Anda di halaman 1dari 15

ASAL USUL TATA RIAS

Mata Kuliah: Dasar Seni dan Desain Rias

Dosen Pengampu : Dra. Armaini Rambe, M.Si

Disusun oleh :

Nama : RIFAFARADHIBA SRG

NIM : 5172144012

Kelas : Tata Rias Reg A 2017

Program Studi Pendidikan Pendidikan Tata Rias

Jurusan Pendidikan Tata Rias

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan

Tahun 2017
SEJARAH PENGGUNAAN RIAS WAJAH

Menurut harfiah make up berarti  tata rias atau tata cara menggunakan kosmetik. Tata rias
wajah atau make up sebenarnya memiliki banyak cabang. Tidak selalu identik dengan
tampilan riasan wajah sehari – hari. Ilmu make up terbagi dalam make up korektif, make up
seni dan make up karakter. Make up korektif berhubungan dengan mengkoreksi kekurangan
dan kelebihan di wajah kita agar terlihat lebih segar. Make up seni, lebih kepada mengubah
penampilan untuk tujuan seni. Contohnya adalah body painting atau seni melukis tubuh.
Terakhir make up karakter, digunakan untuk kepentingan dunia akting dan hiburan. Setiap
aplikasi kosmetik di wajah, semua bertujuan untuk menciptakan karakter. Contoh, untuk
mendapat kesan wajah memar, diperlukan aplikasi lipstik, eye shadow dan bedak di wajah.

Learning by doing make up tutorial dan video make up menjadikan setiap wanita masa kini,
sebagian besar sudah mengetahui teknik make up yang mampu menutupi kekurangan wajah
mereka. Membalur seluruh tubuh dengan bedak dianggap bisa menjauhkan diri dari roh-roh
halus. Orang-orang Timur menggunakan bedak untuk acara pernikahan atau pertemuan
penting lainnya. Ketika Ratu Cleopatra menggunakan bedak sebagai lapisan dasar kosmetik,
fungsi estetis bedak lebih menonjol.

Bangsa Mesir  membuat bedak dari campuran kapur dan tanah liat. Sebelum Mesir, orang-
orang Sumeria menggunakan bunga ochre kuning untuk bedak wajah yang mereka namai
dengan “golden clay” atau “face bloom”. Orang-orang Mesopotamia meneruskan kebiasaan
leluhur dengan sedikit modifikasi. Yakni dengan ochremerah atau daun pacar
(henna).Berbeda dari bangsa Mesir, orang-orang Timur (China, Jepang, dan sekitarnya)
menggunakan bahan tepung beras. Artis zaman Dinasti Tang memakai bedak yang terbuat
dari mutiara sebelum naik panggung untuk melindungi dan mempercantik kulit
Bangsa Yunani dan Romawi, kemudian dilanjutkan Eropa, membuat bedak dari gandum.
Meski penggunaan bedak mulai meluas, ia masih terbatas di kalangan orang kaya atau
bangsawan.

Penggunaan bedak menentukan strata masyarakat, status social dan warna kulit. Di Asia,
kulit putih dijadikan tanda kebangsawanan, anggota golongan elit, dan warna putih
merupakan simbol murni kecantikan diri dan keningratan. Penggunaan beras sebagai bahan
pembuatan bedak sempat membuat persediaan beras menurun pada abad ke-15. Namun hal
itu tak menghentikan orang-orang kaya berdandan. Seratus tahun kemudian, beras dan terigu
jadi inti penampilan dan gaya hidup di Prancis, Spanyol, dan Inggris. Para perempuan ningrat
menaburkan banyak bedak ke wajah, tangan, kaki dan bahu untuk menutupi cacat di kulit
atau membuat wajah terlihat muda. Campur tangan penguasa membuat pamor bedak meredup
pada akhir abad ke-18. Penguasa Prancis dan pemimpin negara Eropa lainnya, melarang
pembuatan bedak untuk menghemat terigu atau beras. Ratu Victoria juga sempat melarang
karena menganggap make up adalah hal vulgar. Sebab saat itu bedak merupakan aksesori
utama pelacur. Bedak mulai populer kembali di awal abad 20.

Bedak dengan wujud sekarang awalnya diciptakan di Prancis. Bahan dasar bedaknya tanpa
campuran timah yang dapat mengiritasi kulit. Hampir bersamaan, Anthony Overton
meluncurkan bedak pertama untuk Afro Amerika merek High Brown. Saat itu  orang kulit
putih melarang orang kulit hitam menggunakan bedak. Lantas perusahaan Inggris Laughton
& Sons pada tahun 1923 menciptakan wadah compact powder yang lengkap dengan tempat
sponnya. Selang beberapa waktu,  penata gaya terkenal Hollywood,  Max Factor
memamerkan bedak yang bisa dijadikan make up dasar tiap hari, Pan Cake. Awal tahun
1940, Helena Rubinstein membuat bedak murah dengan merek namanya sendiri. Lalu
beberapa tahun kemudian, muncul Perusahaan Johnson & Johnson (J&J), yang awalnya tak
sengaja terjun di bisnis ini, sukses meraih keuntungan dengan memproduksi bedak bayi.
Di Amerika Serikat, menurut sejarawan dan penulis Brian Greenberg dan Linda S Watt
dalam bukunya Social History of the United States, Vol. 1, pada akhir tahun 1920, setiap
perempuan Amerika menggunakan 4.000 ton bedak tiap tahun, belum termasuk produk
kosmetik yang lain.
Selain bedak, kosmetik yang telah ada sejak masa sebelum masehi (sekitar 5000 tahun yang
lalu) adalah lipstik. Bangsa-bangsa kuno menghias bibirnya sebagai bagian dari ritual atau
upacara keagamaan. Bahkan juga untuk pengobatan, sebab lipstik dapat melindungi bibir.
Dahulu lipstik tidak hanya digunakan oleh perempuan tetapi juga laki-laki.

Pada awalnya lipstik dibuat dari bahan  alam seperti buah dan tanaman. Lipstik mulai muncul
dalam peradaban Timur Tengah, Afrika Utara, dan India. Perempuan Mesopotamia yang
pertama kali memperkenalkan lipstik  untuk menghias bibir dari glitter serbuk hasil
pengilingan batu permata. Cara ini  menunjukkan status sosial dan kekayaan perempuan.
Sementara perempuan peradaban Lembah Sungai Indus dan masyarakat Mesir Kuno juga
telah menggunakan lipstik secara teratur. Di wilayah ini pembuatan lipstik telah mengalami
kemajuan dibanding peradaban lainnya. Penggunaan lipstik dalam bangsa Mesir berasal dari
berbagai kalangan.Mereka yang berasal dari kalangan kelas tinggi seperti anggota kerajaan
dan pendeta akan menggunakan beberapa jenis lipstik. Bahkan beberapa jenis lipstik
mengandung bahan-bahan beracun yang menyebabkan penyakit serius.

Masyarakat Mesir kuno lah yang mulai memperkenalkan warna carmine (warna cerah seperti
merah) yang terbuat dari ekstrak tubuh serangga cochineal (bahkan teknik ini masih
digunakan sampai sekarang). Sedang warna unggu, menggunakan rumput laut yang dicampur
dengan berbagai minyak dan lilin. Bukti kemajuaan bangsa Mesir kuno dalam bidang
kosmetik, dapat dilihat dalam  gambaran Neferititi dan Ratu Cleopatra.

Selama abad pertengahan, penggunaan lipstik dihapuskan di kawasan Eropa. Kondisi


kehidupan yang keras, perang berkepanjangan, kemiskinan, persediaan obat-obatan sedikit,
wabah penyakit, kekurangan makanan, serta kondisi sulit lainnya, sebabkan industri kosmetik
atau fashion tidak mengalami kemajuan di periode itu. Dogma Gereja juga menjadi pedoman
utama dan terpenting dalam masyarakat saat ikut mendeskreditkan fungsi kosmetik. Gereja
adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga hukun fashion saat itu. Sayangnya,
Gereja mengeluarkan kebijakan bahwa lipstik berhubungan dengan jemaah dan kultus setan.
Atas alas an itulah, hanya masyarakat kelas rendah seperti pelacur juga seniman yang
menggunakan lipstik.Salah satu momen penting dalam sejarah lipstik tatkala ahli kecantikan
kimia terkenal, Abu al-Qasim al-Zahrawi berhasil menyempurnakan formula lipstick menjadi
padat dan wangi. Hal ini mendasari pembuatan lipstik hingga saat ini. Beberapa abad
kemudian, lipstik kembali populer pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I (1558 – 1603),
tetapi hanya untuk sementara waktu. Barulah pada akhir abad ke-19 lipstik menjadi popular
ketika  industri kecantikan Perancis mulai memproduksi lipstik untuk penjualan komersial.
Slogan “pantang keluar rumah sebelum alis jadi” sepertinya diterapkan sekali oleh wanita
modern masa kini. Sikap tidak percaya diri sebelum alis terbentuk ini menandakan trend alis
masih menjadi primadona dari generasi ke generasi. Dalam dunia kecantikan, alis menjadi
bisnis yang sangat serius, terbukti akhir – akhir ini bisnis alis sangat menggiurkan, mulai dari
cukur alis, sulam alis hingga tato alis. Banyak teknik alis yang diserukan dengan lantang
mampu merubah garis wajah wanita congkak, kasar dan susah senyum sekalipun menjadi
terlihat sabar dan murah senyum. Teknik garis alis ini pun, di tangan professional bisa
tercipta kreasi tingkat tinggi. Seperti efek wajah penuh keriput, efek wajah menyeramkan
ataupun  efek untuk karakter film fantasi. Sedikit menengok ke belakang, ternyata tren
membentuk alis sudah sangat digandrungi sejak jaman Mesir kuno. Di era ini, para wanita
dan prianya berlomba membentuk alis tebal dan panjang menggunakan karbon dan bahan
black oxide untuk menggambarnya. Mereka percaya, seni melukis alis ini sebagai tanda
penghormatan kepada Dewa Mesir Horus. Uniknya, di jaman Mesir kuno ini, bila ada kucing
peliharaan meninggal, maka tuan rumah beserta anggota keluarga harus mencukur alis
sampai habis.
Lain lagi bila di jaman Yunani kuno. Tren alis yang menyambung menjadi satu sangat
digemari oleh kaum hawanya. Mereka pun menggambar alis dengan bahan dupa warna
hitam, bubuk hitam ataupun cat hitam.

Pada abad pertengahan era kejayaan Dahi, para wanita mencukur alis dan bulu mata habis.
Garis rambut di dahi pun sengaja dicabuti untuk menonjolkan bentuk wajah.  Ratu Elizabeth
1 terkenal dengan gaya nyentrik ini.

Lain cerita di era kolonial, kaum wanitanya menonjolkan tampilan gaya rambut
mengembang, wajah pucat, menggelapkan alis dengan pewarna dan tampilan pipi dibuat
merah merona sekali.
Era Victoria, wanita yang banyak menghabiskan waktu untuk berdandan disebut sebagai
pekerja seksual. Rutinitas kecantikan pun dibuat ringkas dengan tampilan alis alami tanpa
digambar dan diberi pewarna. Tren ini kembali terkenal dua tahun belakangan di Indonesia
yang disebut dengan tampilan Korean Look. Tahun 1920an, artis film Clara Bow
mempopulerkan bentuk alis amat sangat tipis yang digambar dengan pensil. Kaum wanita era
ini pun mengoleskan petroleum jelly untuk kesan alis berkilau nan rapi.. Tren alis tahun
1930an dikenal dengan tampilan wajah terkejut. Yakni bentuk alis tipis dan menukik tajam di
bagian ujung alis seperti yang dipopulerkan oleh Jean Harlow.

Tahun 1940an terkenal dengan sebutan era vintage, dimana selebriti Lauren Bacall tampil
dengan rias wajah natural, alis tebal berbentuk dan menonjolkan lekuk bibir dengan lipstik
merah menyala. Tampilan seperti ini lima tahun lalu sangat digandrungi oleh remaja
Indonesia.
Era 1950an, pabrik memproduksi pensil alis besar – besaran setelah Audrey Hepburn dan
Marilyn Monroe berhasil membuat kaum wanita iri dengan tampilan alis tebal nan dramatis

Bisnis di dunia kecantikan tahun 1970an  sepertinya mengalami gulung tikar besar – besaran.
Bagaimana tidak? Para kaum wanitanya baik remaja, ibu rumah tangga, wanita pekerja
hingga supermodel sangat menginginkan tampilan wajah alami tanpa ada polesan sama
sekali.
Slogan 1980an sepertinya “lebih banyak lebih baik” setelah selebriti Brooke Shield menjadi
trendsetter untuk alis “ulat bulu” dan rambut mekarnya.

Dunia make up memang selalu berputar. Gaya alis tahun 1920 dan 1930 kembali menjadi
trendi di tahun 1990an ini setelah Pamela Anderson, Drew Barrymore dan Gwen Stefani
memamerkan alis tipisnya.
Nah era 2000an yang sangat menonjol sekali yaitu tahun 2010 ketika selebriti Cara
Delevingne tampil dengan alis tebal, berwarna hitam pekat dan tegas. Di tahun 2010 ini pun,
bisa dibilang tahun keemasan bisnis alis. Dimana teknologi alis semakin maju dengan
banyaknya kaum hawa yang meminati sambung alis dan bleaching alis.

Tahun 2013 semakin maju teknologi alisnya. Tahun ini kaum wanita sudah tidak terlalu
memusingkan menggambar alis dengan pensil, sebab muncul teknologi sulam alis dan tato
alis. Harga yang ditawarkan pun terbilang cukup mahal. Kisaran 2 juta ke atas untuk salon
dengan hasil terbaik. Bahkan untuk tato alis, para wanita disuguhkan dengan beragam pilihan
tampilan alis, mulai dari 2D 3D 4D dan 6D.
Karena teknologi sulam alis dan tato alis ini pula, kaum wanita kerap kali dibuat bingung
dengan perbedaan keduanya. Perbedaan yang mudah dikenali dan diingat yakni bila sulam
alis tidak mencukur alis habis dan pewarnaanya hanya bertahan 2 hingga 4 tahun saja.
Berbanding terbalik dengan teknik tato alis. Biasanya wanita yang tidak memiliki alis
ataupun berbulu tipis memakai teknik ini untuk menutupi kekurangan. Dimana alis dicukur
habis sebelumnya sebelum mulai pewarnaan. Warna tato alisnya pun permanen dan akan
memudar seiringnya waktu. Dari tato berwarna hitam akan memudar menjadi kebiruan dan
tato alis warna coklat akan memudar menjadi kemerahan.Tidak semua wanita memilki bulu
alis yang penuh, juga tidak semua wanita mampu menggambar alis. Tak sedikit pula yang
memanfaatkan tepi mangkok kecil untuk menggambar alis kecil melengkung sempurna juga
banyak pula yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk melukis alis sempurna tanpa
perlu ribet  menggambarnya setiap pagi. Tidak heran bila Negara Jepang dan Korea Selatan
menjadi bidak terdepan dalam bisnis dunia make up. Kedua Negara tersebut berlomba
memproduksi alat bantu menggambar alis, berbahan karet dengan 3 hingga 4 pilihan pola
alis. Cara pakainya juga cukup mudah dan sederhana, hanya tinggal tempel dan letakkan pola
alis yang diinginkan pada alis yang hendak digambar. Hasil yang didapat juga terlihat bagus.
Kekurangannya terletak pada tangan kita sendiri yang meletakkan pola alis bantu pada alis
asli. Bila menempelnya melenceng dari garis alis, hasil akhirnya bakal terlihat menyeramkan.

Produk kosmetik lain yang tak bisa lepas dari genggaman wanita dan sudah ada sejak dulu
adalah eye shadow, maskara, kuteks dan foundation. Pemakaian eye shadow dicetuskan
pertama kali oleh Ratu Cleopatra Mesir, meski bentuk eye shadow lebih mirip kohl jaman
sekarang. Kohl Ratu Cleopatra terbuat dari timah, perunggu dan almond bakar. Beberapa
tahun setelah Ratu Cleopatra, masyarakat Yunani juga menggunakan eye shadow yang
mereka beri nama fucus. Terbuat dari  batuan malakit dan mineral ultra marine. Lantas
masyarakat Yunani menyebarkan fucus ke daerah Mediterania lainnya. Wanita Jepang di
zaman kekaisaran kuno demi membuat eye-shadow menempel sempurna di kelopak mata,
mereka membuatnya dari kotoran burung, tepung beras dan kelopak bunga yang dihaluskan.
Zaman dahulu masa sebelum Masehi, eye shadow mengandung unsur logam yaitu micah.
Untuk membuat efek glitter yang berkilauan, mereka membubuhkan banyak kandungan
logam micah dalam eye shadownya. Tallow selalu disertakan dalam proses pembuatan
kosmetik jaman dahulu. Tallow yang dimaksud adalah lemak hewan yang telah dibekukan.
Eye shadow saat itu tidak ada masa kadaluarsanya. Jadi anda bebas menyimpan dan
memakaianya hingga tahunan.

Pada 3400 SM, orang Mesir kuno menciptakan maskara untuk pertama kalinya menggunakan
tulang dan gading sebagai aplikator maskara dengan campuran kotoran buaya, air dan madu.

Dari campuran tersebut digunakan sebagai eyeliner dan maskara. Masyarakat Mesir percaya,
mata sebagai jendela jiwa, mereka menyembunyikan mata untuk mencegah roh gaib dan
energi yang buruk. Tidak hanya wanita, pria pada saat itu juga menggunakan maskara untuk
perlindungan, perayaan, peperangan dan kematian. Maskara tak lagi digunakan hingga era
Victorian (Ratu Inggris, 1837 – 1901). Tahun  1830-an wanita Victorian yang hobi merias
wajah, memilih memproduksi bulu mata daripada mengaplikasikan maskara ke bulu mata.
Pada 1872, petroleum jelly dipatenkan dan menjadi bahan campuran maskara  yang paling
menyolok pada masa kelahiran maskara. Tahun 1917, Eugene Rimmel membuat kemasan
maskara pertama. Maskara ini berbentuk cair, terbuat dari campuran petroleum dan abu
batubara hitam. Maskara waterproof pertama kali diformulasikan pada tahun 1938 dengan
campuran 50% terpentin. Pada formulasi ini, maskara menyebabkan reaksi alergi pada kulit
wajah dan memiliki bau tengik yang tidak dapat ditahan.  Maskara tahan air dan aman di
wajah selanjutnya ditemukan pada awal 1960-an. Maskara semakin mendapat popularitas
setelah promosi dan pemasaran oleh Helene Rubinstein (1870-1965), wanita terkaya pada
abad 20.  Pengaruh dan promosinya terus digencarkan kepada berbagai aktris film era 1930,
1940 dan 1950-an yang lantas melambungkan fungsi maskara dan menjadi bagian penting
pada tiap penampilan. Bila saat ini anda harus mengganti maskara tiap 3 bulan sekali. Pada
jaman dahulu, maskara tidak memiliki masa kadaluarsa, sehingga kebanyakan dari mereka
menyimpan dan memakainya selama bertahun – tahun. Trend mewarnai kuku pada kaum
wanita tidak pernah hilang sepanjang masa. Tujuan dari pewarna ini sebenarnya agar kuku
terlihat lebih indah. Pilihan pewarna kuku pun cukup beragam. Ada yang tahan lama dan
berbahan alam namun tak bisa dihilangkan dalam waktu singkat yang lebih dikenal dengan
sebutan “pacar arab atau henna”. Ada pula pewarna kuku kimiawi yang bisa diganti dengan
warna lain dengan cepat dan mudah, biasa kita sebut “kuteks”. Pada jaman dahulu orang Cina
menggunakan kuteks dari kombinasi permen Arab, putih telur, gelatin dan lilin lebah.
Terkadang juga menggunakan campuran dari mawar murni, anggrek dan kelopak bunga yang
dihancurkan dan ditempelkan di kuku hingga daun layu dan kuku berubah menjadi warna
merah. Dinasti Chou 600 SM menggunakan royalti emas dan perak untuk memberikan warna
hitam dan merah pada kuku mereka Masyarakat Mesir menggunakan noda cokelat
kemerahan dari daun pacar atau henna untuk mewarnai kuku serta ujung jari mereka. Kuteks
dalam masyarakat Mesir menandakan tatanan social. Kasta golongan atas, kuku diwarnai
dengan warna merah seperti Ratu Nefertiti, istri Raja Akhenaton, mewarnai kuku jari dan
kaki warna ruby merah. Perempuan kasta rendah, mewarnai kuku dengan warna pucat.

Saat ini banyak referensi juga tutorial make up yang sangat mudah diikuti oleh pemula
sekalipun. Bukan tak mungkin, seorang amatir make up menjelma menjadi make up
professional handal. Sapuan tangannya, mampu merubah wajah kusam nan lelah menjadi
bersinar layaknya penyanyi di atas pentas. Bahkan, raut wajah nenek yang penuh keriput dan
kulit bergelambir pun, bisa dirubahnya menjadi muda dua puluh tahun. Tentu, kita yang
awam akan make up menjadi sangat penasaran. Kok bisa? Tentu saja bisa bila menggunakan
teknik contouring. Teknik contouring dua tahun belakangan menjadi sangat digemari oleh
kaum adam dan hawa di seluruh pelosok dunia. Tren make up yang menggabungkan teknik
highlight dan shading ini pertama kali menjadi viral di dunia Instagram ketika pemilik akun
@hudabeauty memajang foto sebelum dan sesudah contour. Rahang pipi dibuat menjadi
tegas dan ramping layaknya wajah tirus karakter komik, lipatan mata dibuat menjadi bulat
sempurna mirip boneka, bentuk bibir menjadi penuh dan seksi, bahkan mata panda pun
lenyap tanpa jejak.

Seni “memahat” wajah ala Huda Kattan, nama asli Huda Beauty, sukses menempatkan teknik
make up ini ke jajaran teratas, mengalahkan teknik make up natural ala Negeri Kpop alias
Korea Selatan. Bila sebelumnya banyak wanita menginginkan tampilan imut Korean Look
yakni  riasan halus alami diiringi kulit wajah terlihat berkilau dengan kesan “basah”, mata
sendu, lipstik dan alis natural. Kini tampilan imut chubby tersebut sudah bergeser dua tahun
belakangan menjadi tampilan tegas dengan garis wajah dan bibir yang sempurna. Rahang pipi
penuh lemak dengan mudah di contour menjadi tirus, tegas dan lancip di bagian dagu.
Jerawat ringan hingga parah, bintik hitam hingga flek hitam, mata panda hingga mata tanpa
lipatan, hidung pesek menjadi mancung dan panjang, keriput dan kulit bergelambir, semua
hal itu sangat bisa dilakukan dengan teknik contouring. Hasil yang terlihat pun, sangat halus
dan sempurna hingga orang awam tidak akan menyangkanya.

Teknik contouring menjadi semakin menggila tatkala Huda Beauty, memamerkan teknik
contour tidak hanya pada riasan wajah tapi juga pada anggota tubuh yang ingin ditonjolkan.
Anggota tubuh tersebut adalah buah dada yang terlihat bulat, penuh sempurna bak implan
payudara. Tak akan ada yang menyangka jika coretan highlight dan shading berwarna kontras
dengan kulit, bila disapukan halus memberikan hasil di luar dugaan.
Tidak hanya sampai disitu, ia pun, mengaplikasikan teknik contournya ini pada model pria
bertubuh ramping yang nyaris tidak berotot. Shading dan highlight di “ukir” pada otot perut,
dada dan lengan.  Hasil yang didapat sempurna seperti latihan beban di gym selama berbulan
– bulan. Kim Kardashian yang diam – diam menjadi penggemar berat riasan Huda Beauty,
belakangan rajin posting foto, memperlihatkan aplikasi teknik contournya. Postingan foto
Kim Kardashian tersebut, di luar dugaan, menjadi viral di dunia maya dan menjadi cambuk
MUA pemula hingga professional, memperdalam ilmu make up nya.

Anda mungkin juga menyukai