lagi, realita itu hanya ada dalam pikiran
manusia. Menurut Plato dalam Bertens (1999) bahwa ide merupakan sesuatu yang objektif. Ada
ide-ide, terlepas dari subjek yang berpikir. Ide bersifat kekal, immaterial dan tidak berubah.
Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Dalam mencari kebenaran, plato berpandangan
bahwasanya kebenaran tidak dapat ditemukan dalam dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata
tidak permanen dan selalu mengalami perubahan. Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia
yang sebenarnya, tetapi merupakan analogi atau ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indra
(Rusdi, 2013).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu aliran filsafat
yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada tataran ide. Realitas yang
berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran dan bukan pada hal-hal yang
bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari adanya materi. Materi
merupakan bagian luar dari apa yang disebut hakekat terdalam, yaitu akal atau ruh, sehingga
materi merupakan bungkus luar dari hakekat, pikiran, akal, budi, ruh atau nilai. Filsafat idealisme
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia adalah
rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera
adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Filsafat ini memandang nilai adalah tetap dan tidak
berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah
dari generasi ke generasi.
Idealisme mempunyai nama lain yaitu serba cita yang merupakan salah satu aliran filsafat
tradisional yang paling tua.dan merupakan aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Aliran
ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Alasan yang terpenting dari aliran ini ialah manusia menganggap roh atau sukma itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya
saja.