Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN

EKSPRESIF
KELOMPOK 11
CITRA KIRANA PUTRI

APPURIA ROTUA MARPAUNG


HAKIKAT PENDEKATAN EKSPRESIF

•Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk
imajinasi penyair yang beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra
dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan pikiran; dan sering kritik ini mencari
dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak,
telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193). Dan pendapat lain menyatakan, pendekatan
ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams, 1981:189). Menurut
Semi (1984), pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair
mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra.
•Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran,
perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra. Pengarang menciptakannya
berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan
dengan daya kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat
makna.
LANGKAH PENERAPAN PENDEKATAN EKSPRESIF

•Karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang mengaitkan sebuah karya sastra dengan pengarangnya. Maka, ada beberapa
langkah dalam menerapkan pendekatan ekspresif.
•Langkah pertama, seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang karya sastra yang akan dikaji.
•Langkah kedua, melakukan penafsiran pemahan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti tema, gaya
bahasa/ diksi, citraan, dan sebagainya. Menurut Todorov dalam menafsirkan unsur-unsur karya sastra bisa dengan cara
berspekulasi, sambil juga meraba-raba, tetapi sepenuhnya memiliki kesadaran diri, dari pada merasa memiliki pemahaman tetapi
masih buta. Artinya, seorang kritikus boleh bebas melakukan penfasiran pemahaman terhadap unsur-unsur yang membangun
sebuah karya sastra.
• Langkah ketiga, mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan psikologis kejiwaan pengarang. Asumsi dasar
penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconcius) setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk secara
sadar (conscius). Dan kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan
yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra.
CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN EKSPRESIF

• Kaitannya dengan makalah ini, penulis akan mencoba membahas beberapa puisi dari Subagio Sastrowardoyo berdasarkan pendekatan
ekspresif.
• 
• Puisi Doa di Medan laga
•Doa di Medan Laga
•Karya: Subagio Sastrowardoyo
• 
•Berikan kekuatan sekeras baja
•Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini
•Berilah kesabaran seluas angkasa
•Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini
•Berilah kemauan sekuat garuda
•Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini
•Berilah perasaan selembut sutera
•Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini.
•1. Biografi Penyair
•Subagio Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924 –meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995 pada
umur 71 tahun) adalah seorang dosen, penyair, penulis cerita pendek dan esai, serta kritikus sastra asal Indonesia.
Selama bertahun-tahun, ia adalah direktur perusahaan penerbitan Balai Pustaka. Puisi-puisi Subagio umumnya
dipandang mempunyai bobot filosofis yang tinggi dan mendalam, dan tidak dapat ditafsirkan secara harfiah.
Perumpamaan dan lambang digunakannya secara dewasa dan matang.

• Subagio berpendidikan HIS di Bandung dan Jakarta, HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta, Fakultas Sastra
UGM selesai tahun1958, Universitas Yale tahun 1961-1966. Pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia
Kursus B-I di Yogyakarta (1954-1958), dosen Kesustraan Indonesia di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM
(1658-1961), dosen UNPAD, dosen SESKOAD keduanya di Bandung, dosen bahasa dan Kesusastraan
Indonesia di Universitas Flinders, Adelaide, dan terakhir bekerja di Penerbit Balai Pustaka. Pada musim panas
1984, ia juga pernah menjadi seorang instruktur tamu di Universitas Ohio, dan mengajarkan bahasa Indonesia.

PENAFSIRAN PEMAHAMAN PUISI

•A. Pemilihan kata khas


•Diksi
•Diksi yang digunakan Subagio Sastrowardoyo dalam puisi Doa di Medan Laga sudah mewakili perasaan dan pengalaman pengarang. Selain itu, juga mewakili
perasaan semua rakyat yang sedang mempertahankan kehidupan di jagat raya ini.
•· Berilah kekuatan sekeras baja
•Larik tersebut memiliki makna konotasi yang dapat diartikan sesuai situasi dan kondisi, yakni ingin mempunyai kekuatan yang keras sehingga mampu menghadapi
segalanya dengan kesabaran dan ketabahan lahir dan batin. Secara denotatif memiliki makna yang sesungguhnya yakni sekeras baja (baja yang keras dan kuat).
•· Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini
•Makna yang terkandung pada larik tersebut adalah menjalani kehidupan di dunia ini dengan penuh kesungguhan.
•· Berilah kesabaran seluas angkasa
•Secara denotatif, angkasa memiliki luas yang tak terhingga, tetapi secara konotatif seluas angkasa maksudnya adalah ingin diberikan kelapangan hati (sabar).
•· Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini
•Maksudnya adalah segala tantangan dan rintangan mampu diatasi dan yang sudah berlalu biarlah berlalu.
•· Berilah kemauan sekuat garuda
•Secara denotatif, garuda memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi secara konotatif maksudnya ingin diberikan suatu kemauan/ keinginan yang kuat sekuat garuda
untuk mengatasi segala problema kehidupan.
•· Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini
•Kekejaman dan penindasan mampu untuk dihadang, kemauan/keinginan yang kuat mampu mengatasinya.
•B. Kata Konkret
•Kata konkret merupakan kata-kata yang memilliki makna dan arti sama bila dilihat secara denotatif.
Secara konotatif memiliki makna dan arti berbeda yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.
Kata-kata konkret pada puisi ini seperti terdapat pada kata:
•· Kekuatan sekeras baja
•Kekuatan sekeras baja
•Kesabaran seluas angkasa
• kemauan sekuat garuda
• perasaan selembut sutra
•C. Pengimajian
•1. Imaji perabaan terdapat pada larik ketujuh, berilah perasaan selembut sutera.
•2. Imaji penglihatan terdapat pada larik sekeras baja, seluas angkasa, sekuat garuda, dan selembut sutra
•3. Imaji perasaan terdapat pada larik berilah kesabaran seluas angkasa, untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan
derita ini, untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini, dan berilah perasaan selembut sutera.
• 
•D. Bahasa Figuratif
• Pada puisi ini terdapat majas perbandingan, merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan menggunakan kata-
kata perbandingan. Seperti bagai, bagaikan, bak, seperti, laksana, se-, dan lain-lain.
•· Berilah kekuatan sekeras baja
•· Berilah kesabaran seluas angkasa
•· Berilah kemauan sekuat garuda
•· Berilah perasaan selembut sutra
•E. Verifikasi
•Rima dalam puisi ini termasuk dalam rima berselang yakni pengulangan bunyi sajak a-b-a-b.
• 
•F. Tipografi
•Puisi ini mempunyai tata wajah yang konvensional seperti pada umumnya, dan berdasarkan bentuknya, puisi ini termasuk ke dalam Oktaf/Stanza yaitu sajak yang terdiri dari 8 baris.
• 
•G. Tema
• Tema yang diangkat pada puisi Doa di Medan Laga adalah tema patriotisme. Tentang perjuangan dan pertahanan hidup. Tema ini sesuai dengan isi tiap larik yang selalu berharap diberi
kemudahan dalam segala hal.

•H. Nada dan Suasana
•Nada dan suasana dalam puisi ini tentang semangat juang yang optimis dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya berjuang melawan musuh tetapi juga melawan berbagai hal tidak baik yang
ada dalam masyarakat dan bangsa kita.
• 
•I. Perasaan
•Semangat dan optimis menjadi rasa dari tiap-tiap larik dalam puisi Doa di Medan Laga.
• 
•J. Amanat
• Amanat yang dapat diambil dari puisi Subagio Sastrowardoyo yang berjudul Doa di Medan Laga ini adalah kehidupan dunia yang sangat keras dan penuh dengan tantangan harus tetap dijalani
dengan penuh perjuangan. Semua yang dihadapi pasti mendapatkan kemudahan untuk mengatasi tantangan tersebut. Berdoa dan selalu berusaha dengan optimis, pasti Yang Maha Kuasa selalu
berada dekat kita dan akan menolong kita.
• 3. Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang
•Berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Subagio Sastrowardoyo adalah seorang penyair, dosen,
dan kritikus. Kaitannya dengan pembuatan puisi Pidato di Kubur Orang ini merupakan bentuk dari
pengalamannya dari suatu kejadian pada zaman dulu. Dari pengalaman di sekitarnya itu beliau
menuliskannya ke dalam puisi ini, yang menceritakan tentang pidato yang dibacakan di kubur orang
itu. Entah mengapa tokoh ia dalam puisi ini terlalu baik sehingga tidak memberikan perlawanan
sedikitpun ketika gerombolan itu datang. Mungkin tokoh ia ini sudah renta sehingga tidak mampu
untuk berbuat sesuatu, dan pada puisi ini beliau mengekspresikannya melalui tokoh ia yang begitu
sabar, tabah, dan terlalu baik.
KESIMPULAN

• 1. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair
mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra.
• 2. Ada tiga langkah dalam pendekatan ekspresif, langkah pertama dalam menerapkan pendekatan ekspresif,
seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang karya sastra yang akan dikaji. Langkah kedua, melakukan
penafsiran pemahan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti tema, gaya bahasa/ diksi,
citraan, dan sebagainya. Langkah ketiga, mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan psikologis
kejiwaan pengarang.
• 3. Dari keempat analisis puisi tersebut dalam pendekatan ekspresif adalah bahwa hampir seluruh dari keempat
pengarang tersebut dalam membuat karya sastranya berdasarkan respon atau ekspresi dari suatu pengalaman yang
dialami dan dari beberapa peristiwa yang terjadi disekitarnya sehingga menarik perhatian pengarang untuk dikaji
dan semuanya itu dituliskan dalam sebuah karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai