Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FILOSOFI PERKAWINAN ADAT JAWA

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Perkawinan dan Waris Adat)

Dosen Pengampu: Wahyu Agus Prayugo, M.H

Disusun oleh: Kelompok 4

Zefri Aulia : 20210213059

Iyon Saputra : 20210213037

Qois Ainul yaqin : 20210213017

Uswatun Hasanah : 20210213011

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMAD AZIM

JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi penulis
dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan ridho Nya penulis tidak
akan mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum Perkawinan dan Waris
Adat mengenai “Filosofi Perkawinan Adat Jawa” ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kelak kita
nantikan

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wahyu Agus Prayugo, M.H
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Perkawinan dan Waris Adat yang telah
memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Oktober 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................... ............................................. I
DATAR ISI....................................................................... ............................................. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................... ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................. ............................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................... ............................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tradisi Perkawinan Adat di Indonesia .................... ............................................. 2
B. Filosofi Prosesi Perkawinan Adat jawa ................................................................ 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................... ............................................. 6
B. Saran ..................................................................... ............................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... ............................................. 7

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan sebuah negara yang


memiliki berbagai macam budaya dan suku. Keragaman budaya dan suku
tersebut menyebabkan Indonesia memiliki aturan dan hukum yang berbeda di
daerah tertentu. Perbedaan aturan dan hukum di daerah tertentu itulah yang
membuat Indonesia menggunakan system hukum majemuk, dengan
menggunakan 3 hukum, yaitu hukum Barat/Belanda, hukum Islam, dan Hukum
Adat.

Hukum adat ini bersifat tidak tertulis dan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan masyarakatnya. Setiap suku di Indonesia mempunyai hukum
adat yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya hal yang diatur oleh hukum
adat pada masing-masing suku adalah sama, yaitu mengenai perkawinan,
waris, tanah , benda, perikatan, dll.

Pada makalah kali ini, penulis akan membahas hukum perkawinan adat.
Setiap pernikahan dalam balutan adat tradisional memiliki prosesi dan peran
pendukung masing-masing. Tidak ketinggalan dengan pernikahan adat jawa.
Sejak sebelum akad nikah, calon pasangan pengantin Jawa harus melalui
rangkaian prosesi tertentu. Setiap prosesi peran yang digunakan pun memiliki
makna masing-masing.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tradisi perkawinan adat di Indonesia?
2. Filosofi apa yang terkandung dalam prosesi perkawinan adat jawa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum perkawinan adat di Indonesia.
2. Untuk mengetahui filosofi yang terkandung dalam prosesi perkawinan adat
Jawa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tradisi Perkawinan Adat di Indonesia

Perkawinan adat adalah ikatan hidup bersama antara seorang pria dan
wanita, yang bersifat komunal dengan tujuan mendapatkan generasi penerus
agar supaya kehidupan persekutuan atau clannya tidak punah, yang didahului
dengan rangkaian upacara adat. Van Gennep menamakan semua upacara
perkawinan sebagai ”Rites De Passage” (upacara peralihan) yang
melambangkan peralihan status dari masing masing mempelai yang tadinya
hidup sendiri sendiri berpisah setelah melampaui upacara yang disyaratkan
menjadi hidup bersatu sebagai suami istri, merupakan rumah sendiri, suatu
keluarga baru yang berdiri serta mereka bina sendiri.

Tradisi perkawinan di Indonesia merupakan suatu aturan-aturan


mengenai perkawinan berdasarkan adat-istiadat yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hukum nasional menjelaskan bahwa "Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Namun di Indonesia prosesi
pernikahan ini memiliki kebiasaan masing-masing pada tiap daerahnya.

Seperti tradisi pingitan, panaik, mambali, manjapuik marapulai, dan


masih banyak lagi lainnya. tradisi ini biasanya telah dilakukan oleh pendahulu
atau leluhur yang ada di daerah tersebut sehingga membuat tradisi perkawinan
di Indonesia ini memiliki bentuk-bentuk yang berbeda.

Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia,


sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman
suku, bahasa, dan budaya. Untuk perkara yang terakhir, budaya Indonesia
bukan hanya tentang bahasa daerah dan kuliner yang khas, tapi juga tentang
tradisi. Tradisi yang termasuk di dalamnya adalah pernikahan.

2
3

Pada masyarakat Jawa mengenai perkawinan yang berlaku adalah bahwa


dua orang yang menikah tidak boleh saudara sedarah sekandung (berlaku di
seluruh Indonesia. apa bila seseorang pria adalah "pancer lanang" yaitu dua
orang laki-laki yang saudara sekandung, apabila mereka itu adalah misan; dan
akhirnya apabila pihak anak laki-laki yang lebih muda menurut ibunya dari
pihak wanita. mereka dapat melaksanakan hubungan perkawinan atas dasar
hubungan kekerabatan.

Pada masyarakat Jawa juga mengenai tradisi pernikahan Sororaat atau di


Jawa biasa dikenal dengan "ngarang walu", yaitu perkawinan seorang duda
dengan seorang wanita adik atau kakak dari almarhum isterinya.

B. Filosofi Prosesi Perkawinan Adat Jawa

Pernikahan adat Jawa selalu berhasil menarik perhatian lewat ciri khas
terbaiknya, mulai dari rangkaian upacara, atribut yang dikenakan, hingga
makna yang terkandung di dalamnya. Ada banyak sekali ritual yang harus
dijalankan oleh calon pengantin guna memenuhi unsur-unsur kebudayaan
Jawa. Seakan tak pernah lekang oleh zaman. Nyatanya, masih banyak sekali
calon pengantin berdarah Jawa yang masih memiliki keinginan tinggi untuk
melestarikan budayanya. Salah satunya dengan menggelar selebrasi
pernikahan yang sarat akan gaya tradisional.

Seperti yang telah diketahui, pengantin wanita Jawa selalu identik


dengan paes yang disematkan pada area kepala. Paes secara terminologi
adalah hiasan dari bagian dahi sampai rambut yang biasa digunakan oleh
pengantin wanita. Hiasan ini merupakan ornamen tata rias pengantin yang
sudah turun temurun dari nenek moyang.

Beralih ke kain batik atau yang biasa disebut dengan jarik, adat Jawa
memiliki beragam motif dan filosofi yang mendalam, mulai dari motif Sido
Mukti (kemakmuran), Sido Luhur (berbudi luhur), Sido Drajat (kedudukan
tertinggi), Sido Mulyo (kehidupan mulia), serta Sido Asih (simbol kasih
sayang). Sebagai alternatif, calon pengantin juga dapat memilih motif yang
sudah dikenal dan banyak disukai, seperti batik wahyu tumurun yang
4

bermakna agar sang pengantin selalu mendapat wahyu dan pertolongan dari
Tuhan

a) Prosesi Pernikahan Adat Jawa Beserta Maknanya


Rangkaian pernikahan adat Jawa sebelum Hari H meliputi siraman dan
malam midodareni. Siraman merupakan langkah pertama yang hanya
dihadiri oleh keluarga inti dari mempelai perempuan. Fungsinya adalah
untuk mengucapkan terima kasih atas didikan dan kasih sayang yang telah
diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Tahap ini akan diawali dengan
prosesi sungkeman, guna memohon doa restu. Selanjutnya, pengantin wanita
akan dimandikan dengan didampingi kedua orang tua. Dalam filosofi Jawa,
prosesi ini berguna sebagai pembersihan diri lahir dan batin agar terhindar
dari segala hal yang kurang baik di masa lalu.

Usai siraman, acara dilanjutkan dengan malam midodareni sebagai


bentuk ramah-tamah antar kedua keluarga. Ini ditandai dengan kedatangan
keluarga mempelai pria sambil membawa seserahan untuk menyampaikan
kesiapannya dalam mempersunting calon mempelai perempuan. Pada tahap
ini, terdapat wejangan Catur Wedha yang akan diberikan oleh calon mertua
pria kepada calon menantunya.

Setelah pernikahan selesai, pasangan yang sudah sah menjadi suami-


istri diharuskan untuk melalui ritual panggih. Mereka dipertemukan secara
adat untuk bersama-sama melaksanakan rangkaian prosesi. Setiap tahapan
dari panggih memiliki makna berupa harapan dan doa. Mulai dari injak telur
agar cepat diberikan keturunan yang baik, cuci kaki sebagai bukti bakti istri
terhadap suami, serta kacar-kucur untuk menunjukkan kerjasama dalam
kehidupan rumah tangga.

b) Isi Seserahan dalam Adat Jawa


Secara umum, isi seserahan adat Jawa hampir sama dengan daerah
lainnya. Hanya saja terdapat spesifikasi khusus yang harus ada sebagai isi
seserahan lamaran tradisional, yaitu meliputi nasi golong, ubo rampe, pisang
sanggan, dan tebu wulung. Nasi golong memiliki arti bahwa segala
5

sesuatunya harus dimulai dari niat yang suci, sementara tebu wulung adalah,
sebuah pengharapan agar calon pengantin dibekali keyakinan yang teguh
dalam membangun bahtera rumah tangga.

Melebar kepada isi seserahan pada umumnya, pihak calon mempelai


pria harus menyiapkan satu pengadek (hantaran berisi atasan-bawahan
komplit), termasuk stagen yang berbentuk gulungan kain panjang sebagai
pelengkap pakaian tradisional Jawa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia, sudah
menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman
suku, bahasa, dan budaya. Perkawinan adat adalah ikatan hidup bersama
antara seorang pria dan wanita, yang bersifat komunal dengan tujuan
mendapatkan generasi penerus agar supaya kehidupan persekutuan atau
clannya tidak punah, yang didahului dengan rangkaian upacara adat.
2. Ada banyak sekali ritual yang harus dijalankan oleh calon pengantin guna
memenuhi unsur-unsur kebudayaan Jawa. Seakan tak pernah lekang oleh
zaman. Nyatanya, masih banyak sekali calon pengantin berdarah Jawa
yang masih memiliki keinginan tinggi untuk melestarikan budayanya.
Salah satunya dengan menggelar selebrasi pernikahan yang sarat akan
gaya tradisional.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan guna kesempurnaan
penulisan makalah ini.

6
7

DAFTAR PUSTAKA

Ardhayani, Nisha. 2015. “Hukum Perkawinan Adat.” Academia.Edu.


September 8. https://www.academia.edu/15510484/Hukum_Perkawinan_Adat.
“Tradisi Perkawinan Di Indonesia.” 2023. Wikipedia. Wikimedia Foundation.
March 11. https://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi_perkawinan_di_Indonesia.
Bridestory. 2023. “Filosofi Pernikahan Adat Jawa Ala Mamie Hardo Dan Mita
Hardo - Bridestory Blog.” Bridestory. Accessed October 4.
https://www.bridestory.com/id/blog/filosofi-pernikahan-adat-jawa-ala-mamie-
hardo-dan-mita-hardo.

Anda mungkin juga menyukai