Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT

SEJARAH TATA RIAS

Dosen Pengampu : DESY AFIANTY,S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

SINDIY FORTUNA ANUARDI (5193344027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PKK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
critical book review. Critical book review ini kami buat gunanya untuk memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah SEJARAH TATA RIAS.
Semoga critical book review ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa critical book review ini masih jauh
dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran
yang membangun guna untuk perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata kami
mengucapkan selamat membaca semoga materi yang ada dalam critical book
review yang ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya bagi para pembaca.

Medan, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................... 4
B. Tujuan...................................................................................................... 4
C. Manfaat.................................................................................................... 4
D. Identitas Buku.......................................................................................... 5

BAB II ISI/PEMBAHASAN..................................................................................... 6
A. Ringkasan Materi..................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................... 12


A. Kelebihan Buku........................................................................................ 12
B. Kekurangan Buku..................................................................................... 12

BAB IV PENUTUP................................................................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
B. Saran................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut defenisinya yang sudah lazim sejak abad ke- 14 M yang dikatakan orang
Melayu itu adalah mereka yang beragama islam, yang bahasa sehari-harinya adalah Bahasa
Melayu dan yang melaksanakan Adat-Budaya Melayu. Jadi masyarakat budaya melayu
adalah kesatuan etnis berdasarkan kultural bukan berdasarkan serta memakai hukum
kekerabatan Parental.
Masyarakat melayu disumatera mendiami wilayah hunian yang meliputi : wilayah
Tamiang (Aceh Timur), sepanjang pantai timur Sumatera Utara (Kabupaten Langkat,
Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu termasuk kota
madya yang berada disekitarnya), Provinsi Kalimantan Barat, Daerah selatan Muangtai
(Songkla, Narawat, Patani) Malaysia Barat dan pesisir Malaysia Timur, kerajaan Brunai serta
Singapura.
Oleh karena luasnya wilayah hunian langsung (kadangkala termasuk juga wilayah
hunian pinggir dimana budaya Melayu mempunyai pengaruh besar seperti Sumatera Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan lain-lain), maka terdapatlah dengan sendirinya
berbagai macam variasi didalam budaya Melayu.
Adat istiadat Melayu banyak memperhatikan campuran unsur lokal dan unsur luar
seiring dengan kedatang pengarung Hindu, Islam dan Barat ke budaya Melayu. Unsur-unsur
adat dapat diterima dengan memperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran
islam. Oleh karena itu ornang melayu dapat menyesuaikan adat dan agama secara harmonis
walaupun ada aspek-aspek tertentu yang bertentangan tetapi terus ditradisikan, terlebih lagi
pada adat istiadat perkawinan.
Perkawinan mrupakan suatu rangkaian upacara yang memiliki nilai sakral, karena
fase ino merupakan fase kehidupan yang penting dan khusus. Rangkaian acara perkawinan
dilaksanakan mulai dari proses akan menikah, acara pada hari pernikahan. Seluruh upacara
perkawinan melibatkan banyak pihak bukan hanya clon pengantin, tetapi orang tua dan
keluarga besar kedua belah pihak. Dan acara yang dilakukan bukan hanya dari sisi agama
tetapi juga dilakukan menurut adat istiadat.

B. Tujuan
1.      Memenuhi tugas akhir mata kuliah dasar sejarah tata rias
2.      Sebagai syarat untuk dapat mengikuti UAS semester 1
3.      Melatih penikatan kreatifitas
5.      Dapat menghasilkan suatu karya
6.      Dapat menjadikan panduan mahasiswa dalam menciptakan suatu karya
7.      Dapat lebih mudah menganalisis hal yang berkaitan dengan seni sejarah tata rias

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui tentang dasar sejarah tata rias
2. Untuk melatih kemampuan penulis dalam mengkritis suatu buku
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sejarah tata rias

4
D. Identitas Buku
1. Judul Buku : Tata Rias Pengantin Melayu Sumatera Utara
2. Pengarang : Desy Afianty Lubis, M.Pd dan Nurhayati Lubis, S.Pd
3. Penerbit : Unimed Press
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun terbit : 2015
6. Edisi : ke-1
7. ISBN : 978-602-0888-24-8

5
BAB II
ISI/PEMBAHASAN

A. Ringkasan Materi

UPACARA ADAT PERKAWINAN PENGANTIN MELAYU SUMATERA UTARA


A. Perkawinan
Menurut Slamet Abidin dan Aminuddin (1999 : 9) perkawinan adalah sunnatullah
yang umum dan berlaku pada semua makhluk hidup, tidak terkecuali pada manusia.
Perkawinan adalah jalan terbaik yang dipilihkan allah bagi manusia untuk dapat
melangsungkan keturunan.

B. Proses Perkawinan
Proses perkawinan melayu terdiri dari beberapa rangkaian, diantarnya diawali dengan
kegiatan merisik yang dilakukan oleh penghulu telangkai, jamu sukut, dilanjutkan dengan
meminang dan ikat janji, mengantar bunga sirih, akad nikah, berandam dan mandi berhias,
malam berinai, nasi hadap-hadapan, malam bersanding, mandi berdimbar, mandi selamat,
sampai tahapan meminjam pengantin.
Adapun rangkaian upacara perkawinan melayu adalah sebagai berikut :
1. Merisik dan Penghulu Telangkai
Kegiatan memilih jodoh yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari calon
istri bagi anak laki-lakinya
2. Jamu Sukut
Orang tua si gadis setelah menerima pinangan kemudian mengundang puang-
puang, kerabat terdekat anak beru untuk mengadakan jamuan makan.
3. Meminang
Istilah “meminang” digunakan karena buah pinang merupakan bahan utama
yang dibawa saat acara meminang beserta daun sirih dan bahan lainnya
4. Ikat Janji
Beberapa besarnya uang hantaran, besarnya “wang hangus”, ikat tanda (cincin,
kalung), hari nikah berlangsung.
5. Mengantar Bunga Sirih
Oleh orang tua pengantin laki-laki dimintalah kepada para puan, anak-anak
beru dan ahli kerabat yang diundang untuk bersedia membuat tepak bunga sirih guna
diantar kerumah pengantin wanita.
6. Upacara Berinai
Upacara ini merupakan pengaruh dari ajaran hindu yang memiliki makna dan
tujuan untuk menjauhkan diri dari bencarna.
Adapun kegiatan berinai ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu :
a. Berinai Curi
b. Berinai Tenagahan (Berinai Kecil)
c. Berinai Besar

6
7. Berandam dan Mandi Berhias
Merupakan kegiatan mencukur atau membersihkan rambut-rambut halus yang
ada di sekitar wajah, leher, dan tengkuk.
8. Malam Bersanding
Calon pengantin yang telah dirias dan ditemani oleh anak beru dan gading atau
dua orang anak gadis kecil membawa kipas dan didudukan diatas pelaminan.
9. Akad Nikah
Menurut hukum islam, setelah terlebih dahulu tuan kadi mendapat persetujun
pengantin perempuan dan orang tuanya, setelah akad nikah selesai maka dibacakanlah
sedikit doa selamat oleh tuan kadi.
10. Makan Nasi Hadap-Hadapan (Astakona atau Setakona)
Setelah akad nikah kedua pengantin yang telah memakai baju pengantin
melayu diiringi oleh kedua anak beru kedua pihak pengantin didudukkan ditempat
akan berlangsungnya acara makan nasi hadap-hadapan.
11. Lepas Halangan
Keesokan harinya atau beberapa hari kemudian acara dinamakan “halangan” telah
lepas. Setelah lepas dari “halangan” dengan selamat itu maka puang-puang dan ibu
bapak kedua pegantin menepung tawari kedua pengantin tersebut
12. Mandi Selamat
Pada sore hari atau malamnya di serdangkeramaian mandi berdimbar itu
diulangi karena lepas halangan yang dinamakan “mandi selamat”.
13. Meminjam Pengantin
Meminjam pengantin untuk diadakan upacara dirumahnya

C. Perlengkapan Adat Perkawinan Melayu


1. Ramuan Sirih
2. Tepung Tawar
a. Ramuan Penabur
b. Ramuan Perincis
c. Pedupaan
d. Cara-cara penepung tawaran
3. Balai

D. Bentuk-bentuk Perkawinan
1. Lari Kawin
2. Perkawinan Janda
a. Meminang Janda
b. Perkawinan Janda Berhias

7
TATA RIAS, BUSANA DAN KELENGKAPAN PENGANTIN MELAYU SUMATERA
UTARA
A. Tahapan Persiapan
1. Persiapan Area Kerja
 Area kerja dalam keadaan bersih dan memenuhi syarat kesehatan
 Ruangan cukup udara dan penerangan yang terang
 Lantai bersih, tidak licin, rata dan mudah dibersihkan
 Memiliki persediaan air yang cukup
 Tersedia tempat sampah
 Tersedia kotak p3k
2. Persiapan Alat dan Bahan serta perlengkapannya
 Meja dan kursi
 Cermin
 Nampan
 Taplak meja
 Cape
 Hairbando
 Kuas set
 Gunting
 Spons latex
 Spons bedak
 Bulu mata palsu
 Penjepit bulu mata
 Dan lainnya
3. Persiapan kosmetik
 Pembersih dan penyegar wajah
 Foundation
 Eye shadow
 Pensil alis
 Eye liner
 Maskara
 Pemerah pipi
 Lipstick
 Finishing touch
4. Persiapan Busana dan Perhiasan
 Baju kurung atau kebaya panjang
 Kain songket
 Selendang tile berpayet
 Selop tutp
 Longtorso
 Peniti
 Perjiasan pelengkap busana

8
5. Persiapan Model/Calon Pegantin
 Model atau calon pengantin dipersilahkan duduk ditempat yang disediakan
 Calon pengantin mengenakan busana yang mudah dilepas
 Mengenakan cape
 Mengenakan penutup kepala
 Merapikan alis
 Membersihkan wajah
 Merapikan rambut
6. Persiapan Pribadi
 Perias menjaga kebersihan diri dengan memakai deodorant agar tidak bau badan
 Tangan dan kuku dalam keadaan bersih
 Menjaga bau mulut
 Mengenakan busana yang rapi dan sopan
 Mengenakan riasan wajah yang sederhana
 Tepat waktu
 Ramah dan sopan menghadapi pelanggan
 Percaya diri, terampil dan cekatan

B. Tata Rias Wajah, Sanggul, Busana, Serta Perhiasan Pengantin Wanita Melayu
Sumatera Utara
Riasan wajah, tatanan sanggul, busana dan perhiasan pengantin wanita melayu
sumatera utara memiliki cirri khas tersendiri. Pada tata rias wajah dibagian dahi
wanita mengenakan jejak murai, pada bagian sanggul menggunakan gedebok pisang
sebagai bahan dasar dalam pembuatan sanggul.
1. Tahapan Merias Wajah
a. Pembersihan
 Pembersihan wajah menggunakan susu pembersih dilakukan dengan
gerakan lembut
 Setelah itu gunakan face tonic sesuaikan dengan jenis kulit
2. Merias Wajah
 Wajah diberi pelembab
 Memberikan foundation dan bedak tabur
 Membentuk alis
 Merias mata
 Memakai bayangan hidung
 Memberikan blush on
 Mengenakan lipstick
 Membuat jejak murai
 Merias dahi

9
3. Tahapan Merias Rambut atau Membentuk Sanggul
Desain Sanggul
Sanggul tetap menganut prinsip yang berlaku dari suatu desain yang dikenal
selama ini seperti :
1. Adanya keseimbangan bentuk sanggul dengan besarnya kepala
2. Keharmonisan
3. Irama
4. Bentuk dari sanggul
5. Penambahan-penambahan ornamen/hiasan sanggul
Pelaksanaan pembuatan sanggul tegang adalah sebagai berikut :
 Menyisir rambut dari kekusutan
 Membagi rambut dua bagian
 Rambut bagian belakang diikat pada puncak kepala atau kurang lebih jari
dari batas hairline belakang
 Untuk rambut pendek ditambahkan lungsun ataupun cemara tanpa tulang
pada ikatan rambut
 Pasang gedebok pisan yang telah ditutup dengan irisan daun pandan pada
ikatan rambut
 Tutup gedebok pisang dengan rambut, lalu jepit hinggakuat
 Lalu rambut bagian depan kiri dan kanan dibagi dua
 Rambut bagian sisi atas diberi sasakan dan dibentuk poni melayu atau
buklei
Adapun tahapan pemasangan perhiasan dimulai dari:
 Pemasangan mahkota melayu
 Pemasangan gerak gempa kupu-kupu sebanyak 7 tangkai diatas sanggul
 Pemasangan gerak gempa tekwa sebanyak 5 tangkai
 Meletakkan gerak gempa dahlia sebanyak 5-7
 Terakhir pemasangan perhiasan berupa jurai sebanyak 14 rangkai
 Pemasangan bunga segar
4. Busana Pengantin Wanita Melayu Sumut
Busana yang dikenakan oleh pengantin wanita melayu sumut adalah sebagai
berikut :
 Baju kurung atau baju kebaya panjang
 Kain songket
 Selendang tile berpayet
 Selop tutup sewarna dengan busana
 Rantai mastura
 Rantai serati
 Rantai panjang
 Anting panjang beruntai
 Gelang berlian/permata

10
 Gelang kaki motif melayu
 Krongsang atau bros khas melayu
 Cincin berlian dijari manis kiri
 Kecak lengan

C. Tata Rias Wajah dan Busana Pengantin Pria Melayu Sumatera Utara
1. Rias Wajah
Dimulai dari membersihkan wajah hingga merias seluruh wajah menggunakan
make up
2. Busana dan Perhiasan
Warna dan bahan pengantin pria sama dengan pengantin wanita.
 Baju berbentuk teluk belanga
 Celana panjang
 Kain sesamping yang panjang diatas lutut
 Bengkung yang dibuat dari songket
 Ditengah bengkung dipasangkan pending
 Selempang
 Selop tertutup
 Kecak lengan
 Keris dibungkus dengan kain kuning
 Destar sesuai dengan warna baju
 Rantai serati

D. Membuat Kelengkapan
Kelengkapan tata rias pengantin melayu sumatera utara adalah merangkai sirih
genggam yang dipegang oleh pengantin pria dan wanita.sirih genggam yaitu 1 tangkai
daun sirih yang jumlahnya ganjil, bunga ros, hias-hiasan bunga dari kertas kilat
berbentuk bunga dan lain-lain yang diletakkan di karton berbentuk contong berlapis
kertas emas.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
 Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
 Terdapat gambar di setiap bab membuat buku menjadi lebih menarik,
 Pembahasan yang singkat dan tidak bertele-tele,
 Detil dan terperinci
 Disusun dengan menggunakan prosedur atau tahapan tertentu
 Bahasanya lugas
 Terdapat tahapan-tahapan dalam merias wajah pengantin membuat pembaca
lebih memahami isi materi
 Terdapat soal ulangan yang membuat pembaca lebih mempelajari isi dari buku
tersebut
 Poin-poin yang dipaparkan juga sangat lengkap
 Tulisan dan penyusunan buku sangat rapi

B. Kekurangan Buku
 Sumber referensi yang digunakan hanya sedikit
 Buku ini kurang memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya bagi
pemula sehingga pesan yang mau ditukarkan oleh pengarang tidak
tersampaikan pada pembaca

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Buku ini dapat dijadikan pedoman, karena didalam buku tata rias pengantin
melayu ini terdapat tata cara dan tahapan-tahapan dalam proses make up, pembuatan
sanggul, hingga mengenakan busana. Dengan penjelasan dan uraian yang mudah
dimengerti oleh setiap orang, seperti cara membuat sanggul, merias wajah, hingga
pengenaan busana. Selain itu diberikan pula soal latihan yang akan menjadikan
sipembaca lebih melatih kemampuan di bidang ketatariasan.

B. Saran
 Bagi mahasiswa tata rias diharapkan untuk membaca buku ini karena dapat
mereferensi kita untuk berkarya .
 Bagi badan usaha maupun organisasi diharapkan mampu memahami
pentingnya identitas yang kuat dari sebuah perusahaan/organisasi yang dapat
pula menguatkan identitas dari kota yang ada.
 Diharapkan agar penata rias pengantin melayu untuk membaca buku referensi
ini, karena banyak manfaat yang ada didalam buku ini. Buku tata rias
pengantin melayu sumatera utara ini menyediakan tata cara pembuatan
sanggul yang cukup menarik. Buku ini juga cukup menarik untuk dijadikan
referensi

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku hasil seminar Tata Rias Pengantin Melayu Sumut yang diselenggarakan oleh DPD
HARPI Melati Sumatera Utara tahun 1995

Chenny Han. 2004. Rias Pengantin. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

Hilman Hadikusuma. 1997. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum


adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju

Tengku Lukman Sinar, S.H., 1993. Upacara Perkawinan Dan Tata Rias Pengantin
Melayu.Medan

Tengku Luman Sinar, S.H., 1994. Adat Perkawinan dan Tata Rias Pengantin Melayu.
Medan : SATGAS-MABMI

Tiara Kusuma. 2011. 33 Sanggul Daerah Indonesia. Jakarta : Meutia Cipta Sarana

14

Anda mungkin juga menyukai