Kasem
Nim : 180704041
Pengertian Filsafat
.HELLENISME
Zaman sesudah Aristoteles adalah zaman baru yang dimulai dengan zaman
pemerintahan Alexander yanag Agung, zaman ini disebut Helenisme. Istilah Helenisme
adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani Kuno Hellenizein, yang berarti
berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani. Yang dimaksud dengan Helenisme klasik
yang ada di Yunani itu ialah kebudayaan yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4
SM. Dalam pengertian yang lebih luas, Helenisme adalah istilah yang menunjuk kebudayaan
yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil, Siria, Mesopotamia,
dan Mesir yang lebih tua. Gabungan itu terjadi selama tiga abad
setelah meninggalnya Alexander yang Agung pada tahun 323 SM. Seorang dikatakan Hellene
bila ia berbicara dan menggunakan kebudayaan Yunani,
Jadi pemikiran filsafat Helenisme adalah filsafat Yunani untuk mencari hakikat sesuatu atau
sebuah pemikiran untuk menjadi suatu kebenaran yang terjadi pada masa Yunani kuno.
Secara umum filsafat Helenisme tidak begitu orisinil, karena tidak ada Plato baru atau
Aristoteles baru yang muncul dalam panggung. Sebaliknya, kedua filsuf besar itu menjadi
sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat pada zaman itu seperti Epicurisme, Stoaisme,
Skeptisme dan NeoPlatonisme.
Nama lengkapnya adalah Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin Imran
bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qeis al-Kindi. Ia dilahirkan di kota Kufah, ia
memperoleh pendidikan masa kecilnya di Bashrah. Tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di
Baghdad, ia terlibat dalam gerakan penerjemahan dan penulis buku. Namun, itu tidak berarti
bahwa Al-Kindi hanya ahli penerjemahan, karena penulis buku tersebut Ibnu Juljul
menerangkan lebih lanjut :”Ia (Al-Kindi) telah menerjemahkan banyak buku filsafat,
menjelaskan berbagai masalah, menyimpulkan berbagai problema yang sulit dan sukar
dipahami”. Lebih lanjut dia melanjutkan :” Al-Kindi menguasai ilmu kedokteran, filsafat,
ilmu pasti, semantik, pandai mengubah lagu, menguasai ilmu ukur (Geometri), aljabar, ilmu
falak dan astronomi”. Dari hasil menerjemah dan menulis buku, dia memiliki banyak harta
untuk mengaji banyak orang guna menerjemahkan naskah-naskah ilmu pengetahuan dan
filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi perpustakaan pribadinya, yaitu Al-
Kindiyyah. Al-Kindi mempelajari berbagai cabang ilmu keagamaan seperti hukum syariat
dalam ilmu kalam. Ia turut menyumbangkan pemikirannya secara efektif dalam memasukkan
filsafat kedalam khazanah pemikiran Islam. Tidaklah mengherankan jika Al-Kindi menguasai
banyak ilmu pengetahuan, karena ia hidup di beberapa kota yang merupakan pusat
perkembangan ilmu. Di Kufah ia mempelajari ilmu kimia dan setelah ia pindah ke Baghdad,
ia berkecimpung langsung di dunia pendidikan ilmu dan filsafat hingga berhasil menguasai
dengan baik.
Al-Farabi
Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn
Auzalagh. Al-Farabi seorang filosof Islam berkebangsaan Turki, ia adalah seorang yang
tertarik pada ilmu pasti dan semantik. Di Baghdad ia berhubungan dengan Abu Basyr Matta
bin Yunus seorang ahli semantik terkemuka, dua puluh tahun Al-Farabi tinggal di Baghdad
hingga ia mendapat julukan “Guru Kedua” karena ia adalah orang pertama yang memasukkan
ilmu semantik dalam kebudayaan Arab, sama halnya dengan Aristoteles yang disenut “Guru
Pertama” karena ia adalah orang yang menciptakan ilmu semantik.Di Aleppo, yakni di istana
Sultan Saifud-Daulah Al-Hamdani, ia bertemu dengan para sastrawan, penyair, ahli bahasa,
ahli fiqh dan kaum cendekiawan lainnya. Disana ia memperoleh kedudukan paling menonjol
sebagai seorang filosof. Di Aleppo Al-Farabi tinggal kurang lebih 10 tahun dan selanjutnya
pindah ke Damaskus karena hubungan kedua penguasa kota tersebut semakin memburuk.
Filsafat Al-Farabi
Filsafat berbasis akal berarti filsafat berasal dari pemikiran manusia secara rasional
(akal). Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa akal (rasio) adalah
alat terpenting dalam mencari, memperoleh, dan menguji pengetahuan. Pengetahuan dicari
dengan akal, dan temuannya diukur dengan akal juga. Rasionalisme mengajarkan bahwa
pengatahuan di peroleh dengan cara berfikir, alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah
logis atau kaidah-kaidah logika.
3. G. W leitniz (1646-1716)
Gotifried willheim von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716
dan meninggal pada tahun 1718. ia filosofi jerman matamatikawan, menjadi atasan,
pembantu pejabat tinggi Negara. Pusat metafisikanya adalah ide tentang substansi yang di
kembangkan dalam konsep monad.
Metafisika leigniz sama memusatkanperhatian pada substansi. Bagi spinoz sama
memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza ,alam semesta ini mekanistis dan
keseluruhnya bergantung pada sebab, sementara substansi pada leigniz adalah tujuan.
Penentuan prinsip filsafat leitniz ialah prinsip akan yang mencukupi, yang secara
sederhana dapat di rumuskan sesuatu harus mempunyai masalah bahkan tuhan harus
mempunyai masalah untuk setiap yang di ciptaan-nya. Kita lihat bahwa prinsip ini
menuntun filsafat leigniz.Sementara sfinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi,
Leitniz berpendapat bahwa substansi itu monad, setiap monad berbeda satu dengan yang
lain dan tuhan (sesuatu yang super monad dan satu-satunya monad yang tidak di cipta
adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya leigniz tentang ini di beri judul menadologis
(studi tentang monad / yang di seterusnya 1714)
Filsafat empirisme
Ilmu-ilmu empiris ini memperoleh bahan-bahan untuk sesuatu yang dinyatakan sebagai
hasil atau fakta dari sesuatu yang dapat diamati dengan berbagai cara. Bahan-bahan ini
terlebih dahulu harus disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi,
didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah. Paham empirisme telah banyak didiskusikan oleh
orang-orang di bangku perkuiahan. Banyak yang menyatakan bahwa suatu penelitian itu
harus didasarkan atas data empiris, namun menurut penulis dengan data empiris saja
penelitian tidak cukup dan harus juga berdasarkan rasionalisme logis. Tuhan telah
menciptakan akal bagi manusia sehingga membedakannya dengan makhluk-makhluk yang
lain. Akal harus difungsikan dalam suatu penelitian agar pembaca memiliki gambaran yang
kuat untuk menerima hasil kajian ilmiah dari peneliti yang akan dijadikan sebagai
pengetahuan.
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Kata empirisme
menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani empereikos yang berarti pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini
dapat dilihat bila memperhatikan pertanyaan seperti: “Bagaimana orang mengetahui es itu
dingin?” Seorang empiris akan mengatakan, “Karena saya merasakan hal itu dan karena
seorang ilmuan telah merasakan seperti itu”. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur
yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui
bahwa es itu dingin. Bagaimana dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung
lewat alat peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan
itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai. Oleh sebab itu,
empirisme dinisabatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi manusia.
Adapun kekurangan empirisme menurut positivisme bahwa empirisme belum terukur.
Empirisme hanya sampai pada konsep-konsep umum, seperti kelereng ini kecil, bulan lebih
besar, bumi lebih besar lagi, matahari sangat besar, demikianlah seterusnya. Konsep ini
belum operasional, karena belum terukur. Jadi, masih perlu alat-alat lain seperti paham
positivisme.
Kritisisme
Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh
Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan
rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan
corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Kant
mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia
ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak
empirisme. Gagasan ini muncul karena pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang
dapat saya ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?.
Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya mengkritik pandangan
empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang bertentangan dalam filsafat, terutama
sejak renaisans dan pencerahan. Kant kemudian menyatakan bahwa kedua pandangan ini berat
sebelah. Kant berusaha menganalisis syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional
manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis dengan menggunakan rasio itu
sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis terhadap kegiatan akal-budi, lalu
mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal budi itu. Analisi itu bersifat kritis dan
bukan psikologi dengan mencari daya/potensi yang berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya
lebih bersifat kritis logis yang meneliti hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama
lain.
Kant menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan
kemajuan hidup sehari-hariselain itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama dan
moral,sebab mereka memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua sintetis
apriori. Maka timbulah petanyaan : dasar obyektifitas pengertian semacam itu apa? Sudah jelas
bahwa dasarnya ukan empiris itulah yang akan diteliti oleh Emmanuel kant.
Filsafat Positivisme
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Istilah Positivisme pertama kali
digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip filosofik tentang positivisme
dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan Inggris yang bernama Francis
Bacon yang hidup di sekitar abad ke-17 .Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi,
komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan
logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam.
Positivisme diturunkan dari kata positif, dalam hal ini positivisme dapat diartikan sebagai
suatu pandangan yang sejalan dengan empirisme, menempatkan penghayatan yang penting
serta mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan yang nyata,
karena harus didasarkan kepada hal-hal yang positivisme. Dimana positivisme itu sendiri hanya
membatasi diri kepada pengalaman-pengalaman yang hanya bersifat objektif saja. Hal ini
berbeda dengan empirisme yang bersifat lebih lunak karena empirisme juga mau menerima
pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau pengalaman-pengalaman yang bersifat
subjektif juga.Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme
Jerman Klasik).