C. Alat bahan:
sisir sasak
sisir penghalus
jepit bebek besi
jepit hitam
harnal baja
harnal halus
karet gelang
hair net
hair spray
cemara rambut 90-100 cm
D. Cara pembuatan:
setelah rambut dipratata, rambut dalam keadaan kering, rambut dibagi
menjadi dua bagian , bagian depan dan belakang.
Bagian depan rambut disasak dan dibentuk jabing/ sunggaran, yang
berbentuk membulat.
Rambut bagian belakang diikat setinggi 5-7 jari dari batas pertumbuhan
rambut bagian bawah (hair line) dan tambahkan cemara rambut, satukan
dengan rambut asli pilin dan sisir hingga rapi.
Letakkan tangan kiri di bawah cemara kemudian tangan kanan memutar
cemara pada tangan kiri. Putaran cemara rambut hanya sebatas pertumbuhan
rambut bagian belakang (hairline).
Setelah semua terputar tekan tangan kiri pada bagian pangkal rambut,
sehingga pangkal rambut mencuat keluar dan putaran rambut sisinya akan
mengikat tengah rambut sedemikian rupa, sisa rambut diselipkan di belakang
konde.
Rapikan ukel tersebut, ukel dapat ditarik-tarik sehingga sisi rambut kiri
kanan dapat terlihat dari depan melalui leher. Dan bagian atas dapat sejajar
dengan sunggar ataupun sasakan bagian atas.
Pasangkan cucuk gelang pada sisi kanan kiri sanggul bagian tengah.
Hasil Praktek:
A. Sanggul Dendeng
Salah satu sanggul dari daerah Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten
Ketapang adalah sanggul dendeng atau biasa juga disebut sanggul lipat pandan. Kata
dendeng berarti ‘terpampang’. Asal-usul sanggul ini hingga sekarang belum jelas.
Bentuknya mirip dengan bentuk sanggul yang dikenakan oleh wanita Dayak yang
beragama Islam. Informasi dari para tetua, bahwa dahulu kala di daerah Kabupaten
Ketapang ada keturunan raja-raja yang cukup disegani dan terkenal, yaitu keturunan
Panembahan Muhammad Saunan.
Sekitar tahun 1930-an keturunan terakhir Panembahan ini masih menggunakan
sanggul dendeng. Pada masa itu sanggul dendeng hanya dipakai pada upacara-upacara
tertentu, misalnya upacara pengantin haid, yaitu upacara bagi seorang gadis keturunan
raja atau Panembahan yang baru pertama kali mendapat haid yang kemudian langsung
dijodohkan atau dinikahkan. Akan tetapi, upacara adat seperti ini sudah sangat sulit
ditemukan di daerah Kabupaten Ketapang sekarang ini.
B. Aksesoris
Hiasan sanggul disesuaikan dengan maksud dan tujuan pembuatan sanggul itu.
Sanggul yang dipakai sehari-hari tidak mutlak mempunyai hiasan-hiasan tertentu.
D. cara pembuatan:
Cara memasang cemara adalah rambut asli disisir rapi ke belakang, lalu
diikat menjadi satu yang tempatnya kira-kira di atas pusat kepala. Cemara
disatukan denganrambut asli, lalu dibuat tekukan yang agak lonjong ke atas
kiri, kemudian ditekukkan lagi ke arah kanan hingga berbentuk pita.
Sisa ujung cemara dilipat ke arah tengah dengan cara memasukkannya ke
kiri dan ke kanan, kemudian diikat dengan kuat
Hasil praktik :
A. Sanggul cepol
Sanggul cepol berasal dari daerah Betawi, asal usul sanggul cepol
ini dipergunakan sebagai istilah dalam bahasa dan tata cara hidup orang Betawi zaman
dahulu. Sesungguhnya tata rambut atau gubahan rambut Betawi pada dasarnya amat
praktis dan sederhana.
B. Jenis sanggul
lanjut usia.
Konde sawi asin, yaitu konde untuk wanita (gadis) pengantin baru dan
disanggul dalam keadaan basah karena harus keramas setiap pagi.
Konde perawan, yaitu konde model keong caput dan keong gondang.
Perawan yang memakai konde keong gondang menandakan bahwa
ia telah bertunangan.
Konde cioda, yaitu konde yang biasanya dipakai oleh janda muda.
Konde ikan bandeng, yaitu konde yang biasanya dipakai oleh
golongan Cina peranakan dengan mengenakan baju kebaya yang
disebut Encim.
Konde JB, yaitu konde pada zaman Ratu Wihelmina menikah.
Konde berunding, yaitu konde cepol dua pada waktu Perundingan
Renvile (perundingan perdamaian antara Indonesia dan Belanda)
C. Cara Pembuatan:
Pertama-tama seluruh rambut diisi rapi kebelakang, kemudian dipegang dengan
tangan kiri. Caranya rambut dipegang agak tinggi pada bagian tengah belakang.
Apabila rambut diangkat setinggi itu, maka akan terbentuk sigar dan bentuk
rambut di sebelah kiri kanan atas telinga akan berbentuk sayap. Rambut yang
telah terpegang diikat dengan rambut sendiri, yang diambil dari sebelah bawah
.
tangan kiri memegang seluruh rambut, tangan kanan memilinnya ke kanan, dan
telapak tangan kiri menghadap ke atas sementara rambut tergenggam.
Tangan kiri dibalik dan menghadap ke bawah sehingga terbentuk angka
delapan.
Sisa rambut(ujung rambut) dililit keatas dan ditumpuk dengan seluruh pangkal
rambut, ke dian disisir rapi, lalu ujungnya dimasukkan ke dalam untuk alat
pengikat.
Hasil praktik: