Anda di halaman 1dari 5

ADAT PERNIKAHAN SUKU BUGIS

Andi Nur Surya


Fakultas Hukum, Institut Ilmu Sosial Dan Bisnis Andi Sapada
EMAIL: anakganjil150@gmail.com
Latar belakang
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan allah swt. Dalam bentuk yang
paling sempurna disbanding mahluk-mahluk yang lainnya. Manusia di beri akal budi
dan hati nurani untuk mengembangkan fungsi kekhalifaan yaitu mengatur kehidupan
untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. [ CITATION htt \l 2057 ]

Sejarah kehidupan yang dibangun manusia telah menghasilkan peradaban,


kebudayaan dan tradisi sebagai wujud karya dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan dan tuntunan hidup yang dihadapi dalam membangun kebudayaan serta
peradabannya sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai social serta pandangan hidup yang
diperoleh dari ajaran agama atau fahamyang dianut, budaya atau tradisi itu selalu
mengalami perubahan baik berupa kemajuan maupun kemunduran yang semuanya
ditentukan atas dasar relevansinya dengan kehidupan dan kemanusiaan

Setiap masyarakat baik yang sudah maju maupun yang masih sederhana, ada
sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain saling berkaitan, sehingga
merupakan suatu sistem dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal
dalam kebudayaan yang memberi daya pendorong yang kuat terhadap kehidupan
masyarakatnya.

Perkawinan merupakan suatu peristiwa sangat penting dalam kehidupan


masyarakat, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut laki-laki dan perempuan
yang akan menikah, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya
bahkan keluarga mereka masing-masing.

Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses pernikahan adat suku bugis
dan apa saja tahapan-tahapanya. adapun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara
pernikahan adat suku bugis yang dapat diketahui.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bentuk-Bentuk tradisi perkawinan dalam masyarakat bugis

Pernikahan merupakan ketetapan ilahi dan sunnah Rasul yang harus dijalani
oleh setiap manusia. Bahkan Rasulullah menghimbau kepada para pemuda yang telah
sanggup untuk kawin agar segera kawin. Menurut Rasulullah saw. Kawin itu dapat
menenangkan pandangan mata dan menjaga kehormatan diri. Bahkan di lain riwayat
Rasulullah saw. Berkata bahwa perkawinan itu adalah peraturannya. Barang siapa
yang tidak menyukai aturannya, maka ia tidak termasuk golongannya .

Salah satu fenomena yang menarik pada masyarakat bugis yaitu memiliki
komitmen tradisional yang kuat dalam melakukan kegiatan perkawinan, karena selain
mereka berpegang teguh pada ajaran agama juga berpegang teguh pada tradisi/adat
yang dianut serta diyakini kebenaranya secara turun menurun. Sebagaimana
dinyatakan dalam sebuah ungkapan “Narekko tomappabboting sitongkkoi ade’E sibawa
gaukengnge, syara sanre ade’, ade’ sanre wari, wari sanre tulida”
Maksudnya: dalam melaksanakan prosesi pernikahan antara adat dan perbuatan
sejalan seiring, syara’ bergandengan dengan adat, adat bergandengan dengan tatanan
social, Tantanan social yang baik diikuti dan dilaksanakan secara turun menurun dalam
masyarakat.

Tahap-tahap perkawinan

Tahap pra nikah atau Mappesek-pesek (penjajakan) merupakan langka awal dari
pihak laki laki dahulu mengadakan penjajakan terhadap wanita yang akan dilamarnya
dengan menanyakan apakah tidak ada orang yang melamar lebih dahulu kepadanya.
Dalam bahasa bugis dikatakan “De’togaga Taroi”. Mappesek-pesek ini biasanya
dilakukan oleh utusan pihak laki-laki yang terdiri dari satu orang atau lebih laki-laki atau
perempuan dari keluarga terdekat yang dapat menyimpan rahasia, dengan maksud
manakala usaha ini gagal, maka tidak mudah diketahui oleh orang lain yang mungkin
dapat mendatangkan perasaan malu (siri’ dalam bahasa bugis) bagi pihak laki-laki.

Madduta/Massuro (Melamar) adalah kelanjutan dari tahap pertama (mapesek-


pesek) dengan mengutus orang yang dituakan dari pihak laki-laki ke rumah pihak
perempuan untuk menyampaikan amanah dan menyatakan lamarannya secara resmi.
Pada acara ini, pihak keluarga perempuan mengundang keluarga terdekatnya,
utamanya keluarga yang pernah dipanggil bermusyawarah pada waktu dilakukan
pembicaraan mammanu-manu, serta orang-orang yang diangap bisa
mempertimbangkan hal-hal lamaran. Pada waktu pelamaran, keluarga wanita
berkumpul di rumah orang tua atau wali wanita.
Biasanya Perwakilan orang tua pihak perempuan terdiri dari beberapa orang tua
berpakaian resmi/lengkap. Pakaian resmi laki- laki, yaitu jas, sarung, songkok, dan
wanita berpakaian kebaya, sarung sutera. Demikian pula orang-orang yang menjadi
perwakilan orang tua pihak laki-laki juga berpakaian resmi, sebagaimana halnya
keluarga pihak perempuan.

Mapasiarekeng atau biasa disebut mappetu ada. Pada waktu ini antara kedua
bekah pihak (pihak perempuan dan pihak laki-laki) bersama mengikat janji yang kuat
atas kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya untuk melaksanakan suatu
perkawinan, selalu ada upacara mappasiarekeng karena upacara madduta masih
dianggap belum resmi sebagai suatu ikatan dari kesepakatan kedua belah pihak.
Adapun acara madduta tersebut diibaratkan suatu benda belum diikat, belum disimpul
atau masih bersifat benda yang dibalut “nappai ribalebbe Bugis” (Bugis), masih terbuka.

Mappaisseng adalah menyebarkan undangan mengenai pernikahan putra putrid


mereka kepada pihak keluarga yang dekat, para tokoh masyarakat, dan para tetangga.
Pemberitahuan tersebut sekaligus sebagai permohonan bantuan baik pikiran, tenaga,
maupun harta demi kesuksesan seluruh rangkaian upacara pernikahan tersebut.
Pemberian bantuan harta biasanya dilakukan oleh pihak keluarga terdekat.

Mappetettong sarapo atau baruga adalah mendirikan bangunan tambahan untul


tempat pelaksanaan pernikahan sarapo adalah bangunan tambahan yang didirikan
disamping kiri/kanan rumah induk sedangkan baruga adalah bangunan tambahan yang
didirikan terpisah dari rumah induk.

Mappasau botting atau merawat pengantin. Kegiatan ini dilakukan dalam suatu
ruangan tertentu selama tiga hari berturut-turut sebelum hari “H” pernikahan.

Mappenre temme (khatam al-Quran) dan pembacaan barzanji. Sebelum


memasuki acara mappaci, terlebih dilakukan acara khatam al-Quran dan pembacaan
barzanji sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabi
Muhammad SAW. Acara ini biasanya dilaksanakan pada sore hari atau sesudah shalat
ashar dan dipimpin oleh seseorang imam.

Mappaci atau tudammpenni (mensucikan diri). Pada malam menjelang hari H


pernikahan, kedua mempelai melakukan kegiatan mappaci atau tudammpenni dirumah
masing- masing acara ini dihadiri oleh kerabat, pegawai syara’, orang-orang terhormat,
dan para tetangga.
Cemme passili’, Mappassili’ yaitu permohonan kepada Allah SWT agar kiranya
dijauhkan dari segala macam bahaya atau bala, yang dapat menimpa khususnya bagi
calon mempelai. Prosesi ini dilaksanakan didepan pintu rumah dengan maksud agar
kiranya bala atau bencana dari luar tidak masuk kedalam rumah dan bala yang berasal
dari dalam rumah bisa keluar.

Macceko berarti mencukur rambut-rambut halus yang ada pada dahi dan
dibelakang telinga, agar supaya “dadasa” yaitu riasan hitam pada dahi yang akan
dipakai pada calon mempelai perempuan pada waktu rias dapat melekat dengan baik.
Acara ini hanya diperuntuhkkan bagi calon mempelai perempuan. Dahulu kala model
dadasa ini berbeda antara perempuan yang bangsawan dan perempuan dari kalangan
biasa.

RESEPSI ATAU PESTA PERNIKAHAN

Secara garis besar, upacara atau resepsi pernikahan dibagi menjadi dua tahap
yaitu mappenre botting dan marola. Mappenre botting adalah mengantar mempelai pria
ke rumah mempelai wanita untuk melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan seperti
maddupa botting, akad nikah, dan mappasiluka. Mempelai pria diantar ole iring-iringan
tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Madduppa botting berarti menyambut kedatangan
mempelai pria dirumah mempelai wanita. Marola atau Mapparola adalah kunjugan
balasan dari pihak mempelai wanita ke rumah mempelai pria. Pengantin wanita di antar
ole iring-iringan yang biasanya membawa hadiah sarung tenun untuk keluarga
suaminya. Setelah pemberian hadiah selesai, acara dilanjutkan dengan nasehat
pernikahan oleh ustadz yang tujuannya sama seperti nasehat pernikahan ditempat
mempelai wanita.

UPACARA PASCA PERNIKAHAN

Setelah upacara pernikahan dilangsungkan, masih terdapat sejumlah kegiatan


yang juga perlu dilakukan sebagai bagian dari adat pernikahan Bugis, di antaranya
adalah mallukka, ziarah kubur, dan. Massita beseng.

Mallukka botting (melepas pakaian pengantin) dilakukan setelah tiba dirumah


mempelai wanita, busana adat oengantin dan segaka aksesoris yang dikenakan oleh
kedua mempempelai dilepaskan dan mempelai pria memakai kemeja berwarna putih,
celana panjang hitam dan kopiah. Sementara itu mempelai wanita memakai rok atau
celana panjang, kebaya, dan kudung.
Ziarah kubur dilakukan sehari setelah pernikahan berlangsung, kedua pengantin
baru tersebut bersama keluarga sang istri melakukan ziarah ke makam-makam lelulur
kegiatan ini dimaksud sebagai penghormatan dan rasa syukur bahwa keluarga mereka
telah melaksanakan pesta pernikahan.

Massita besseng adalah kunjungan kedua orang tua pengantin laki-laki bersama
beberapa kerabat dekat ke rumah pengantin wanita untuk bertemu dengan besannya
(orang tua pengantin wanita) kegiatan ini dilakukan pada malam harinya yakni selesai
acara malukka atau satu hari setelah pernikahan selesai.

KESIMPULAN

Mappabotting merupakan upacara adat pernikahan orang bugis di Sulawesi


selatan. Pernikahan menurut orang bugis bukanlah sekedar untuk menyatukan kedua
mempelai pria dan wanita, tetapi lebih dari pada itu adalah menyatukan dua keluarga
besar sehingga terjalin hubungan kekerabatan yang semakin erat. Untuk itulah, budaya
pernikahan orang bugis perlu tetap dipertahankan karena dapat memperat hubungan
silaturrahmi antar kerabat.

REFERENSI

[ CITATION Muh17 \l 2057 ]

(Pabittei, St. Aminah. 2011. “Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan”,
Dinas Kebudayaan)
(buku "Tata Cara Adat Perkawinan Bugis Makassar” oleh Andi Nurhani Sapada)
(salahudin al habibi. 2013. “Tata Cara Perkawinan Menurut Hukum Adat”, Indralaya)
https://lenycyhadinatshu.wordpress.com/2012/11/23/upacara-perkawinan-adat-
masyarakat-bugis-bone/
http://sanggartamalatejakarta.blogspot.com/2010/02/tata-cara-upacara-adat-
perkawinan-bugis.html
http://ayuriyantii.blogspot.com/2012/12/posesi-adat-pernikahan-suku-bugis.html

Anda mungkin juga menyukai