Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha

(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Verba Gerakan Pasientif dalam Bahasa Batak Toba


Afni Sanelsyah Manullang1, Darmaya Fitri Riris Sigiro2, Mulyadi3
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof T. M. Hanafiah, SH Kampus USU, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara
Surel: afni.manullanng@gmail.com, darmayasigiro64@gmail.com, mulyadi.usu@gmail.com

Abstrak

Kata Kunci: kategorisasi; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kategorisasi (pengelompokan)
struktur semantis; verba gerakan verba gerakan pasientif dan struktur semantis verba gerakan pasientif dalam bahasa
pasientif Batak Toba. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dengan menguraikan atau mendeskripsikan serta
memaparkan data, yang kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data dengan
menggunakan metode sesuai dengan analisisnya. Data dalam penelitian ini adalah
data lisan dan data intuitif. Data lisan bersumber dari informan atau narasumber
yang merupakan penutur asli bahasa Batak Toba. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kategori verba gerakan pasinentif dalam bahasa Batak Toba terbagi menjadi
tiga komponen, yaitu ‘seseorang/ sesuatu bergerak di tempat ini’, ‘seseorang/
sesuatu bergerak dari tempat ini, dan ‘seseorang/ sesuatu bergerak di atas tempat
ini. Makna verba gerakan pasinetif dihasilkan oleh BERGERAK/MELAKUKAN
(seperti tumbang, jatuh, menggelinding, melambung), BERGERAK/TERJADI
(seperti karam’, hanyut, terpelanting, BERGERAK/MELIHAT (seperti
terperosok).

Abstract

Keywords: categoritation; This study aims to describe the categories of patient movement verbs in the Batak
semantic structure; pasientive Toba language and semantic structure of patient movement verbs in the Toba Batak
motion verb Toba Language. This research is a descriptive qualitative research type. This
research was conducted by outlining or describing and explaining the data, which
was then continued by analyzing the data using the method according to the
analysis. The data in this study are verbal data and intuitive data. Oral data comes
from informants or sources who are native speakers of the Toba Batak language.
The results of this study indicate that the category of agentive movement verbs in
the Toba Batak language is divided into third components, namely
'someone/something moves in this place', 'someone/something moves from this
place’ and ‘'someone/something moves on this place. The meaning of patient
movement verbs are generated by MOVING/DO (such as falling, falling, rolling,
soaring), MOVING/HAPPENING (such as sunken, drifting, tumbling,
MOVING/SEEING (such as falling).

PENDAHULUAN
Setiap bahasa di dunia ini memiliki verba gerakan. Gerakan merupakan suatu aktivitas yang
selalu dilakukan oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya. Misalnya, terbang, berenang, dan
memanjat (Goddard, 1998:195). Sehubungan dengan verba gerakan, konstruksi nonidiomatiknya
adalah ketika gerak kata kerja mengekspresikan gerakan fisik agen dari satu tempat ke tempat lain.
(Budiana, 2018: 69)

1
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Gerakan mensyaratkan perpindahan entitas. Dalam bahasa Indonesia, perpindahan entitas ini
melibatkan dua gagasan semantis yaitu kesengajaan dan ketidaksengajaan. Verba dengan gagasan
kesengajaan, seperti pergi, berjalan, melompat, disebut verba gerakan agentif. Verba dengan gagasan
ketidaksengajaan, seperti tumbang, tenggelam, terpelanting, disebut verba gerakan bukan agentif
(pasientif) (Mulyadi, 1998:116).
Menurut Verawati (2020:82), verba gerakan dikategorikan menjadi dua bagian, yakni verba
gerakan agentif dan verba gerakan pasientif. Verba gerakan agentif adalah verba yang mengungkapkan
peristiwa gerakan karena ada unsur kesengajaan dan keinginan oleh agen. Sedangkan, verba gerakan
pasientif adalah verba yang mengungkapkan peristiwa bergerak yang memiliki ciri tidak ada kendali
dan tidak ada volisi agen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba.
Tipe verba gerakan tersebut antara lain lonong ‘karam’, madabu ‘jatuh’, dan tarsilandit ‘terpeleset’.
Penelitian ini menggunakan teori MSA (Metabahasa Semantik Alamiah). Teori MSA adalah
kombinasi dari butir-butir leksikon makna asli yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan
perangkat morfosintaksisnya (Wahyuni, 2019: 267). Teori ini digunakan untuk merumuskan
kategorisasi dan struktur semantis verba gerakan pasientif dalam bBT.
Analisis makna dalam teori MSA berdasarkan parafrase reduktif, yaitu mengeksplikasi makna
kata-kata kompleks menjadi kata-kata sederhana sehingga baik penutur jati bahasa yang dibicarakan
maupun penutur bahasa-bahasa lain lebih mudah memahami makna kata tersebut yang disebabkan oleh
pengeksplikasian makna kata-kata dalam sebuah metabahasa yang bersumber pada bahasa alamiah
(ordinary language) (Verawaty, 2020: 84).
Dalam teori MSA, ada tiga konsep teoretis, yaitu makna asali, polisemi takkomposisi, dan
sintaksis universal). Makna asali digunakan untuk meneliti perbedaan semantis antarbahasa yang dapat
menerangkan makna kompleks menjadi lebih sederhana tanpa harus berputar-putar (Mulyadi, 2020:84).
Polisemi merupakan bentuk leksikon tunggal yang bersumber dari dua makna asali yang berbeda karena
tidak ada hubungan komposisi antareksponen karena memiliki kerangka gramatikal yang berbeda.
Sintaksis universal merupakan perluasan dari makna asali. Makna bukan hanya memiliki makna yang
sederhana, melainkan juga memiliki makna yang sangat kompleks (Verawaty, 2020: 86)
Penelitian tentang verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba belum pernah dilakukan.
Namun, penelitian tentang verba gerakan sudah pernah dilakukan dalam bahasa Melayu Asahan oleh
Ratu Verawaty, Mulyadi, Nurlela dengan judul “Verba Gerakan Bahasa Melayu Asahan” (2020) yang
dalam penelitian ini terdapat verba gerakan pasientif dalam bahasa Melayu Asahan. Sementara itu,
penelitian tentang verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba telah dilakukan oleh Miranti
Nainggolan (2017). Oleh karena itu, kami melakukan penelitian tentang verba gerakan pasientif dalam
bahasa Batak Toba.
Data penelitian ini diperoleh dari narasumber penutur asli bahasa Batak Toba yang bertempat
tinggal di Samosir. Selain itu, pemerolehan data ini juga menggunakan data intuitif peneliti karena
peneliti merupakan penutur asli bahasa Batak Toba. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan akan
menjadi salah satu sumber acuan jika ada peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan
dengan verba gerakan pasientif.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan
dengan menguraikan atau mendeskripsikan serta memaparkan data, yang kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis data dengan menggunakan metode sesuai dengan analisisnya.

2
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Data dalam penelitian ini adalah data lisan dan data intuitif. Data lisan bersumber dari informan
atau narasumber yang merupakan penutur asli bahasa Batak Toba. Sementara itu, data intuitif
bersumber dari peneliti sendiri sebagai penutur asli bahasa Batak Toba. Data intuitif digunakan sebagai
data pelengkap yang bertujuan untuk melengkapi data yang sudah ada serta menguji keberterimaan data
dari narasumber.
Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode cakap.
Metode cakap merupakan percakapan atau wawancara antara peneliti dengan penutur selaku
narasumber (Sudaryanto, 2015:208). Dalam penelitian ini, metode cakap menggunakan teknik dasar
teknik pancing yang kemudian didukung dengan teknik cakap semuka dan teknik catat.
Dalam mengumpulkan data lisan, penerapan teknik pancing dilakukan dengan cara peneliti
memancing narasumber untuk memunculkan data yang diinginkan (Sudaryanto, 2015: 209). Penerapan
teknik pancing ini dengan teknik cakap semuka dan teknik catat. Teknik cakap semuka diterapkan
dengan cara peneliti melakukan percakapan langsung lewat media WhatsApp berupa video call dengan
narasumber. Dalam hal ini, peneliti mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan kepentingan untuk
memperoleh data. Kemudian, peneliti mencatat data-data yang diperoleh dari narasumber.
Selanjutnya, tahap analisis dilakukan setelah terkumpulnya semua data yang lengkap. Dalam
penelitian linguistik ini, tahap analisis data menggunakan dua metode yang berkaitan, yaitu metode
padan dan metode agih. Metode padan, alat penentunya di luar atau terlepas dari bahasa yang
bersangkutan (Sudaryanto, 2015:15). Sedangkan, metode agih alat penentunya justru bagian dari bahasa
yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 2015:18).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Verba gerakan pasientif merupakan verba yang menyatakan peristiwa bergerak yang memiliki
ciri tidak ada kendali dan tidak ada volisi agen. Verba gerakan pasientif tidak dapat disisipi kata sangajo
‘sengaja’ atau kata hirim ‘ingin’ pada verba yang mengikutinya (Verawaty, dkk, 2020: 89). Misalnya,
verba manongnong ‘tenggelam’, maroprop ‘roboh’, tartuktuk ‘terantuk’.
1) Manongnong sahalak dakdanak di binanga nantuari.
‘Seorang anak tenggelam di sungai kemarin.’
Sangajo/ hirim manongnong sada dakdanak di binanga nantuari
‘Seorang anak sengaja/ ingin tenggelam di sungai kemarin.’

2) Maroprop sada jabu alani halisunsung.


‘Sebuah rumah roboh karena angin kencang.’
Sangajo/ hirim maroprop sada jabu alani halisunsung.
‘Sebuah rumah sengaja/ingin roboh karena angin kencang.

3) Tartuktuk pat hu di dalan tingki mulak tu jabu.


‘Kakiku terantuk di jalan ketika pulang ke rumah.
Sangajo/hirim tartuktuk pat hu di dalam tingki mulak tu jabu.
‘Kakiku sengaja/ingin terantuk di jalan ketika pulang ke rumah.
Dalam uji contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa penggunaan kata ‘sengaja’ atau ‘ingin’
pada verba tenggelam, roboh dan terantuk tidak berterima maknanya secara logis karena peristiwa
tenggelam, roboh dan terantuk, agen tidak dapat mengendalikan dan menginginkan kondisi tersebut
terjadi pada dirinya.
Ciri lain dari VGP adalah dinamis yaitu suatu peristiwa gerak yang terjadi meyebabkan
perubahan keadaan pada entitasnya, perfektif yaitu sesuatu yang telah terjadi. VGP juga memiliki ciri

3
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

pungtual artinya peristiwa yang terjadi dalam durasi yang cepat, dan tidak kinesis yaitu dalam VGP
tidak membutuhkan partisipan lain kecuali agen.
Perhatikan kembali contoh verba tenggelam, roboh dan terantuk pada kalimat (1), (2), dan (3),
ketiga verba tersebut adalah sebuah peristiwa yang sudah dialami oleh agen dengan durasi yang cepat
dan tidak ada partisipan lain.
Beberapa contoh verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba:
1. Marumpak ‘tumbang’
1) Marumpak sabona harambir alani disoro sillam.
‘Sebuah pohon kelapa tumpang karena disambar petir.’
2) Marumpak Sabona hau nabalga tingki ro udan na doras.
‘Sebuah pohon besar tumbang ketika hujan lebat turun.’

2. Maroprop ‘roboh’
1) Maroprop godung sikkola tingki dipadenggan.
‘Bangunan sekolah roboh saat direnovasi. ‘
2) Maroprop jabuni sahalak namatua tingki ro udan na doras.
‘Rumah seorang nenek roboh ketika diguyur hujan deras.’

3. Rongrong ‘runtuh’
1) Rongrong godung i tingki suhul naborngin.
‘Gedung itu runtuh saat gempa tadi malam.’

4. Masursur ‘longsor’
1) Masursur tano i alani udan doras.
‘Tanah itu longsor karena hujan deras’
2) Alani masursur dalan i, dalan i gabe ditutup.
‘Karena jalan itu longsor, jalan itu ditutup.’

5. Manghitir ‘bergetar’
1) Manghitir sude daging tingki modom alani adong gangguan holi pudi.
‘Seluruh badan bergetar saat tidur karena adanya gangguan tulang belakang.’
2) Manghitir tarmali tondi tanganna tingki mate lampu.
‘Tangannya bergetar ketakutan saat mati lampu.’

6. Lonong ‘karam’
1) Hopal KM Sinar Bangun lonong di Danau Toba.
‘Kapal KM Sinar Bangun karam di Danau Toba.’
2) Kapal Pelni lonong alani matombuk.
‘Kapal Pelni karam karena bocor.’

7. Maup ‘hanyut’
1) Maup paheanna tingki manunsi ibana di binanga.
‘Bajunya hanyut ketika dia mencuci di sungai.’
2) Bangke ni sahalak baoa didapot maup di binanga Ciliwung.
‘Jasad sorang pria ditemukan hanyut di sungai Ciliwung.’

8. Manongnong ‘tenggelam’
1) Sahalak dakdanak manongnong di tonga ni tao tingki marlange di tonga ni tao.
‘Seorang anak tenggelam ketika berenang di tengah danau.’
2) Tintinna manongnong di binanga tinggi manunsi pinggan ibana.

4
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

‘Cincinnya tenggelam di sungai ketika dia mencuci piring.’

9. Tarusop ‘tercelup’
1) Tarusop patna tu bagas bondar tingki mambuat bola.
‘Kakinya tercelup ke dalam parit saat mengambil bola.’
2) Tarusop saotik punsu ni bajuna tu bagas tarbornok i.
‘Ujung bajunya sedikit tercelup ke dalam air tergenang itu.’
10. Madabu ‘jatuh’
1) Maya hansitan dung madabu sian lereng.
‘Maya cedera usai jatuh dari sepeda.’
2) Sahalak baoa sian Makassar tompu marujung ngolu dung madabu sian kursi.
‘Seorang pria asal Makassar tiba-tiba meninggal dunia usai jatuh dari kursi.’

11. Tinggang ‘jatuh dengan posisi ke belakang’


1) Tinggang posoposona tingki naeng marsiajar mardalan.
‘Bayinya jatuh ke belakang ketika sedang belajar berjalan.
2) Tinggang ibana tingki dibonseng amongna.
‘Dia jatuh ke belakang saat dibonceng ayahnya.’

12. Tungkap ‘jatuh dengan posisi ke depan’


1) Tungkap posoposona tingki naeng marsiajar mardalan.
‘Bayinya jatuh ke depan ketika sedang belajar berjalan.’
2) Tungkap dakdanak i tingki marlojong giot manghobat ompung boruna.
‘Anak itu jatuh ke depan saat berlari ingin memeluk neneknya.’

13. Runggang ‘terjengkang’


1) Sahalak naposo mangonjar na matua sampe runggang.
‘Seorang remaja mendorong seorang nenek hingga terjengkang.’
2) Runggang anggi hu alani landit lanteni bilut maridi.
‘Adikku terjengkang karena lantai kamar mandi licin.’

14. Maninggalak ‘terlentang’


1) Maninggalak ibana alani lante jabuna na landit.
‘Dia jatuh (terlentang) karena lantai rumahnya licin.’
2) Sahalak panompang maninggalak sian kareta alani supir na nabalap.
‘Seorang penumpang jatuh (terlentang) dari sepeda motor karena pengemudinya ngebut.’

15. Maninggalak ‘terlentang’


1) Maninggalak ibana alani lante jabuna na landit.
‘Dia jatuh (terlentang) karena lantai rumahnya licin.’
2) Sahalak panompang maninggalak sian kareta alani supir na nabalap.
‘Seorang penumpang jatuh (terlentang) dari sepeda motor karena pengemudinya ngebut.’
16. Marguling ‘menggelinding’
1) Amonghu manangkup au tingki marguling au sian buhit.
‘Ayahku menangkapku ketika aku menggelinding dari bukit.’
2) Marguling sada batu sian dolok tingki ro udan.
‘Sebuah batu menggelinding dari atas gunung ketika hujan turun.’

17. Tarsilandit ‘terpeleset’

5
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

1) Tarsilandit ompung doli di bilut maridi.


‘Kakek terpeleset di kamar mandi.’
2) Tarsilandit sahalak dakdanak tingki marmeam di topi ni pea i.
‘Seorang anak terpeleset saat bermain di pinggir waduk itu.’

18. Manginsir ‘meluncur’


1) Opat halak astronot manginsir tu orbit sian Florida, Amarika Serikat.
‘Empat orang astronot meluncur ke orbit dari Florida, Amerika Serikat.’

19. Monggal ‘terjungkal’


1) Halaki gogo menghonjar dakdanak I sandot ibana monggal di lante.
‘Mereka mendorong anak itu dengan kuat hingga dia terjungkal di atas lantai.’
2) Sahalak parende monggal alani jongjong di topi ni pansa.
‘Seorang penyanyi terjungkal karena dia berdiri di pinggir panggunng.’

20. Ambal ‘terlempar’


1) Ambal dao ibana sian mobil alani dang mamangke sabuk pangaman.
‘Dia terlempar jauh dari mobil karena tidak memakai sabuk pengaman.’
2) Ambal topina alani alogo na tangging.
‘Topinya terlempar karena angin yang kencang.’

21. Tompas ‘terpental’


1) Tompas ibana sian lerengnai.
‘Ia terpental dari sepedanya.’
2) Tompas haruar sian motor baoa i tingki hinamago.
‘Pria itu terpental keluar dari dalam mobil saat kecelakaan.’

22. Tarsampat ‘terpelanting’


1) Manompur tiang listrik motor i sampe tarsampat panompangna tu dalan.
‘Mobil itu menabrak tiang listrik sehingga penumpangnya terpelanting ke jalan.’
2) Tarsampat haruar sian motor ibana tingki hinamago di dalan tol
‘Dia terpelanting keluar mobil saat kecelakaan maut di jalan tol.’

23. Malua ‘lepas’


1) Lima hoda malua sian lobuna.
‘Lima ekor kuda lepas dari kandangnya.’
2) Sada dengke malua sian simangido ni dakdanak i.
‘Seekor ikan lepas dari tangan anak itu.’

24. Tartuktuk ‘terantuk’


1) Tartuktuk pat hu di dalan tingki mulak tu jabu.
‘Kakiku terantuk di jalan ketika pulang ke rumah.’
2) Tartuktuk bosi bohina di inganan marmeam.
‘Wajahnya terantuk besi di arena bermain.’

A. Kategorisasi Verba Gerakan Pasientif dalam Bahasa Batak Toba


Kategorisasi verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba didasarkan oleh kesamaan pada
komponen semantisnya. Tipe verba ini memiliki ciri yang sama pada suatu ranah semantis. Melalui
perangkat makna pada komponen semantis, informasi tentang sebuah verba dapat diungkapkan dengan
jelas.

6
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Kategorisasi verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba ditentukan oleh pemetaan
elemen semantis ke dalam berbagai komponen semantis sesuai dengan komponen semantis yang
terbentuk oleh elemen-elemennya. Selain itu, berbagai komponen pada dasarnya adalah bagian dari
suatu susunan semantis. Susunan semantis uatama merangkum semua komponen semantis. Kategorisas
verba gerakan pasientif berdasarkan komponen semantis dapat dilihat pada ilustrasi berikut.
a. Seseorang/sesuatu bergerak di tempat ini
b. Seseorang/sesuatu bergerak dari tempat ini
c. Seseorang/sesuatu bergerak di atas tempat ini
Komponen semantis di atas merupakan properti umum properti umum pada semua verba
gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba. Kategorisasi verba gerakan itu dibatasi oleh komponen
semantis di atas. Komponen semantis tersebut menjadi acuan dalam penetapan kategorisasi verba
gerakan pasientif.
a. Seseorang/sesuatu bergerak di tempat ini

Verba gerakan pasientif yang tergolong dalam komponen ‘seseorang/sesuatu bergerak di


tempat ini’ mengacu pada entitas bergerak di sumber (tempat awal gerak) yang sama, tetapi arahnya
berbeda dalam jarak yang sangat dekat. Pada subkategori ini, hanya sebagian dari entitas tersebut saja
yang berpindah, sedangkan sebagian lain tetap berada di tempat awal.

Kategori verba gerakan pasientif dalam bahasa Batak Toba yang mengacu pada komponen
‘seseorang/sesuatu bergerak di tempat ini’, yaitu verba marumpak ‘tumbang’, maroprop ‘roboh’,
rongrong ‘runtuh’, dan manghitir ‘bergetar’.

Verba gerakan pasientif marumpak ‘tumbang’, dan maroprop ‘roboh’ berada dalam kategori
yang sama karena kedua verba tersebut bergerak di tempat ini dalam melakukan tindakannya. Akan
tetapi, kedua verba tersebut memiliki entitas yang berbeda. Perhatikan contoh berikut.

