Anda di halaman 1dari 11

1.

FILSAFAT IDEALISME
1.1 Pengertian Filsafat Idealisme
Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris
yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Idealism berasal
dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan isme yang berarti paham/
pemikiran. Istilah idealisme ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula
awal abad ke-18. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme
dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat segala sesuatu
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Realitas yang berwujud sebenarnya
lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran bukan pada hal yang bersifat materi. Meskipun
demikian, idealisme tidak mengingkari adanya materi. Materi merupakan hal luar apa yang
disebut hakikat terdalam, yakni akal atau ruh, sehingga materi menjadi bungkus luar pada
hakikat, pikiran, akal, budi, ruh dan nilai. Dengan demikian idealisme sering menggunakan term-
term yang meliputi hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan kepribadian. Idealisme dipercaya
bahwa watak suatu objek adalah spiritual, non material dan idealistik.
Idealisme merupakan salah satu filsafat yang dianggap memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan, meski demikian diakui kurang memiliki pengaruh langsung pada abad XX
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Akan tetapi, gagasan-gagasan idealisme masih
merembes ke dalam pemikiran pendidikan barat. Idealisme ini dipopulerkan oleh plato (427-347
SM). Plato berpendapat bahwasanya kebenaran-kebenaran universal itu pada setiap aspek
kehidupan, termasuk politik, agama, etika dan pendidikan (Amirudin, 2018).
Menurut Plato dalam Asiswanto (2011), idealisme muncul karena teori-teori Plato yang
membangun doktrin mengenai "ide" atau gagasan-gagasan yang ideal. Idealisme memandang
realita sesungguhnya adalah mental dan spiritual sehingga realita tidak bisa lepas dari pikiran
manusia berdasar pengalamannya. Bahkan lebih ekstrim lagi, realita itu hanya ada dalam pikiran
manusia. Menurut Plato dalam Bertens (1999) bahwa ide merupakan sesuatu yang objektif. Ada
ide-ide, terlepas dari subjek yang berpikir. Ide bersifat kekal, immaterial dan tidak berubah.
Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Dalam mencari kebenaran, plato berpandangan
bahwasanya kebenaran tidak dapat ditemukan dalam dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata
tidak permanen dan selalu mengalami perubahan. Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia
yang sebenarnya, tetapi merupakan analogi atau ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indra
(Rusdi, 2013).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu aliran filsafat
yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada tataran ide. Realitas yang
berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran dan bukan pada hal-hal yang
bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari adanya materi. Materi
merupakan bagian luar dari apa yang disebut hakekat terdalam, yaitu akal atau ruh, sehingga
materi merupakan bungkus luar dari hakekat, pikiran, akal, budi, ruh atau nilai. Filsafat idealisme
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia adalah
rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera
adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Filsafat ini memandang nilai adalah tetap dan tidak
berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah
dari generasi ke generasi.
Idealisme mempunyai nama lain yaitu serba cita yang merupakan salah satu aliran filsafat
tradisional yang paling tua.dan merupakan aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Aliran
ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Alasan yang terpenting dari aliran ini ialah manusia menganggap roh atau sukma itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya
saja.

1.2 Macam Macam Filsafat Idealisme


1. Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri. Idealisme ini menganggap manusia perseorangan sebagai produsen
dari alam kenyataan, roh manusia juga sakti menentukan jalannya proses kenyataan. Alam dan
masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di
masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata
lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George
Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh
sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif
2. Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam
susunan alam. Idealisme ini menganggap roh manusia hanya sebagai satu bagian saja dari roh
umum yang menggerakkan kenyataan ini.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang
bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada
sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian.
Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang
sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam
benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
3. Idealisme Rasionalistis
Idealisme ini menganggap roh itu ialah akal dan akal di sini maksudnya adalah pikiran.
4. Idealisme Etis
Idealisme ini menganggap bahwa roh di sini maksudnya akal praktis yang berlaku dalam
penilaian etika. Idealisme ini menganggap bahwa di samping keutamaan alam rohani dan alam
akhirat (alam cita-cita) juga mengakui bahwa roh dan raga manusia sama-sama turut
mengambil saham dalam proses kenyataan sejarah berdasarkan kehendak bebas yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia.
5. Idealisme Personal (personalisme)
Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.
Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.
Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses
pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
1.3 Tokoh-Tokoh Filsafat Idealisme
Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Plato (477 -347 SM), Immanuel Kant (1724 -
1804), Pascal (1623-1662), J. G. Fichte (1762-1914 M.), F. W. S. Schelling (1775-1854 M.), G.
W. F. Hegel (1770-1031 M.) Menurut Plato tentang teori pengetahuan, idealisme
mengemukakan pandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan
tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dan benda-benda diluar penjelmaan material. Sedangkan
Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam, dengan maksud agar
roh tersebut sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh dapat berupa ide atau pikiran. Mereka dapat
mewakili pandangan idealisme.
1. Plato (427-347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikutnya yang mempunyai
pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, Plato juga dikenal sebagai seorang sastrawan
yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat di
perolehnya secara cukup.
Ia lahir di Athena ,dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates,
Pythagoras, Heracleitos dan Elia. Akan tetapi, ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah
dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sebagai orang yang di lahirkan dalam
lingkungan keluarga bangsawan, ia mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan
bernama Pyrilampes .Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi
gurunya selama 8 tahun.
Sebagai seorang filsuf, Plato mencoba menyelesaikan permasalahn lama: mana yang
benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara
pengetahuan yang lewat indera dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang
diperoleh lewat indera disebut pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman. Sedangkan
pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indera atau
pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atua berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal
bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai contoh, di dalam pengalaman hidup sehari-hari, kita mengenal banyak jenis
manusia ada yang lelaki dan ada yang perempuan. Kelelakian dan keperempuanannyapun
berbeda-beda. Tetapi, dunia akal budi (idea) hanya mengenal satu manusia saja yang bersifat
tetap dan tidak berubah. Dunia pengalaman disebut sebagai dunia “semu” atau dunia bayang-
bayang. Sedangkan dunia idea (akal budi) disebutnya sebagai “dunia asli”. Jadi, manusia yang
kita saksikan melalui pengalaman ini, yang jumlah dan jenisnya beraneka ragam, merupakan
bayang-bayang dari manusia yang hanya ada satu di dunia idea itu. Sedangkan, pertanyaan
mengenai mengapa manusia yang beraneka ragam itu ada, hal itu disebabkan karena perbedaan
tentang caranya menjadi bayang-bayang itu.
2. Fichte (1762-1814)
Menurut Fichte, dasar realitas; kemauan inilah thing-in it self-nya manusia.
Penampakkan menurut pendapatnya adalah sesuatu yang di tanam roh absolut sebagai
penampakkan kemauannya. Roh absolut adalah sesuatu yang bearda di belakang kita. Itu adalah
Tuhan pada Spinoza. Bagi seorang idealis, hukum moral ialah setiap tindakan harus berupa
langkah menuju kesempurnaan spiritual, itu hanya dapat dicapai dalam masyarakat yang
anggota-anggotanya adalah pribadi yang bebas merealisasi dari mereka dalam kerja untuk
masyarakat. Pada tingkat yang lebih tinggi kelemahan dan harapan manusia muncul pada kasih
Tuhan.
3. Hegel (1770-1831)
Pusat filsafat Hegel ialah konsep Geist (roh; spirit) suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Istialh ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu yang real,
kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai “World of Spirit
(Dunia roh) yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu
merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.
4. Pascal (1623-1662)
Blaise Pascal lahir di Clermont-Ferrand Perancis 19 Juni 1623 meninggal di Paris 19
Agustus 1662. Ayahnya bernama Etienne Pascal yang menjabat sebagai kepala pengadilan di
Clermont ketika Blaise Pascal lahir. Minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan
hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat
menemukan teori tentang probabilitas. Pada awalnya minat riset dari Pascal lebih banyak pada
bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan, di mana dia telah berhasil menciptakan mesin
penghitung yang dikenal pertama kali. Mesin itu hanya dapat menghitung.
5. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant umumnya di anggap sebagai yang terbesar di antara para filsuf modern.
Kant hidup di daerah Konigsberg, Prusia Timur.di luar itu, dia memiliki kehidupan akademis
yang tidak berlangsung lama, meski dia juga mengalami masa-masa perang tujuh tahun (yang
masa itu rusia menduduki Prusia Timur), revolusi Prancis, dan awal dari karier kekuasaan
Napoleon.

1.4 Implikasi Filsafat Idealisme dalam Pendidikan


Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam.
Tujuan pendidikan menurut filsafat idealisme terbagi menjadi 3 hal, yakni tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat dan tujuan yang berkaitan dengan Tuhan. Pendidikan untuk
individualisme disini antara lain agar peserta didik mampu menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang bermanfaat, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup yang
bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk lebih baik. Tujuan untuk kehidupan masyarakat ialah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekedar menuntut hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan
sebagai gabungan antara tujuan individu dengan sosial sehingga terekspresikan dalam kehidupan
yang berkaitan dengan Tuhan (Yanuarti, 2016).
Kedudukan peserta didik menurut filsafat idealisme merupakan individu yang bebas akan
mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar yang sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Sehingga peserta didik merupakan orang pribadi,
sebagai makhluk spiritual. Peserta didik menganut filsafat idealisme senantiasa memperlihatkan
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya sebagai pusat utama
pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Para filsuf idealisme memiliki harapan yang sangat tinggi bagi para guru. Keunggulan
harus ada pada diri guru baik secara moral dan intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih
penting dalam sistem sekolah selain guru. Guru memiliki tanggung jawab untuk menghidupkan
dan menciptakan lingkungan pendidikan serta mengembangkan kepribadian dan bakat yang
dimiliki oleh peserta didik. Sehingga, peran pendidik tidak hanya cukup mengajar peserta didik
saja tentang bagaimana berpikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi
kenyataan dalam perbuatan. Dari Sinilah guru dituntut memiliki keunggulan moral dan
intelektualnya.
Materi pembelajaran dalam filsafat idealisme ini dapat dilihat dari sudut pandang
epistemologinya. Apabila kebenaran merupakan ide gagasan, maka kurikulum yang harus
disusun seputar materi kajian yang mengantar peserta didik untuk langsung terjun dengan ide
dan gagasan. Oleh sebab itulah kurikulum bagi filsafat idealisme menekankan pandangan
humanitis. Bagi idealisme, kurikulum merupakan organ yang vital intelektual atau disiplin
keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut
menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang absolut (Rusdi, 2013).
Tujuan dan metode dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi
guru yang ada di dalam kelas seringkali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah)
dengan pengertian pengetahuan ditransfer dari guru ke murid. Dengan demikian bahwasanya
metode pengajaran dalam pandangan idealisme salah satunya adalah penyampaian dengan
menggunakan uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke peserta didik terkesan verbal
dan abstrak.
2. FILSAFAT MATERIALISME
2.1 Pengertian Filsafat Materialisme
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari
segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun
metafisikanya adalah metafisika materialisme. Filsafat materialisme berpandangan bahwa
hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Menurut filsafat
filsafat materialisme, asal, sifat dan hakikat dari semua keberadaan adalah materi. Paham
matrealisme tidak mengakui adanya Tuhan. Tidak ada bab tentang Tuhan. Kalau pun ada, maka
dicacilah manusia yang percaya kepada Tuhan. Filsafat matrealisme mengabaikan adanya
spiritual. Tidak ada kamus kitab suci, rasul, hari kiamat, malaikat, surga, neraka. Maka tak kenal
ibadah, doa, dosa, taubat, takwa, tawakal, sabar. Konsep-konsep dosa dan taubat, neraka dan
surga datang dari agama. Jadi kalau tidak mau dipusingkan hidup ini oleh urusan dosa dan
neraka, tinggalkan saja agama. Karena itu muncul berbagai kritik pada filsafat ini. Adapun kritik
yang dilontarkan adalah sebagai berikut: 1) Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini
terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang
mengatur bukan lagi kacau balau namanya; 2) Materialisme menerangkan bahwa segala
peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal, pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan
rohani juga; 3) Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda
itu sendiri. Padahal, dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri, yaitu Tuhan;
dan 4) Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar
sekalipun.

2.2 Macam Macam Filsafat Materialisme


a. Materialisme rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas
dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah);
b. Materialisme mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri itu tidak
berkaitan dengan prinsip immaterial.
c. Materialisme parsial Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesuatu yang
material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal;
d. Materialisme antropologis. Materialisme antropologis ini menyatakan bahwa jiwa itu
tidak ada karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau perubahan-
perubahan fisik-kimiawi materi;
e. Materialisme dialektik. Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa realitas seluruhnya
terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat dijabarkan
kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di materialisme dialektik
adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam materi dapat
menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain kehidupan berasal dari
materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk manusia berasal dari materi yang mati,
dengan proses perkembangan yang terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki
kehidupan. Oleh karena itu kalau manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada
yang disebut dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai
asas-asas, yaitu :
- Asas gerak;
- Asas saling berhubungan;
- Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif;
- Asas kontradiksi intern.
f. Materialisme historis. Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakikat sejarah
terjadi karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme histories
secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut sejarah rohani
dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan refleksi-refleksi aktivitas
ekonomis manusia. Materialisme historis ini berdasarkan dialektik, maka semua asas
materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam materialisme histories.
g. Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan
materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.

1.3 Tokoh-Tokoh Filsafat Materialisme


I. Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan
pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Setelah
dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh
gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus. Kemudian, ia pun
menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia dua puluh empat
tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena
dianggap revolusioner.
Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah
ia bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels
bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka mencetuskan
Manifesto Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang
fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan,
melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas
yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas borjuis. Pada
puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak berkelas, yang menurut Marx adalah
masyarakat komunis.
II. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena
keduanya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal
adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.
III. Hornby (1974)
Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exist (teori
atau kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja).
Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada
hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi
adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa materi
dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat, tujuan,
makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi, materialisme tidak mengakui adanya entitas
nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan
atau alam supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya
realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya berkausa
material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being of phenomena. Pada
akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya bersifat abadi.
IV. Van Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan bahwa materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme
ini terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi.
Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom tertinggi.
Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi kegiatan dari
otakyang bersifat sangat organik-materialistis.

Anda mungkin juga menyukai