Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

(TUGAS II)

Oleh:

NAMA: ILON THALIA KOMSARY

NPM: 12113201190084

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2019
1. Pengertian Idealisme

Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan

isme yang berarti paham/ pemikiran. Sehingga, idealisme adalah doktrin yang

mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam

kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Keyakinan ini ada pada Plato.

Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George Berkeley

(1685-1753) yang menyatakan bahwa hakekat objek-objek fisik adalah idea-idea.

Idealisme mempunyai nama lain yaitu serba cita yang merupakan salah satu aliran

filsafat tradisional yang paling tua.dan merupakan aliran ilmu filsafat yang

mengagungkan jiwa. Menurut Plato, cita adalah gambaran asli yang semata-

mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan

bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita

melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta

menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak

mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak

dikategorikan idea. Alasan yang terpenting dari aliran ini ialah manusia

menganggap roh atau sukma itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari

materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang

sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya

saja.
2. Hubungan Idealisme Dengan Administrasi Kebijakan Kesehatan

Hubungannya yaitu idealisme menekankan akan hal-hal yan bersiafat ide dan orang

yang idealisme sering disebut sebagai orang ideal yang diartikan sebangai orang

yang bertindak berdasarkan pengalaman empirik yang unik, pikiran (ide) yang

tinggi untuk mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu kita(sarjana kesehatan

masyarakat) membutuhkan namanya idealisme untuk menjadi orang yang idel

untuk mampu memecahakan masalah/permasalahan yang berada dalam peminatan

kita salah satunya administrasi kebijakan kesehatan (AKK) yang dimana tugasnya

yaitu menganalisis berbagai data masalah berdasarkan data (statistik) kesehatan

masyarakat.

3. Tokoh Yang Mengemukakan Idealisme

Plato (477 -347 S.M)


Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa

terletak di antara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca

indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan oleh akal, dan yang berkaitan

juga dengan ide atau gagasan. Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang

dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya

satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.

Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran.

Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman.

Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti,

sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan

dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

Immanuel Kant (1724 -1804)


Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini

menyatakan bahwa isi pengalaman langsung

yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya

sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum

intuisi kita. Dengan demikian, ruang dan

waktu yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat

membantu kita (manusia) untuk mengembangkan

intuisi kita. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak

sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh

pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi, bila pengetahuan itu datang dari luar

melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa

filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu

datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.

Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal

antara lain :

a. Pengetahuan diperoleh melalaui dua

jalan, pertama menggunakan akal dan

kedua menggunakan hati. Ketika

akal dengan semua perangkatnya tidak dapat lagi mencapai suatu aspek maka hati

lah yang akan berperan. Oleh karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu

sama lain. Apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik, maka dalam

memperoleh suatu pengetahuan itu juga akan mengalami kendala.

b. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh

pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah

makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu

matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami

manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami

hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena

ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-

satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama,

manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha

mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.


c. Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna.

Kesempurnaan itu terletak pada iman. Sehebat apapun manusia berfikir ia tidak

akan mendapatkan kepuasan karena manusia mempunyai logika yang

kemampuannya melebihi dari logika itu sendiri. Dalam mencari Tuhan Pascal tidak

menggunakan metafisika, karena selain bukan termasuk geometri tapi juga

metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya ialah mengembalikan persoalan

keTuhanan pada jiwa. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara

sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.

J. G. Fichte (1762-1914 M.)

Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar

teologi di Jena (1780- 1788 M). Pada tahun

1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut

“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte:

manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek


tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses

intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian

seperti yang dipikirkannya.

Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja dengan mata kita,

maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa bentuk meja itu

seperti yang kita lihat (berbentuk bulat, persegi panjang, dll). Dengan adanya anggapan

itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam bentuk yang nyata.

F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)

Schelling telah matang menjadi seorang filsuf

disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M,

dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf

Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan

idealisme Hegel. Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah

sebagai identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara
yang subyektif dengan yang obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi

yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari

subyek). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam

(obyek) yang subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu

sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang

subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.

Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai

identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak

ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya

saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja

atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.

G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)

Ia belajar teologi di Universitas Tubingen

dan pada tahun 1791 memperoleh gelar


Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang

diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak

mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian

sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

Hegel sangat memetingkan rasio. Yang dimaksud bukan saja rasio pada manusia

perorangan, tetapi juga bahkan terutama rasio pada Subjek Absolut, karena Hegel pun

menerima prinsip idealistis, bahwa realitas seluruhnya harus disertakan dengan suatu

subjek. Suatu dalil Hegel yang kemudian menjadi terkenal berbunyi, “semuanya yang

riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil”. Dalil ini maksudnya ialah

bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses

pemikiran atau “ide” menurut istilah yang dipakai Hegel, yang memikirkannya sendiri.

Atau dengan perakataan Hegel lain lagi, realitas seluruhnya adalah lambat laun akan

sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja bereaksi atas

kecondongan intelektual pada waktu itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan

perasaan. Kecondongan ini terutama dilihat di dalam kalangan “filsafat kepercayaan”

dan dalam aliran sastra Jerman yang disebut “Romantik”

Anda mungkin juga menyukai