Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELOMPOK

PENGANTIN JAMBI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Mode Tata Rias

Dosen Pengampu: Dra Marwiyah, M.Pd

Disusun Oleh:

Anggie Cristanti 5402417002

Lydia Katarina 5402417005

Isni Nur Azizah 5402417006

ROMBEL 1

PENDIDIKAN TATA KECANTIKAN

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah mengenai pengantin Jambi
ini tepat pada waktunya.

Kami akui bahwa masih terdapat banyak kekurangan mengenai isi, susunan kalimat
maupun sumber referensi yang serba terbatas dari kami.

Oleh sebab itu, kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sekaran, 16 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
D. Manfaat...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Dasar Teori.............................................................................................................2
B. Karakteristik Pengantin Adat Masyarakat Jambi.............................................3
1. Tahapan-tahapan yang Ada dalam Adat Pernikahan Adat Jambi............3
2. Busana Pengantin Adat Masyarakat Jambi.................................................7
3. Peranan Seloko dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat kota
Jambi................................................................................................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................................10

A. Simpulan.................................................................................................................10
B. Saran ......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upacara pernikahan dalam budaya masyarakat di Indonesia merupakan


peristiwa yang sangat penting dan kerap diwarnai dengan berbagai ritual sarat makna.
Salah satunya yang akan kelompok kami bahas kali ini adalah adat pernikahan
masyarakat Jambi yang memiliki banyak tahapan. Lalu apa sajakah tahapan-tahapan
itu, hal itu akan kelompok kami bahas pada pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tahapan-tahapan yang ada dalam adat pernikahan adat Jambi?
2. Bagaimana busana pengantin adat masyarakat Jambi?
3. Bagaimana peranan seloko dalam upacara adat perkawinan masyarakat kota
Jambi?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tahapan-tahapan yang ada dalam adat pernikahan adat Jambi.
2. Untuk menjelaskan busana pengantin adat masyarakat Jambi.
3. Untuk menjelaskan peranan seloko dalam upacara adat perkawinan masyarakat
kota Jambi.
D. Manfaat
Untuk tidak hanya sekedar mengetahui namun juga memahami mengenai apa yang
menjadi seluk-beluk pengantin adat masyarakat Jambi, selain itu menjadi sumber
penambah pengetahuan untuk para pembaca khususnya mahasiswa program studi
Pendidikan Tata Kecantikan.

1
BAB II

A. Dasar Teori
Aswinar (1978: 36) mengemukakan seperangkat busana pengantin
Melayu Jambi terdiri dari: baju kurung tanggung diatas lutut (5-10 cm) dan
bawahan songket. Selanjutnya pelengkapnya meliputi, tutup kepala
(pasangkon), ikat pinggang (sabuk), selendang dan penutup dada (teratai).
Perhiasan yang digunakan adalah anting, gelang dan kalung. Sedangkan
untuk pengantin laki-lakinya memakai baju teluk belango lengkap dengan
celana panjang (cangge). Pelengkapnya seperti, penutup kepala (lacak),
sesamping, selendang dan sabuk. Perhiasannya berupa Gelang kilat bahu dan
memakai keris. Baju kedua mempelai berwarna merah dengan bahan beludru
yang bersulam benang emas bermotif.

Sedangkan menurut Zuraima, (1983: 53) busana pengantin Melayu Jambi


meliputi: (1) Kain sarung songket,(2) Baju kurung pendek dengan lengan sampai
siku,(3) Selendang sutra,(4) Pending, (5) Penutup dada atau teratai, (6) Alas kaki,
(7) Sunting jambi (mahkota),(8) Sumping layak,(9) Sanggul lipat pandan, (10)
Tusuk konde Kembang goyang, Tusuk konde cempaka, (11) Kembang jurai,bunga
pandan(rampai),(12) Kalung bersusun 3/tapak jayo, kalung rantai 9, Kalung anak
ayam, kalung bunga ion, kalung beluduk, kalung berkarang,(13) Subang/anting-
anting,(14) Gelang buku bemban, Kilat bahu, ceper, kano, permata,(15) Gelang
kaki dan selop. Sedangkan laki – laki nya : (1) Baju jas tertutup berleher
berpotongan cina, (2) Celana, (3) Lacak, (4) Selendang kain songket, (5) Teratai,
(6) Selop, (7) Penutup kepala/Songket destar tinggi, (8) gelang kilat bahu, kalung
rantai 9 atau tapak jayo, Gelang, cincin, gelang kaki, (9) Keris.

Sejalan dengan penjelasan diatas, Menurut Arifah (2003: 245-245) : Desain


busana pengantin Melayu Jambi kini telah bergeser. “Dalam suatu desain busana
perlu menentukan pula unsur yang ditonjolkan dari bagian rancangan tersebut,
misalnya menonjolkan garis, bentuk, arah, tekstur, warna. Walaupun demikian,
perlu ada koordinasi yang luwes sehingga menjadi suatu kesatuan yang harmonis.
koordinasi pada rancangan busana ini pada warna, bentuk, ukuran, motif, hiasan,
garis model”.

2
B. Karakteristik Pengantin Adat Masyarakat Jambi
1. Tahapan-tahapan yang Ada dalam Adat Pernikahan Adat Jambi
a) Masa Perkenalan
Suatu hubungan pernikahan tentu selalu diawali dengan masa
perkenalan dan pendekatan. Masa perkenalan ini terbagi menjadi dua tahapan.
(1) Tahap pertama adalah berusik sirih begurau pinang (pertemuan
antara laki-laki dengan perempuan yang biasanya terjadi di tempat
keramaian atau kegiatan masyarakat). Setelah itu, sang laki-laki akan
bertandang ke rumah perempuan untuk menyampaikan rasa cinta kasih dengan
bahasa yang lebih halus dan indah. Orang Jambi senang menggunakan seloko
(pantun) dalam prosesi adat pernikahannya.

Perempuan: Ramo-ramo menyambar buih


sirih terletak mintak dimakan
apo benamo rajo sirih
kalu tau tolong katakan
Jelatak jelatang tinggi
akar bebulu memanjat durian
abang datang kemari ini
siapo dulu siapo kudian
siapo mengiring kidau kanan

Laki-laki : Bepucuk lah kau bayam


kami nak memetik selaronyo
berkukuk lah kau ayam
kami nak menganing suaronyo

Perempuan: Bunyi siamang dibukit pangkah


turun kelekuk makan padi
kalu tagamang uraklah langkah

3
sementao main belum jadi
Laki-laki : Anak gagak duo-duo
anak enggang dikayu
tinggi anak bapak nan seorang iko
tunggang ilang berani mati
Makna yang terkandung dalam seloko di atas adalah keberanian seorang laki-
laki dalam mengungkapkan isi hatinya kepada seorang perempuan dengan serius. Hal
itu terlihat dari larik yang dicetak miring di atas.

(2) Tahap kedua adalah pemilihan jodoh yang merupakan langkah awal dalam
menentukan kebahagiaan hidup berumah tangga. Pada tahapan ini, orang tua cukup
berpengaruh dalam memberikan pertimbangan kepada anaknya, misalnya memilih
pasangan yang masih ada pertalian darah untuk mempertahankan harta warisan datuk
dan nenek. Setelah terjadi kesepakatan antara orang tua kedua belah pihak,
selanjutnya perwakilan pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan untuk
menyampaikan maksud dan tujuan untuk meminang.

b) Tegak Batuik Duduk Bertanyo


Ini merupakan tahapan di mana pihak laki-laki memastikan bahwa
pihak perempuan belum memiliki ikatan dengan laki-laki lain. Setelah terjadi
kesepakatan, maka akan diletakkan tando sesuai dengan adat setempat
(pertimbang tando). Kemudian, pihak perempuam akan menyerahkan tempat
sirih dalam keadaan kosong sebagai simbol diterimanya lamaran tersebut.

4
Selanjutnya, pihak laki-laki dan perempuan bermusyawarah tentang adat yang
akan diisi dan lembago yang akan dituang agar tidak menyimpang dan
menjadi bahan gunjingan masyarakat sekampung.
Setelah tegak batuik duduk bertanyo, para calon pengantin buat janji
semayo (bertunangan). Pihak laki-laki akan membawa tepak sirih pinang serta
tanda pinangan yang telah disepakati (bisa berupa cincin belah rotan, selembar
kain, baju, dll). Penyerahan tanda pinangan ini dikenal dengan istilah serah
terimo tando.
c) Ukur Antar Serah Terimo Adat dan Lembago
Memenuhi ketentuan adat nenek mamak, pihak laki-laki berkewajiban
untuk mengisi adat dan mengantarkannya ke rumah pihak perempuan.
Kebiasaan seperti ini sudah menjadi kewajiban yang turun temurun. Pada
tahapan ini seloko memiliki peranan sebagai media komunikasi sebagaimana
terlihat pada acara kato bejawab di halaman.
d) Akad Nikah
Hari pelaksanaan akad nikah atau ijab kabul biasanya ditangguhkan
mendekati hari peresmian pernikahan atau hari labuh lek. Pada hari yang
sudah disepakati bersama antara nenek mamak pihak laki-laki dan perempuan,
maka dilaksanakan upacara akad nikah yang merupakan kewajiban hukum
syara.

5
Setelah melangsungkan akad, berikut beberapa prosesi yang harus dilakukan
dalam pernikahan adat Jambi:

e) Ulur Antar Serah Terima Pengantin

Setelah akan nikah, kemudian dilangsungkan prosesi ulur antar serah


terima pengantin, yakni prosesi ketika nenek mamak pihak perempuan
menjemput pengantin laki-laki sebelum diarak dan duduk bersanding dengan
pengantin perempuan. Nah, prosesi penjemputan ini juga menggunakan seloko
sebagai media komunikasi.

Mempelai pria diarak ke rumah mempelai perempuan dan disambut


dengan pencak silat, serta dilanjutkan dengan kato bejawab gayung bersambut
dalam ungkapan seloko. Setelah selesai, acara dilanjutkan di dalam rumah,
yakni acara ulur antar serah terimo mempelai pengantin laki-laki dari nenek
mamak laki-laki kepada nenek mamak perempuan.

f) Acara Buka Lanse

Mirip dengan pernikahan adat Pelembang, dalam pernikahan adat


Jambi juga terdapat prosesi buka lanse. Lanse merupakan tabir berwarna putih
yang melambangkan kesucian perempuan perawan. Sebelum pengantin
memasuki kamar adat, pihak laki-laki dan pihak perempuan saling
berkomunikasi menggunakan seloko.

g) Acara Adat Penuh

Setelah keluar dari kamar adat, kedua mempelai kemudian menuju


timbangan untuk melaksanakan acara adat penuh. Prosesi ini mengandung
makna agar dalam mengarungi bahtera rumah tangga kedua pengantin dapat
berlaku adil dan mampu mengambil keputusan secara matang dalam
berkeluarga.

Seusai ditimbang, kedua pengantin menaiki kepala kerbau bertanduk. Kaki


kedua pengantin dicuci dengan santan bermanis yang maknanya bahwa kedua

6
pengantin harus meninggalkan sifat-sifat tidak baik. Lalu, kedua pengantin
menaiki rumah begonjong segi delapan dan duduk bersanding di putero retno
(pelaminan).

h) Penyuapan Nasi Sapat

Ini merupakan prosesi suapan terakhir dari orang tua masing-masing


mempelai yang mengandung arti lepasnya hutang ibu bapak kepada anak, yakni
mengantarkan anak menuju jenjang perkawinan.

i) Tunjuk Ajar Tegur Sapo

Saat kedua mempelai sudah bersanding di putero retno, nenek mamak dan tuo
tengganai memberikan nasihat mengenai kewajiban seorang suami isteri agar
selamat menjalani kehidupan rumah tangga. Nasihatnya pun diungkapkan berupa
seloko.

j) Pengumuman

Setelah acara tunjuk ajar tegur sapo, diadakan pengumuman mengenai telah
dilaksanakannya peresmian pernikahan untuk kedua mempelai. Dalam acara ini,
seloko berperan sebagai media informasi yang disampaikan oleh pemuka adat.
Seloko ini diakhiri dengan pembacaan empat perkara yang berisikan nasihat dan
doa supaya perkawinan tersebut langgeng dan diberkahi Allah SWT.

k) Pembacaan Doa

Pembacaan doa merupakan kegiatan terakhir yang dilangsungkan dalam


upacara adat perkawinan masyarakat Jambi. Pembacaan doa ini dimaksudkan agar
perkawinan kedua mempelai mendapat restu dan berkah dari Allah SWT.

2. Busana Pengantin Adat Masyarakat Jambi


a) Desain busana pengantin Melayu Jambi
Desain busana pengantin Melayu Jambi meliputi pengantin laki-laki
terdiri dari: (1)Lacak yang terbuat dari bahan dan warna yang sama seperti
7
bajunya dengan sulaman bengan emas, (2)Baju dalaman tanpa lengan tanpa
lengan dengan hiasan sulaman benang emas dan payet dan Rompi dari bahan
beludru, saten atau santung dengan sulaman benang emas, (3)Celana
dari bahan yang sama seperti rompinya dan dengan sedikit sulaman benang
emas. (4)Sarung songket diatas lutut terbuat dari kain tenunan songket yang
sama seperti songket wanitannya, (5)Ikat pinggang/sabuk terbuat dari bahan
lempengan tembaga, (6)Keris yang diselipkan dipinggang, (7)Alas kaki
berupa selop dari bahan dan warna yang sama seperti bajunya yang
berpayet.
Busana Pengantin Melayu Jambi yang dipakai oleh pengantin wanita
Melayu Jambi terdiri dari : (1)Baju kurung (Baju kurung tanggung diatas
lutut) terbuat dari bahan beludru, saten atau santung dengan warna merah,
emas, biru dan warna lainya yang memakai sulaman benang emas, (2)Kain
songket, (3)Mahkota (karono mulyo) sebagai penutup kepala, terbuat dari
bahan beludru dan lempengan tembaga yang disusun 5-7 berbentuk duri
pandan, (4)Sanggul lipat pandan yang dipasangkan dikepala yang berfungsi
untuk menusukan hiasan kepala, (5)Kembang cempako terbuat dari tembaga
sepuh emas/perak dipakai sebanyak 5-7-9 buah, kemudian Kembang goyang
terbuat dari tembaga sepuh emas/perak yang dipakai sebanyak 5-7-9 buah,
(6)Kembang jurai yang terbuat dari bahan kembang melati atau kembang
cempaka yang di susun menjurai kebawah, dan Kembang rampai 3 warna
yang terbuat dari pita warna warni yang menjadikan lambang daun pandan,
kembang mawar, dan kembang cempako emas dan putih di pakai
dibelakang sanggul lipat pandan, (7)Selendang cinde terbuat dari bahan
sifon atau sutra, (8)Teratai (penutup dada) yang terbuat dri bahan beludru dengan
hiasan manik-manik dan payet serta benang emas, (9)Kalung Tapak
jayo dan kalung rantai 9 yang terbuat dari tembaga sepuh emas,
(10)Pending/sabuk terbuat dari bahan lempengan tembaga, (11)Gelang
kano, Gelang bergerigi, Gelang ceper yang terbuat dari tembaga, (12)Selop
yang senada dengan warna bajunya yang di hiasi payet atau sulaman benang
emas.

8
b) Cara pemakaian pakaian Busana Pengantin Melayu Jambi
Cara pemakaian Busana Pengantin Melayu Jambi tahap pertamanya
memakai busana pengantin Melayu Jambi untuk wanitanya di mulai dari
mamasangkan Kain songket, kemudian memakai baju kurung, Memakai
teratai di leher sampai menutup dada, pasangkan sanggul lipat pandan lalu
di pasangkan pesangkon/mahkota, lalu memakai kembang rampai menutupi
sanggul, kemudian dipasangkan tusuk sanggul cempako, tusuk sanggul
kembang goyang, memakai kembang jurai yang menjurai, memakai anting
anting, memakai kalung tapak jayo, kalung rantai 9 di atas teratai, memakai
gelang gerigi, gelang kano dan gelang ceper, memakai pending yang di
selipkan selendang, memaakai selop, untuk laki-lakinya memakai celana,
memakai baju dalaman lalu memakai sarung songket lalu memakai pending
dan diselipkan keris di bagian depan, memakai baju luar, memakai lacak
dan selop.

3. Peranan Seloko dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat kota Jambi


Seloko adalah ungkapan tradisional yang berisi nasehat, amanat, yang
disampaikan oleh pemuka adat secara lisan untuk memberikan tuntunan bagi
keselamatan anggota masyarakat dalam pergaulan hidup dan kehidupan. Seloko
merupakan bagian dari sastra yang disebut dengan tradisi lisan yang memiliki nilai
budaya dalam setiap kegiatan bermasyarakat yang berkaitan dengan adat istiadat yang

9
digunakan dalam seluruh aspek kehidupan, terutama dalam pelaksanaan upacara adat
perkawinan masyarakat Jambi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Desain busana pengantin Laki-laki memakai Lacak, Baju dalaman
tanpa lengan, rompi dan celana berbahan satin, santung atau beludru
berwarna merah,biru atau kuning. Sarung songket berbahan songket
berwarna merah, Ikat pinggang/sabuk berbahan tembaga sepuh emas dan
berwarna emas, Keris, selop.
Busana Pengantin wanita memakai Baju kurung berbahan satin berwarna
merah, biru atau kuning, Kain songket berbahan songket dan berwarna merah,
Sanggul lipat pandan berbahan rambut dan pandan, Kembang cempako dan Kembang
goyang berbahan tembaga sepuh emas berwarna emas, kembang jurai berbahan kain
berwarna putih, Kembang rampai berbahan kertas berwarna putih, hijau,
kuning dan merah, Selendang cinde berbahan sifon berwarna hijau dan
kuning, Teratai Berbahan satin berwarna merah, Kalung Tapak jayo dan
kalung rantai, Pending/sabuk, Gelang kano, Gelang bergerigi, Anting, dan
Gelang ceper berbahan tembago sepuh emas berwarna emas, Selop. Hiasan
pada busananya memakai sulam benang emas, payet dan manik-manik. Cara
pemakaian dimulai dari memakai kain songket, baju kurung, teratai, sanggul
lipat pandan, hiasan kepala (sanggul lipat pandan, pesangkon, dan tusuk
sanggul), anting-anting, kalung, pending, selendang, gelang tangan dan
memakai selop. Untuk laki-lakinya Memakai celana, baju dalaman, sarung
songket, peding dan keris, rompi, sarung songket, keris, lacak dan memakai
selop.
B. Saran
1. Di harapkan kepada tokoh masyarakat seperti tetua-tetua yang merupakan suku asli
yang paham betul mengenai penganti adat Jambi ini, dapat terus
memberikan keterangan kepada generasi muda, sehingga generasi
muda tetap mengenal budaya asli serta perubahan busana pengantin
Melayu Jambi yang lebih signifikan.
2. Di harapkan kepada pemerintahan daerah agar dapat mengadakan acara
kebudayaan seperti pawai busana adat yang menampilkan busana
pengantin Melayu Jambi sehingga dapat mengenalkan busana pengantin

11
kepada masyarakat umum sehingga kebudayaan daerah tetap lestari.
3. Diharapkan kepada pengusaha busana pengantin agar dapat
mengadakan kerjasama dengan tokoh masyarakat yang
mendeskripsikan desain busana asli pengantin tradisional, sehingga
busana pengantin yang dibuat sesuai dengan bentuk yang sebenarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gafar, Abdoel. 2012. “PERANAN SELOKO DALAM UPACARA ADAT


PERKAWINAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI”. Jurnal Pena dari FKIP
Universitas Batanghari Jambi. Vol. 2 No. 3 Desember 2012.
Sari, Desy Permata. 2015. “STUDI TENTANG BUSANA PENGANTIN MELAYU
JAMBI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI”. Mahasiswa Penulis
Skripsi Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Periode Maret 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai