Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL BOOK REPORT

DESAIN PEMBELAJARAN

NAMA : Fitri Ramadani


NIM : 5193342020
KELAS : II F

JURUSAN : PEND.TATA BOGA


DOSEN PENGAMPU : Dra.Sulistiawikarsih, M.Pd

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.P.2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunianya lah saya dapat menyelesikan tugas CRITICAL BOOK REPORT yang berjudul
“DESAIN PEMBELAJARAN” dengan baik dan selesai pada waktu yang ditentukan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Desain
Pembelajaran yaitu bapak Dra.Sulistiawikarsih, M.Pd juga pada teman teman yang telah
banyak memberi masukan untuk laporan ini.

Saya juga mengakui bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik
kata,kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada. Maka dari itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata saya mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang
membaca.

Medan ,30 September 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BIBLIOGRAFI....................................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

I. LatarBelakang..................................................................................................4
II. Tujuan................................................................................................................4
III. Manfaat..............................................................................................................4

BAB II ISI...........................................................................................................................6

I. Ringkasan isi buku.............................................................................................6


Buku 1................................................................................................................6
Buku 2................................................................................................................23

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................33

I. Analisis Buku....................................................................................................33
II. Keunggulan Buku..............................................................................................33
III. Kelemahan Buku...............................................................................................33

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................34

I. Kesimpulan........................................................................................................34
II. Saran..................................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari
segi analisis bahasa ataupun pembahasan. Oleh karena itu, saya membuat Critical Book
Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi,terkhusus pada
pokok bahasa tentang Desain Pembelajaran.

II. Tujuan penulisan CBR

Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah Desain Pembelajaran dalam


beberapa buku yang berbeda serta untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Desain
Pembelajaran.

III. Manfaat CBR


 Untuk menambah wawasan tentang Pembelajaran khusunya Desain pada pembelajaran
 Untuk menuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran

4
BIBLIOGRAFI

BUKU 1

Judul Buku : Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

Edisi : 1

Pengarang : Dr. Wina Sanjaya, M.Pd

Penerbit : Kencana

Kota terbit : -

Tahun terbit : 2015

ISBN : 979-1486-51-4

BUKU 2

Judul Buku : Desain dan Perencanaan Pembelajaran

Edisi :1

Pengarang : Rudi Ahmad Suryadi dan Aguslani Mushlih

Penerbit : CV BUDI UTAMA

Kota terbit : Yogyakarta

Tahun terbit : 2019

ISBN : 978-623-209-846-6

5
BAB II

ISI

Ringkasan isi buku

BUKU 1 :

KONSEP DASAR SISTEM PEMBELAJARAN

1. Pengertian Sistem

Sistem bukanlah "cara" atau "metode" seperti yang banyak dikatakan orang. Cara
hanyalah bagian kecil dari suatu sistem. Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas.
Misalnya manusia, binatang, alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai
suatu sistem. Mengapa semuanya itu dikatakan sebagai suatu sistem? Karena contoh-contoh
di atas memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan ter-
tentu pula. Misalnya manusia, Manusia sebagai suatu sistem, karena manusia memiliki
komponen-komponen tertentu yang satu sama lain saling berkaitan.

Dalam tubuh manusia, ada komponen mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan lain
sebagainya. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang pasti. Hidung berfungsi untuk
mencium, telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain
sebagainya. Setiap komponen dalam tubuh manusia itu saling berhubungan satu sama lain.
Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri akan tetapi seluruh
tubuh akan ikut sakit; demikian juga, manakala mata kita sakit, bukan hanya mata yang sakit,
akan tetapi seluruh tubuh akan terasa sakit yang berarti akan berpengaruh terhadap sistem
tubuh secara keseluruhan.

Jadi kalau demikian, apa yang dimaksud dengan sistem itu? Sistem dapat diartikan
sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu sistem. Pertama, suatu sistem
memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi
tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, suatu sistem harus ditunjang oleh berbagai
komponen. Sekarang marilah kita lihat ketiga hal terebut.

a. Setiap sistem bertujuan

6
Adakah suatu sistem tanpa tujuan? Tentu tidak. Setiap sistem pasti memiliki
tujuan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanakan tugas
kehidupannya. Tujuan keberadaan kendaraan sebagai suatu sistem, adalah agar dapat
mengantarkan penumpangnya lebih cepat, aman, dan nyaman. Tujuan keberadaan
lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai
tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem mesti memiliki tujuan
yang pasti. Tujuan itukah yang menggerakkan sistem.
b. Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar
manusia dapat melaksanakan tugas kehidupannya, mesti tubuh manusia memerlukan
fungsi pernapasan, pencernaan, penglihatan, fungsi peredaran darah, fungsi
pendengaran, dan lain sebagainya. Agar suatu kendaraan dapat mengantarkan
penumpangnya lebih cepat dengan aman, dan nyaman, mesti memiliki fungsi
pengaturan penggerak, fungsi pengatur arah, fungsi kenyamanan, fungsi pengamanan,
dan lain sebagainya. Agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan
secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum,
fungsi bimbingan, dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus-menerus berproses
hingga tercapainya tujuan.
c. Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap sistem mesti memiliki
komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen-komponen
inilah yang dapat menentukan kelancaran proses suatu sistem. Misalnya, agar fungsi
pencernaan berjalan dalam sistem tubuh manusia maka diperlukan komponen
lambung; agar fungsi penglihatan berjalan diperlukan komponen mata; agar fungsi
peredaran darah berjalan dengan sempurna diperlukan komponen jantung, dan lain
sebagainya. Agar fungsi pengatur arah berjalan dalam sistem kendaraan, diperlukan
komponen stir; agar fungsi penggerak dapat berjalan, diperlukan komponen gas dan
rem dan lain sebagainya. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan baik
diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang
keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi
siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar kurikulum berfungsi sebagai alat
pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi/materi pelajaran, strategi pembelajaran
serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus

7
dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu komponen tidak
berfungsi, maka akan memengaruhi sistem tersebut.
Keberadaan komponen beserta fungsinya, memiliki kedudukan sangat penting.
Dapat dipastikan, tidak mungkin ada sistem tanpa adanya komponen. Ada beberapa
sifat komponen dalam suatu sistem. Di bawah ini sifat-sifat tersebut dijelaskan secara
singkat.

Pertama, dilihat dari fungsinya setiap komponen itu ada komponen yang bersifat
integral dan ada komponen yang tidak integral. Komponen integral adalah komponen yang
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Artinya manakala komponen itu
hilang, maka akan hilanglah keberadaan suatu sistem. Misalnya, komponen siswa dan guru
dari sistem lembaga pendidikan.

Keberadaan dan eksistensi sekolah sangat ditentukan oleh keberadaan komponen


siswa dan guru. Kita akan sulit menganggap bahwa sekolah itu ada manakala di sekolah itu
tidak ada siswa yang diajar atau tidak ada guru yang mengajar. Dengan demikian, komponen
siswa dan guru merupakan komponen inetgral dari sistem persekolahan. Contoh lain adalah
komponen jantung bagi sistem tubuh manusia. Manusia akan hidup manakala memiliki
jantung. Adakah manusia yang hidup tanpa jantung? Tidak bukan? Nah, jantung merupakan
komponen integral dalam sistem tubuh manusia.

Komponen tidak integral sama dengan komponen pelengkap. Artinya, walaupun


komponen itu tidak ada, maka tidak akan memengaruhi keberadaan suatu sistem, walaupun
mungkin akan mengganggu perjalanan sistem itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan
dalam suatu lembaga sekolah. Walaupun suatu sekolah tidak memiliki perpustakaan akan
tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut. Komponen kaca spion dalam
sistem kendaraan. Walaupun tanpa kaca spion suatu kendaraan akan tetap dapat berjalan.
Komponen mata dalam sistem tubuh manusia. Manusia akan tetap hidup walaupun hanya
memiliki atau bahkan tidak memiliki sama sekali komponen mata.

Kedua, setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling
berinteraksi, saling memengaruhi, dan saling berkaitan. Semua komponen yang membentuk
sistem harus berfungsi dengan baik, sebab manakala salah satu komponen terlepas dari
komponen lainnya, atau tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan merusak
sistem secara keseluruhan. Misalkan, kalau komponen mata tidak berfungsi dengan baik,
maka akan merusak sistem tubuh manusia; jika komponen guru tidak dapat melaksanakan

8
fungsinya dengan baik dalam suatu lembaga pendidikan, maka akan merusak sistem lembaga
pendidikan yang bersangkutan.

Ketiga, setiap komponen dalam suatu sistem merupa- kan keseluruhan yang
bermakna. Dalam suatu sistem komponen-komponen itu bukan hanya bagian-bagian yang
terpisah, akan tetapi satu kesatuan yang bermakna. Telinga, hidung, mulut, mata dan lain
sebagainya, bukan hanya ba- gian-bagian yang terpisah akan tetapi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan telinga manusia, manakala menempel di mata
kaki, walaupun mungkin bentuknya seperti telinga. Telinga dalam sistem tubuh manusa
adalah benda yang menempel di bagian sam- ping kepala manusia. Apa artinya onderdil
mobil, walaupun lengkap kalau tidak terpasang secara baik pada tempat yang seharusnya.
Setiap komponen dalam suatu sistem merupakan satu kesatuan yang utuh yang tertata pada
tempatnya.

Keempat, setiap komponen dalam suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih
besar. Komponen-komponen dalam suatu sistem pada dasarnya adalah subsistem dari suatu
sistem. Ini berarti komponen-komponen itu pada dasarnya membentuk sistem tersendiri yang
lebih kecil. Misalnya sekolah adalah sebagai suatu sistem, yang merupakan subsistem dari
sistem pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan subsistem dari sistem sosial.
Telinga sebagai suatu sistem pada dasarnya merupakan subsistem dari tubuh manusia;
demikian juga dengan komponen-komponen lainnya pada dasarnya memiliki sistem sendiri-
sendiri.

2. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi nisasi yang meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan (Hamalik, 2003). Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa,
guru/pengajar, serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses
pembelajaran termasuk pustakawan. Laboran, tenaga administrasi bahkan mungkin penjaga
kantin sekolah. Material adalah berbagai bahan pelajaran yang dapat disa- jikan sebagai
sumber belajar, misalnya buku-buku, film, slide suara, foto, CD, dan lain sebagainya.
Fasilitas dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya
proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan komputer, audio-
visual dan lain sebagainya. Prosedur adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses

9
pembelajaran misalnya, strategi dan metode pembelajaran, jadwal pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi, dan lain sebagainya.

Sebagai suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling
ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem
pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pem- belajaran. Selanjutnya, siapa yang
diharapkan dapat mencapai tujuan tersebut? Yang harus mencapai tujuan adalah siswa
sebagai subjek belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pembelajaran adalah
keberhasilan siswa mencapai tujuan.

Dari uraian tersebut, maka jelas tugas seorang desainer pembelajaran meliputi tiga hal
pokok yaitu:

Pertama, sebagai perencana, yakni mengorganisasikan semua unsur yang ada agar
berfungsi dengan baik, sebab manakala salah satu unsur tidak bekerja dengan baik maka akan
merusak sistem itu sendiri.

Kedua, sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadwal yang
direncanakan; dan

ketiga, mengevaluasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan untuk menentukan


efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran.

MANFAAT PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN

Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem memiliki


beberapa manfaat, di antaranya:

Pertama, melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat


direncanakan dengan jelas. Mengajar adalah proses yang bertujuan. Mau dibawa ke mana
siswa? Apa yang harus mereka lakukan dalam proses pembelajaran? Semuanya tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai. Melalui tujuan itulah kita dapat menetapkan arah dan sa-
saran dengan pasti.

Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan


komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Oleh sebab itu, melalui pendekatan sistem setiap guru dapat lebih memahami

10
tujuan dan arah pembelajaran, sehingga melalui tujuan yang jelas, bukan saja dapat
menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lainnya,
akan tetapi juga dapat dijadikan kriteria efektivitas proses pembelajaran.

Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses
pembelajaran tanpa adanya tujuan yangjelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan menjadi
fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit menentukan
efektivitas proses pembelajaran.

Kedua, pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir
secara sistem adalah berpikir tut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti
memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah yang sistemis
kita dituntun untuk melakukan proses pembelajaran setahap demi setahap da- ri seluruh
rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan dapat dihindari. Dengan demikian,
pendekatan sistem juga dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan.

Ketiga, pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan


segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian, berpikir sistemis adalah berpikir bagaimana
agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. Demi ketercapaian tujuan
pembelajaran dalam kerangka sistem itulah setiap guru berusaha memanfaatkan seluruh
potensi yang relevan dan tersedia.

Keempat, pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui proses umpan
balik dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai atau
belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam berpikir
sistemik. Misalnya, manakala berdasarkan umpan balik diketahui tujuan tidak berhasil
dicapai, komponen mana yang perlu diperbaiki, dan komponen mana yang perlu
dipertahankan? Apakah setiap komponen harus dilakukan penyesuaian atau hanya komponen
tertentu saja? Bagaimana kadar perbaikan setiap komponen tersebut? Semua itu dapat
diperoleh dari hasil kajian umpan balik.

KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARAN

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara


rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala

11
potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah pada proses
penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain pembelajaran menekankan pada
merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang
membedakan keduanya. Perencanaan berorien- tasi pada kurikulum; sedangkan desain
berorientasi pada proses pembelajaran.

Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain


pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem. Kalau kita anggap
perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem, maka di dalamnya harus memiliki
komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pembelajaran
tercapai secara optimal. Komponen sistem pembelajaran digambarkan oleh Brown (1983)
seperti pada Gambar 1.1. Berdasarkan gambar tersebut terdapat beberapa komponen sistem
pembelajaran yakni:

1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses
pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari
segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan
desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai
dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu
sendiri.
Analisis siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum merencanakan suatu proses
perencanaan pembelajaran. Misalnya, kita membutuhkan informasi tentang apa saja yang
harus diketahui oleh mereka sesuai dengan tuntutan kurikulum? Apa saja yang sudah
mereka ketahui dan mana saja yang belum dipahami? Masalah apa saja yang mereka
hadapi dalam proses belajar? Adakah sesuatu yang mereka harapkan dalam proses
pembelajaran dan lain sebagainya. Apabila kita telah memahami persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan siswa, maka selanjutnya kita dapat memulai melakukan proses
perencanaan dan menyusun desain. Jadi dengan demikian, keputusan apa pun yang harus
kita ambil sebaiknya berangkat dari kondisi siswa yang akan kita belajarkan.
2. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajar- an setelah komponen siswa
sebagai subjek belajar.

12
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupa- kan persoalan tentang misi dan
visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan di-
turunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri, misalnya:
 Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang permesinan.
 Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa.
 Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang efektif dalam bidang
tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan lain sebagainya.

Selanjutnya tujuan yang bersifat umum itu diterjemah- kan menjadi tujuan yang lebih
spesifik, misalnya:

 Mempersiapkan siswa agar menguasai bidang permesinan X (contohnya mesin


diesel).
 Memberikan pelajaran agar siswa memiliki kemampuan dalam membaca, menulis dan
berhitung.
 Menjamin agar lulusan memiliki kemampuan untuk dapat berkarier atau bekerja
dalam bidang ekonomi, consumerinformation, musik dan seni, serta bidang olahraga.

Tujuan-tujuan tersebut sebenarnya merupakan arah yang harus dijadikan rujukan


dalam proses pembelajaran. Artinya tujuan-tujuan khusus, yang dirumuskan harus ber-
orientasi pada pencapaian tujuan umum tersebut. Tujuan- tujuan khusus yang
direncanakan oleh guru meliputi:

a. pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif;


b. sikap dan apresiasi sebagai tujuan bidang afektif;
c. berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorikik.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan khusus dirumuskan sebagai teknik untuk


mencapai tujuan pendidikan.

3. Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat
mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus
mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan
pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarnya sendiri. Demikian juga dalam mendesain pembelajaran
desainer perlu menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan penuh motivasi dan
13
penuh gairah, Oleh sebab itu, tugas guru adalah memfasilitasi pada siswa agar mereka
belajar sesuai dengan minat, motivasi, dan gayanya sendiri. Semuanya itu bisa dirancang
melalui pendekatan belajar secara klasikal dalam kelompok kelas besar, kelompok kelas
kecil dan bahkan belajar secara mandiri. Namun demikian, walaupun para desainer
menggunakan berbagai pendekatan pada akhirnya sasaran akhir adalah bagaimana agar
setiap individu dapat belajar. Oleh karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar
adalah siswa secara individual.
4. Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat
belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan
dan ahli media.

PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran itu?

Dilihat dari terminologinya, perencaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata
perencanaan dan kata pembelajaran. Untuk memahami konsep dasar perencanaan
pembelajaran, marilah kita lihat dua hal di atas.

Pertama, perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan
harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta
dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkahyang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut.

Ketika kita merencanakan, maka pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ely (1979), mengatakan bahwa perencanaan itu pada
dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang
diharapkan. Pendapat di atas menggambarkan, bahwa suatu perencanaan diawali dengan
adanya target atau Ely mengistilahkan dengan kata "hasil" yang harus dicapai, selanjutnya
berdasarkan penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya. Sejalan
dengan pendapat di atas Kaufman (1972) memandang bahwa perencanaan itu adalah sebagai
suatu proses untuk menetapkan “ke mana harus pergi" dan bagaimana untuk sampai ke
"tempat" itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.

14
Menetapkan "ke mana harus pergi" mengandung pengertian sama dengan merumuskan
tujuan dan sasaran yang akan dituju; sedangkan merumuskan "bagaimana agar sampai
ketempat itu" berarti menyusun langkah-langkah yang dianggap efektif dalam rangka pen-
capaian tujuan. Sebuah rencana adalah sebuah dokumen dari hasil kegiatan. Sejalan dengan
pendapat di atas, juga Terry (1993) mengungkapkan bahwa perencanaan itu pada dasarnya
adalah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Dari pendapat di atas, maka setiap perencanaan minimal harus
memiliki empat unsur sebagai berikut:

i. Adanya tujuan yang harus dicapai.


ii. Adanya strategi untuk mencapai tujuan.
iii. Sumber daya yang dapat mendukung.
iv. Implementasi setiap keputusan.

Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar perencanaan dapat disusun dan
ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran yang
bersifat rasional. Dengan demikian, maka seorang perencana harus dapat memvisualisasikan
arah dan tujuan yang harus dicapai serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut
melalui pemanfaatan berbagai potensi yang ada agar proses pencapaian tujuan itu efektif dan
efisien.

Kedua, arti pembelajaran. Apa yang disebut dengan pembelajaran itu? Pembelajaran
dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun
potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai
upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerja sama, pembelajaran
tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru
dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar,
sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.

Sering terjadi, dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa tidak
berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas; sementara itu di
bangku siswa juga asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol atau bahkan

15
mengantuk. Siswa tidak peduli apa yang dikatakan guru; dan guru juga tidak ambil pusing
dengan apa yang dikerjakan siswa. Bagi guru yang demikian, yang penting adalah materi
pelajaran sudah tersampaikan, tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Apakah dalam
peristiwa mengajar dan belajar semacam ini telah terjadi proses pembelajaran? Tidak bukan?
Ya, tentu tidak. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi prosespembelajaran, karena dua
komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi kerja sama. Dalam suatu peristi-
wa mengajar dan belajar dikatakan terjadi pembelajaran, manakala guru dan siswa secara
sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa dalam suatu proses pembelajaran selamanya memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki untuk keberhasilan belajar. Pembelajaran adalah terjemahan dari "instruction", yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi
oleh aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari
kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam
media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya,
sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992), yang menyatakan bahwa
"instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated".
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau "“teaching" merupakan bagian dari
pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana
merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan
atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne menyatakan:
"Why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all
of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set
in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated
by a page of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical
objects, among other things. Of course,a teacher may play an essential role in the
arrangement of any of these events (Gagne 1992).

Kemudian selanjutnya, apakah tujuan pembelajaran tertentu itu? Tujuan pembelajaran


pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalan bidang
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara
sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan

16
penambahan wawasan dan penambahan informasi agar pengetahuan siswa lebih baik.
Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa baik
pengembangan sikap dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah
sikap siswa hadap bahan dan proses pembelajaran; sedangkan dalam arti luas adalah
pengembangan sikap sesuai dengan norma- norma masyarakat. Pengembangan keterampilan,
adalah pengembangan kemapuan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Motorik
kasar adalah keterampilan menggunakan otot, misalnya keterampilan menggunakan alat
tertentu; sedangkan keterampilan motorik halus adalah keterampilan menggunakan potensi
otak misalnya keterampilan memecahkan suatu persoalan. Oleh karena tujuan belajar itu
berbeda, maka selanjutnya memerlukan desain perencanaan pembelajaran yang berbeda juga.

Dari kedua makna tentang konsep perencanaan dan konsep pembelajaran, maka dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan
perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan
tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir
daritersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal di atas, sehingga selan-
jutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran.

Dari konsep tersebut, maka jelas perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik


sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya suatu


perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan akan tetapi disusun dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, di dsamping disusun
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung
terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Ini berarti fokus utama dalam perencanaan pembelajaran adalah
ketercapaian tujuan.
3. 3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itulah, perencanaan pembelajaran dapat berfungsi
sebagai pedoman dalam mendesain pem- belajaran sesuai dengan kebutuhan.

17
PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Seorang arsitek yang profesional, sebelum ia membangun sebuah gedung, terlebih dahulu
ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur dan kondisi tanah, selanjutnya
ia akan menentukan berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan
termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan. Mengapa seorang arsitek
perlu melakukan semua itu? Itulah pentingnya perencanaan. Melalui perencanaan yang
matang ia dapat menentukan estimasi waktu yang dibutuhkan untukmembangun gedung
sesuai dengan harapan, bahkan ia pun dapat memprediksi kekuatan gedung tersebut. Coba
Anda bayangkan bagaimana seandainya seorang arsitek dalam membangun gedung tanpa
perencanaan yang matang.

Demikian seorang pekerja profesional lainnya. Sebelum ia melakukan pekerjaan sesuai


dengan keahliannya, ia akan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Seorang pengacara
profesional, sebelum ia menangani kasus hukumnya, terlebih dahulu ia akan mempelajari
pasal-pasal yang terkait dengan kasus hukumnya. Seorang pelatih sepak bola, sebelum
timnya melakukan pertandingan terlebih dahulu akan merancang terlebih dahulu, bagaimana
agar timnya memenangkan pertandingan dengan mengkaji kekuatan tim lawannya. Inilah
hakikat perencanaan. Perencanaan disusun untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Bagi seorang profesional, merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Menurut Deshimer (1990) ada
dua alasan perlunya perencanaan: Pertama, hakikat manusia yang memiliki kemampuan dan
pilihan untuk berkreasi sesuai dengan pandangannya. Seorang profesional dapat menentukan
waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai; kedua, setiap manusia hidup dalam
kelompok yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga selamanya
membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Dengan demikian, suatu
pekerjaan berhasil manakala semua yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan perannya
masing-masing. Dua hal itulah selanjutnya dibutuhkan perencanaan yang matang untuk
mengerjakan sesuatu.

Nah, sekarang bagaimana dengan pembelajaran. Apakah seorang guru perlu melakukan
perencanaan? Kalau kita percaya guru sebagai pekerjaan profesional, tentu saja setiap guru
yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan. Mengapa perencanaan
pembelajaran dibutuhkan? Hal ini disebabkan beberapa hal.

18
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apa pun proses
pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan. Guru yang hanya melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan ceramah,
tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai tujuan; demikian juga guru yang
melakukan proses pembelajaran dengan menganalisis kasus, maka proses analisis kasus itu
adalah proses yang bertujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus di-
capai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin
kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.

Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan
melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa.
Dalam suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa tidak akan memiliki makna. Bukankah
segala upaya guru diarahkan untuk membelajarkan siswa? Apalah artinya guru sebagai
pengelola pembelajaran tanpa siswa yang dikelola? Demikian juga halnya, siswa tanpa guru
dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif, apalagi untuk siswa yang masih
memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru, misalnya siswa pada tingkat pendidikan
dasar, maka peran guru sangat diperlukan. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran
guru dan siswa perlu bekerja sama secara harmonis. Di sini pentingnya perencanaan
pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan
pembelajaran dapat di- capai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa
yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.

Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya
sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku
siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang berkembang. Siswa bukan benda mati
yang dapat diatur begitu saja. Mereka memiliki minat dan bakat yang berbeda; mereka juga
memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajaran adalah proses yang
kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan perencanaan yang matang
dari setiap guru.

Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan
prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Salah satu
kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan
sarana dan prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi lain, guru termasuk profesi

19
yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana khususnya dalam
memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi. Dewasa ini, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, begitu pesatnya kemajuan dan perkembangan hasil-hasil teknologi. Banyak
sekali jenis-jenis hasil teknologi yang dapat digunakan oleh guru menunjang keberhasilan
proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru dapat me-
manfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan program komputer. Untuk memberikan sumber
belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan Internet dan lain
sebagainya. Proses pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan
prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana
memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.

Memerhatikan beberapa hal di atas, maka perencanaan pembelajaran merupakan proses


yang kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan pemikiran yangmatang,
sehingga akan berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran.

MANFAAT DAN FUNGSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

a. Manfaat Perencanaan
Seperti yang kita ketahui untuk mencapai hasil yang optimal, senantiasa tersedia
berbagai alternatif. Ketika kita menyusun perencanaan, tentu kita akan mengambil kepu-
tusan alternatif mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif.
Dengan demikian, ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses
pembelajaran.
 Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari keberhasilan yang
bersifat untung-untungan. Artinya, dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita
akan mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat dicapai.
Meng-apa demikian? Sebab perencanaan disusun untuk memperoleh keberhasilan,
dengan demikian kemung- kinan-kemungkinan kegagalan dapat diantisipasi oleh
setiap guru. Coba Anda bayangkan apa yang akan terjadi manakala guru dalam proses
pembelajaran tidak memahami dengan jelas tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa,
strategi apa yang harus dilakukan, media dan sumber belajar apa yang harus
digunakan, tentu saja proses pembelajaran akan berlangsung seadanya, dan hasilnya
pun tentu saja tidak akan optimal. Bandingkan dengan guru yang pengelolaan pem-
belajaran direncanakan dengan matang. Misalnya guru paham tujuan apa yang harus

20
dicapai oleh siswa, strategi apa yang pantas dilakukan sesuai dengan tujuan, darimana
sumber yang dapat digunakan, tentu saja hasilnya pun akan lebih bagus dan optimal.
Inilah makna bahwa salah satu manfaat perencanaan adalahkita akan terhindar dari
hasil yang bersifat untung- untungan.
 Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana yang baik akan dapat
memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi
pelajaran tertentu. Dengan perencanaan yang matang guru akan dengan mudah
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul. Kita mesti menyadari bahwa
proses pembelajaran adalah proses yang kompleks dan sangat situasional. Berbagai
kemungkinan bisa terjadi. Melalui perencanaan yang matang kita akan dengan mudah
mengantisipasinya sebab berbagai kemungkinan sudah diantisipasi sebelumnya.
 Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini banyak
sekali sumber-sumber belajar yang mengandung berbagi informasi. Dengan demikian,
siswa akan dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar yang dianggap cocok
dengan tujuan pembelajaran. Dalam rangka inilah perencanaan yang matang
diperlukan. Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja
yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
 Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis artinya,
proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung
secara terarah dan terorganisir. Dengan demikian, guru dapat menggunakan waktu
seefektif mungkin untuk keberhasilan proses pembelajaran. Mengapa demikian?
Sebab, melalui perencanaan yang matang guru akan bekerja setahap demi setahap
untuk menuju perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
b. Fungsi Perencanaan
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya seperti dijelaskan
berikut ini.
 Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan dapat
memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang
terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki
program. Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan
menemukan hal-hal baru.

21
 Fungsi inovatif
Mungkinkah suatu inovasi pembelajaran akan muncul tanpa direncanakan,
atau tanpa diketahui terlebih dahulu berbagai kelemahan? Tidak, bukan? Suatu
inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap,
manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses
pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh.
Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
 Fungsi selektif
Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita
dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat
menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mung- kin kita dapat menentukan
pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi
pelajaran yang diangg sesuai dengan tujuan peman. Melaluiproses perencanaan guru
dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai.
 Fungsi komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap
orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada
pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan
harus dapat mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil
yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oleh sebab
itu, perencanaan memiliki fungsi komunikasi.
 Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa
yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang
disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggam- barkan berbagai
kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan
hasil yang akan diperoleh.
 Fungsi akurasi
Sering terjadi, guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka merasa
waktu yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari
siswa. Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak nomal lagi, sebab kriteria

22
keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang telah disampaikan pada siswa
tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Perencanaan yang matang dapat
menghindari hal tersebut. Sebab, melalui proses perencanaan guru dapat menakar
setiap waktu yang diper- lukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu. Guru
dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program perencanaan.

BUKU 2 :

Desain Pembelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam proses pendidikan.


Pelaksanaannya melibatkan komponen-komponen penting seperti guru, peserta didik,
interaksi, bahan, metode, juga penilaian. operasionalisasi standar proses pembelajaran.
Ketercapaian standar kompetensi lulusan dan kompetensi inti, terutama pada implementasi
kurikulum 2013, sangat tergantung pada pelaksanaan standar proses.

Desain merupakan rancangan, kerangka, atau model, Dalam konteks bahasa, Kata
desain berasal dari bahasa Inggris, design yang bermakna: 1) "kerangka bentuk" atau
"rancangan", contoh a) desain mesin pertanian itu dibuat oleh mahasiswa fakultas teknik, b)
kerangka bentuk suatu bangunan (rumah, taman, dsb); 2) bermakna motif; pola; corak,
contoh a) desain batik Indonesia banyak ditiru di luar negeri; desain bangunan, b) motif
bangunan; pola bangunan; corak bangunan.

Harjanto menjelaskan bahwa istilah pengembangan sistem pembelajaran (instruction


al system development) dan desain pembelajaran (instructional design) sering dianggap sama,
atau setidak-tidaknya penggunaannya, meskipun menurut arti kata ada perbedaan antara
"desain" dan "pengembangan". Kata "desain" berarti membuat sketsa atau pola atau outline
atau rencana pendahuluan. Sedang "Pengembangan" berarti membuat tumbuh secara teratur
untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk
membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar

23
yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru,
atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa
asumsi.

Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar
pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini sering dihubungkan dengan istilah
yang berbeda dalam bidang lain, misalnya dengan istilah desain grafis. Walaupun desain
grafis (dari perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran,
namun keduanya adalah konsep yang terpisah.

Dalam konteks sejarah, Wikipedia.org merilis bahwa banyak dasar dari bidang desain
pembelajaran yang diletakkan saat Perang Dunia II, saat militer Amerika Serikat merasakan
adanya kebutuhan untuk melatih dengan cepat sejumlah besar orang untuk melakukan tugas
teknis yang rumit dalam bidang kemiliteran. Berdasarkan penelitian dan teori dari B.F.
Skinner tentang operantconditioning, program pelatihan difokuskan pada perilaku yang
tampak. Tugas-tugas dibagi menjadi bagian-bagian, dan setiap bagian tugas diperlakukan
sebagai tujuan belajar terpisah. Pelatihan dirancang untuk memberikan ganjaran bagi
tampilan yang benar dan melakukan remedial bagi tamilan yang salah. Di asumsikan bahwa
semua siswa akan bisa memperoleh penguasaan kemampuan bila diberi kesempatan untuk
melakukan pengulangan yang cukup dan umpan balik yang memadai. Setelah perang usai,
keberhasilan model pelatihan saat perang diulang kembali dalam pelatihan bisnis dan
industri, dalam jumlah yang lebih kecil di ruang kelas primer dan sekunder.

PERENCANAAN PENDIDIKAN

Kajian perencanaan pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pendidikan.


Sebab, pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan.

Pendidikan yang bisa mencapai tujuan dengan baik dipengaruhi oleh perencanaan
pendidikan yang baik dan mendukung tercapainya merupakan hal yang pokok dalam
mempersiapkan pendidikan yang diharapkan. Perencanaan pendidikan mengarah pada
pemikiran reflektif pendidikan pada masa yang akan datang dan melibatkan pandangan
terhadap beberapa unsur yang diperhatikan dalam rangka merancang pendidikan.
Perencanaan pendidikan dibuat bukan dengan cara yang tujuan pendidikan.

24
Berhubungan dengan permasalahan pendidikan yang dihadapi, perencanaan
pendidikan mempunyai tujuan untuk mencapai efisiensi pada proses penyelesaian masalah
dan memerlukan mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Menegaskan kebenaran yang berarti menemukan kenyataan yang dapat diterima orang
lain.
b. Menentukan serangkaian tindakan dimaksudkan untuk melihat gambaran di masa depan
yang merupakan esensi dari perencanaan,
c. Membujuk memunculkan sikap personal, kegemaran, prasangka, dan emosi yang
menentukan tindakan.

Seperti halnya disiplin ilmu lain, perencanaan pendidikan memiliki sisi historis. Namun
tidak dapat dipastikan kapan perencanaan pendidikan itu dimulai. Walaupun tidak semapan
sejarah lain, namun perencanaan pendidikan bersifat paralel dengan kemajuan yang dibuat,
schingga meninggalkan warisan mengenai cara-cara pemecahan masalah.

Perencanaan dimulai sejak dulu, sejak zaman primitif. Hal ini dapat dilihat pada budaya
Mesir Kuno dalam memperbaiki lingkungannya. lingkungan fisik pada umumnya
mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari pihak luar. Sebagai
contoh, manusia pada awalnya menggunakan lingkungan fisik seperti gua untuk berteduh dan
berlindung. Kemudian mereka belajar menetap dan membangun tempat tinggal dengan
mengambil keuntungan dari alam. Ketika manusia merasa memiliki kemajuan, ia mulai
mengetahui bahwa ia memerlukan orang lain agar terhindar dari bahaya, terisolasi dan
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Proses ini, secara tidak langsung mulai
menyangkut perencanaan.

Pada masyarakat primitif, perkembanganPerkembangan perencanaan juga terlihat ketika


masyarakat Anatolia membangun pertahanan. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh
orang-orang Palestina di Jericho. Sejarah perencanaan ini bisa terlihat pula di Mesopotamia,
perencanaan Kota Syria, perencanaan Kota Babilonia, perencanaan Kota Persia, kontribusi
Aegian dalam perencanaan pendidikan, perencanaan pendidikan di Roma, perencanaan
pendidikan di Bizantium, perencanaan pendidikan Ghotic, perencanaan pendidikan pada
masa Renaissance dan perencanaan pendidikan pada masa Baroque.

Pengertian perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam


berbagai macam ragam tergantung dari sudut pandang yang digunakan, serta latar belakang

25
apa yang mempengaruhi dalam merumuskan definisi. Di antara beberapa definisi tersebut
dirumuskan sebagai berikut:

a. Perencanaan merupakan perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu, ketika apa, oleh siapa, dan bagaimana (Prajudi
Atmo sudirdjo)
b. Perencanaan merupakan proses mempersiapkan kegiatan- kegiatan secara sistematis yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan (Bintoro Tjokroamidjojo)
c. Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari
hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan (S.P Siagian)
d. Perencanaan adalah sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian tujuan
tertentu (Y. Dror)
e. Planning is the exercise of intelligence to deal with facts and situations as they and find a
way to solve problems (JawaharlalNehru)

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Pemaparan di atas banyak membahas mengenai perencanaan pendidikan dalam


konteks yang lebih luas. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai konsep perencanaan
pembelajaran.

a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu tahapan dalam standar proses.
Dalam kompetensi pedagogik, seorang dipandang profesional jika ia dapat merencanakan
pembelajaran berikut dokumentasinya yang terukur sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19
dinyatakan bahwa Setiap satuan pendidikan melakukan pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses perencanaan proses pembelajaran, pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam
hal ini, guru berkewajiban untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk perencanaan
pembelajaran.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, kompetensi guru terdiri dari
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi

26
profesional. Peraturan ini menjadi landasan dalam pengembangan kompetensi guru di
Indonesia.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut didik untuk dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang- kurangnya meliputi hal sebagai berikut:
 Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
 Pemahaman terhadap peserta didik;
 Pengembangan kurikulum;
 Perencanaan pembelajaran;
 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
 Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
 Evaluasi hasil belajar;
 Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

Point d di atas secara tegas menyatakan bahwa guru harus dapat mengembangkan
perencanaan pembelajaran.

Perencanaan sebagai program pembelajaran memiliki beberapa pengertian yang memiliki


makna yang sama yaitu suatu proses mengelola, mengatur dan merumuskan unsur-unsur
pembelajaran seperti merumuskan tujuan, materi atau isi, metode pembelajaran dan
merumuskan evaluasi pembelajaran. Perumusan dan pengelolaan setiap unsur atau komponen
pembelajaran tersebut diarahkan sebagai suatu jawaban atas empat pertanyaan pokok yaitu:
1) Apa yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan?; 2) Apa yang harus
diberikan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut?; 3) Bagaimana atau dengan cara apa
proses pembelajaran dilakukan agar sasaran pembelajaran dapat dicapai?; dan 4) Bagaimana
untuk mengetahui ketercapaian sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan?

Jawaban keempat pertanyaan tersebut diformulasikan dalam suatu sistem perencanaan


pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, isi, metode dan media serta mengembangkan
evaluasi pembelajaran, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, saling mempengaruhi dan
menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran,29 Banghart dan Trull dalam Hernawan

27
(2007) menyebutkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses penyusunan
merupakan penjabaran, pengayaan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran,
penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

b. Prinsip Perencanaan Pembelajaran


Agar proses penyusunan perencanaan pembelajaran sesuai tuntutan harus mengetahui
prinsip-prinsip perencanaan, seperti yang dikemukakan oleh Segala dalam Hermawan
yang meliputi:
 Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana pembelajaran.
 Membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan
pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil melakukannya dalam implementasi cara
maksimal melalui penentuan target yang pembelajaran.
 Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran.
 Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan
pembelajaran. Mempersiapkan dan mengomunikasikan rencana-rencana
 keputusan-keputusan yang pembelajaran kepada pihak yang berkepentingan. dan
berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak yang berkepentingan.

Dalam pandangan Nana dan Sukirman, prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam
merancang pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat umum
maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa perencanaan tersebut
harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

 Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru
termasuk kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan dan
pembelajaran, harus benar dan dapat di pertanggung jawabkan secara keilmuan.
 Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan
sistematikanya atau urutan penyajiannya.
 Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis pelaksanaan
pembelajaran, antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya harus saling terkait,
mempengaruhi, menentukan dan suatu dan suatu kesatuan yang utuh untuk silabus
maupun untuk perencanaan rencana mencapai tujuan atau kompetensi.

28
 Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar. Indikator,
materi pokok pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
 Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
 Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajaran
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
 Fleksibel yaitu keseluruhan komponen silabus maupun pelaksanaan pembelajaran
harus dapat rencana mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.
 Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran kompetensi
harus mencakup keseluruhan ranah
c. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran

Posisi penting perencanaan dalam proses pembelajaran menegaskan bahwa ia memiliki


fungsi yang signifikan dalam pembelajaran. Kostelnik menyebutkannya sebagai berikut:

 Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan
pembelajaran agar tertata secara teratur, logis dan sistematis untuk memudahkan
melakukan proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.
 Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu
melalui perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif.
Dengan demikian proses pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang
monoton atau terjadi sebagai suatu rutinitas.
 Menetapkan fasilitas untuk mendukung menetapkan pembelajaran; melalui perencanaan,
sarana dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana
mengelolanya sehingga sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk
menunjang terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif.
 Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui
perencanaan yang matang, guru sudah memiliki data tentang jumlah indikator yang harus
dikuasai oleh siswa dari setiap pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian
guruoun tentu saja sudah membayangkan kegiatan yang harus dilakukan mencapai setiap
indikator tersebut.

29
 Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu
melalui perencana, hal-hal penting e. yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan
potensi yang dimiliki siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang
dianggap tepat untuk merespon
 Mengomunikasikan proses dan hasil pembelajaran, yaitu melalui perencanaan segala
sesuatu yang terkait dengan kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik
secara internal yaitu terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan tugas-tugas
pembelajaran, maupun dengan pihak eksternal yaitu pihak-pihak masyarakat
(stakeholder).

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Salah satu isu kekinian yang melekat pada pengembangan akademik, baik pemenuhan
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar implementasi Kurikulum menghendaki
perubahan 4 (empat) standar tersebut sebagai perubahan dari PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diubah menjadi PP Nomor 32 Tahun 2013 dan
diubah kembali menjadi PP Nomor 13 tahun 2015.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan sebagai bagian dari supervisi akademik
diselenggarakan secara inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
Proses, maupun Standar Penilaian, adalah 2013. Implementasi Kurikulum interaktif, untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Dalam hal ini, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Argumentasi logis pengembangan Kurikulum 2013 yang harus diketahui oleh


pengawas sekolah/madrasah dan PAI sebagai perubahan dari kurikulum sebelumnya
berhubungan dengan beberapa hal. Dalam hal ini, Kemendikbud menyebutkan beberapa
argumentasi.

a) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan
tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

30
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
b) Tantangan Ekstemal
Tantangan eksternal antara globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), AssociationofSoutheast Asian Nations (ASEAN) Community,
Asia-Pacific EconomicCooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh 2.
lain terkait dengan arus dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International MathematicsandScience Study (TIMSS) dan Program for International
StudentAssessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS
dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS
dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Sehubungan dengan tantangan di atas, kurikulum pendidikan harus menyesuaikan diri


dengan perkembangan yang ada. Kemendikbud merilis penyempurnaan kurikulum dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

 Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya
(learningstyle) untuk memiliki kompetensi yang sama;
 Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru- peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/media lainnya);
 Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari
siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
 Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
 Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);

31
 Penguatan pembelajaran berbasis multimedia; Penguatan pola pembelajaran berbasis
klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki
setiap peserta didik
 Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
 Penguatan pola pembelajaran kritis.

Untuk melaksanakan penyempurnaan di atas, harus terdapat beberapa penguatan tata


kelola. Tata kelola yang dimaksud adalah:

1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;


2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah
sebagai pimpinan kependidikan (educationalleader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat
pada karakteristik yang melekat padanya.

32
BAB III
PEMBAHASAN
I. Pembahasan Analisis
Buku ini berisi artikel-artikel dari beberapa penelitian yang dijadikan satu buku,
sehingga memudahkan dan dapat memberi ilmu pengetahuan yang lebih pasti lagi kepada
para pembaca.Materi yang dibangun  sama –sama menjelaskan mengenai proyek agar guru
atau pengajar mampu Mendesain atau membangun perencanaan pembelajaran dan
mengembangkannya. Selain itu juga terdapat pada suatu bab yang membahas tentang
tantangan apa saja yang harus dilewati pada pembelajaran dan pembahasan tentang
penguatan yang harus dilaksanan oleh pengajar.Kelebihan dan Kekurangan

II. Kelebihan
1. Tampilan cover atau sampul buku bagus simpel, berwarna, membuatnya menarik dan
mudah dibaca.
2. Tata letak atau format isi buku ini sederhana dan dapat memudahkan pembaca dalam
memahaminya.
3. Materi yang disampaikan dalam buku ini disampaikan secara rinci.4. pada buku
pembanding penulis menambahkan referensi di setiap halamannya.5. dan pada buku
kedua penulis memberikan contoh dengan mengaitannya dengan kehidupan sehari hari
sehingga lebih mudah dipahami.

III. Kekurangan
1. Kedua buku ini lebih dominan berisi teks atau dapat dikatakan bahwa kurangnya gambar-
gambar pendukung penjelasan materi, sehingga mudah bosan dalam membacanya. Tanpa
adanya gambar para pembaca lama memahami materi yang disampaikan.
2. Pada buku pertama penulis terlalu banyak menggunakan bahasa yang tidak baku
3. Penulis mencantumkan beberapa pernyataan dalam bahasa inggris tanpa menjelaskan apa
inti dari pernyataaan tersebut sehingga sipembaca yang kurang mengei bahasa inggris
susah memahaminya.

33
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, begitu pula


dengan buku karangan Dra. Wina Sanjaya, M.Pd , Rudi Ahmad Suryadi dan Aguslani
Mushlih, dikarenakan buku ini berisi materi yang diambil dari sumber terpercaya dan
penelitian secara langsung, sehingga meyakinkan, dan isi materi lebih mudah untuk
dipahami.

II. Saran

Buku ini sudah sangat baik untuk kita dalam mempelajari Desain pembelajaran,
karena itu buku ini sangat tepat untuk menjadi pedoman untuk mata kuliah Desain
pembelajaran.

34

Anda mungkin juga menyukai