Anda di halaman 1dari 7

Nama : Daniel Partogi Simanjuntak

Kelas : Reguler C Bahasa Perancis

Mata kuliah : Filsafat pendidikan

Tugas.

1. Cari dan tuliskan minim 3 pendapat ahli tentang pengertian aliran filsafat Idealisme, realisme dan
materialisme.

Jawab :

Tokoh-tokoh Idealisme :

1. J. G. Fichte (1762-1914 M.)

Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia
menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan).
Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam
mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.

Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja dengan mata kita, maka secara
tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa bentuk meja itu seperti yang kita lihat (berbentuk
bulat, persegi panjang, dll). Dengan adanya anggapan itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam
bentuk yang nyata.

2. F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)

Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam
usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah
meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel.

Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni atau indiferensi,
dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif. Yang mutlak
menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang
subyektif dari subyek). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam
(obyek) yang subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah
roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak adalah
identitas mutlak atau indiferensi mutlak.

Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni
atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai
objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak
itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.

3. G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)

Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat
Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha
menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada
alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

TOKOH-TOKOH FILSAFAT REALISME

Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageira pada Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan
meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM dalam usia 63 tahun. Dari kecil, Aristoteles mendapat asuhan
dari ayahnya sendiri. Ia mendapat pelajaran dalam hal teknik membedah. Oleh karena itu, perhatiannya
banyaj tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama ilmu biologi.

Dengan kecerdasannya yang luar biasa, ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya.
Tatkala ia berumur 18 tahun, ia dikirim di Athena ke akademia Plato. Di kota itu, ia belajar pada Plato.
Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan
banyak menggunakan metode empiris. Pandangan filsafat Aristoteles berorientasi pada hal-hal yang
konkret.

Aristoteles memang filosof luar biasa. Didikan yang diperolehnya pada waktu kecil, ketika ia mempelajari
teknik pembedahan dalam dunia kedokteran dari ayahnya, memengaruhi pandangan ilmiah dan
pandangan filosofinya. Pengalaman bukanlah pengetahuan yang berupa bayangan belaka. Menurut
Aristoteles, alam idea bukan sekedar bayangan, seperti yang diajarkan oleh Plato. Ia mengakui bahwa
hakikat segala sesuatu tidak terletak pada keadaan bendanya, melainkan pada pengertian
keberadaannya, yakni pada idea. Akan tetapi, idea itu tidak terlepas sama sekali dari keadaan yang nyata.
Aristoteles adalah murid Plato yang sangat kritis. Kepada gurunya, Plato, ia menunjukkan bahwa ia
sangat mencintai kebenaran. Oleh karena itu, ia melakukan kritik yang tajam terhadap Plato yang
berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu adalah idea yang terlepas dari pengetahuan hasil indera.
Selain idea hanya gambaran yang membatasi idea. Bagi Aristoteles, idea dan pandangan manusia
merupakan sumber segala yang ada.
Pandangan Plato bagi Aristoteles merupakan filosofi tentang adanya yang ada dan adanya yang tidak
ada. Aristoteles melengkapinya dengan pandangan bahwa manusia berpotensi mengembangkan idea
dan pengembangan tersebut dipengaruhi oleh penglihatan, pengalaman, dan pengertian-pengertian,
sehingga idea dan realitas segala yang ada menyatu dalam suat terminologi filosofis.

Pandangannya lebih realis daripada pandangan Plato, yang didasarkan pada yang abstrak. Ini akibat dari
didikan pada waktu kecil, yang menghadapkannya senantiasa pada kenyataan. Ia terlebih dahulu
memandang kepada yang konkret, yang nyata. Ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta. Fakta-
fakta itu disusunnya menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suat sistem. Kemudian, ditinjaunya
persangkutpautan satu sama lain. Ia ingin menyelidiki sebab-sebab yang bekerja dalam keadaan yang
nyata dan menjadi keterangannya. Pendapat ahli-ahli filosofi yang terdahulu dari dia diperhatikannya
dengan kritis dan diperbandingkannya. Dan barulah dikemukakan pendaptnya sendiri dengan alasan dan
pertimbangan rasional. Oleh sebab itu, tidak mengherankan, kalau Aristoteles mempelajari lebih dahulu
ilmu terapan dan ilmu pasti, bahkan ia menguasai ilmu yang sifatnya khas bagi kaum ilmuwan spesialis.
Baru setelah itu, ia meningkat ke bidang filsafat, untuk memperoleh kesimpulan tentang yang umum.

Menurut Aristoteles, realitas yang objektif tidak saj tertangkap dengan pengertian, tetapi juga
bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tertinggi. Dasar itu ada tiga, yaitu : Pertama,
semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran kalau di dalamnya
ada pertentangan. Ini terkenal sebagai hukum identika; Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu,jika
yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum
penyangkalan (kontradikta). Inilah menurut Aristoteles yang terpenting dari segala prinsip; Ketiga, antara
dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang
ketiga. Dasar ini disebut hukum penyingkiran yang ketiga.

Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh
alam takluk kepadanya. Ini menunjukkan bahwa dalam hal membanding dan menarik kesimpulan harus
mengutamakan yang umum.

2. Francis Bacon (1210-1292 M)

Menurut Francis Bacon, pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui
persentuhan inderawi dan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati.
Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon selanjutnya bahwa kita sudah terlalu lama
dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma diambil kesimpulan. Menurut Bacon, ilmu yang
benar adalah yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan, kemudian diperkuat oleh sentuhan
inderawi.

3. John Locke (1632-1704 M)


Ia adalah filosof Inggris yang banyak mempelajari agama Kristen. Filsafat Locke dapat dikatakan anti
metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi
yang digunakan. Ia juga menolak metode deduktif Descarte dan menggantinya dengan generalisasi
berdasarkan pengalaman atau disebut dengan induksi. Locke termasuk orang yang mengagumi
Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke, mula-mula rasio manusia harus dianggap
sebagai “lembaran kertas putih” dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi Locke, pengalaman
ada dua, yaitu : pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah.

Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terdapat pada aliran materialisme:

1. Demokritos (460-360 SM)

Demokritos merupakan pelopor pandangan materialism klasik,yang disebut juga “atomisme”.

2. Julien de Lamettrie (1709-1751)

Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,karena semuanya
dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak),sedangkan jiwa
tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih
berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.

3. Ludwig Feuerbach (1804-1972)

Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang humanistis,dan suatu epistemology
yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu,ia ingin mengganti idealisme Hegel (guru
Feurbach) dengan materialisme.

4. Karl Marx (1818-1883)

Nama lengkap Karl Heinrich Marx,dilahirkan di Trier,Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia
terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar dokter dalam bidang filsafat. Pemikiran Karl
mark disebut pula dialektik materialisme dan historis materialisme. Di dalam berpikir,Karl Marx
menggunakan dialektika dari Hegel,oleh sebab itu disebut dialektika materialisme. Demikian pula
disebut historis materialisme karena berdasarkan kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas
materinya.

2. Bagaimana pendidikan menurut aliran realisme dan idealisme?

Jawab :

Pengaruh realisme dalam pendidikan


Menurut realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan
perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada
hakikatnya yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus
universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada
tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan
dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus
seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena
itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan
harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada
peserta didik.

Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan
kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih
bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta
didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam
mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan
para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya
untuk mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang wajar dalam
kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama
dari pendidikan.

Pengaruh idealisme dalam pendidikan

Dalam proses pendidikan, kaum idealis mengingikan agar pendidikan jangan hanya merupakan masalh
pengembangan atau menumbuh kembangkan, melainkan harus digerakkan kearah tujuan, yaitu suatu
tujuan dimana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tidak terbatas.

Nilai-nilai pendidikan, menurut kaum idealis adalah penglahiran (cetusan) dari susunan atau system yang
kekal abadi yang memiliki nilai-nilai dalam dirinya sendiri.
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :

1). Tujuan Pendidikan, Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial

2). Kedudukan Siswa, Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.

3). Peranan Guru, Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa

4). Kurikulum, Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis
untuk memproleh pekerjaan

5). Metode, Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan

3. Apa saja implikasi filsafat pendidikan realisme ?

Jawab :

Implikasi Aliran Realisme Dalam Pendidikan

Aliran realisme juga memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan (Fajar, 2010: 1) sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di
dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia. Dengan jalan memberikan
pengetahuan yang esensial kepada para siswa, maka mereka akan dapat bertahan hidup di dalam
lingkungan alam dan sosialnya.

2. Kurikulum Pendidikan. Kurikulum sebaiknya meliputi: sains/IPA dan matematika, Ilmu-ilmu


kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial, serta nilai nilai.

Sains dan matematika sangat dipentingkan. Keberadaan sains dan matematika dipertimbangkan sebagai
lingkup yang sangat penting dalam belajar. Sebab, pengetahuan tentang alam memungkinkan umat
manusia untuk dapat menyesuaikan diri serta tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alamnya. Ilmu
kemanusiaan tidak seharusnya diabaikan, sebab ilmu kemanusiaan diperlukan setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Kurikulum hendaknya menekankan pengaruh
lingkungan sosial terhadap kehidupan individu.

3. Metode Pendidikan. “Semua belajar tergantung pada pengalaman, baik pengalaman langsung
maupun tidak langsung (seperti melalui membaca buku mengenai hasil pengalaman orang lain), kedua-
duanya perlu disajikan kepada siswa. Metode penyajian hendaknya bersifat logis dan psikologis.
Pembiasaan merupakan metode utama yang diterima oleh para filsuf Realisme yang merupakan
penganut Behaviorisme” (Edward J. Power). Metode mengajar yang disarankan para filosof Realisme
bersifat otoriter. Guru mewajibkan para siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan
membandingkan fakta-fakta; mengiterpretasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-
makna baru.

4. Peranan Guru dan Siswa. Guru adalah pengelola kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas (classroom
is teacher-centered); guru adalah penentu materi pelajaran; guru harus menggunakan minat siswa yang
berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkrit untuk
dialami siswa. Dengan demikian guru harus berperan sebagai “penguasa pengetahuan; menguasai
keterampilan teknik-teknik mengajar; dengan kewenangan membentuk prestasi siswa”. Adapun siswa
berperan untuk “menguasai pengetahuan yang diandalkan; siswa harus taat pada aturan dan berdisiplin,
sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar, disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk
berbagai tingkatan keutamaan” (Edward J. Power).

4. Bagaimana pandangan aliran filsafat materialisme dalam pendidikan ?

Jawab :

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran
materialisme. Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,bukan rohani,bukan spiritual, atau
super natural. Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada
akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan
bahawa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu.

Akan tetapi,materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya,
manusia hanyalah sesuatu yang material, dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut
bentuknya memang manusia lebih tunggal ketimbang benda-benda tersebut, tetapi pada eksistensinya
manusia sama saja dengan mereka.

Anda mungkin juga menyukai