Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING MENGGUNAKAN GOOGLE MEET


PADA MATA KULIAH RIAS RAMBUT DAN WAJAH FANTASI PADA
MAHASISWA SEMESTER 5 PENDIDIKAN TATA RIAS UNIMED

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen:

Dra. NurmayaNapitu, M.Pd

Dra. Siti Wahidah, M.SI

Shelly Rizka Putri

5173344031

PROGAMBIDANGSTUDIPENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSANPENDIDIKANKESEJAHTERAANKELUARGA

FAKULTASTEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat
iman dan nikmat kesehatan dalam melaksanakan segala aktivitas hidup kita terutama di
bidang pendidikan. Salawat dan salam kita sampaikan juga kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai tokoh pendidikan yang patut dijadikan teladan dalam setiap proses pendidikan.
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Metodologi
Penelitian” yang di bimbing oleh IbuDra. Nurmaya Napitu, M.Pd&Dra. SitiWahidah, M.Si

Dalam penulisan Makalah ini, penulis menyadari terdapat banyak kesalahan di luar
sepengetahuan penulis. Oleh karena itu, Kritik berupa saran penulis harapkan kepada Dosen
pembimbing mata kuliah ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan Alhamdulillah kepada Allah
SWT, dan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah ini. Semoga bermanfaat
untuk kita bersama.

Medan, Oktober 2020

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tata rias wajah (make up) adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli
sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih sering
ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa di
hias (make up).

Terdapat beberapa bentuk kosmetika salah satunya adalah make-up. Make-


up didefinisikan sebagai produk kosmetika berwarna yang artinya bila digunakan pada tubuh
atau bagian tubuh tertentu akan menghasilkan warna. Beberapa contoh dari make-
up adalah lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, dan blush on. Make-up sangat identik
dengan perempuan meskipun pengguna make-up tidak menutup kemungkinan adalah laki-
laki dan diyakini sebagai sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik.
Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) make-up secara
psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi seduction dan camouflage.
Fungsi seduction artinya individu menggunakan make-up untuk meningkatkan penampilan
diri. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa
dirinya menarik dan menggunakan make-up untuk membuat lebih menarik.
Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make-up untuk menutupi kekurangan diri
secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk camouflage merasa
dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make-up untuk membuat menarik.
 Tata rias wajah cikatri merupakan salah satu jenis tata rias wajah yang bertujuan untuk
mempercantik wajah dengan menonjolkan bagian-bagian yang sudah indah dan
menyamarkan atau menutupi cacat pada wajah.

Tata rias fantasi adalah seni tata rias yang bertujuan membentuk kesan wajah model menjadi
wujud khayalan yang diangan-angakan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya-( Martha
Tilaar, 1997)
Perwujudan kreativitas seorang ahli kecantikan yang ingin mengaplikasikan angan-angan
atau khayalannya dalam bentuk seorang tokoh sejarah, bentuk kepribadian, motif atau stilasi
bunga, dan atau hewan, dengan menerapkan rias wajah, melukis di badan atau Bodypainting,
menata rambut, dan aksesoris pelengkapnya.

Perwujudan khayalan seorang ahli kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa
tokoh sejarah, pribadi, bunga atau hewan, dengan merias wajah, melukis dibadan, menata
rambut, busana dan pelengkapnya. misalnya wujud seorang putri cantik, putri bunga, putri
dewi laut, putri duyung atau yang lainnya. – (D.M Soerjopranoto & Titi Poerwosoenoe,
1984:37)

berikut adalah Hal yang perlu diperhatikan dalam Tata rias fantasi :

1. Tema

2. Rias Wajah dan Rambut

3. Rias Raga/ Bodypainting 

4. Busana

5. Perlengkapan Busana/aksesoris/ornamen

A. LEMBAR INFORMASI

Rias wajah fantasi adalah suatu seni tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah
model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang
melihatnya. Rias wajah fantasi dapat juga merupakan perwujudan khayalan seorang ahli
kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa, tokoh sejarah, pribadi, bunga atau
hewan, dengan merias wajah, melukis di badan, menata rambut busana dan kelengkapannya.
Misalnya wujud seorang ratu yang cantik, putri bunga, putri dewi laut, putri duyung atau
yang lainnya. Dalam perencanaan merias wajah fantasi ini hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut.
Tata Rias fantasi yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu 
Rias fantasi Nasional (Fancy) dan Rias fantasi Internasional. Berdasarkan penampilannya
rias Fantasi dapat dikelompokan menjadi empat kategori yaitu :

a. Rias Fantasi yang menampilkan kecantikan

b. Rias Fantasi dalam bentuk Binatang

c. Rias Fantasi yang menonjolkan segi seni lukis dan relief

d. Rias Fantasi yang menonjolkan karakter

A. LEMBAR INFORMASI

Rias wajah fantasi adalah suatu seni tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah
model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang
melihatnya. Rias wajah fantasi dapat juga merupakan perwujudan khayalan seorang ahli
kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa, tokoh sejarah, pribadi, bunga atau
hewan, dengan merias wajah, melukis di badan, menata rambut busana dan kelengkapannya.
Misalnya wujud seorang ratu yang cantik, putri bunga, putri dewi laut, putri duyung atau
yang lainnya. Dalam perencanaan merias wajah fantasi ini hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut.
Tata Rias fantasi yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu 

Rias fantasi Nasional (Fancy) dan Rias fantasi Internasional. Berdasarkan penampilannya


rias Fantasi dapat dikelompokan menjadi empat kategori yaitu :

a. Rias Fantasi yang menampilkan kecantikan

b. Rias Fantasi dalam bentuk Binatang

c. Rias Fantasi yang menonjolkan segi seni lukis dan relief

d. Rias Fantasi yang menonjolkan karakter


A. LEMBAR INFORMASI

Rias wajah fantasi adalah suatu seni tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah
model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang
melihatnya. Rias wajah fantasi dapat juga merupakan perwujudan khayalan seorang ahli
kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa, tokoh sejarah, pribadi, bunga atau
hewan, dengan merias wajah, melukis di badan, menata rambut busana dan kelengkapannya.
Misalnya wujud seorang ratu yang cantik, putri bunga, putri dewi laut, putri duyung atau
yang lainnya. Dalam perencanaan merias wajah fantasi ini hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut.
Tata Rias fantasi yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu 

Rias fantasi Nasional (Fancy) dan Rias fantasi Internasional. Berdasarkan penampilannya


rias Fantasi dapat dikelompokan menjadi empat kategori yaitu :

a. Rias Fantasi yang menampilkan kecantikan

b. Rias Fantasi dalam bentuk Binatang

c. Rias Fantasi yang menonjolkan segi seni lukis dan relief

d. Rias Fantasi yang menonjolkan karakter

- Tujuan Rias Wajah Fantasi

a.Menyempurnakan penampilan wajah. Penyempurnaan wajah dilakukan pada penari yang


tidak sesuai dengan karakter tari yang di bawakan.

b.Membantu menunjukkan perwatakan atau karakter penari. Tata rias berfungsi melukiskan
watak tarian dengan mengubah tampilan wajah penari menyangkut aspek usia, ras, bentuk
wajah.

c.Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari diatas panggung, karena tampilan
penari tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh karena itu dibutuhkan tata rias untuk
menampilkan dimensi wajah penari.
d Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerak-gerak tari. Fungsi garis
tidak sekedar menegaskan, tetapi juga menambahkan sehingga terbentuk tampilan yang
berbeda dengan wajah asli pemain.

e.Memberi nilai tambah keindahan karya tari. Dengan tata rias yang baik tentunya akan
menambah keindahan karya tari yang ditampilkan.

Pada saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu virus yang bernama
Corona atau yang sering disebut dengan Covid-19 (Corona Virus Deseases-19). Virus
ini mulai mewabah di Kota Wuhan, Tiongkok dan menyebar dengan sangat cepat ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja.
Wabah Covid-19 ini mempengaruhi banyak sekali sektor, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, hingga bidang pendidikan.
Karena imbas dari munculnya virus ini di bidang pendidikan membuat Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Deseases-19. Agar dapat memutus rantai penyebaran virus ini pemerintah
menganjurkan untuk menutup kegiatan pembelajaran di sekolah dan menerapkan
pembelajaran daring (online).
Isu yang beredar bahwasanya hingga hari ini obat untuk virus covid-19 masih
belum ditemukan, ditambah penyebaran virus tersebut terbilang sangat tinggi.
Pemerintah dalam hal ini mengambil kebijakan dengan melakukan pembelajaran daring
untuk menghambat penyebaran virus covid-19. Pembelajaran daring ini dianggap
sangat efektif untuk menghambat penyebaran virus covid-19.
Dalam proses pembelajaran secara daring (online) ini memberikan banyak
sekali dampak, mulai dari dampak positif hingga dampak negatif. Pembelajaran secara
daring (online) ini guru dituntut untuk mempersiapkan pembelajaran sebaik dan
sekreatif mungkin dalam memberikan suatu materi di UNIVERS ITAS NEGERI
MED AN karena proses pembelajaran daring ini tidaklah mudah. Dalam proses
pembelajaran daring ini tidak hanya melibatkan guru dan siswa saja, melainkan orang
tua juga dituntut untuk terlibat dalam proses pembelajaran daring ini. Orang tua dengan
latar pendidikan yang tinggi mungkin akan sangat mudah beradaptasi dalam proses
pembelajaran secara daring. Namun, orang tua dengan latar belakang pendidikan yang
minim mungkin jauh lebih sulit untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran secara
daring ini dikarenakan minimnya pengetahuan akan teknologi. Jaringan internet yang
lemah juga menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat proses pembelajaran
daring. Dikarenakan proses pembelajaran daring ini akan berjalan secara lancar jika
kualitas jaringan internet tersebut lancar dan stabil. Proses pembelajaran secara daring
(online) ini juga membuat guru kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran,
dikarenakan tidak semua siswa berantusias dalam mengikuti proses pembelajaran
secara daring (online).

                   Tujuan Masalah
1. Mengetahui penggunaan pengaplikasian rias wajah fantasi
2. Mengetahui hasil dari rias wajah fantasi yang dilakukan secara daring

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tanggapan mahasiswa mengenai pelaksanaan praktik yang dilakukan
secara daring?
2. Bagaimana hasil yang didapatkan dari praktik yang dilakukan secara daring.

1.3. Batasan Masalah


Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik maka perlu dibatasi permasalahan yang
akan dibahas yaitu, Pembahasan hanya difokuskan terhadap ruang lingkup mahasiswa
semester 5 Pend. Tata Rias UNIMED.

1.4. Metode Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen).
Rancangan eksperimen semu (quasi eksperimen) adalah rancangan penelitian
eksperimen yang dilakukan padakondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan (Danim, 2013).Oleh karena itu
rancangan eksperimen ini sering dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi tentanng efesiensi


pembelajaran daring pada mata kuliah rias wajah dan rambut fantasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Desksripsi
1 Pengertian Pengetahuan
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan berarti segala sesuatu yang
diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran). Menurut Pudjawidjana (1983) pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas
rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah
objek tertentu.Menurut Ngatimin (1990) pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan –
bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali
sekumpulan bahan yang luas dari hal – hal yang terperinci oleh teori tetapi apa yang
diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. Menurut Soekidjo (2003)
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh
dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan dan berfikir yang menjadi dasar
manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001)
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar

1.1 Kecantikan

Pengertian Kecantikan menurut para ahli, yaitu:Menurut Poerwodarminta (1976) dalam


Kamus Umum Bahasa Indonesia, kecantikan merupakan keindahan yang dapat menimbulkan
perasaan gembira atau senang dalam banyak hal seperti warna, bentuk, corak, rupa, suara,
sikap, tingkah laku dan sebagainya. Kata cantik berhubungan dengan keindahan secara fisik,
tingkah laku dan perbuatan. Sedangkan kecantikan lebih menjurus pada keindahan tubuh
mengenai penampilan diri.Menurut Dra. Astni Kusmiatini, estetika merupakan suatu kondisi
yang berkenaan dengan keindahan atau kecantikan. Adanya perpaduan yang harmonis antara
elemen satu dan lainnya yang terkandung dalam suatu objek dan hal tersebut dapat dirasakan
oleh seseorang pada saat elemen –elemen keindahan itu terjalin. Jadi keindahan atau
kecantikan dapat diartikan tidak berdiri sendiri. Menurut Martha Tilaar (2008) dalam buku
Kecantikan Perempuan Timur, Kecantikan adalah salah satu usaha perawatan yang
menyeluruh baik perawatan jasmani maupun rohani. Perlu adanya keseimbangan antara
lahiriah dan rohaniah. Kecantikan lahiriah merupakan kecantikan jasmani yang terpancar dari
kecantikan rohaniah.

1.2 Wajah

merupakan bagian tubuh utama yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, karena
wajah menjadi salah satu daya tarik dari seseorang dan dapat menggambarkan kepribadian.
Wajah yang cantik tanpa kekurangan merupakan keinginan bagi seluruh manusia khususnya
wanita, oleh karena itu banyak wanita yang berlomba-lomba agar terlihat cantik dengan
berbagai macam cara, salah satunya dengan menggunakan riasan wajah.

Andiyanto (2003:12) menyatakan bahwa: Rias wajah (make up) merupakan upaya untuk
merubah (make over)wajah ke arah yang lebih cantik dan sempurna dengan koreksi.
Kekurangan pada wajah misalnya noda hitam, bekas luka, bentuk wajah yang kurang
sempurna dapat ditutupi oleh riasan yang tepat dan benar yaitu dengan menggunakan rias
wajah korektif yang memerlukan pengetahuan, ketelitian, keseriusan, kesabaran serta
penyediaan waktu yang cukup untuk melakukannya.

Sedangkan menurut Hayatunnufus (2013:5) bahwa Tata rias wajah merupakan suatu seni
yang memiliki tujuan untuk mempercantik wajah dengan menojolkan bahagian-bahagian
yang sudah indah dan menyamarkan Sedangkan menurut Hakim (2001:131) mengemukakan
tentang permasalahan Gianggap kurang sempurna sedangkan bentuk muka yang dianggap
sempurna adalah bentuk muka lonjong, 2) masalah pada wajah yang diakibatkan oleh proses
penuaan dan 3) masalah dalam merias wajah terdiri dari 1) bentuk muka yang dianggap
kurang sempurna, 2) cacat pada wajah

1.3 Macam –Macam Tata Rias.


Tata Rias DasarTata rias dasar atau biasa disebut Make up fundamentalsadalah tata rias yang
mendasar mengenai cara merias bagian –bagian wajah yang didukung dengan pencahayaan,
furnitur dan alat make up. Menggunakan produk make up, serta memperhatikan
kebersihannya dan mengenal struktur kulit, perawatannya, ketentuan dalampemilihan warna
dengan teknik bermakeupyang sesuai.
a. Tata Rias Wajah Khusus
1. Tata Rias CikatriTata rias wajah cikatri adalah tata rias yang bertujuan untuk
mempercantik wajah dengan cara menonjolkan bagian yang indah dan menyamarkan
atau menutupi bagian wajah yang di anggap kurang atau cacat pada wajah. Tujuan
dari tata rias ini untuk menkamuflase kekurangan pada wajah seperti kerutan, bekas
luka, dan hyperpigmentasiagar wajah terlihat lebih sempurna.

2. Tata Rias GeriatriTata rias geriatri adalah penanganan tata rias wajah khusus untuk wanita
usia lanjut. Tata rias ini bertujuan untuk menkamuflase kekurangan pada wajah akibat faktor
usia sepetri kulit keriput, struktur wajah menurun, dan rambut beruban. Hal –hal tersebut
menjadi fokus untuk koreksi wajah dengan make up

.3. Tata Rias Foto Tata rias foto adalah tata rias yang digunakan untuk kebutuhan fotografi
atau editorial untuk memberikan cerminan kepribadian atau karakter model atau untuk
menyesuaikan konsep tertentu menyesuaikan dengan intensitas cahaya dan set dekoras. Tata
rias foto dibagi 13menjadi dua yaitu tata rias foto berwarna dan tata rias foto hitam putih.

4. Tata Rias FilmTata rias film dibagi menjadi tiga macam, diantaranya:Tata rias Wajah : tata
rias wajah ini digunakan untuk menyempurnakan kecantikan pemain film tersebutTata rias
Wajah Karakter : tata rias wajah ini digunakan untuk menunjang penjiwaan karakter pada
tokoh yang diperankan, dibuat dengan sedemikian rupa.Tata rias Wajah Smink: tata rias
untuk menciptakan imajinasi baru pada tokoh

b. Tata Rias Wajah Korektif


Menurut Hakim, dkk (1999) dalam Hendriani, (2017)tata rias wajah korektif adalah prinsip
untuk merubah bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dengan sedemikian rupa untuk
membuat penampilan yang lebih baik. Biasanya bentuk muka yang dianggap sempurna
adalah muka yang berbentuk lonjong. Bentuk muka ini dianggap paling ideal dan photogenic.
Sehingga bentuk muka bulat, persegi, panjang dan hati di usahakan dibentuk sehingga
memperoleh bentuk muka yang lonjong atau oval dengan cara memberi shading dan
highlighting pada bagian tertentu yang diperlukan. Pada dasarnya tata rias wajah korektif
memperlihatkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang dengan
mencipkatan kesan wajah berbentuk oval atau lonjong.
b. Tata Rias Panggung
Menurut Kustanti, dkk (2008) dalam Hendriani, (2017)tata rias panggung merupakan
kebutuhan tata rias yang diterapkan untuk pertunjukan atau pementasan di atas panggung.
Dalam tata rias wajah panggung, riasan ditekankan untuk memberikan efek –efek tertentu
pada bagian wajah sebagai fokus perhatian. Rias wajah panggung di lakukan agar wajah tetap
dapat dilihat dari jarak jauh walaupun terkena sinar lampu terang. Tata rias panggung
biasanya diaplikasikan untuk penampilan panggung seperti peragawati, penari dan penyanyi.
Tata rias panggung dibagi menjadi dua kategori diantaranya : 1.Prosthetic Prosthetic adalah
tata rias untuk meniru karakter atau penerapannya untuk merubah karakter .2.Straight make-
up Straigh make up atau biasa disebut tata rias korektif tata rias yang bertujuan untuk
memperindah bagian-bagian wajah yang kurang sempurna. Tata rias panggung
memperhatikan jarak penonton dengan panggung, lighting, dan menyesuaikan dengan busana
yang dikenakan.

1.4 Pengertian cikatri


Rias wajah cikatri adalah rias wajah untuk menutupi kekurangan/cacat pada wajah, seperti
lobang-lobang pada wajah sehingga permukaan kulit wajah tidak rata, noda hitam, bekas luka
atau cacat bawaan pada wajah. menyamarkan cacat-cacat pada wajah seperti bekas cacar,
bekas jerawat dengan kosmetik khusus yang biasa disebut dengan Lebih lanjut jenis tata rias
wajah yang bertujuan untuk mempercantik wajah denganmenonjolkan bagian-bagian yang
sudah indah dan menyamarkan
Menurut StaffUNY dengan rias cikatri adalah riasan yang diberikan untuk menutupi
kekurangan-kekurangan pada wajah yang ditimbulkan karena adanya :

1. bopeng karena bekas cacar, bekas lobang jerawat


2. adanya tanda lahir pada wajah dengan warna hitam/biru/merah sehingga menutupi
warna kulit asli
3. adanya flek pada wajah yang disebabkan terkena paparan sinar matahari,
menggunakan alat kontrasepsi yang tidak sesuai, bekas luka
4. memiliki bekas luka/ jahitan yang menyebabkan kulit tidak semulus dulu
5. adanya bentuk alat wajah yang kurang proporsional misalnya: bibir sumbing, hidung
tidak simetris
Menutut Mawalida (2013) terdapat “Tata Rias Wajah cikatri merupakan salah satu jenis tat
arias wajah yang bertujuan unktuk mempercantik wajah dengan menonjolkan bahian-bagian
yang sudah indah dan menyamarkan atau menutupi cacat pada wajah

Dalam proses pembelajaran secara daring (online) ini memberikan banyak sekali dampak,
mulai dari dampak positif hingga dampak negatif. Pembelajaran secara daring (online) ini
guru dituntut untuk mempersiapkan pembelajaran sebaik dan sekreatif mungkin dalam
memberikan suatu materi di UNIVERS ITAS N EG ERI M EDAN karena proses
pembelajaran daring ini tidaklah mudah. Dalam proses pembelajaran daring ini tidak hanya
melibatkan guru dan siswa saja, melainkan orang tua juga dituntut untuk terlibat dalam proses
pembelajaran daring ini.

Orang tua dengan latar pendidikan yang tinggi mungkin akan sangat mudah beradaptasi
dalam proses pembelajaran secara daring. Namun, orang tua dengan latar belakang
pendidikan yang minim mungkin jauh lebih sulit untuk beradaptasi dengan proses
pembelajaran secara daring ini dikarenakan minimnya pengetahuan akan teknologi. Jaringan
internet yang lemah juga menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat proses
pembelajaran daring. Dikarenakan proses pembelajaran daring ini akan berjalan secara lancar
jika kualitas jaringan internet tersebut lancar dan stabil. Proses pembelajaran secara daring
(online) ini juga membuat guru kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran,
dikarenakan tidak semua siswa berantusias dalam mengikuti proses pembelajaran secara
daring (online).

- Efektivitas
Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai
karena adanya proses kegiatan.

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau
suatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Konsep efisiensi dan efektivitas
mempunyai pengertian yang berbeda.Efesiensi lebih menitik-beratkan pada
pencapaian hasil yang besar dengan pengorbanan yang sekecil mungkin. Sedangkan
pengertian efektif lebih terarah pada tujuan yang dicapai tanpa mementingkan
pengorbanan yang dikeluarkan.
Menurut S. Wojowisoto, kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki dalam suatu perbuatan. Kata efektif berarti berhasil,
tepat dan manjur.
1. Menurut Handoko, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sedangkan menurut Liang Gie,efektivitas merupakan keadaan yang mengandung
pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, maka
perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud
sebagaimana yang dikehendaki.
- Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari ‘Medium’, yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Beberapa ahli memberikan
definisi tentang media pembelajaran.

Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah


teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.  Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber
kepada penerima.

Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan
atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan
media. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-
maksud pengajaran. Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide
(gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer.

Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan


untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.

Manfaat media pembelajaran diantaranya adalah :


1.       Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata)
menjadi konkret (nyata).

2.        Memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat


berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.

3.        Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.


4.        Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar
terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek.

5.        Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi,


aktivitas, dan kreativitas belajar siswa.

6.        Membantu siswa belajar secara individual, kelmpok, atau klasikal.

7.        Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan


kembali dengan cepat dan tepat.

8.        Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran


sehingga siswa mudah mengerti.

9.        Mengatasi ruang, waktu dan indera.

Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui. Fungsi
pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi kedua adalah
sebagai media sumber belajar. Kedua fungsi utama tersebut dapat ditelaah
dalam ulasan di bawah ini.

1.      Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran

Tentunya kita tahu bahwa setiap materi ajar memiliki tingkat


kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak
memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran
yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya.
Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan
dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar
tersebut abstrak dan rumit/kompleks.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju


tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa
kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas
kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti,
kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses
dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

2.      Media pembelajaran sebagai sumber belajar

Sekarang Anda menelaah media sebagai sumber belajar. Sumber


belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber
belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku
perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media
pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam
memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat
memperkaya wawasan peserta didik.

Menurut Levie dan Lentz (1982), itu karena media pembelajaran


khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:

1.      Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa


untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.

2.      Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

3.      Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan


mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.

4.      Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah


dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan
teks atau secara verbal.

Untuk mengenali beberapa ciri media pembelajaran berikut akan


tersajikan beberapa ciri menurut  Gerlach & Ely (1971) yang
mengemukakan tiga ciri-ciri media yang merupakan alasan mengapa media
digunakan. Yaitu :

1.      Ciri fiksatif (fixative property).

Ciri ini menggambarkan kemampuan merekam, menyimpulkan,


melestarikan, dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau obyek. Cara ini amat
penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam
atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap
saat. Media yang dikembangkan seperti photography, video tape, audio
tape, disket komputer, dan film. Maka media ini memungkinkan suatu
rekaman kejadian yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan
tanpa mengenal waktu. 

2.      Ciri manipulatif (manipulatif property).

Suatu kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan


kepada peserta didik dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar atau time-lapse recording. Kemampuan media dari
ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila
terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau potongan
bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran
yang tertentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga
dapat mengubah sikap mereka kearah yang tidak diinginkan.

Praktiknya seperti  bagaimana proses larva menjadi kepompong


kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman
fotografer di samping itu juga dapat diperlambat menayangkan kembali
hasil rekaman video. Selain itu juga bisa diputar mundur.

Misalnya pula, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati
melalui bantuan kemampuan manipulatifdari media. Demikian pula, suatu
aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pada rekaman
gambar hidup(video, motion film) kejadian dapat diputar mundur.

3.      Ciri disributif (distributive property).

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian


ditrasnspormasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada peserta didik dengan stimulas pengalaman yang relatif
sama mengenai kejadian ini. Sekali informasi direkam dalam format media
apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara
bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di
suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama
atau hampir sama dengan aslinya.

Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai


pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya
untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak
menonjol  visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata
yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut
verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut
karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa
akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara
rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada
tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar,
potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran
yang nyata. Menurut Gerlach dan Ely, ciri media pendidikan yang layak
digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1.      Fiksatif (fixative property)

Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam,


menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.

2.      Manipulatif (manipulatif property)

Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada


siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan
gambar time-lapse recording.

3.      Distributif (distributive property)

Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu


tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat
menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.

Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari  media


pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa
secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu
singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer
keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme.

Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa


berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan
rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa diharapkan akan dapat
menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi
yang disajikan.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting,


karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman,
dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi, dan
pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
pengalaman belajar yang diterima siswa.

Penyampaian suatu konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik


jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya bila
dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk
mengamati saja.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk meramalkan dan menjelaskan
hal-hal yang terjadi atau yang akan terjadi di antara variabel-variabel tertentu melalui upaya
manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan diantara mereka, agar
ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu atau lebih variabel (Bungin, 2005).
Secara umum penelitian Eksperimen dibagi menjadi dua yaitu: eksperimen betul (true
experiment) dan eksperimen tidak betul-betul tetapi hanya mirip eksperimen (Quasi
Experiment Design). Perbedaan yang mendasar dari dua jenis ini adalah penelitian
eksperimen betul (true experiment) mengontrol semua variabel yang dikehendakai
sedangkan untuk penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment Design) peneliti tidak
mampu mengontrol semua variabel yang mampu mempengaruhi.

Khusus pada artikel ini akan dijelaskan mengenai Rancangan eksperimen Semu (quasi
eksperimen). Rancangan eksperimen Semu (quasi eksperimen) adalah rancangan penelitian
Eksperimen yang dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan (Danim, 2013).  Oleh karena itu rancangan
eksperimen ini sering dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Menurut Yusuf
(2014) Rancangan Penelitian  eksperimen semu (Quasi Experiment Design) ada tiga
rancangan yang sering digunakan yaitu:

1. The Time Series Experiment

Pada rancangan ini dilakukan beberapa kali proses observasi atau pemberian test terhadap
subjek sebelum dilakukan pemberian perlakuan untuk dapat mengetahui kecenderungan
kelompok. Setelah itu dikaukan pemberian perlakuan. Sesudah diberikan perlakuan maka
dilanjutkan dengan observasi kembali sebanyak beberapa kali, dengan menggunakan
instrumen yang sama. Jarak waktu observasi pertama ke waktu selanjutnya harus memiliki
jarak yang sama.

2. The Non-Equivalent Group Design

Rancangan ini menggunakan pretest sebelum perlakuan untuk kelompok eksperimen dan
kelompok  kontrolnya (O1, O3 ), hasil pretest akan menjadi dasar penentuan perubahan.
Selain itu, dapat pula meminimalkan atau mengurangi kecondongan seleksi. Pemberian
posttest  pada akhir kegiatan akan dapat menunjukkan seberapa jauh akibat perlakun (X). hal
tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan  skor sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2020 di Medan
Sumatera Utara.

C. Sumber Data
Data adalah kumpulan informasi atau bahan yang didapat melalui suatu
metode pengumpulan data yang kemudian diolah dan dilakukan analisis yang pada
akhirnya menghasilkan temuan baru. Sumber data adalah dari mana data penelitian
tersebut diperoleh. Sumber utama data dalam metode penelitian kualitatif yaitu kata-
kata dan aktivitas, adapun selain itu seperti dokumen, berkas, tulisan merupakan data
tambahan. Sumber data yang diperoleh dapat berupa sumber data primer dan sumber
data sekunder.
1. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
sebagai penunjang darii sumber yang pertama. Dapat juga dikatakan data
yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, dan dalam penelitian ini
dokumentasi merupakan sumber data sekunder.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:

1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Dengan observasi peneliti
dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan
interaksi subjek peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mewawancarai kepala
dusun, kemudian mendokumentasi kegiatan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksi makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang
memungkinkan informan memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan diarahkan
pada mengungkap kehidupan informan, respon, persepsi, peranan, kegiatan dan
peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti. Dalam
wawancara tersebut peneliti akan mewawancarai kepala sekolah dan guru kelas III
di SD PTQ Annida Kota Salatiga, kemudian mendokumentasikan kegiatan tersebut
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi
Data yang diperoleh dari analisis dokumen dapat digunakan sebagai data
pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Peneliti menggunakan teknik ini untuk observasi, wawancara mahasiswa
semester 5 yang saat itu sedang mengambil matakuliah rias wajah dan rambut
fantasi.

E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatn lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan tekni
analisis data deskriptif dalam menganalisis data hasil penelitiannya yang diperoleh
dari proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan lapangan, yaitu:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan
data dokumen. Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun, dikelompokkan secara intensif
kemudian diberi kode agar mudah dalam analisis data.

2. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data yang akan didapat semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
3. Penyajian data
Penyajian data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data atau
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar aktegori, flowchart dan sejenisnya.
Dengan penyajian data, maka akan memperudah untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. Selain
teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network dan chart.
4. Kesimpulan dan verifikasi
Langkah keempat dalam menganilis data kualitatif adalah menarik kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang aatau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.

F. Pengecekan Keabsahan Data


Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang obyektif. Karena itu
keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan
data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini
untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi adalah sumber dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi,
atau kuesioner. Kuesioner dilakukan untuk menguji valid atau tidak nya pertanyaan
tersebut. Uji validitas tersebut digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai