Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

TATA RIAS PENGANTIN JOGJA PUTRI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rias Pengantin Jawa

Dosen Pengampu:

Maria Krisnawati, S. Pd., M. Sn.


Ade Novi Nurul Ihsani, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

Kharisma 5402416039
Lydia Katarina 5402417005
Kharina Rahmadhani 5402417025
Laras Septialis Deani 5402417027
Euis Nuraisyah 5402418054
Sri Dewi Ariyani 5402418060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA KECANTIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan berkat
dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul “Tata
Rias Pengantin Jogja Putri” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Rias Pengantin Jawa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang riasan pengantin jawa khususnya rias pengantin jogja puteri
yang pakem bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 14 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Tata Rias Pengantin Jogja Putri....................................................................................3


B. Filosofi Paes Pengantin Jogja Putri..............................................................................4
C. Sanggul dan Aksesoris Pengantin Jogja Putri..............................................................5
D. Busana Pengantin Jogja Putri.......................................................................................7
E. Prosesi Pernikahan Pengantin Jogja Putri....................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Simpulan.......................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penggalan terpenting dari kehidupan insan ialah perkawinan.
Perkawinan adalah suatu ikatan sosial atau ikatan perjanjian aturan antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu  pranata dalam budaya
setempat yang meresmikan kekerabatan antar pribadi - yang biasanya intim dan
seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Perkawinan merupakan suatu unsur yang sangat penting bagi umat manusia, terutama
untuk mengatur pergaulan antar seorang laki laki dan seorang perempuan yang hidup
bersama dalam sebuah rumah tangga sebagai suami istri dengan sekaligus merupakan
ketika peralihan dari remaja ke masa berkeluarga.
Segi sosial dari suatu perkawinan ialah bahwa dalam setiap masyarakat, ditemui
suatu evaluasi yang umum bahwa orang yang berkeluarga dianggap mempunyai
kedudukan yang lebih dihargai (terhormat) dari mereka yang tidak kawin. Sedangkan
dari sudut pandang keagamaan, perkawinan merupakan suatu hal yang di pandang
suci (sakral) akibatnya tidaklah mengherankan jikalau semua agama intinya mengakui
keberadaan institusi perkawinan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata rias pengantin jogja putri?
2. Apa filosofi paes pengantin jogja putri?
3. Bagaimana sanggul dan aksesoris pengantin jogja putri?
4. Apa busana pengantin jogja putri?
5. Bagaimana prosesi pernikahan pengantin jogja putri?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tata rias pengantin jogja putri.
2. Untuk menjelaskan filosofi paes pengantin jogja putri.
3. Untuk menjelaskan sanggul dan aksesoris pengantin jogja putri.
4. Untuk menjelaskan busana pengantin jogja putri.
5. Untuk menjelaskan prosesi pernikahan pengantin jogja putri.

1
D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu memahami tata rias pengantin jogja putri.
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan filosofi paes pengantin jogja putri.
3. Agar mahasiswa mampu melakukan praktik sanggul dan aksesoris pengantin jogja
putri.
4. Agar mahasiswa mampu memahami dan memakaikan busana pengantin jogja
putri.
5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan prosesi pernikahan pengantin jogja putri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tata Rias Pengantin Jogja Puteri


Dalam bahasa Jawa Tata rias pengantin disebut paes atau pepaes, artinya
menciptakan indah atau rerenggan pada dahi. Meliputi memperindah alis mata,
membersihkan rambut halus di dahi atau sinom, memperindah sekitar mata dan lain
sebagainya. Intinya hanya mencakup wajah saja. Namun dalam perkembangan-nya
pengertian mengenai tata rias pengantin menjadi lebih luas, merias diri yang dalam
bahasa Jawa disebut ngrengga badan, atau mencakup seluruh badan. Tidak hanya
wajah ataupun rambut, tetapi termasuk pula kaki dan tangan.
1. Cara Merias Wajah Pengantin
a. Membersihkan wajah dengan clensing milk/cream yang sesuai dengan
kulitnya.
b. Memberikan penyegar / face tonic yang sesuai dengan jenis kulitnya
c. Memberikan pelembab keseluruh wajah, leher, indera pendengaran dan dada
d. Memberi foundation/ ganjal bedak cake warna renta lebih renta dari kulit
keseluruh wajah, leher, telinga, dada dan keseluruh tubuh yang kelihatan. Lalu
diberi bedak tabur kemudian ditepukan spons lalu beri compact powder. Sisa
bedak yang belum rata sanggup diratakan dengan face brush.
e. Membuat alis dengan pinsil alis coklat di tegaskan memakai hitam pada
ujungnya.
f. Memberi bayangan mata (eye shadow) dengan wama wama tegas dan sesuai
baju yang akan dikenakan oleh pengantin. Riasan mata tidak terdapat ciri
khusus, akan tetapi warna yang digunakan ialah contohnya warna-warna
panas.
g. Memberi maskara kemudian Menjepit bulu mata. Menempelkan bulu mata
palsu.
h. Memberi eye liner cair dan eye liner pinsil dan bayangan hidung.
i. Pemerah pipi (rouge), berwama merah muda / pink, mengoleskannya tipis-
tipis (samar-samar)
j. Memberi pemerah bibir yang bewarna merah darah.
k. Melakukan pengecekan terhadap hasil riasan.

3
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/618400592560286707/
2. Membuat Cithak
Pengantin Yogya Puteri, teladan riasan yang ada di tengah dahi berbentuk
menyerupai potongan daun sirih, berujung runcing dan sedikit melengkung. Cara
yang dilakukan ialah sesudah menciptakan cengkorongan penunggul, penitis,
pengapit dan godeg, kemudian diberi pidhih mulai dari penggalan penunggul,
selanjutnya, pengapit kanan dan kiri, kemudian penitis kanan kiri dan terakhir
godheg kanan dan kiri, sehingga bentuk paes seimbang.

B. Filosofi Paes Pengantin Jogja Puteri


a. Rerengan
Hiasan pada pada dahi pengantin putri tidak semata-mata ditatahkan untuk
menyerupai untuk mempercantik saja. Lebih dari itu, terdapat makna filosofi
didalamnya, dan setiap bentuknya mewakili pengharapan dan doa bagi sang
mempelai dan keluarganya kelak.
b. Penunggul atau Gajahan
lekukan yang berbentuk seperti setengah bulatan ujung telur bebek ini bermakna
harapan bahwa seorang wanita akan ditinggikan derajatnya dan dihormati.
Diharapkan agar kedua mempelai dapat menjadi pasangan yang sempurna. Wanita
selalu dihormati dan ditinggikan derajatnya.
c. Pengapit
lekukan yang berada di samping kiri dan kanan sanggul penunggal yang disebut
pengapit. Lambangnya mengapit atau mengontrol penunggal agar jalannya selalu

4
lurus sehingga tidak ada rintangan yang berarti dalam mengarungi bahtera rumah
tangga.
d. Penitis
lekukan yang berasal di sebelah kanan dan kiri pengapit adalah penitis yang
melambangjan bahwa segala sesuatu harus ada tujuan dan tepat sasaran. Seperti
dalam menetukan anggaran rumah tangga.
e. Godheg
lekukan yang memperindah cambang yang disebut godheg mempunyai makna
agar kedua mempelai selalu instropeksi diri dan dalam melaksanakan segala
sesuatu tidak gegabah dan terburu-buru.
f. Cithak
hiasan yang berbentuk belah ketupat yang bermakna penutup agar terhindar dari
perbuatan tercela yang dilakukan oleh orang lain.

C. Sanggul dan Aksesoris Pengantin Jogja Puteri


Pada Pengantin Jogja Putri sanggul yang dikenakan adalah Sanggul Ukel
Tekuk. Sanggul ukel tekuk diikuti dengan sunggar dan lungsen (sambungan) dari
rambut depan untuk mengikat sanggul. Cara pembuatan sanggul ukel tekuk sendiri
yaitu yang pertama adalah Ikatan rambut yang sudah disatukan mulai dibentuk
menjadi sanggul. Kemudian pembuatan lingkaran pertama pada sebelah kiri. Arah
rambut menjuntai ke bawah, tepat pada garis pertumbuhan rambut, arahkan rambut ke
bagian atas, membuat setengah lingkaran, menuju ikatan rambut. Sampai pada
gerakan ini sudah terlihat satu buah lingkaran pada sebelah kiri. Posisikan rambut
untuk membuat lingkaran sebelah kanan dengan cara membawa rambut tersebut ke
batas pertumbuhan rambut disebelah kanan. Arahkan ujung rambut ke bagian tengah
sanggul ke arah kanan, lalu menuju ke atas, ke tempat ikatan rambut. Ujung rambut
diikatkan pada pangkal ikatan dan dikencangkan dengan menggunakan jepit rambut.
Bagian lingkaran kedua dibalik arahnya, sehingga posisi bagian atas sanggul menjadi
satu. Ambil lungsen yang sudah dipersiapkan untuk diikatkan tepat ditengah sanggul
sebagai penguat sanggul.
Aksesoris yang ada pada area sanggul meliputi : Bunga untaian melati (roncen
usus), ceplok (bunga mawar bahan beludru warna merah) di sanggul dan sepasang
jebehan (3 rangkaian mawar bahan beludru warna merah) di kanan kiri yang tampak
dari depan, dan sebaran pelik (guntingan kertas putih dengan kelopak empat, yang
ditusukkan dengan jarum pentul ke sanggul) menyebar di sanggul. Perhiasan berupa
satu buah sisir gunungan yang diletakkan di tengah sanggul di ikuti dengan satu buah

5
mentul besar dibelakangnya, dan satu pasang subang ceplik untuk mempercantik
penampilan.
Sanggul dan Aksesoris Pengantin Jogja Puteri

6
No Gambar Aksesoris Nama Aksesoris
1
Sanggul Ukel Tekuk

2
Gunungan

3
Cunduk Mentul

4
Ronce Usus

5
Mawar Ceplok Bludru

6 Subang Ceplik

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengantin Yogya Putri ialah salah satu corak tata rias pengantin dari Kraton
Yogyakarta (Ngayogyadiningrat). Ciri khasnya ialah adanya bentukan paes pada
dahi pengantin perempuan yang diisi pidih. Bentuk paes yang terdiri dari gajahan,
pengapit, penitis dan godeg yang wandha luruh artinya seluruh ujung bentuk paes
Yogya Putri mengarah ke ujung hidung, dan bentuk ujungnya menyerupai ujung
daun sirih.

B. Saran
Bagi orang Jawa ketika hendak melaksanakan perkawinan maka alangkah
baiknya mengadakan upacara akhlak meskipun tidak secara keseluruhan lantaran
dengan melaksanakan upacara tersebut sanggup mengenang makna-makna
kearifan lokal yang terkandung didalamnya sebagai bentuk ikut serta dalam
melestarikan budaya Negara sebagai wujud cinta tanah air. Karena kebudayaan
sebagai cara berfikir, mengungkapkan perasaan, yang menyatakan diri dalam
seluruh kehidupan manusia, yang membentuk kesatuan sosial disuatu ruang dan
waktu.
Apabila tidak bisa dalam melaksanakan upacara perkawinan sesuai dengan
akhlak maka janganlah dipaksakan akan tetapi sesuaikan dengan kemampuan
yakni minimal sanggup terpenuhinya syarat-syarat dan rukun perkawinan sesuai
dengan peraturan agama dan pemerintah lantaran taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan pemerintah juga merupakan hal yang sangat dianjurkan dan
diperintahkan dalam agama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2012. Solo Puteri dan Yogya Puteri. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai