DAERAH MADURA
Mata Kuliah Kerajinan
Dosen Pengampu :
Dra. Arita Puspitorini, M.Pd
Nur Ilahi Anjani, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Sheila Fithri Al Insani 22050634041
Renanda Agung Kharisma Putri 22050634049
Revania Verlee 22050634051
Devy Puspita Sumanti 22050634053
Nur Arida Dwi Agustin 22050634055
Adillah Sasti 22050634057
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... 0
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
Gambar 1.1…………………………………………………………………..3
Table 1.1……………………………………………………………………..4
3.1 Simpulan.................................................................................................. 6
3.2 Saran........................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 8
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Tim Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah menciptakan manusia hanya dua jenis yaitu perempuan dan lelaki untuk dijadikan
pasangan, seperti manusia pertama yang diciptakan Allah yaitu Adam dan Hawa. Sehingga dari
cikal bakal inilah terbentuk istilah perkawinan yang mana diceritakan bahwa adam menikahkan
secara silang antara anakanaknya yaitu sesama saudara kembar tidak boleh menikah. Allah SWT
menerapkan aturan-aturan tertentu dan melarang hal-hal tertentu pula, karena justru dengan
aturan-aturan dan batasan-batasan tertentu inilah manusia menjadi makhluk yang mulia dari
makhluk yang lain. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, heterogenitas suku,
budaya, agama, dan adat istiadat sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan hukum masyarakat
itu sendiri. Keanekaragaman hukum ini akan sangat lebih terasa jika hukum tersebut berkaitan
langsung dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip keluarga (hukum keluarga), terutama dalam
masalah perkawinan. Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa,
merupakan salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad.
Oleh karena itu, maka tiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri
yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Justru oleh karena ketidaksamaan inilah kita dapat
mengatakan, bahwa adat itu merupakan unsur yang terpenting yang memberikan identitas kepada
bangsa yang bersangkutan. Dalam aturan adat ataupun aturan agama dijelaskan bahwa dalam
masalah perkawinan, seseorang itu dilarang menikah dengan orang-orang tertentu dan anjuran
menikah dengan orang tertentu pula. Larangan ini disebabkan karena adanya hubungan tertentu
antara seseorang dengan yang lainnya. Walaupun antara kedua hukum ini memiliki dasar
pertimbangan yang berbeda, namun baik dalam agama ataupun istiadat, memperoleh keturunan
serta menjaga hubungan kekerabatan merupakan salah satu tujuan penting dari suatu perkawinan.
1.3 Tujuan
1. Mengedukasi pembaca tentang apa dan bagaimana tradisi hantaran pernikahan di
wilayah-wilayah tertentu khusunya daerah Madura
2. Melestarikan tradisi yang ada lewat pengetahuan tertulis
3. Tercapainya syarat penugasan untuk penilaian yang lebih baik
4. Mahasiswa diharapkan bisa mengimplementasikan dari inti dari pembuatan makalah ini
dikemudian hari
4
BAB II
ISI PEMBAHASAN
Hantaran pengantin di daerah Madura memiliki sejarah yang cukup panjang. Tradisi ini
sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hantaran pengantin di masa lalu dipersembahkan sebagai
tanda rasa cinta dan pengakuan terhadap calon pasangan. Bahan hantaran pada masa lalu
cenderung sederhana, seperti bunga-bungaan, tepung, dan bahan-bahan alami lainnya. Tradisi
hantaran pengantin di daerah Madura masih sangat kuat dan dilestarikan hingga kini. Dalam
tradisi ini, laki-laki yang akan menikah harus mempersiapkan hantaran pengantin untuk calon
istrinya. Hantaran pengantin terdiri dari beberapa jenis, seperti hantaran emas, hantaran kain,
hantaran makanan, dan lain-lain. Menurut Masykurotus Syarifah, M.HI. dkk dalam jurnal
berjudul “TRADISI BHAN-GHIBHAN (SESERAHAN) DALAM PERNIKAHAN (Studi Kasus
Di Desa Bakeong Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura)” dalam wawancaranya
dengan kepala desa setempat menyatakan bahwa
Pastenah kauleh tak ngaonengin sejarah bedenah tradisi ka’dintoh,
namun sejelas mulai lambe’ tradisi ka’dintoh ampon bedeh.
Bapak H. Erfan menyatakan :
Bahwa pastinya saya tidak tahu mengenai sejarah kapan munculnya
tradisi ini, akan tetapi yang jelas mulai dari dahulu tradisi ini sudah
ada.
Bisa dilihat bahwa perkembangan dari tradisi hantaran di Madura atau biasa disebut
Bhan-Ghiban memiliki kemajuan dengan ditandainya bahan hantaran yang semakin mewah,
dulunya apabila orang Madura memilih menjadikan bahan makanan seperti tepung dan bunga-
bunga sebagai bahan hantaran, maka pada zaman sekarang hantaran itu berupa emas, beberapa
helai kain, makanan walaupun tak sebanyak dulu, perabot rumah tangga seperti tempat tidur,
lemari beserta isinya seperti dalam wawancara Masykurotus Syarifah, M.HI. dkk di jurnalnya
yang berjudul “TRADISI BHAN-GHIBHAN (SESERAHAN) DALAM PERNIKAHAN (Studi
Kasus Di Desa Bakeong Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura)” dengan tokoh
agama setempat sebagai berikut
Bapak Mohet (tokoh agama) juga menyatakan :
Kalaben bedenah tradisi ka’dintoh kauleh ta’ oneng jhe’ mulaen taon
saponapah se bedeh e ka’dintoh. Tapeh sejelas, sabben kauleh hadir dhe’
katempat oreng se akabin ka’dintoh dhari pihak se lake’ bhaghibhanah
parabut-parabut engak lencak, lemari, sareng esse-essenah.
Bapak Mohet menyatakan :
Dengan adanya tradisi ini saya tidak tahu sejak tahun berapa
munculnya tradisi ini, akan tetapi yang jelas setiap saya menghadiri
5
acara pernikahan di es aini dari pihak mempelai pria pasti membawa
perabot-perabot seperti tempat tidur, lemari disertai dengan isinya.
Meskipun tradisi hantaran pengantin di daerah Madura masih sangat kuat, namun
terdapat beberapa perubahan yang terjadi. Salah satunya adalah adanya modernisasi hantaran
pengantin. Kini, hantaran pengantin tidak hanya berupa bahan-bahan sederhana, melainkan juga
bisa berupa barang-barang elektronik, seperti laptop, kamera, dan lain-lain.
2.2 Jenis, isi, bentuk, fungsi dan makna dari hantaran pengantin menurut
sejarah perkembangannya
Jenis Hantaran
Tradisi hantaran di Madura memiliki beberapa item yang harus diterima oleh
pengantin wanita. Beberapa item tersebut meliputi makanan, pakaian, aksesoris, dan
benda-benda berharga lainnya. Makanan yang diberikan sebagai hantaran antara lain
berupa nasi tumpeng, bakso, dan sayur lodeh. Sementara pakaian yang diberikan sebagai
hantaran adalah kebaya dan baju adat. Aksesori seperti gelang, anting, dan kalung juga
merupakan item penting dalam hantaran pengantin Madura. Dalam tradisi Madura, jenis-
jenis hantaran ada 5 macam. Yaitu :
- Perabot rumah tangga
- Emas
- Makanan
- Sandang (pakaian)
- Aksesoris perhiasan
6
Kain ini biasanya diteruskan dari generasi ke generasi sebagai bentuk tradisi dan
warisan keluarga.
- Daun kelapa: Daun kelapa juga digunakan sebagai pembungkus hantaran pengantin di
Madura. Daun kelapa memberikan kesan alami dan tradisional yang kuat pada
hantaran pengantin.
- Sere-penang: Hantaran ini merupakan tradisi turun temurun. Dilakukan oleh pihak
laki-laki sebagai seserahan untuk perempuan.
- Ajem Ngerremme: Hantaran dari pihak perempuan ke pihak laki-laki sebagai
persembahan.
Semua bentuk dan pengemasan hantaran pengantin di Madura memiliki makna
dan arti tersendiri bagi masyarakat setempat. Mereka memandang hantaran sebagai
simbol kebahagiaan dan kesetiaan dalam pernikahan. Bentuk dan pengemasan hantaran
pengantin daerah Madura sangat unik dan berbeda-beda tergantung pada kebiasaan dan
adat istiadat setempat.
Hantaran pengantin Madura juga memiliki beberapa aturan dan tata cara yang
harus diikuti. Misalnya, hantaran harus diterima oleh pengantin wanita pada saat acara
pernikahan. Hantaran juga harus diserahkan oleh keluarga pengantin pria dan diterima
oleh keluarga pengantin wanita. Aturan ini sangat penting untuk memastikan bahwa
hantaran diterima dan diterima dengan baik oleh pengantin wanita.
7
2.3 Bentuk wadah dan cara pengemasannya serta hiasan yang dipakai
dalam Hantaran di daerah Madura
Bentuk wadah hantaran di daerah Madura
Bentuknya tidak memiliki bentuk spesifik, hanya sekedar ditata. Talam (tempeh/nampan)
hanya dihias dengan pita sebagus mungkin
Cara pengemasan hantaran di daerah Madura
A. Pengemasan Hantaran sere-penang
1 Sore-penang disajikan di atas talam atau mangkuk kekuningan dengan pisang
yang melingkari sisi talam tersebut.
2 Jumlah sirih dan pinang biasanya tidak ditentukan.
3 Buah pisang yang melingkari sere penang biasanya berjenis pisang susu.
B. Hantaran Ajem Ngerremme
1 Membuat kreasi bentuk ayam dengan bawang goreng dan mentega.
2 Telur ayam dikreasikan, missal menjadi anak ayam yang baru menetas
3 Menambahkan hiasan lain sesuai selera, misalnya timun, wortel, bihun, cabe
merah, dll.
C. Pengemasan hantaran yang secara umum dilakukan
1 Isi hantaran dipisahkan dan dikemas dalam bentuk parcel atau bingkisan.
Hantaran pernikahan dikemas secara sederhana dan tidak terlalu mecolok.
2 Menentukan isi dari hantaran yang disesuaikan dengan budget pengantin, yang
terpenting dapat memenuhi penunjang dari ujung rambut hingga ujung kaki.
3 Hantaran dibungkus dengan cara yang berbeda-beda dan memisahkan sesuai
dengan jenis barangnya.
4 Membungkus hantaran sesuai dengan tema yang ditentukan tetapi tidak
menggunakan aksesoris secara berlebihan.
5 Menggunakan pita satin karena pita tersebut mudah dibentuk sesuai dengan
keinginan.
6 Memperhatikan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat hantaran.
8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Tradisi hantaran pengantin di daerah Madura merupakan bagian penting dari kebudayaan
masyarakat. Tradisi ini memiliki sejarah yang cukup panjang dan masih dilestarikan hingga kini.
Meskipun ada beberapa perubahan yang terjadi, tradisi ini masih tetap dipertahankan dan
dihormati oleh masyarakat.
Tradisi hantaran pengantin di Madura memiliki makna yang sangat dalam dan penting
bagi masing-masing pihak. Hantaran membantu memperkuat ikatan antara pengantin pria dan
pengantin wanita, serta memperkuat peran pengantin wanita dalam keluarga baru. Dengan
memahami tradisi hantaran pengantin Madura, kita dapat memahami betapa pentingnya hantaran
bagi keluarga dan masyarakat Madura.
3.2 SARAN
Adat dan tradisi seiring mengikuti perubahan masyarakat akan terus mengalami
perubahan. Oleh karena itu, yang lebih penting dari pada kepastian hukum,Namun
keharmonisan hidup dan rasa keadilan yang dapat dicapai tidak demikian Karena paksaan tapi
karena kesadaran dan keselarasan, keselarasan dan kedamaian sosial.
9
DAFTAR PUSTAKA
Syarifa, Masykurotus.Tradisi Bhan -Ghiban (Seseran) Dalam Pernikahan. Jurnal Ekonomi
Syariah dan Hukum Islam. Desa Bakeong Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep
Madura
10