Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

SEJARAH RIAS

DOSEN PENGAMPU : ALMAIDA VEBIBINA, S,PD, M.PD

NAMA MAHASISWA : SHELA SIMAH BENGI

NIM/PRODI : 5211144002/TATA RIAS

KELAS : REG A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS TEKNIK

TATA RIAS

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book review tentang adat-
istiadat daerah aceh.

Saya juga berterima kasih sebesar besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah sejarah
rias, ibuAlmaida Vebibina, S.Pd.,M.Pd. yang telah banyak memberikan bimbingan kepada saya
untuk menyelesaikan laporan ini.

Sebagai mahasiswa yang masih dalam tahapan belajar, saya sadar banyaknya kekurangan
dan kelemahan dalam pembuatan laporan ini.Maka dari itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat saya butuhkan dalam pembuatan laporan-laporan
berikutnya.Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Salam sejahtera

Medan, 10 September 2021

Penyusun

Shela Simah Bengi

5211144002

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................4

A. Latar belakang masalah..............................................................................................4


B. Tujuan .......................................................................................................................4
C. Manfaat .....................................................................................................................5
D. Identitas buku ............................................................................................................5

BAB II RINGKASAN BUKU ..............................................................................................7

A. Ringkasan buku utama ..............................................................................................7


B. Ringkasan buku pembanding ....................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................................18

1. Kelebihan buku .........................................................................................................18


2. Kelemahan buku .......................................................................................................18

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................19

1. Kesimpulan ...............................................................................................................19
2. Saran .........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam Critical Book Review ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami mahasiswa
yang melakukan Critical Book Report ini, termasuk didalamnya mengartikan akan
kelemahan dan keunggulan dari buku yang dikritisi.
Penugasan CBR ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar mahasiswa terampil
dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berfikir secara analitis sehingga pada saat
pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswapun menjadi terbiasa serta semakin mahir
dalam penyempurnaan tugas tersebut. Pembuatan CBR ini juga melatih, menambah, serta
menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu karya
berdasarkan fakta yang aktual sehingga dengan begitu terciptalah mahasiswa yang
berkarakter, logis, serta analisis sehingga dengan bertambahnya era yang semakin maju,
seperti yang tahu sekarang dijaman MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dituntut
menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan dalam hal ini generasi bangsa yang
saat ini sedang mengikuti jenjang Pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi
ujung tombak perubahan yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.
B. TUJUAN
• Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah psikologi perkembangan
anak.
• Untuk melatih diri sebagai mahasiswa untuk dapat berfikir secara kritis dalam
mencari informasi dari buku yang dikritik.
• untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari buku yang dikritik.
• mahasiswa mampu mengembangkan budaya membaca.
• Mahasiswa mampu berfikir logis.
• Mahasiswa mampu menyampaikan, menggunakan dan mengaplikasikan ilmu
mereview untuk menjadi suatu sistem yang terpada dalam pengembangan
keilmuannya
C. MANFAAT

4
1. Menambah pengetahuan tentang adat istiadat aceh
2. Meningkatkan kemampuan menemukan inti sari suatu buku, kemampuan
membandingkan buku dengan buku lainnya dengan baik.
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari buku pertama dan buku kedua.
D. IDENTITAS BUKU
identitas buku 1 :

Judul Buku : Tata Rias Pengantin Aceh Tradisional Dan Modifikasi


Pengarang : Cut Marlin Wood Dan Ade Aprilia
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 282 halaman
ISBN : 978-979-22-8680-9

Identitas buku 2 :

5
Judul Buku : Resam Perkawinan Masyarakat Gayo

Pengarang : Isma Tantawi

Penerbit : Deepublish

Tahun Terbit : 2015

Kota Terbit : Yogyakarta

Tebal Buku : 99 Halaman

ISBN : 978-623-02-2642-7

BAB II

6
RINGKASAN BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


Tata rias pengantin dan upacara adat perkawinan aceh mulai berkembang diistana
aceh masa lampau. Dimasa lalu, aceh adalah sebuah kerajaan islam yang sangat besar.
Ketika sultan pertamanya, Sultan Ali Mughayat Syah berkuasa.Aceh mulai dikenal oleh
dunia keberhasilannya memukul mundur bangsa portugis saat terjadi sengketa diselat
malaka membuatnya disegani.Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu aceh, gayo, aneuk jame,
singkil, alas, tamiang, kluet, devayan, sigulai, pakpak, haloban, lekon, dan nias.Akibat latar
belakang yang berbeda-beda, setiap suku diaceh memiliki sistem budaya yang berbeda.Bila
diamati dalam masyarakat aceh terdapat lebih dari tujuh sistem budaya yang merupakan
milik kelompok-kelompok etnis yang ada.
Rias wajah pada pengantin perempuan aceh harus terkesan serasi dengan warna
busana yang dikenakan. Dahulu, alis dikerik dan dihitamkan dengan kemiri bakar. Bibir
diberi pemerah dengan sirih dan pinang. Hasil akhir yang diharapkan adalah wajah
mempelai perempuan yang terlihat putih kemerah-merahan.Dan mempelai wanita dan pria
menggunakan kain tenun khas aceh.Tenun aceh merupakan peninggalan nenek moyang
yang harus dilestarikan.Tidak hanya menjadi kerajinan tangan belaka, tenun ini juga
memiliki filosofi disetiap corak yang dimiliki kain tersebut.Diantara motif yang menarik,
moti bungong adalah motif yang paling terkenal.Tenun aceh moti bungong terbentuk dari
petikan-petikan kalimah dalam ayat suci al-qur’an yang biasanya digunakan untuk penutup
kepala dan selendang bagi perempuan. Penempatan motif bungong kalimah dibagian
kepala berkaitan erat dengan konsep yang berkembang dalam masyarakat aceh bahwa
kalimah allah SWT harus ditempatkan diposisi yang tinggi. Beberapa penjelasan tentang
adat istiadat pengantin di berbagai suku aceh
1. Aceh Besar
Aceh besar merupakan tempat kelahiran pahlawan nasional, cut nyak dhien
yang berasal dari lampisang, kecamatan lhok nga, aceh besar (dikenal juga
dengan sebutan aceh rayeuk) adalah salah satu kabupaten diprovinsi aceh.
Diaceh besar dara baro mengenakan mawar merah yang cantik untuk
penampilannya sedangkan linto baro mengenakan kuepiah meukeutoup (topi
atau kopiah khas aceh) lengkap dengan ayeum gumbak disalah satu sisi.

7
2. Aceh Timur
Aceh timur adalah salah satu kabupaten di provinsi aceh. Kabupaten ini
termasuk kabupaten kaya minyak, selain utara dan aceh taming. Dara baro dari
aceh timur tidak seperti daerah lainnya, dara baro mengenakan aksesoris yang
simple diatas kepalanya. Sedangkan linto baro tetap sama menggunakan
kuepiah meukeutoup seperti aceh besar.
3. Aceh Tamiang
Terletak di wilayah perairan pantai timur, penduduk utamanya adalah suku
melayu atau sering disebut melayu tamiang.Dari segi kebudayaan, mereka
memilki kesamaan dengan masyarakat melayu, hingga disebut juga aceh maye-
maye.Meski demikian, mereka telah menjadi bagian dari aceh selama berabad-
abad. Dara baro mengenakan veil atau kerudung dibagian belakang kepala
sedangkan linto baro mengenakan tengkulok atau detar khas melayu serta
berbagai perhiasan lainnya.
4. Aceh Barat
Aceh barat adalah salah satu kabupaten di provinsi aceh, merupakan bagian
wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatra yang membentang dari
barat ke timur.Dara baro mengenakan busana dan aksesoris cantik khas aceh
barat, yang berbeda dengan provinsi aceh lainnya, yang menambah kesan
elegan pada penampilannya.Sedangkan linto baro menggunakan kopiah khas
aceh ditusuk bunga tanjung untuk topi.
5. Aceh Selatan
Aceh selatan adalah salah satu kabupaten di provinsi aceh, dengan tapak tuan
berperan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan. Tapak tuan juga dikenal
dengan sebutan kota naga. Kekhasan anak daro terletak pada bentuk patham
dho khas aceh selatan yang disebuat kulah kama. Kecantikan mahkota ini
dipermewah dengan aksesoris yang elegan sedangkan linto baro menggunakan
kupiah khas aceh seperti biasanya dan berbagai aksesorisnya.

6. Aceh Tengah

8
Aceh tengah merupakan salah satu kabupaten di provinsi aceh, kawasan ini
merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk, karena berada di salah satu
bagian punggung pegunungan bukit barisan yang membentang disepanjang
pulau sumatera dan memiliki banyak tempat wisata, seperti danau lut tawar, gua
puteri pukes, dan pantan terong. Baju kerawang gayo merupakan lambang
kemegahan. Model busana ini berkerah tinggi, berbelahan depan, dan memakai
lidah. Unsur pakaian lainnya adalah kain sarung pawak atau songket (upreh-
upreh berkasap), disebut juga sarung kerawang gayo (upreh kerawang gayo),
motifnya sama dengan baju kerawang nya. Sedangkan pengantin pria
mengenakan baju, celana, dan sarung (semacam songket yang disebut upuh
kerung bakasap).Bulang peungkah, berfungsi sebagai tempat untuk
menancapkan sunting.Motif hiasan yang selalu muncul pada busana adalah
mun berangkat atau mun beriring (awak berarak) sebagai simbol kesatuan dan
kesepakatan, pucuk rebung yang bermakna ikatan yang teguh dan generasi tua
harus membimbing generasi muda.Perhiasan yang digunakan perempuan gayo
atau inen mayak adalah mahkota sunting, sanggul sempong gampang, cemara,
lelayang yang menggantung dibawah sanggul, dan anting-anting
subang.Untaian kalung digantungkan dibagian leher, kedua lengan hingga
ujung jari dihiasi dengan bermacam gelang dan cincin, di bagian pergelangan
kaki dihiasi dengan gelang kaki.
7. Aceh Tenggara Atau Gayo Alas
Aceh tenggara atau kotacane adalah salah satu kabupaten diaceh, berada
didaerah pegunungan sebagai bagian dari pegunungan bukit barisan. Wilayah
ini kaya akan potensi wisata alam. Dan aceh tenggara merupakan suku kaya
akan seni dan budaya. Busana pernikahan gayo alas terpokus pada kekayaan
teknik sulaman benang warna putih, merah, kuning,dan hijau. Pakaian pria
dikenal dengan sebutan baju lembaghru pria, sedangkan pakian perempuan
lembaghru wanita.Lembaghru wanira mengenakan hiasan kepala bunge sumbu
yang khas, terbuat dari untaian benang merah dan hijau.Biasanya, diujung dahi
nya dihiasi dengan pernak-pernik dari benang emas, dipasang tepat diatas dahi

9
dan diujung rambut, sedangkan pengantin pria mengenakan blang bulu, sari
bulan, sunting dab beberapa aksesoris lainnya.
8. Gayo Lues Atau Blangkejeren
Kebupaten gayo lues merupakan hasil pemekaran dari kabupaten aceh tenggara.
Kabupaten ini berada digugusan pegunungan bukit barisan dan sebagian besar
wilayahnya merupakan area taman nasional gunung leuser, yang dicanangkan
sebagai warisan dunia. Didaerah blangkejeren pengantin wanita atau lembaghru
wanita mengenakan aksesori kepala yang khas bewarna perak, memberi kesan
modern pada penampilan.Sedangkan pengantin pria sama juga dengan
pengantin pria diaceh tenggara.

Berikut adalah upacara adat pengantin aceh atau suku aceh :

1. Jak Keumalen (Cah Roet)


Jak keumalen merupakan tahap pertama untuk menjejaki atau merintis jalan.Artinya,
pihak keluarga calon mempelai pria (linto baro) datang bersilaturahmi sambil
memperhatikan calon mempelai perempuan (dara baro).
2. Jak Meu Lake Jok Theulangke (Jak Ba Ranup)
Pada acara ini, orang tua dari pihak calon mempelai pria memberi kuasa pada
theulangke (utusan) untuk mengemukakan hasratnya kepada putri yang dimaksud atau
melamar.Mereka membawa sirih bingkisan seperti sirih, kue dan sebagainya.
3. Meugatip Atau Pernikahan
Dimasa lampau, kaum bangsawan selalu mengadakan upacara pernikahan di rumah
mempelai perempuan (dara baro) dan salin teu man teuk (memberi hadiah) dari kedua
linto baro kepada dara baro dan keluarga dara baro kepada linto baro, diberikan dalam
jumlah ganjil.Selepas acara meugatip, linto baro pulang kembali kerumahnya. Setelah
ditentukan wo linto, mempelai pria diantarkan lagi kermah dara baro dengan membawa
peunuwo atau lazim disebut seserahan atau bungong jaroe. Kedua mempelai
disandingkan dan di peusijuk (tepung tawar) oleh kerabat kedua belah pihak.

4. Meukerija

10
Wo linto atau meukerija dilakukan beberapa hari setelah upacara pernikahan.
Sebelumnya akan diadakan meudeuk pakat atau mupakat dengan para pemuka adat dan
anggota keluarga, yang terdiri dari tuha peet (panasihat), kechik gampong (kepala
desa), imum menasah (imam langgar). Biasanya, musyawarah dipimpin oleh orang tua
calon mempelai perempuan atau yang mewakili nya untuk membicarakan pesta yang
akan diselenggarakan.
5. Peudab Jambo
Biasanya disebut juga pasang tarub pada saat perkawinan dijawa.Dibuat kurang lebih
tjuh hari sebelum pesta diadakan, dikerjakan oleh para pemuda kampung.
6. Peulaminan
Pelaminan sebagai tempat bersanding berbentuk rumah tradisional aceh.Kain-kain
bersulam emas, terdiri dari sambungan vertikal kain warna-warni, digantngkan
diseluruh dinding.
7. Daleung
Wadah ini digunakan sebagai tempat penyimpanan air minum.
8. Malam Peugaca
Malam peugaca adalah malam berinai menjelang pesta pernikahan.dalam upacara ini
juga diadakan peusiejeuk (upacara pemberian tepung tawar) calon dara baro dan
peusiejeuk gaca, serta bate mupeh (batu giling). Maksud dari peusiejeuk adalah
memberi dan menerima restu serta mengharapkan keselamatan atas segala peristiwa
yang telah dan akan terjadi kepada allah SWT.
9. Karah
Merupakan salah satu atribut suguhan sirih kepada para tamu-tamu terhormat. Karah
terbuat dari sepuh emas, berbentuk lonjong dengan garis tengah sekitar 30 cm. didalam
tempat ini diletakkan daun sirih beserta kelengkapan pinang, gambir, tembakau, dan
kapur.
10. Koh Gigo Atau Meratakan Gigi
Pada masa lampau, gigi seorang gadis yang telah dinikahkan harus dipotong dengan
alat pengikir gigi.Gigi yang telah dipotong itu diberi obat penguat gigi (baja ruek).
Pemotongan gigi ini sekurang-kurang nya dilaksanakan 7 hari menjelang pesta wolinto.
11. Koh Andam

11
Koh andam merupakan memotong rambut halus dibagian dahi dilakukan pada calon
mempelai perempuan (dara baro) yang akan bersanding. Upacara ini dilakukan saat
dara baro dalam keadaan suci (tidak dalam periode haid atau hadas) ini merupakan
tahapan agar segala hal yang kurang baik dihilanhkan dan dimulai dengan kebaikan
yang baru.
12. Seumono Dara Baro
Seumono dara baro merupakan memandikan calon mempelai wanita.Dara baro mulai
melakukan perawatan agar mendapatkan tubuh yang bersih dan kulit yang halus.Dalam
upacara mandi ini dilakukan pembacaan doa-doa suci, agar calon mempelai bersih lahir
batin dan siap memasuki jenjang pernikahan.
13. Khatam Qur’an
Upacara khatam qur’an dipimpin oleh guru mengaji dan dimulai dengan membaca doa,
memohon pada allah yang maha esa agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
14. Tueng Dara Baro
Upacara tueng dara baro adalah upacara mengundang dara baro beserta rombongan
kerumah mertua (orang tua linto baro). Upacara ini dilakukan pada hari ketujuh setelah
upacara wo linto. Pada acara ini, dara baro yang diiringi satu atau dua peunganjo (orang
tua yang mendampingi) dan rombongan datang dengan membawa aneka kue yang
ditempatkan didalam dalong yang telah dihias dan ditutupi dengan suhab atau kain
tudung.

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING


Sebagai suku yang memiliki kedaulatan dan sejajar dengan suku-suku yang ada
dinusantara ini, muncullah pemikiran penulis untuk menyamakan persepsi budaya,
khususnya tentang pelaksanaan perkawinan.Tujuannya adalah supaya masyarakat lebih
bersatu dan menghilangkan nuansa perbedaan-perbedaan yang ada.Muaranya adalah
supaya dapat membangun kabupaten gayo lues secara bersama-samaan.
Suku gayo melaksanakan sistem perkawinan sesuai dengan syariat islam. Namun,
dalam perjalanan budaya yang sudah berumur lebih kurang 18,25 milyar tahun sesuai
dengan umur dunia, maka jauh lebih tua usia budaya daripada ajaran islam. Para penganut
agama islam pun berangsur-angsur meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengan

12
syariat islam. Suku gayo sendiri merupakan suku seutuhnya memeluk agama islam, sistem
perkawinannya pun sesuai dengan agama islam.
Sistem perkawinan masyarakat gayo dilaksanakan sesuai dengan agama islam.
Pernikahan harus dilengkapi syarat seperti ijab (penyerahan dari orang tua/wali) dan qabul
(penerimaan dari calon suami), saksi, dan mahar. Untuk menyambut dan memeriahkan
acara suka ini pada setiap daerah memiliki cara dan kekhasan tersendiri. Walaupun tidak
disyariatkan, namun tidak salah menurut agama, sejauh niat orang-orang yang
mengadakannya tidak menyimpang dari ketentuan agama, yang sudah dijabarkan dalam
al-quran, hadist, ijmak, dan qias.
a. Tahapan Permulaan Perkawinan
1. Kusik
Kusik dilakukan oleh kedua orang tua (ama dan ine) pada saat anak laki-
laki sudah sampai umur atau sudah ada tanda-tanda anak yang sudah
memiliki keinginan berumah tangga.Hal ini dapat diketahui orang tua dari
perkembangan sikap anak yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Misalnya, sudah mulai mengubah penampilan, selalu mengunjungi acara
pesta pernikahan (kumah sara), dan sudah mulai melirik wanita yang iya
sukai.
2. Sisu
Setelah ada kesepakatan antara ama dan ine untuk menikahkan anak,
keputusan tersebut disampaikan kepada keluarga dekat. Sisu adalah hasil
keputusan kedua orang tua yang disampaikan kepada keluarga dekat, seperti
kepada anak yang sudah berkeluarga, kakek nenek (awan-empu), wawak
(uwe), pak cik-mak cik (ujang), dan lain-lain. Kedua orang tua
menyampaikan keputusan dan memberikan alasan yang masuk akal.
Keluarga dekat akan memberikan masukan, pertimbangan, dan persetujuan
jika alasan sudah dapat diterima dengan akal sehat.
3. Pakok
Pakok merupakan penjajakan awal kepada anak pria.Penjajakn dilakukan
oleh pihak keluarga yang sapaan (tutur ringen) seperti bibik (ibi), kakek atau
nenek (awan atau empu) atau teman dekatnya (rakanne).Tujuannya adalah

13
untuk meminta kesediaan anak pria (win bujang) untuk dicarikan
jodoh.Dalam penjajakan ini, pihak yang menyampaikannya harus mampu
meyakinkan dan memberikan alasan atau argumentasi yang tepat, supaya
anak tersebut dapat menerimanya.
4. Peden
Setelah anak laki laki setuju, dilakukan acara peden.Peden adalah untuk
menyelidiki wanita (etek beru) untuk dijadikan calon istri dari anak pria
yang bersangkutan. Pihak keluarga bermusyawarah dan menentukan pilihan
kepada salah satu wanita atau sudah ada wanita idaman (nadek) anak laki
laki yang berada dikampung lain. Jika sudah ada wanita pilihan yang
disetujui keluarga dan anak laki-laki, kemudian masuk pada acara
berikutnya.
b. Tahapan Persiapan Perkawinan
1. Risik
Setelah tahapan peden dan diambil simpulan bahwa pilihan jatuh pada salah
seorang wanita yang dituju, langkah berikutnya adalah mengadakan
risik.Risik yaitu penjajakan awal orang tua calon pengantin pria (calon
aman mayak) kepada orang tua wanita (calon inen mayak), apakah anak
yang mereka yang sudah dipinag orang atau sudah diberikan izin untuk
dipinang, biasanya penyelidikan disampaikan secara bergurau (bersene).
2. Rese
Pada saat melamar, pihak sang dara tidak menjawab secara terus terang,
tetapi mereka menjawab dengan cara tersirat setuju atau tidak setuju.
Selanjutnya pihak sang dara akan mengirimkan sumpit kembali kepihak
laki-laki. Jika sumpit diisi juga dengan bibit-bibitan, hal ini sebagai
pertanda setuju.Namun, jika sumpit dikirimkan kembali dalam keaadan
kosong, hal ini pertanda pinangan ditolak.
3. Kono
Setelah lamaran diterima oleh pihak sang dara, pihak laki-laki bertanya
kepada pihak wanita, berapa mas kawin (mahar), berapa antaran (unyuk),
dan berapa permintaan (teniron).

14
4. Kinte
Kinte merupakan acara puncak dalam peminangan yang diiringi dengan
upacara adat. Pihak calon aman mayak beserta kaum kerabat dan jema opat
(sudere, urang tue, pegawe, dan pengulunte). Beramai-ramai kerumah calon
inen mayak.
c. Tahapan Pelaksanaan Perkawinan
1. Tegurun
Tegurun artinya tengku imem meminta kepada pihak ketua pemuda (kepala
sebujang) atau kepada pihak ketua pemudi (kepala seberu) bahwa salah satu
rekan mereka akan melakukan pernikahan.
2. Beguru
Beguru merupakan acara khusus yang diselenggarakan dikediaman masing-
masing calon aman/inen mayak menjelang berlangsungnya akad nikah
(katip). Tujuannya adalah memberi perbekalan berupa nasihat (ejer marah
manat putenah) tentang seluk beluk berumah tangga, kewajiban suami istri
sesuai dengan kententuan agama islam dan adat-istiadat.
3. Nyerah
Nyerah juga dilakukan sebelum akad nikah, yaitu upacara penyerahan
tanggung jawab dan pelaksanaa semua peralatan dari pihak aman/inen
mayak ke panitia (sukut).Dalam penyerahan ini diberikan beras, sirih, dan
lain-lain yang diletakkan diatas dalung.
4. Bejege
Bejege adalah acara yang digelar pada malam hari dengan mengundang
biak opat (ralik, juelen, sebet, guru) jema opat (sudere, urang tue, pegawe,
pengunlunte) serta keluarga yang ada dikampung lain.

5. Naik Rempele
Bagian ini adalah jema opat yang mengantarkan calon aman mayat ke
rumah pengantin wanita untuk dinikahkan (katip).Pengantin pria dan
rombongan dijemput oleh perantara (telangke) dan diirini dengan musik

15
canang.Sebelum sampai dirumah pengantin wanita, rombongan ini singgah
terlebih dahulu dirumah pemberhentian sementara (persilangan) yang di
tentukan, agar pihak mempelai wanita dapat bersiap-siap untuk
menerimanya.
d. Tahap Penyelesaian Perkawinan
1. Mah Beru
Kebalikan mah bayi adalah mah beru atau julen yaitu acara mengantar inen
mayak atau ketempat atau kerumah aman mayak.Satu malam sebelum mah
beru biasanya pengantin selalu menangis (mongot bersebuku) kepada orang
tua, teman, keluarga, dan tetangga.Inen mayak membawa kendi (labu)
berisi air dan batu dari tempat pemandian (aunen), tujuannya supaya cepat
melupakan kampung halaman.
2. Serit Benang
Serit benang adalah acara penyerahan inen mayak kepada aman mayak
dengan cara melilitkan benang (serit benang) dengan ucapan ike murip ko
ken penurip, ike mate ko ken penamom. Setelah itu pihak keluarga inen
mayak pulang kekampung asalnya.
3. Kero Selepah
Kero selepah adalah makanan mentah yang di bawa inen mayak mulai dari
bumbu, sayur, nasi, dan ikannya.Semua bawaan inen mayak ini
dimasak.Setelah itu dipanggil semua keluarga pihak aman mayak untuk
makan bersama.
4. Tanang Kul
Tanang kul dilakukan setelah 3 sampai dengan 7 hari, inen mayak harus
mengunjungi orang tua dan semua keluarga dikampung halaman.

5. Entong Ralik
Entong ralik atau mengunjungi mertua dilakukan karena rindu atau karena
perayaan (taun kul).Entong ralik ini hanya membawa nasi satu sumpit untuk

16
orang tua kandung, pada saat menuju tempat mertua (diperjalanan), suami
istri tidak boleh jalan bersama.

BAB III

PEMBAHASAN

17
1. KELEBIHAN BUKU
Kelebihan buku buku utama yang berjudul tata rias pengantin aceh tradisional dan
modifikasi yaitu beragam materi tentang upacara pernikahanadat diberbagai suku khas
aceh yang lumayan lengkap, berbagai materi pembahasan tentang rias dan aksesoris daerah
suku aceh yang sangat detail, disertai gambar-gambar yang dapat memahami pembaca
dalam menentukan adat-adat dari berbagai suku diaceh sehingga pembaca tidak cepat
bosan dan cepat tanggap dalam memahami adat-istiadatnya. Sedangkan buku pendamping
yang berjudul resam perkawinan masyarakat gayo cukup menarik dan bagus, materi yang
disampaikan cukup jelas, penulisan atau fond yang rapi disertai berbagai penjelasan yang
cukup jelas, sehingga pembaca tau semua rangkaian adat pernikahan digayo.

2. KELEMAHAN BUKU
Kelemahan buku utama yang berjudul tata rias pengantin aceh tradisional dan modifikasi
alangkah baiknya jika buku ini diberi cover atau sumpul buku yang lebih menarik lagi
sehingga membuat pembaca lebih tertarik membaca buku tersebut. Sedangkan kelemahan
buku pembanding yang berjudul resam perkawinan masyarakat gayo yaitu tidak ada
gambar-gambar yang terdapat pada buku sehingga para pembaca lebih cepat bosan dan
terlalu lama memahami materi isi buku karna tidak ada contoh gambar yang mendukung.
Alangkah baiknya jika buku ini mengatur font yang sedikit lebih menarik agar pembaca
tidak kesulitan dalam memahami isi buku tersebut.

BAB IV
PENUTUP

18
1. KESIMPULAN
Kedua buku ini sebenarnya sudah dapat menjadi bahan atau referensi yang bagus yang
dapat membantu mahasiswa atau pembaca mengetahui tentang sejarah rias yang ada
diberbagai suku aceh.Buku ini sudah dapat dimasukkan dalam kategori baik karena sudah
menyajikan materi yang relevan dan menarik sehingga dapat semakin membantu
mahasiswa dalam memahami materi-materi.

2. SARAN
Sebagai pembaca yang baik, kita harus bisa menentukan bahan bacaan yang tepat dan dapat
menambah wawasan dan pola berpikir kita.Penulis sangat mengharapkan agar CBR ini
dapat dijadikan menjadi salah satu pedoman dalam mengevaluasi sebuah buku yang
dibaca.Dan memberikan banyak manfaat bagi setiap pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

19
Cut marlin wood, ade aprilia, 2012. Tata rias pengantin aceh tradisional dan modifikasi, Jakarta:
PT. Gramedia pustaka utama

Isma tantawi, 2021. Resam perkawinan masyarakat gayo, Yogyakarta : deepublish publisher

20

Anda mungkin juga menyukai