1) Marumpak ‘tumbang’

Nunga marumpak hau na bolon alani ditipa halisungsung.


Sudah tumbang kayu yang karena diterpa angin
besar itu kencang.
‘Kayu yang besar sudah tumbang karena diterpa angin yang kencang.‘

2) Maroprop ‘roboh’

Maroprop jabu i dung dang hea be diingani.


Roboh rumah itu sejak tidak pernah ditempati.
lagi
‘Rumah itu roboh sejak tidak pernah ditempati lagi’

Pada contoh (1) dan (2) terlihat jelas bahwa marumpak ‘tumbang’ dan maroprop ‘roboh’
dibentuk oleh tempat terjadinya kejadian tersebut. Kemudian marumpak ‘tumbang’ dan maroprop
‘roboh’ merupakan gerakan yang terjadi dalam waktu yang singkat dan cepat.

Pada kedua verba ini, hanya sebagian dari entitas tersebut saja yang berpindah sedangkan
lainnya tetap berasa si tempat awal. Selain itu, verba marumpak ‘tumbang’ dan maroprop ‘roboh’ juga
memiliki perbedaan, yaitu pada entitasnya. Verba marumpak ‘tumbang’ ditujukan untuk entitas yang
tidak bernyawa, seperti pada pohon sedangkan maroprop ‘roboh’ ditujukan untuk entitas yang tidak
bernyawa pula, tetapi intetitas yang dimaksud di sini ditujukan pada bangunan.

7
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

3) Manghitir ‘bergetar’ (menggigil)

Nungga manghitir dakdanak i ala paleleng hu maridi di binanga.


Sudah bergetar Anak itu karena terlalu lama mandi di sungai.

‘Anak itu sudah menggigil karena terlalu lama mandi di sungai.’

Pada contoh (3), verba manghitir ‘bergetar’ (menggigil) merupakan gerakan yang terjadi
selama beberapa waktu. Verba manghitir ‘bergetar’ ditujukan untuk entitas bernyawa. Gerakan
manghitir ‘bergetar’ terjadi di luar kendali entitas tersebut. Selain itu, gerakan manghitir ‘bergetar’
terjadi pada hampir seluruh bagian entitas tersebut.

b. Seseorang/sesuatu bergerak dari tempat ini

Komponen semantis ‘seseorang/sesuatu bergerak dari atas ke bawah’ pada verba gerakan
pasientif dalam bahasa Batak Toba terdapat pada verba masursur, lonong, manongnong, tarusop,
madabu, tinggang, tungkap, runggang, maninggalak, targodung, marguling, tarsiandit, manginsir,
monggal, ambal, tompas, tarsampat, malua, dan tartuktuk.

Verba lonong ‘karam’, malua ‘lepas’ memiliki kesamaan, yaitu kesamaan arah gerakan (ke
bawah secara vertikal). Akan tetapi, kedua verba tersebut memiliki lokasi yang berbeda yang berbeda.
Perhatikan contoh berikut.

4) Lonong ‘karam’

Lonong Hopal KM Sinar Bangun di Danau Toba.


Karam Kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba.

‘Kapal KM Sinar Bangun karam di Danau Toba.’

5) Malua ‘lepas’

Malua galas sian simangidona


Lepas gelas dari tangannya

‘Gelas itu lepas dari tangannya.’

Pada contoh (4) dan (5) terlihat bahwa verba lonong ‘karam’, malua ‘lepas’ memiliki lokasi
kejadian yang berbeda. Pada verba lonong ‘tenggelam (ke dasar)’, lokasi verba ini ditujukan untuk
lokasi yang berair seperti, laut, sungai, danau dan lain sebagainya. Selain itu, entitas pada verba ini juga
ditujukan untuk entitas bernyawa dan tidak bernyawa. Akan tetapi, verba ini lebih sering ditujukan
untuk entitas tidak bernyawa. Verba ini terjadi selama beberapa waktu.

Pada verba malua ‘lepas’, lokasi verba ini ditujukan untuk lokasi yang kering, seperti lantai,
tanah dan lain sebagainya. Entitas pada verba ini ditujukan untuk entitas bernyawa (hewan) dan entitas
tidak bernyawa.

Verba gerakan pasientif targodung ‘jatuh (ke dalam sebuah lubang)’, tompas ‘jatuh
dengan keras’ dan madabu ‘jatuh’ juga memiliki kesamaan arah gerakan. Perhatikan ilustrasi berikut
ini.

8
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

6) Targodung ‘jatuh (ke dalam sebuah lubang)’

Targodung sada ama-amana ala dang manat mardalan.


Jatuh seorang bapak karena tidak hati- berjalan.
hati

‘Seorang bapak terjatuh karena berjalan tidak hati-hati.’

7) Tompas ‘jatuh (menimbulkan suara yang keras)’

Nungga tompas galas-galas i sian ginjang ni lamari.


Sudah jatuh gelas-gelas itu dari atas lemari.

‘Gelas-gelas itu sudah jatuh dari atas lemari.’

Pada contoh (6), terlihat bahwa verba targodung ‘jatuh (ke dalam sebuah lubang)’, verba ini
memiliki lokasi yang sama dengan verba ‘X bergerak dari atas ke bawah’. Namun, verba ini telah
memiliki lokasi yang jelas, yaitu sebuah lubang. Selain itu, verba ini ditujukan untuk entitas bernyawa,
seperti manusia dan hewan.

Pada contoh (7), terlihat bahwa verba tompas ‘jatuh (menimbulkan suara yang keras)’, verba
ini dapat ditujukan untuk entitas bernyawa dan tidak bernyawa. Untuk entitas bernyawa, biasanya
bergerak (jatuh) dari tempat yang tinggi dan menimbulkan luka yang parah bagi pengalam sedangkan
untuk entitas tidak bernyawa biasanya bergerak jatuh dan setelah jatuh menimbulkan suara yang keras

8) Masursur ‘longsor’

Masursur tano i alani udan na doras.


Longsor tanah itu karena hujan yang deras.

‘Tanah itu longsor karena hujan deras.’

Pada contoh (8), terlihat bahwa verba masursur ‘longsor’ ditujukan untuk entitas tidak
bernyawa yang berupa timbunan tanah, seperti bukit, gunung dan lain sebagainya. Selain itu verba ini
bergerak selama beberapa waktu.

9) Madekdek ‘jatuh dari pohon (buah)’.

Madekdek gambiri i sian bonana.


Jatuh kemiri itu dari pohonnya.

‘Kemiri itu jatuh dari pohonnya.’

Pada contoh (9), terlihat bahwa verba pasientif madekdek ‘jatuh dari pohon (buah)’ ditujukan
untuk entitas tidak bernyawa tetapi entitas yang dimaksud adalah buah dari suatu pohon. Seperti buah
dari pohon anga, jambu dan lain sebagainya.

c. Seseorang/sesuatu bergerak di atas tempat ini

9
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Komponen semantis ‘seseorang/sesuatu bergerak di atas Y’ pada verba gerakan pasientif


dalam bahasa Batak Toba seperti pada verba maup ‘hanyut’.

10) Maup ‘hanyut’

Maup paheanna tingki manunsi di binanga.


Hanyut bajunya ketika mencuci di sungai.

‘Bajunya hanyut ketika mencuci baju di sungai.’

11) Maup ‘hanyut’

Maup sahalak baoa di Danau Toba.


Hanyut seorang pria di Danau Toba.

‘Seorang pria hanyut di Danau Toba.’

Pada contoh (10) dan (11), terlihat bahwa verba maup ‘hanyut’, verba tersebut ditujukan
untuk entitas bernyawa dan tidak bernyawa. Verba dapat terjadi pada lokasi seperti, sungai (yang
memiliki arus air). Verba gerakan ini mengikuti arah gerakan yang yang berada di bawahnya.

Tabel 01. Kategori Verba Gerakan Pasientif dalam bBT

No Kategori Verba
1 ‘seseorang/sesuatu bergerak di tempat marumpak, maroprop, rongrong, dan manghitir.
ini’

2 ‘seseorang/sesuatu bergerak dari tempat masursur, lonong, manongnong, tarusop, madabu,


ini tinggang, tungkap, runggang, maninggalak,
targodung, marguling, tarsiandit, manginsir,
monggal, ambal, tompas, tarsampat, malua, dan
tartuktuk.
3 ‘seseorang/sesuatu bergerak di atas maup
tempat ini’

B. Struktur Semantis Verba Gerakan Pasientif dalam bBT


Makna verba gerakan bukan agentif dihasilkan oleh BERGERAK/MELAKUKAN (seperti
tumbang, jatuh, menggelinding, melambung), BERGERAK/TERJADI (seperti lonong ‘karam’, maup
hanyut, tarsampat ‘terpelanting’), BERGERAK/MELIHAT (seperti terperosok) (Mulyadi, 2000: 48).
- Marumpak ‘tumbang’ dan madabu ‘jatuh’ berbeda pada properti kebernyawaan
- Marguling ‘menggelinding’ dan ambal ‘melambung’ mengimpiikasikan arah gerakan yang
berbeda
- Lonong ‘karam’ dan maup ‘hanyut’ mensyaratkan air
- Tarsampat ‘terpelanting’ dan targadung ‘terperosok’ memarkahi tempat gerakan.
Perhatikan representasi struktur semantic dari beberapa contoh verba gerakan pasientif dalam
bahasa Batak Toba berikut ini.
(1) Marumpak ‘tumbang’
Pada waktu itu, X (benda tidak bernyawa) bergerak ke bawah

10
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

Karena Y melakukan sesuatu pada X


X bergerak seperti ini

(2) Madabu ‘jatuh’


X (benda bernyawa) bergerak ke bawah
Karena Y melakukan sesuatu pada X
X bergerak seperti ini

(3) Ambal ‘melambung’


X bergerak melingkar ke atas
Karena Y melakukan sesuatu kepada X
X bergerak seperti ini

(4) Lonong ‘karam’


X bergerak lurus ke bawah Z (air)
Karena terjadi sesuatu pada X
X bergerak seperti ini

(5) Maup ‘hanyut’


X bergerak ke bawah Z (air)
Karena terjadi sesuatu pada X
X mengikuti arah pergerakan Z (air)
X bergerak seperti ini

(6) Targodung ‘terperosok’


X bergerak ke dalam Z (lubang)
Karena X tidak melihat ini
X tidak menginginkan ini
X bergerak seperti ini

PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan tentang verba gerakan
pasientif dalam bBT disubkategorikan berdasarkan tiga kategorisasi, yaitu ‘seseorang/ sesuatu bergerak

11
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha
(Volume 1 No. 1 Tahun 2021)

di tempat ini’, ‘seseorang/ sesuatu bergerak di tempat ini’, dan ‘seseorang/sesuatu bergerak di atas
tempat ini’.
Struktur semantis verba gerakan pasientif dihasilkan oleh BERGERAK/MELAKUKAN
(seperti tumbang, jatuh, menggelinding, melambung), BERGERAK/TERJADI (seperti lonong ‘karam’,
maup hanyut, tarsampat ‘terpelanting’), BERGERAK/MELIHAT (seperti terperosok).
Penelitian tentang verba gerakan pasientif dalam bBT belom pernah dilakukan sebelumnya
sehingga kajian sangat terbatas. Dengan selesainya penelitian ini, bukan berarti penelitisn tentang verba
gerakan pasientif bBT telah tuntas. Peneliti menyarankan supaya penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti
lain dengan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan karena terbatsnya referensi tentang
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Budiana, Haris. (2018). The Motion Verbs with Particles and Prepossition. Academic Journal
PERSPECTIVE: Language, Education and Literature. Vol 6 (1):69.
Mulyadi. (2000). “Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia”. Linguistika, Vol 13, 40-51 (Diakses
dari https://www.researchgate.net pada tanggal 30 Agustus 2021)
Mulyadi. (2009). “Kategori dan Peran Semantis Verba dalam Bahasa Indonesia”. Logat, Vol. 1 (1): 63
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.15-18,
208-209.
Verawaty Ratu, Mulyadi, dan Nurlela. (2020). Verba Gerakan Bahasa Melayu Asahan. Universitas
Sumatera Utara. (Diakses dari https://www.researchgate.net pada tanggal 30 Agustus
2021)
Wahyuni, Ade. (2019). “Struktur Semantis Verba Tindakan Bahasa Jepang dalam Novel Yoshiwara
Gomenjoo”. Jurnal Kata. Vol. 3, No. 2

12

Anda mungkin juga menyukai