Khairani Astari
Yudith Muhammad
ADAT PERNIKAHAN DI
KEPULAUAN MERANTI
Dalam masyarakat Melayu di Kabupaten Kepulauan Meranti, terutama
di Sungai Linau Pulau Rangsang kesamaan dalam adat istiadat pernikahan,
dimulai dari merisik, melamar/mengantar tanda, pertunangan sampailah pada
hari H nya dimana pesta pernikahan dilangsungkan, biasanya dimulai dengan
malam berinai cui dimana pada malam tersebutlah biasanya ijab qabul
dilangsungkan, sekitar pukul 07.00 malam rombongan mempelai laki-laki
datang kerumah mempelai perempuan, setelah disambut dilanjutkan dengan
makan berhidang secara bersama-sama setelah dibacakan doa selamat oleh
alim ulama, maka acara akad nikahpun dilangsungkan, setelah itu pengantin
laki-laki dan perempuan secara bergantian di tepung tawarkan di atas pelamin
oleh alim ulama, orang tua-tua di kampung serta sanak keluarga. Setelah itu
pengantin perempuan di istirahatkan dan diberi inai, sementara penganten lakilaki duduk bersama di ruang depan bersama para tamu dan keluarga lainnya,
pada malam ini biasanya dilanjutkan pembacaan "maulid/asrakal"
(membaca kitab barzanji) sampai pagi oleh orang tua-tua dikampung. Acara
ini sangat berkesan sekali, karena ada kesan relegiusnya dan menjadi malam
yang sangat meriah bagi keluarga mempelai perempuan dalam persiapan
acara besok siangnya.
Acara maulid/asrakal ini biasanya sampai subuh tiba, jadi selama
semalaman mereka membaca kitab berzanji secara bersama dan bergantian,
sementara ibu-ibu dibagian dapur ditambah bapak-bapak dan anak-anak
muda mempersiapkan masakan dan minuman untuk mereka dan untuk
undangan dan tamu pada besok siangnya, ketika masih kecil teringat sangat
senang sekali kalau tiba pada malam ini, karena bisa berkumpul dengan
teman-teman dan anggota keluarga yang lain, dan satu hal pada malam itu
banyak makanan dan minuman, dimulai dengan makan malam, kopi susu,
pecal dan mie pada tengah malamnya, menjelang subuh ada minuman air
kelapa muda , dan subuh setelah usai dilanjutkan dengan makan bersama,
belum lagi kue bolu, kue kering, wajid, agar-agar terus ada disekitar tamutamu yang berzanji tersebut.
1. Merisik
Sebelum zaman kemajuan seperti sekarang ini, pergaulan wanita
dengan laki-laki tidaklah terbuka dan satu sama lain. Mereka
dibatasi oleh adat budaya Melayu yang telah mengatur itu semua
dan didukung oleh masyarakat sezamannya itu.
Sehingga dalam mencari jodoh haruslah melalui para orang tua
dan sianak cukup menyampaikan keinginannya kepada kedua
orang tua.
Jika seorang pemuda merasa tertarik akan seorang gadis, maka ia
akan menyampaikan kepada kedua orang tuanya, dang tua
tersebut harus mencari thu akan keadaan sigadis yang
dimaksudkan oleh sipemuda,
Untuk mencari tahu tentang keadaan sigadis, maka ia ditunjuklah
seorang yang dopercaya untuk mencari tahu tentang keadaan
sigadis tersebut. Merisik dapat dilakukan melalui keluarga si gadis
(orang tuanya) ataupun melalui para sahabat dan kawan
sepermainan dengannya.
Kegiatan merisik ini juga berlaku bagi keluarga si gadis yang ingin
mengetahui pula tentang diri si lelaki maka akan berlaku pula hal
sebaliknya yang serupa.