Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL BUSANA DASAR WANITA

Jurnal 1 KOMPARASI HASIL PEMBUATAN KEMEJA MENGGUNAKAN POLA SISTEM


M.H.WANCIK DAN SISTEM SOEKARNO

Jurnal 2 PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS ANTARA POLA LEEUW VAN


REES DENGAN POLA M.H WANCIK UNTUK WANITA BERTUBUH GEMUK

OLEH :

Nama Kelompok : Sindiy Fortuna Anuardi (5193344027)

Dosen Pengampu : Dra. Nurhayati, M.Pd.

Kelas : Dasar Busana A 2021

Prodi : Pendidikan Tata Rias

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna kasih dan rahmatnya

penulis dapat menyelesaikan critical journal review “Busana Dasar Wanita” tepat waktu. Penulis

berharap semoga makalah Critical Journal ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dan

wawasan bagi para pembaca yang ingin membaca makalah ini. Penulis menyadari bahwa

makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis juga telah berupaya dengan semaksimal mungkin

dalam menyelesaikan tugas ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kelemahan yang

terdapat dalam makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca untuk makalah ini. Sekian dan terimakasih.

Medan, Oktober 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)

Critical journal review merupakan suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa, yaitu
mengkritisi sebuah jurnal. Dalam mengkritisi sebuah jurnal terlebih dahulu mahasiswa harus
membaca dan memahami isi dari jurnal kemudian membandingkannya dengan jurnal lainnya.
Sehingga mahasiswa dapat mengkritisinya. Dengan adanya kegiatan Critical journal review
mahasiswa dapat mengetahui sumber bacaan atau sumber referensi mana yang lebih tepat dan
baik digunakan dalam membuat suatu makalah, karya tulis, dan sebagainya.

B. TUJUAN CJR

Adapun tujuan dari critical journal review ini adalah :

1. Untuk penyelesaikan tugas “CJR Desain Ragam Hias”.


2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai peningkatan kinerja guru.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mereview sebuah journal.
4. Menguatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca dan menyimpulkan jurnal.

C. MANFAAT CJR

Adapun tujuan dari critical journal review ini adalah :

1. Penyelesaikan tugas “CJR Desain Ragam Hias”.


2. Untuk menambah pengetahuan tentang peningkatan kinerja guru.
3. Kemampuan mahasiswa dalam membaca dan menyimpulakan suatu bacaan semakin
terasah.

D. IDENTITAS JOURNAL

- Journal I
1. Judul Artikel : KOMPARASI HASIL PEMBUATAN KEMEJA
MENGGUNAKAN POLA SISTEM M.H.WANCIK DAN SISTEM SOEKARNO
2. Nama Journal : Jurnal Tata Busana
3. Edisi Terbit : e-Journal
3
4. Pengarang Artikel : Masruroh
5. Penerbit : Universitas Negeri Semarang
6. Kota Terbit : Semarang
7. Nomor ISSN : 2252-6803
- Journal II

1. Judul Artikel : PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS


ANTARA POLA LEEUW VAN REES DENGAN POLA M.H WANCIK UNTUK
WANITA BERTUBUH GEMUK
1. Nama Journal : Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
2. Edisi Terbit : e-Journal
3. Pengarang Artikel : Elvida Siregar, Flora Hutapea
4. Penerbit : Universitas Negeri Medan
5. Kota Terbit : Medan
6. Nomor ISSN : 08547468

4
BAB II ISI RINGKASAN JURNAL

A. Jurnal 1

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sampai saat ini tengah
melaksanakan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan khususnya pada
tenaga kerja memerlukan manusia-manusia yang cakap, ahli dan profesional dalam bidangnya
untuk memperoleh keterampilan dan keahlian. Keterampilan yang diperoleh akan meningkatkan
kualitas seseorang sebagai bekal agar mampu mengatasi tantangan-tantangan hidupnya, sehingga
mampu sebagai masyarakat yang hidup mandiri dalam berbagai aspek kehidupan, memiliki etos
kerja yang tinggi untuk mewujudkan pembangunan khususnya dalam bidang busana.
Pola atau Patern dalam menjahit adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai
contoh untuk membuat baju yang dikehendaki pada saat kain digunting. Potongan kain atau
kertas tersebut mengikuti ukuran bentuk badan dan model tertentu. Kunci keberhasilan pola
dasar dalam menjahit baju terletak pada ketepatan mengambil ukuran, dan cara menggambar
pola (Erna Setyowati, 2006 : 1).
Kemeja akan tampak semakin formal ditentukan oleh kerah, semakin kaku atau tegak kerah,
kemeja akan tanpak semakin formal dan kerah kemeja menentukan model sebuah kemeja apakah
kemeja tersebut pantas dikenakan atau tidak dan kerah kemeja hendaknya agak longgar (cukup
dimasuki 2 jari), sehingga nyaman dipakai dan menjaga kemungkinan jika bahan atau kerah
menyusut setelah pencucian atau menjadi sedikit gemuk (Ratih Poeradisastra, 2002 : 25).
Pola di atas kertas adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan sipemakai, dan
digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-
masing. Pembuatan pola di atas kertas memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih
baik dan sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai (Ernawati, 2006 : 277). Pola di atas kertas
biasanya sebagai pedoman sebelum proses pemotongan kain dengan memindahkan pola dari
kertas ke bahan dengan memperhitungkan jarak kampuh, jumlah pola, arah serat dan tanda pola.

5
Pembuatan pola di atas bahan berarti menggambar pola tidak menggunakan pola yang
digambar di atas kertas, tetapi pola di gambar langsung di atas kain yang merupakan bahan dasar
dari pakaian yang akan dibuat. Pola digambar sesuai dengan desain yang telah ditentukan, dan
berpedoman pada ukuran model/ukuran sipemakai (Ernawati, 2006 : 253). Langkah kerja yang
dapat dilakukan adalah menggambar pola langsung dengan mengikuti desain, diperlukan
ketelitian, kecermatan, ketelatenan dan kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam pembuatan
pola, akan berdampak langsung pada bahan dan untuk menghasilkan pola yang baik sesuai
dengan bentuk tubuh sipemakai. Sebelum menggambar pola, tentu telah memiliki desain pakaian
dan ukuran si pemakai, karena menggambar pola di atas bahan akan berpedoman kepada kedua
hal tersebut. Cara menggambar pola di atas bahan untuk menghindari kotor pada kain, kain di
lipat menjadi dua bagian dengan posisi bagian baik berhadapan dengan baik, dengan kata lain
bagian buruk bahan terletak pada bagian atas, menggambar pola di atas bahan sesuai arah serat
benang karena pada penempatan pola di atas bahan memerlukan penempatan kain yang baik,
apabila menggambar pola tidak searah dengan arah serat maka hasilnya tidak baik sehingga tidak
nyaman dipakai (Ernawati, 2006 : 258).
Pola kemeja sistem M.H.Wancik adalah sistem pembuatan pola yang diciptakan oleh
M.H.Wancik dengan ciri dan khas yang berbeda dengan sistem pola lain. Pola M.H.Wancik
mempunyai ciri menggambar polanya pada bagian depan dahulu kemudian bagian belakang
menyesuaikan, pola sistem M.H.Wancik tidak menggunakan ukuran lingkar pinggang, jadi
lingkar pinggang diperoleh dari lingkar badan sehingga jatuhnya pinggang lurus. Pola sistem
M.H.Wancik menggunakan ukuran lingkar badan keliling, lingkar pinggul keliling, lingkar leher
keliling, lingkar lengan keliling, dada atas, dada bawah, panjang dada, panjang lengan, panjang
baju, punggung atas, dan punggung bawah.
Pola kemeja sistem Soekarno adalah sistem pembuatan pola yang diciptakan oleh Soekarno
dengan ciri dan khas yang berbeda dengan sistem pola lain. pola Soekarno mempunyai ciri yaitu
menggambar pola bagian depan dahulu kemudian untuk membuat bagian belakang berpedoman
dari bagian depan. Pola lengan sistem Soekarno berlipat dua untuk garis lipatan dijadikan garis
tengah pola lengan. Sistem soekarno menggunakan ukuran panjang kemeja, lingkar badan, besar
kemeja, panjang lengan, ½ lingkar lengan, lingkar leher, lebar punggung, rendah bahu, rendah
punggung, dan panjang punggung.

6
Pola kemeja sistem M.H.Wancik adalah sistem pembuatan pola yang diciptakan oleh
M.H.Wancik dengan ciri dan khas yang berbeda dengan sistem pola lain. Pola M.H.Wancik
mempunyai ciri menggambar polanya pada bagian depan dahulu kemudian bagian belakang
menyesuaikan, pola sistem M.H.Wancik tidak menggunakan ukuran lingkar pinggang, jadi
lingkar pinggang diperoleh dari lingkar badan sehingga jatuhnya pinggang lurus. Pola sistem
M.H.Wancik menggunakan ukuran lingkar badan keliling, lingkar pinggul keliling, lingkar leher
keliling, lingkar lengan keliling, dada atas, dada bawah, panjang dada, panjang lengan, panjang
baju, punggung atas, dan punggung bawah.
Pola kemeja sistem Soekarno adalah sistem pembuatan pola yang diciptakan oleh Soekarno
dengan ciri dan khas yang berbeda dengan sistem pola lain. pola Soekarno mempunyai ciri yaitu
menggambar pola bagian depan dahulu kemudian untuk membuat bagian belakang berpedoman
dari bagian depan. Pola lengan sistem Soekarno berlipat dua untuk garis lipatan dijadikan garis
tengah pola lengan. Sistem soekarno menggunakan ukuran panjang kemeja, lingkar badan, besar
kemeja, panjang lengan, ½ lingkar lengan, lingkar leher, lebar punggung, rendah bahu, rendah
punggung, dan panjang punggung.

2. Metode Penelitian
Berdasarkan jenis masalah yang diteliti dan tujuannya, penelitian ini termasuk jenis
penelitian eksperimen.Objek penelitian adalah faktor penting dari sebuah penelitian. Penelitian
yang akan dilakukan ini menggunakan objek penelitian pola di atas kertas dan pola di atas bahan
meggunakan pola sistem M.H.Wancik dan pola sistem Soekarno.

3. Variable Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian(Suharsimi Arikunto,2006:118).
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola dalam pembuatan busana, yaitu meliputi pola di
atas kertas dan pola di atas bahan menggunakan pola sistem M.H.Wancik dan sistem Soekarno
dengan ukuran standar S (Small) dan L (Large).
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah indikator hasil produk kemeja dengan pola di atas
kertas dan pola di atas bahan menggunakan pola sistem M.H.Wancik dan pola sistem Soekarno.

7
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah sistem pola dan bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah sama; bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sama, pengukuran,
pemotongan bahan, dan pejahitan dilakukan oleh orang yang sama.

4. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen pre experimental design, yaitu
one-shot case study karena ingin membandingkan hasil dari suatu perlakuan berupa pola di atas
kertas dan pola di atas bahan menggunakan pola sistem M.H.Wancik dan sistem Soekarno
dengan ukuran standar S (Small) dan L (Large), (Suharsimi Arikunto, 2006 : 84).

5. Validitas dan Realibilitas Instrumen


1. Validitas
Validitas internal dalam penelitian ini adalah apabila instrumen secara rasional
mencerminkan apa yang diukur, sedangkan validitas eksternal dalam penelitian ini adalah
apabila dalam instrumen disusun berdasarkan data dari luar atau faktor-faktor empiris yang ada.
Penelitian ini menggunakan validitas internal yang digunakan untuk membatasi atau
mengendalikan hasil percobaan yang sedang diteliti dan menggunakan judsment oleh ahli pola
untuk mengetahui ke-valid-an dari penelitian ini.
2. Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat memberi hasil yang
tepat, artinya apabila instrumen tersebut digunakan pada sejumlah objek yang sama pada lain
waktu maka hasilnya relatif sama. Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan reliabilitas
ratings. Menurut Saifuddin Azwar (2011:105) menyatakan ratings adalah prosedur pemberian
skor berdasarkan judgment subjektif terhadap aspek atau atribut tertentu yang dilakukan melalui
pengamatan sistematik baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan pengaruh subjektivitas pemberian antar beberapa rater. Uji reabilitas dalam
penelitian ini berbantuan SPSS 16 dengan uji statistik Cronbach Alpha. Instrumen dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha> 0,70.Hasil perhitungan uji coba kuesioner pada 10 panelis
yang kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar
0,974. Hasil Cronbach Alpha nilainya lebih besar dari 0,70 sehingga instrument yang digunakan
dalam penelitian ini dinyatakan reliable.

8
6. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah cara mengevaluasi data atau menganalisis data yang diperoleh
dari hasil pengujian. Analisis data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian, yaitu perbedaan hasil pembuatan kemeja dengan pola di atas kertas dan pola di atas
bahan menggunakan pola sistem M.H.Wancik dan sistem Soekarno.

E. Hasil dan Pembahasan


Hasil Penilaian Teknik Pembuatan Kemeja dengan Pola di Atas Kertas dan Pola di Atas
Bahan Menggunakan Sistem M.H.Wancik dan Soekarno.

Hasil Penilaian Sistem Pembuatan Kemeja dengan Pola di Atas Kertas dan Pola di Atas
Bahan Menggunakan Sistem M.H.Wancik dan Soekarno.

9
Hasil keseluruhan ditunjukkan dari hasil uji Anova dua jalur bahwa tidak ada perbedaan
hasil pembuatan kemeja dilihat dari teknik pembuatan pola yaitu pola di atas kertas dan pola di
atas bahan ukuran S (Small) dan L (Large), sedangkan jika dilihat nilai rata-rata pola sistem
M.H.Wancik dan sistem Soekarno menyatakan ada perbedaan, bahwa ukuran S (Small) lebih
baik menggunakan pola M.H.Wancik sedangkan untuk ukuran L (Large) lebih baik
menggunakan sistem pola Soekarno

7. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada di bab 4 maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

10
1. Tidak ada perbedaan hasil pembuatan kemeja dilihat dari teknik pembuatan pola yaitu pola
di atas kertas dan pola di atas bahan ukuran S (Small) dan L (Large), sedangkan jika dilihat dari
sistem polanya ada perbedaan antara menggunakan pola sistem M.H.Wancik dengan sistem
Soekarno.
2. Hasil kemeja yang baik digunakan antara yang menggunakan pola sistem M.H.Wancik
dengan sistem Soekarno adalah, jika dilihat dari rata-rata hasil pembuatan kemeja dengan sistem
M.H.Wancik ukuran S (Small) dan sistem Soekarno ukuran L (Large).

F. JURNAL 2

1. Pendahuluan
Kebutuhan manusia akan busana tercermin melalui pesatnya dunia industri khususnya
dibidang busana. Pakaian atau busana tidak hanya sebagai penutup tubuh akan tetapi, sudah
menjadi suatu bentuk kreatifitas yang membutuhkan daya cipta, rasa, karsa dan karya.
Peningkatan kebutuhan pakaian bagi manusia sejalan dengan ragamnya aktifitas yang
memerlukan busana khusus untuk berbagai kesempatan, bahkan untuk menunjang penampilan
setiap harinya seperti pada wanita karier.
Pembuatan pakaian tidak lepas dari pengaruh ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang terus
berkembang sehingga membuat suatu perubahan di dunia industri. Perubahan tersebut dapat
dilihat dari banyaknya sektor industri busana yang menghasilkan berbagai macam produk yang
beredar dipasaran. Perubahan-perubahan yang demikian membutuhkan sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia yang dimaksud diantaranya adalah tenaga professional dalam bidang gaya,
selera dan teknik pembuatan pakaian.
Tubuh yang ideal atau proporsional lebih mudah mendapatkannya.Sebaliknya bagi orang
yang kurang proporsional seperti bentuk tubuh gemuk perlu perhatian khusus seperti model,
corak, dan sistem pola yang digunakan. Menurut Poespo (2004 : 40) “ tiap-tiap orang bentuk
badannya berbeda, baik dalam fostur, maupun proporsi antara tinggi badan dan berat badan.
Adanya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan pengaruh makanan
serta lingkungan hidup kita” Salah satu contoh bentuk tubuh. Sesuai dengan pendapat diatas
masalah yang sering terjadi pada saat menjahit pakaian adalah bagi orang-orang yang memiliki
bentuk tubuh gemuk.

11
Pada umumnya jika melihat wanita bertubuh gemuk terlihat kurang menarik dalam hal
berbusana, sering terlihat lipatanlipatan tubuh pada bagian perut, dada, panggul dan lengan.Hal
ini didukung oleh pendapat Muliawan (2003) busana pada bentuk tubuh gemuk, sering terlihat
kerutan, tarikan, lipatan, atau sempit yang semestinya tidak ada.Fungsi busana bukan hanya
sekedar sebagai penutup dan pelindung tubuh.Seharusnya berbusana dapat juga menutupi
kekurangan-kekurangan pada bentuk tubuh agar terlihat menarik.
Dalam pembuatan pakaian ada banyak macam pola dasar yang dapat digunakan
diantaranya adalah pola dengan system Meyneke, Dressmaking, Leeuw Van Ress, Chartman,
Soen, Wancik dan lain-lain. Beberapa sistem tersebut memiliki cara tersendiri dalam teknik
pembuatannya dan membutuhkan beberapakali percobaan untuk mendapatkan pola manakah
yang sesuai dengan bentuk tubuh. Maka disini peneliti memilih menggunakan pola dasar sistem
Leeuw Van Rees dengan pola dasar sistem Wancik.Dimana, kedua pola tersebut pernah diteliti
sebelumnya pada pembuatan pola rok suai.
Pola dasar dengan pola dasar sitem Leeuw Van Rees lebih sederhana dibandingkan
dengan pola sistem Wancik. Pola dengan system M.H Wancik adalah sistem pola yang sudah
cukup lama digunakan dari pola sistem Leeuw Van Rees. Hal ini dapat dilihat dari cara
pengukuran maupun teknik pembuatan polanya yang berbeda. Dengan adanya perbandingan
kedua pola tersebut dapat membantu penjahit dalam memilih pola mana yang cocok dengan
bentuk tubuh.

8. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi Universitas Negeri Medan. Adapun waktu penelitian
ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di Fakultas Teknik Laboratorium Busana. Subjek pada
penelitian ini adalah 20 potong blus yaitu 10 potong dengan menggunakan sistem Leeuw Van
Rees dan 10 potong untuk sistem M.H Wancik.Adapun bahan yang digunakan adalah bahan
katun polos. Sedangkan objek penelitian ini adalah wanita bertubuh gemuk usia 18-25 sebanyak
10 orang. Dengan kriteria kelebihan berat badan tingkat berat sesuai dengan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT).
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, untuk membandingkan hasil akhir
pembuatan blus wanita dengan sistem Leeuw Van Rees dan sistem MH.Wancik.
Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar penilaian yang
dibagikan pada 5 orang pengamat, denngan kriteria penilaian yang berisi butir-butir pernyataan

12
yang berkaitan dengan penampilan hasil jahitan blus wanita dan keadaannya pada saat dipakai,
yang dilihat secara keseluruhan. Pengamat adalah dosen dari jurusan PKK Program Studi Tata
Busana Fakultas Teknik
Unniversitas Negeri Medan.

9. Analisis Penelitian
Setelah uji persyaratan analisis terpenuhi selanjutnya, menguji hipotesis penelitian dengan
menggunakan uji t. Hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 0,5916 dan harga ttabel
dengan = 0,05 dan dk = + -2 = 18 dari daftar distribusi t-standart adalah 1,73. Dari hasil
perhitungan tersebut ternyata nilai t hitung 0.5916< t tabel 1,73 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi : Terdapat perbedaan antara hasil jahitan blus
sistem pola leeuw van rees dengan pola M.H wancik untuk wanita bertubuh gemuk ditolak.

10. Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan ada beberapa bagian yang dapat dijadikan perbandingan
dalam membuat pola blus. Misalnya pada perhitungan letak garis leher, lingkar badan, dan garis
kupnat sistem M.H wancik hasilnya lebih baik.Kesalahan seorang penjahit dalam mengambil
ukuran tentu akan berdampak terhadap hasil jahitan.
Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap hasil jahitan blus untuk wanita bertubuh
gemuk, ternyata hasil jahitan yang menggunakan pola sistem Leeuw Van Rees lebih baik dari
pada hasil jahitan yang menggunakan pola sistem M.H Wancik. Hal ini dapat dilihat dari uji
kecenderungan hasil jahitan blus sistem Leeuw Van Rees terhadap bentuk tubuh gemuk dengan
skor rata-rata 33,52 menunjukkan sebanyak 8 (80 %) tergolong tinggi dan 2 (20%) termasuk
dalam cukup. Kecenderungan hasil jahitan blus system M.H Wancik dengan skor rata-rata 32,8
terdapat 6 (60 %) dalam kategori tinggidan 4 (40 %) dalam kategori cukup.
Walaupun demikian dengan hasil analisis statistik menggunakan uji t-standart (uji
ratarata dua pihak) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
jahitan blus sistem Leeuw Van Rees dengan sistem M.H Wancik. hal ini terlihat dari hargat
hitung< t tabel (1-α)yakni 0.5916 < 1,73 jadi, walaupun ada terdapat perbedaan dari harga rata-
rata hitung namun perbedaan tersebut tidak berarti.

13
11. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian dan hasil penelitiann maka dapat ditarik kesimpulan : Pertama,
Hasil jahitan blus sistem Leeuw Van Rees cenderung sangat baik. hal ini berdasarkan hasil
perhitungan uji kecenderungan dimana sebanyak 8 atau (80%) termasuk dalam kategori tinggi
dan 2 (20%) dalam kategori cukup sedangkan kategori kurang dan rendah tidak ada. Kemudian
didukung dari hasil perhitungan rata-rata hasil jahitan blus Leeuw Van Rees ( ) = 33,52 > =25.
Kedua, Hasil jahitan blus sistem M.H Wancik cenderung sangat baik. hal ini berdasarkan
hasil perhitungan uji kecenderungan dimana sebanyak 6 atau (60%) termasuk dalam kategori
tinggi dan 4 (40%) dalam kategori cukup sedangkan kategori kurang dan rendah tidak ada.
Kemudian didukung dari hasil perhitungan rata-rata hasil jahitan blus Leeuw Van Rees ( ) =
32,8> =25.
Ketiga, Dari hasil analisis data dengan uji t – standart menunjukkan harga t hitung
0,5916sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5 % dan dk = 10 +10 – 2 = 18 diperoleh
sebesar1,73. Dengan demikian harga thitung<t tabel(1- α) yang berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil jahitan blus sistem M.HWancik dengan hasil jahitan blus sistem
LeeuwVan Rees terhadap bentuk tubuh gemuk. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian tidak teruji kebenarannya atau dengan kata lain ditolak.

14
BAB III PEMBAHASAN

A. Jurnal I

- Dari segi tampilan jurnal ini sama seperti jurnal pada umunnya. Dimana terdpat identitas
jurnal. Terdapat juga abstrak yang menjekaskan secara ringkas isi jurnal. Pada bagian
tampilan tidak terdapat kekurangan.
- Dari segi layout, jurnal terserun secaa rapi. Karena ini adalah karya ilmiah maka
penyusunananya pun memiliki standar tertentu sehingga secara keseluruhan jurnla ini
memiliki standar penulisa layout yang jelas.
- Dari segi tata bahasa, jurnal ini menggunkaan tata bahasa Indoensia yang baku. Karena
termasuk tulisan karya ilmiah. Maka standar tata bahasa yang digunakan tentu ada.
Sehinggan tata bahasa jurnal ini sesuai dengan standar penulisan, yang menjadi
kelemahan ialah karena tata bahasa yang baku membuat pembaca kesulitan memahami
isi jurnal.
- Dari segi isi, jurnal ini membahas mengenai pola kemeja dan Soekorno. Dalam jurnal ini
cara membandingkan kedua pola adalah dnegan menerapkannya dalam membuat pola
diatas kertas. Penerpan pola ini dibuat agar bisa melihat pola kemeja mana yang lebih
bagus untuk ukuran S dan L. berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola
M.H.Wancik lebih bagus diterapkan di pola S dan Soekarno pada ukuran L. secara
keseluruhan jurnal ini baik dalam menjelaskan hasil penelitiannya. Namun, yang menjadi
keuragan tidak terdapatnya pola dari M.H.Wancik dan Soekarno didalam jurnal .

B. Jurnal II

- Dari segi tampilan jurnal ini sama seperti jurnal pada umunnya. Dimana terdpat identitas
jurnal. Terdapat juga abstrak yang menjekaskan secara ringkas isi jurnal. Jurnal ini
memiliki cover dan juga panduan. Yang melengkapi jurnal. Pada bagian tampilan tidak
terdapat kekurangan.
- Dari segi layout, jurnal terserun secaa rapi. Karena ini adalah karya ilmiah maka
penyusunananya pun memiliki standar penulisan yang seuai dengan pedoman PTK yang
ada pada jurnal. Sehingga secara keseluruhan jurnla ini memiliki standar penulisa layout
yang jelas.

15
- Dari segi tata bahasa, jurnal ini menggunkaan tata bahasa Indoensia yang penulisannya
sesuai dengan pedomana PTK yang ada didalam jurnal. Pedomana inilah yang menjadi
acuan penulisan. Pedomana dijadikan acuan karena jurnal termasuk dalam karya ilmiah
Dari segi isi, jurnal ini membahas mengenai pola leeuw Van Ress dan M.H.Wancik pada
ukuran tubuh gemuk. Berdasakan penelitian yang telah dilakukan dan dicantumkan
dalam jurnal diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
jahitan blus sistem M.H Wancik dengan hasil jahitan blus sistem Leeuw Van Rees
terhadap bentuk tubuh gemuk. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian tidak
teruji kebenarannya atau dengan kata lain ditolak. Kelemahan dari jurnal ini tidak
terdapat pola dari system M.H. Wancik dan juga Leeuw Van Ress. Sehingga pembaca
perlu mencari lagi di internet.

16
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam membuat sebuah busana, pola adalah salah satu pendukung dalam keberhasilan
mejahit sebuah busana. Karena melalui pola, bentuk badan yang sesuai dengan baju dapat dijahit.
Sehingga ukuran baju yang dijahit pas kepada sipemakai. Sengat penting untuk mengetahui
sitem pola-pola menjahit lainnya. Karena setiap pola memiliki kecocokan yang berbdeda sesuai
ukuran badam. Berdsarkan penelitian diatas diketahui bahwa pola M. H. Wancik cocok untuk
ukuran kemeja S, pola system Soekarno cocok untuk ukuran L dan pola system Leeuw Van Ress
serta M.H. Wancik tidak memiliki perbedaan untuk ukuran bada gemuk.

B. Saran
Sebaiknya dalam membuat pola, perhatikan ukuran badan. Karena ukuran yang pas diambil
sesuai bentuk tubuh akan menghasilkan busana yang pas dibadan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Masruroh. 2014. KOMPARASI HASIL PEMBUATAN KEMEJA

MENGGUNAKAN POLA SISTEM M.H.WANCIK DAN SISTEM SOEKARNO.

Universitas Negeri Semarang ; Semarang

Siregar, Elvida, Flora Hutapea. 2013. PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS

ANTARA POLA LEEUW VAN REES DENGAN POLA M.H WANCIK UNTUK WANITA

BERTUBUH GEMUK. Univeristas Negeri Medan ; Medan.

18

Anda mungkin juga menyukai