Anda di halaman 1dari 6

Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal

Kohesi   adalah   alat   linguistik   yang   berfungsi   untuk   mentautkan   atau


menghubungkan   leksikogramatika   menjadi   satu  teks   atau   wacana   yang  utuh
dan holistik.
Linguis   seperti   Widdowson   dan   koleganya   (1980),   membedakan   antara
pengertian kohesi dan koherensi. Kohesi oleh mereka digunakan untuk merujuk
pada   pertautan   bentuk,   sedangkan   koherensi   digunakan   untuk   merujuk   ke
pertautan makna. Akan tetapi, bagi Halliday dan Hasan (1976) beserta kolega
mereka,   kohesi   digunakan   untuk   merujuk   keduanya:   pertautan   bentuk   dan
makna   sekaligus.   Hal   ini   disebabkan   bahwa   bentuk   merupakan   simbol   yang
merealisasikan   maknanya.   Dengan   demikian,   kohesi   merupakan   pertautan
bentuk   dan   sekaligus   makna.   Pertautan   bentuk   dan   makna   ini   lebih
dimaksudkan sebagai pertautan makna ideasional (eksperiensial dan logikal) ,
interpersonal   dan   tekstual   di   dalam   teks.   Oleh   karena   itu,   kohesi
merepresentasikan   makna   pengalaman   dan   sekaligus   makna   logisnya,   serta
makna interpersonal dan tekstual suatu teks. Bersama­sama dengan struktur
teks,  kohesi   menjadi   bahasa   sebagai   teks  dalam   konteks   situasi   dan   konteks
kultural tertentu, yang mengemban fungsi atau tujuan sosial tertentu. (Santosa,
2003)
Terdapat   dua   macam   kohesi   dalam   teks:   gramatikal   dan   leksikal.   Kohesi
gramatikal merupakan pertautan logis antara bentuk dan makna sebagai hasil
dari   hubungan   gramatikal   baik   di   dalam   klausa   maupun   antarklausa.
Hubungan   kohesi   di   dalam   klausa   sering   ditunjukkan   oleh   persesuaian
(agreement0 antara subjek dan kata kerjanya atau kata penunjuk (deiktik) dan
benda   yang   ditunjuk,   antara   pronomina   dan   nomina   yang   dirujuknya,   serta
penggunaan   konektor   dalam   kelompok   nomina,   verba,   dan   lain   sebagainya
(Halliday, 1985; Matthiessen, 1992/95). Kohesi di dalam klausa sering disebut
sebagai   kohesi   gramatikal,   karena   hal   itu   berkaitan   dengan   gramatika   atau
tatabahasa. Kohesi gramatikal ini dapat diklasifikasikan menjadi: item rujukan,
substitusi, elipsis, dan konjungsi.
Kohesi   leksikal   mengungkap   hubungan   leksikal   yang   digunakan   di   dalam
suatu   teks.   Hubungan   leksikal   tersebut   dapat   bersifat   taksonomis   maupun
nontaksonomis.   Dari   masing­masing   jenis   tersebut   akan   terbagi­bagi   lagi
menjadi beberapa subjenis (Martin, 1992).
A. Kohesi Gramatikal
 Item Rujukan

Item   rujukan   (reference   item)   umumnya   merupakan   pronomina   yang


digunakan   untuk   merujuk   sesuatu   atau   ide   baik   secara   anaforis,   kataforis,
maupun endoforis. Misalnya  I, you, we, they, he, she, it  yang merujuk kepada
fungsi   subjek   di   dalam   konstituen   gramatikal   sebuah   klausa.   Dalam   Bahasa
Indonesia pronomina seperti  aku, ku, dia, mereka, dan  kami  juga merupakan
item rujukan yang digunakan untuk merujuk sesuatu. Selain itu,  this  dan  hal
ini adalah item rujukan lain yang digunakan untuk merujuk ide. Contoh:
 John and Mary lived in the city two years ago. They worked as farmers.
 Selama ini kita hidup dalam keterkekangan. Hal ini membuat kita tidak
bisa berbuat banyak.

 Substitusi

Substitusi   adalah   pergantian   sebagian   konstituen   dalam   klausa   ke   dalam


bentuk gramatika yang lain. Secara gramatikal, konstituen klausa yang diganti
adalah   konstituen   predikator   dan   komplemennya.   Penggantian   konstituen   ke
dalam bentuk gramatika ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi berbahasa
untuk   tidak   mengulangi   bentuk   gramatika   yang   maknanya   sama.   Bentuk
gramatika “so did” dan “juga” adalah substitusi dari “won” dan “memenangkan”.
 Tuti won the match, and so did Tono
 Tuti memenangkan pertandingan, dan juga Tono
 Elipsis

Elipsis merupakan sistem kohesi penghilangan konstituen gramatikal dalam
rangka   efisiensi   bahasa.   Penghilangan   dapat   terjadi   pada   sebagian   atau
keseluruhan konstituen. Sistem kohesi ini sangat sering digunakan pada ragam
bahasa lisan. Contoh:
 A : What’s your name?
                B : Tono.
           A : Do you lived here?
           B : Ya.
Jawaban   B:   “Tono”   dan   “Ya”   merupakan   bentuk   elipsis,   karena   kalimat
lengkapnya ialah “My name is Tono” dan “Ya. I lived around here”.

 Konjungsi

Konjungsi adalah unit linguistik yang merepresentasikan realitas logis yang
menghubungkan dua kejadian, deskripsi, benda, ide, argumen, atau kesimpulan.
Secara   logiko­semantik   konjungsi   dapat   dibedakan   menjadi   tiga   macam,
yaitu: elaborasi, eksistensi, dan enhansi. 
Konjungsi elaborasi merupakan konjungsi yang menghubungkan
antara   dua   klausa   idenpenden   atau   parataktik;   yang   satu   memberikan
penjelasan yang lainnya. konjungsi ini, dalam bahasa tulis, seperti terlihat pada
contoh,   sering   diwujudkan   dengan   tanda   baca   “titik   koma/semikolok   (;)”,
sedangkan dalam bahasa lisan sering diwujudkan dengan jeda.
 He was a shrewd politician; he always won the debates.
 Dia seorang dokter yang sangat ahli; diagnosisinya selalu tepat.

Konjungsi   kedua,  ekstensi,   ialah   konjungsi   yang   menghubungkan   dua


kejadian;   yang   satu   memperluas   yang   lain   dengan   cara:   menambah,
memberikan   alternatif,   atau   mengkontraskan.   Secara   eksternal   konjungsi   ini
direalisasikan dengan  and, or, but  (Bahasa Inggris);  dan, atau, tetapi  (Bahasa
Indonesia).
 My father is a teacher and my mother is a house wife.
 Take it or leave it
 Dia ingin sekali menjadi dokter; tetapi ia tidak mempunyai biaya untuk
kuliah.

Konjungsi ketiga,  enhansi, adalah konjungsi yang menghubungkan dua
kejadian   melalui   pelipatgandaan   waktu,   sebab­akibat,   kondisi,   tujuan,   dan
konsesi.

Pelipatgandaan dengan waktu, dalam konjungsi eksternal, dapat dinyatakan
dengan  after,   before,   when,   as,   since,   etc  (Bahasa   Inggris);  setelah,   sebelum,
sesudah, ketika, sejak, dll (Bahasa Indonesia).
 He has played tennis since he was nne.
 As we arrived home, the door was open.
 Sebelum pawai dimulai, gubernur membuka pesta itu.
 Sejak orang tuanya meninggal, ia selalu menyendiri.

Konjungsi enhansi sebab­akibat  atau alasan menghubungkan dua kejadian
dengan   memberikan   alasannya.   Dalam   Bahasa   Inggris,   terdapat   konjungsi
sebab­akibat   secara   eksternal,   seperti:  because,   since,   for,   so   that;  dan   dalam
Bahasa Indonesia, seperti: karena, sehingga, maka.
 They were accused of stealing the car,  since      they were seen driving the
car after the theft.
 Ia pusing dan muntah karena tidak tahan baunya.

Konjungsi   enhansi   kondisi,   umumnya   hanya   terdapat   pada   konjungsi


eksternal.   Konjungsi   ini   menghubungkan  dua   ide;   yang  satu   menjadi  kondisi
yang   lainnya.   Dalam   Bahasa   Inggris   terdapat  if,   unless,  dan   dalam   Bahasa
Indonesia terdapat jika, seandainya.
 If I have more time, I will visit my friend in Bandung.
 Jika mereka mengikuti nasehat saya, mereka akan sukses.

Konjungsi   enhansi   tujuan  menghubungkan   dua   kejadian   bahwa   kejadian


yang satu dikerjakan untuk mencapai kejadian yang lain. Dalam Bahasa Inggris
konjungsi ini dinyatakan dengan so that, dan dalam Bahasa Indonesia agar.
 He is studying hard so that he can pass the exam.
 Ia menjamu tamunya dengan baik sekali agar dia mendapat pujian.

Konjungsi   enhansi   konsesi  menghubungkan   kejadian   secara   eksternal.


Kejadian yang satu menjadi konsesi kejadian yang lain. Dalam bahasa Inggris,
konjungsi   ini   dinyatakan   dengan  although,  eventhough,   though;   sedangkan
dalam Bahasa Indonesia dinyatakan oleh meskipun, walaupun.
 He kept on studying although he had limited budget.
 Meskipun sudah dihubungi tiga kali, ia tetap tidak datang.

B. Peran atau Fungsi Konjungsi

Berdasarkan   peran   dan   fungsi   konjungsi,   setiap   bahasa   mempunyai   dua


jenis   konjungsi,   yaitu   konjungsi   eksternal   dan   konjungsi   internal   (Martin   &
Rose, 2003).
Konjungsi eksternal  merupakan  konjungsi  yang   menghubungkan
dua   kejadian,   deskripsi   benda,   atau   kualitas   di   dalam   klausa   komplesk   atau
antara   dua   klausa   simpleks.   Sementara   itu,   konjungsi   internal   merupakan
konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua
klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
 Basically, they played very well, but they had bad luck.
 They argue that the crisis is due the shortage of supply of the material. In
addition, the crisis is also caused by people’s ditrust towards the government.
 Mereka sebetulnya hebat, tetapi belum beruntung
 Menurut  mereka, masih belum  saatnya  mengembangkan nuklir untuk
tenaga listrik.  Di samping itu, sumber minyak dan batubara masih mencukupi
kebutuhan tenaga listrik.

Dari   contoh­contoh  di  atas,  dapat  dijelaskan  bahwa  basically,   in addition,


dan  di   samping   itu  adalah  konjungsi internal,   karena   konjungsi   ini
menghubungkan   argumen   atau   pendapat   dengan   argumen   atau   pendapat
sebelumnya. Sementara itu,  but  dan  tetapi  adalah konjungsi eksternal, karena
keduanya menghubungkan kejadian dan deskripsi kualitas.
Baik   dalam   bahasa   Inggris   maupun   bahasa   Indonesia   terdapat   konjungsi
eksternal   yang   hampir   sama.   Konjungsi   ekternal   mempunyai   empat   kategori
makna, yaitu addition (penambahan), comparison (perbandingan), time (waktu),
dan consequence (sebab­akibat).
Tabel 4.1
Konjungsi Eksternal dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

Konjungsi Contoh   di   dalam Contoh   di   dalam


Eksternal Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Addition and, as well as, or dan, atau
Comparison but, while, whereas tetapi, sementara
Time after,   before,   since, setelah,   sebelum,
when, as sesudah, sejak, ketika
Consequence so   (that),   because, sehingga,   karena,
since,   for,   if, sebab,   jika,
although, walaupun, meskipun
eventhough

Sementara itu, konjungsi internal juga dapat dibagi ke dalam empat kategori
makna, yaitu addition (penambahan), comparison (perbandingan), time (waktu),
dan consequence (sebab­akibat).

Tabel 4.2
Konjungsi Internal dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Kategori Contoh   di   dalam Contoh   di   dalam
Konjungsi Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Internal
Addition in addition selain itu
furthermore di samping itu
moreover lebih lanjut
besides
Comparison however akan tetapi
meanwhile sebaliknya
on the other hand sementara itu
but di sisi lain
yet
nevertheless
in contrast
Time first, second, third pertama, kedua,....
firstly,   secondly, kemudian,
thirdly .... finally selanjutnya
next, then berikutnya
Consequence therefore akibatnya
hence sebagai akibat
as a result jadi
as a consequence hasilnya
consequently
thus

Konjungsi   internal   lebih   sering   digunakan   pada   teks   bergenre   eksposisi,


diskusi atau eksplorasi. Hal itu terjadi karena ketiga genre tersebut secara utuh
merupakan   ekspresi   pengungkapan   gagasan   dengan   argumentasi.   Sementara
itu,   konjungsi   eksternal   banyak   digunakan   pada   genre   laporan,   deskripsi,
eksplanasi,   rekon,   dan   prosedur.   Hal   ini   terjadi   karena   kelima   genre   itu
merupakan pengungkapan deskripsi kejadian dan kualitas.

Anda mungkin juga menyukai