Anda di halaman 1dari 25

Manajemen Disaster Kelautan

( SISTEM RUJUKAN )

Oleh Kelompok III

Leo Tehubijuluw

Paldo Patty

Rachel Matulessy

Sanry Zusana Komsary

Vionita Matita

Winda Lesnussa

Yenike G. Latuputty

Yokbet E. Yaki

Yohana M. Latuheru

Kelas : A2

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku


Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanNya kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah sistem rujukan pada mata kuliah Manajemen Disaster
Kelautan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari harapan ibu dosen dan para pembaca,
namun kami berharap bahwa makalah ini dapat diterima agar menjadi pembelajaran bagi kami
dalam menyusun makalah berikutnya.

Kami menyampaikan terimakasih kepada semuayang telah membantu kami dalam


menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, 20 Oktober 2018

Penulis

Kelompok III kelas A2

1
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................................................1

BAB II Pembahasan......................................................................................................................3

Bab III Penutup...........................................................................................................................21

Daftar Pustaka.............................................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui pelayanan kesehatan ditempat tertentu,
seperti dipustu, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan yang konvensional maupun
pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan kompensional dan komplementer melalui
pendidikan dan pelatihan dgn selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.

Rang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat


banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai bagian
atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi
masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut.

Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui puskesmas


didasarkan pada didirikannya puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (centre for
health development) diwilayah kerja tertentu.

Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat
primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian
seterusnya.

Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka


proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.
Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang
dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang
seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan.

1
 Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem rujukan?
2. Bagaimana alur sistem rujukan rujukan gugus pulau?

 Tujuan masalah

1. Mengetahui apa itu sistem rujukan.


2. Mengetahui bagaimana alur sistem rujukan gugus pulau.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Rujukan

Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk


menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin
menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian,
statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti, nilai-
nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut
ditemukan (Wikipedia)
Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul,
baik vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani) maupun horizontal (antar unit-
unit yang setingkat kemampuannya) secara rasional kepada yang lebih mampu.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu
dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui
peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah
mereka berada. (Depkes RI, 2006).
Sistem rujukan merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah penyakit kandungan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal
(Mochtar, 1998).

 Tata Laksana Rujukan


- Internal antas-petugas di satu rumah
- Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
- Antara masyarakat dan puskesmas
- Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
- Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
- Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
- Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
 Tujuan Sistem Rujukan di Puskesmas
- Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan

3
umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
- Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang
terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.

Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan
keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan
kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal persalinan, jika
memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya,
penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya
pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timinbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka senngkali sulit unruk
membuat persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu merupakan
unggulan asuhan syarat ibu dalam mendukung keselamatan ibu.

 Kegiatan dan Pembagian dalam sitem rujukan di Puskesmas


Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit
dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan
kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium
telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan
keterangan yang lengkap (surat balasan). Rujukan informasi medis membahas
secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada
unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan
data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal
dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara
regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.

4
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.

1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman
tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan
kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke
rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan
mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan
tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

 Sistem Rujukan Layanan Primer


Sistem rujukan layanan primer dapat dilaksanakan secara horisontal, vertikal atau
kedua-duanya dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan

5
telah tersedia pada semua tingkatan mulai dari tingkat dasar seperti klinik pratama /
klinik utama, puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta / bidan
praktek swasta sampai ke tingkat yang lebih tinggi seperti rumah sakit. Apabila
klinik pratama / klinik utama, puskesmas pembantu, puskesmas, atau dokter
praktek swasta/bidan praktek swasta menerima atau merawat kasus gawat darurat
atau non gawat darurat (penyakit kronis) dan tidak berwenang atau tidak mampu
memberikan penanganan medis tertentu atau pelayanan kesehatan penunjang, maka
harus merujuk pasien tersebut kepada fasilitas kesehatan yang lebih mampu,
misalnya rumah sakit pemerintah/swasta atau fasilitas kesehatan terdekat.
Sistem rujukan layanan kesehatan primer dimulai dari Puskemas yang melakukan
tindakan pengiriman pasien yang dilaksanakan sesuai dengan indikasi medis untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut kesarana pelayanan yang lebih
lengkap/kompeten yaitu Rumah sakit. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan ringkat lanjut yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke
Puskesmas yang mengirim pasien melalui adanya surat rujukan balik sebagai
sistem informasi timbal balik antara puskesmas dan Rumah sakit, fungsi adanya
surat rujukan balik ini untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan
termasuk rehabilitasi selanjutnya. Dilakukan menggunakan sistem informasi yang
yang sudah disiapkan. Dinas kesehatan berperan untuk melakukan monitoring dan
evaluasi kegiatan sistem rujukan secara kualitatif, kuantitas rujukan, epidemiologi
serta hambatan yang terjadi pada saat pelaksanaan sistem rujukan. Puskesmas dan
RS wajib melakukan pencatatan kegiatan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan.

6
- Gambaran umum Sistem Rujukan Layanan Primer

Sistem rujukan layanan kesehatan primer dimulai dari Puskemas yang melakukan
tindakan pengiriman pasien yang dilaksanakan sesuai dengan indikasi medis untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut kesarana pelayanan yang lebih
lengkap/kompeten yaitu Rumah sakit. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan ringkat lanjut yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke
Puskesmas yang mengirim pasien melalui adanya surat rujukan balik sebagai
sistem informasi timbal balik antara puskesmas dan Rumah sakit, fungsi adanya
surat rujukan balik ini untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan
termasuk rehabilitasi selanjutnya. Dilakukan menggunakan sistem informasi yang
yang sudah disiapkan. Dinas kesehatan berperan untuk melakukan monitoring dan
evaluasi kegiatan sistem rujukan secara kualitatif, kuantitas rujukan, epidemiologi
serta hambatan yang terjadi pada saat pelaksanaan sistem rujukan. Puskesmas dan
RS wajib melakukan pencatatan kegiatan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan.

Rujukan:
Puskesmas Surat Rujukan:
Rujukan, Nama
Rujukan Balik: Puskesmas, Nama Monev Dinkes
Surat balasan rjkn Kab/kota, Nama Kualitatif terhadap
balik: no surat, tgl, Pasien yg dirujuk, mutu yang diberikan
status Jamkes Jamkes Kuantitas Rujukan
swasta/pemerintah pemerintah/swast Epidemiologi
, 7an rujukan a Hambatan
penerima, nama Jamkes
dan identitas swasta/pemerinta
pasien, dll h

Rumah Sakit

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit
Pelaporan dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan
- Prosedur Rujukan Layanan Kesehatan Primer

7
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun
kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:

1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.


2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Mencantumkan terapi sementara
6. Mencantumkan tindakan yang telah diberikan
7. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk
8. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk
9. Menggunakan ambulance transport
10. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan
11. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum mengirim
pasien
12. Pasien dirujuk 1x24 jam sejak diagnosa ditegakkan

Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan pre Eklamsi
berat, DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir kasus-kasus rujukan dengan
kasus tertentu):

1. Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain, maka pasien
memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang
tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan
kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen,
sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu dirujuk jika
pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklamsia Berat.
2. Rujukan dengan kasus DBD: sebelum dirujuk pada fasilitas lain, pasien harus
memenuhi kriteria untuk dirujuk, seperti tidak adanya perbaikan kondisi
setelah pemberian terapi cairan 15 ml/kgBB/Jam serta ditemukan adanya
tanda-tanda shock seperti Nadi yang tetap tinggi, TD mulai menurun, dan
produksi urin berkurang, atau faskes tidak mampu untuk melakukan

8
pemeriksaan darah serial berulang setiap 6 jam atau melakukan pengawasan
ketat pada pasien. Pantau ketat kondisi pasien, monitoring tanda vitasl,
rujukan tidak perlu jika pengawasan baik. Segera rujuk jika ditemukan tanda-
tanda syok perdarahan, nadi meningkat, TD menurun, urin berkurang, kejang ,
penkes, hemel,segera stabilisasi dan merujuk agar tidak sampai pada fase
irreversible
3. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus: Sebelum dirujuk pada fasilitas
kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti
adanya kerusakan target organ atau komplikasi dari diabetes seperti KAD,
nefropati, neuropati, retinopati,cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan
insulin dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa komplikasi
dapat dirujuk apabila setelah pemberian 2 obat dan diet sehat pasien tidak
mengalami perbaikan selama 2-3 bulan.
4. Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan
lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti pasien memiliki
hipertensi non esensial atau pasien tidak mencapai target tekanan darah setelah
2-3 bulan pengobatan. Rujukan diberikan apabila target tidak tercapai setelah
pemberian obat selama 2-3 bulan atau pasien memiliki hipertensi non esensia.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat
yaitu pihak yang merujuk, dalam hal ini Puskesmas dan pihak yang menerima
rujukan yaitu Rumah sakit, dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur Operasional Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS
Prosedur Klinis:
1) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
2) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5) Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans, agar
petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di
IGD mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau
ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
6) Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter

9
Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah
sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut
Prosedur Administratif:

1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.


2) Membuat rekam medis pasien.
3) Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan
rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip.
5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6) Menyiapkan sarana transportasi
7) Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan
sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
8) Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat
rujukan yang dituju.
9) Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk membuat laporan

2. Prosedur Operasional rujukan balik ke Puskesmas


Prosedur Klinis:

1) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien wajib memberikan


umpan balik ke Puskesmas pengirim setelah dilakukan proses antara
lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat selanjutnya
pasien perlu di tindaklanjuti oleh Rumah Sakit
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis, tetapi masih memerlukan pengobatan dan perawatan
selanjutnya yang dapat dilakukan di Rumah Sakit
c. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosis bahwa kondisi
pasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah
Sakit tersebut dalam keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.

10
d. Pasien sudah meninggal.
2) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Puskesmas/
pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien
keluar dari Rumah Sakit.
Prosedur Administratif:
1) Rumah Sakit yang merawat pasien berkewajiban memberi surat
balasan rujukan (format terlampir ) untuk setiap pasien rujukan yang
pernah diterimanya kepada Puskesmas yang mengirim pasien yang
bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan dapat melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut
diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan menghubungi
melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon,
handphone, faksimili dan sebagainya.
3) Bagi Rumah Sakit , wajib mengisi laporan Triwulan

3. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.


Prosedur Klinis:

1) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah


Sakit yang terakhir merawat pasien tersebut.
2) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh.

Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal / jam telah
ditindaklanjuti.

4. Prosedur Operasional rujukan lintas batas

a. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau


Pemerintah Provinsi (Bagi yang belum memiliki Bapel atau UPT Jamkes)

11
b. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau
Pemerintah Provinsi dan MOU antara Rumah Sakit dengan Badan
Penyelenggara Jaminan (Bagi yang telah memiliki Bapel / UPT Jamkes)
c. Surat Rujukan dikeluarkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (Dokter
Praktek, Bidan Praktek, Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit) berasal dari
wilayah terdekat dengan tempat tinggal pasien.
d. Untuk Kasus Gawat Darurat, tidak perlu surat rujukan.

5. Prosedur Operasional pengelolaan pasien di ambulans


a. Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu
mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
b. Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi
pasien ).
c. Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah
sakit perujuk.
d. Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
e. Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam
ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien/surat rujukan

6. Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen


Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk
apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan
laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat
dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan
spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen
yang telah diperiksanya.
a) Prosedur standar pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang
Diagnostik lainnya
Prosedur Klinis:
1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang
akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi
penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta
kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah
sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas
(dilengkapi jam pengambilan).
Prosedur Administratif:

12
1). Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik
lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi jenis
spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengirim.
2). Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing intansinya.
3). Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke
alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

b) Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang


diagnostik lainnya
Prosedur Klinis
1) Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya
sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan
memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit,
keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk
diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
3) Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang
diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan
cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
Prosedur Administratif
1) Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik
lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat
dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi
pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengirim.
2) Apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut
dikembalikan.
3) Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang
telah ditentukan masing-masing instansinya.
4) Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.

13
5) Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan
format standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi
pengirim.

c) Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan


spesimen dan Penunjang diagnostik lainnya.
Prosedur Klinis:
1) Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat
rujukan spesimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah
dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap
2) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan.
3) Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada
tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen.
Prosedur Administratif:
1) Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
2) Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan
masingmasing instansi.
3) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga
kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya.
4) Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat
pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim
dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.

7. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:


a. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan
pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke
dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang
dirujuk, status jaminan kesehatanyang dimiliki pasien baik
pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah
diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan
pengobatan, nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan

14
pelayanan serta keterangan tambahan yang dianggap perlu dan
penting.
b. Balasan rujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat
pasien rujukan. Surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada
pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat, tanggal, status
jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan
identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat
keluar dari perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan. (format
surat balasan rujukan terlampir).
c. Rujukan Spesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan
mengisi surat rujukan spesimen, yang berisikan antara lain : nomor
surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan
rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang
dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang
diminta, nama dan identitas pasien, serta diagnosis klinis. (Surat
Rujukan Spesimen). Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan /
spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan
segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan
format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.

 Beberapa permasalahan yang di temukan dalam pelaksanaan rujukan pasien, antara


lain :

1) Rujukan dibuat berdasarkan atas permintaan sendiri

2) Sistem Rujukan Balik tidak berjalan

3) Sistem Rujukan Online (SPGDT 119) belum berjalan dengan baik

4) Masih ditemukannya penerima pertama pasien kegawatdaruratan bukan tenaga


kesehatan terlatih

5) Tenaga kesehatan yang sudah terlatih dimutasi ke fasilitas pelayanan


kesehatan lain atau bagian lain.

15
6) Pelaksanaan rujukan balik belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petugas
rumah sakit dan puskesmas/jajarannya.

7) Puskemas merasa kesulitan untuk merujuk karena terkadang RS penuh


sehingga petugas Puskesmas harus mencari rumah sakit lain.

8) Koordinasi antara RS, PKM masih kurang

9) Masih tingginya biaya transportasi dan terkadang terlambat dalam penanganan


karena lama sampai ke RS

16
Contoh Rujukan Puskesmas
Surat Rujukan Peserta

No Rujukan:
Puskesmas/dokter keluarga:
Kabupaten/Kota:
Kode
Kode

Dirujuk oleh : Nama : Jabatan :

Initiating Tgl merujuk :


facility :

Nama & Alamat Emergency/Rawat Jalan

Kepada Yth…….
Di RSU…………
Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita:
Nama :
No Kartu BPJS :
Diagnosa :
Telah diberikan :
Demikian, atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih. Mohon jawaban rujukan
Salam sejawat,………

TTD perujuk

17
Contoh Formulir Rujukan Balik

Rujukan balik No.telp: No.Fax:


Nama fasiltas
kesehatan :
Dibalas oleh : Nama : Tanggal :
Orang yang mengisi Jabatan : Spesialisasi :
form ini
Initiating vacility :
Nama & alamat
Nama pasien
No. Identitas Usia Jenis Kelamin: L P
Alamat pasien
Pasien ini diterima Pada tanggal :
oleh :
(Nama dan spesialisasi)

Anamnesis
Hasil penemuan
khusus
Diagnosis
Terapi/operasi
Obat yang diresepkan

Mohon diteruskan
dengan :
(Obat,resep,tindak
lanjut,perawatan)
Dirujuk balik Pada tanggal :
kepada : Nama : Tanda Tangan :

18
B. Study Kasus

Seorang ibu hamil mendatangi puskesmas satelit dengan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan berkurang, nafas pendek.
Dari hasil pemeriksaan, didapati TTV:
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Denyut Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 16x/menit

Diagnosa menunjukkan sang pasien mengalami anemia berat dan dibutuhkan


penanganan lebih lanjut serta transfusi darah dan dirujuk ke rumah sakit dengan alur
sebagai berikut:

Satelit
Gugus
UKP primer RS Tipe D
Pratama atau
Pusat gugus Fasilitas
UKP sekunder
Satelit Gugus Puskesmas Kesehatan
Membawahi Rawat Inap bergerak
minimal 3 satelit
gugus UKP primer

19
 Alur rujukan kasus adalah rujukan berjenjang upaya kesehatan perorangan primer dari satelit
gugus dan sub gugus atau puskesmas terdekat ke pusat gugus dan upaya kesehatan
perorangan sekunder dan satelit gugus, sub gugus, dan pusat gugus puskesmas ke Rumah
sakit tipe D pratama dalam satu gugus pulau, dan apabila tersedia dapat merujuk ke fasilitas
bergerak.
 Satelit gugus dan sub gugus dapat merujuk langsung ke RS TIpe D pratama (atau fasilitas
kesehatan bergerak, bila tersedia) jika kasus tersebut merupakan kasus upaya kesehatan
primer sekunder yang tidak bisa ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
 Pusat Gugus baik itu puskesma rawat inap maupun Rumah Sakit tipe D pratama merujuk
kasus ke RS Kabupaten/ Kota sebagai rujukan tertinggi di kabupaten/ kota. Dan RS
Kabupaten/ Kota akan melakukan rujukan kasus ke RS rujuk regional yang telah ditetapkan.
Dan sebagai rujukan tertinggi di tingkat provinsi adalah RS Provinsi.
 Alur rujukan merupakan rujukan berjenjang seperti pada gambar dibawah

Pusat Gugus RS Kab/Kota atau Fasilitas RS regional RS Provinsi


Kesehatan Bergerak

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau
masalah kesehatan masyarakat.
Alur rujukan merupakan rujukan berjenjang sebagai berikut
- Pusat Gugus
- RS Kab/Kota atau Fasilitas Kesehatan Bergerak
- RS regional
- RS Provinsi

Saran

Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
lebih bermutu karna tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Dan
Bidan sebagai tenaga kerja kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk pasin bila pasien
mengalami anemia berat dan dibutuhkan penanganan lebih lanjut serta transfusi darah, ke fasilitas
kesehatan yang lebih optimal dan tepat waktu jika mengalami penyulitan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Fitramaya

Pedoman Teknis Penerapan Pelayanan Gugus Pulau

Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta: Draft Sistem Rujukan Layanan
Kesehatan Primer Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 2014

Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006

22

Anda mungkin juga menyukai