Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEMBE NGGOLI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. SANTRI SUCI RAMDANI
2. M. ALIF AKBAR
3. FERDIANSYAH
4. BINTANG ARIL BIMA
5. DWI JUNI JUNIAR
6. DITA MARSELA

DIBIIMBING OLEH:

SMA NEGERI 1 WOHA


TAHU AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.
.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tembe Nggoli................................................................................... 3
B. Contoh Motif Tembe Nggoli.............................................................................. 4
C. Cara Pemakaian Tembe Nggoli.......................................................................... 5
D. Jenis – Jenis Tembe Nggoli................................................................................ 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 7
B. Saran .................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kain tenun mbojo telah dikenali sejak dahulu sebagai tenunan Kerajaan Bima, yaitu
salah satu Kerajaan Islam yang tersohor di Nusantara bagian Timur. Oleh karenanya,
keberadaan kain ini tidak lepas dari sejarah perkembangan Islam pada masa itu. Salah satu
jenis kain tenun Bima (Mbojo) yang sering dipakai oleh masyarakatnya yaitu Tembe Nggoli.
Tembe Nggoli merupakan sarung tenun tangan khas Bima yang dibuat dari benang khusus
buatan pabrik yang disebut dengan Kafa Nggoli yang memiliki warna-warni yang cerah dan
bermotif khas sarung tenun tangan. Kegiatan menenun ini dilakukan oleh beberapa Desa di
daerah Bima. Tujuan utama masyarakat Bima menenun Tembe Nggoli adalah sebagai
pakaian yang menutup aurat, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Selain itu,
Tembe Nggoli juga dipakai dalam kehidupan sehari-sehari, maupun diperjual belikan oleh
masyarakat local setempat. Keistimewaan Tembe Nggoli ini antara lain, terasa hangat, halus
dan lembut, tidak mudah kusut, warna cemerlang lebih tahan lama. Tembe Nggoli sudah
diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif yang dipakai oleh masyarakat Bima
sehari-hari.
Bagi masyarakat Bima (Mbojo), memakai sarung sangat lazim bagi kaum laki-laki
maupun perempuan dari zaman dulu hingga sekarang. Dimana cara memakai sarung Nggoli
tersebut antara kaum laki-laki dan kaum perempuan sangat berbeda, pada kaum laki-laki
mereka memakai sarung seperti layaknya kaum pria lainnya di Indonesia, yaitu dengan cara
digulung ketat di bagian perut atau pinggang yang dalam bahasa Bima (Mbojo) biasa disebut
“katente tembe”. Sedangkan bagi kaum perempuan sarung dipakai sebagai bawahan dengan
cara dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak terlepas) yang disebut “sanggentu tembe”.
Pada saat ini Tembe Nggoli semakin langka, karena penenun Tembe Nggoli semakin
berkurang. Mengingat proses menenun Tembe Nggoli yang cukup sulit dan masih
menggunakan peralatan menenun yang tradisonal, sehingga jarang ada anak-anak zaman
sekarang yang mau belajar menenun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tembe Nggoli?
2. Apa Contoh Tembe Nggoli?
3. Bagaimana cara pemakaian Tembe Nggoli?
4. Apa saja jenis – jenis Tembe Nggoli?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang pengertian Tembe Nggoli
2. Untuk menjelaskan tentang contoh Tembe Nggoli
3. Untuk menjelaskan tentang cara pemakaian Tembe Nggoli
4. Untuk menjelaskan tentang jenis – jenis Tembe Nggoli
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima, dibuat dari benang kapas
(katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan.
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain, hangat, halus dan lembut,tidak mudah kusut,
warna cemerlang lebih lama  Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai
macam corak dan motif. Ada yang ‘biasa’ (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang
istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.
Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun
wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai ‘bawahan’, bahkan masih ada yang
menggunakan dua buah sarung, yang disebut “rimpu”. Rimpu adalah cara wanita Bima
menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja.
Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut “rimpu mpida”.

B. Contoh Motif Tembe Nggoli

1. Motif Bunga
Bunga Samobo (Bunga Sekuntum)
Motif bunga samobo mempunyai filosofi yang dalam untuk mengingatkan manusia sebagai
mahluk sosial supaya berbuat baik terhadap lingkungannya. Sebagai pelengkap gaya
berbusana, kain ini kerap dijadikan bahan pakaian atau sarung oleh sejumlah perancang
busana dalam berbagai acara.
Bunga Satako (Bunga Setangkai)
Motif bunga satako atau bunga setangkai merupakan simbol kehidupan keluarga yang
mampu mewujudkan kebahagiaan bagi anggota keluarga dan masyarakat, layaknya setangkai
bunga yang selalu menebar keharuman bagi lingkungannya.

Bunga Aruna (Bunga Nenas)


Motif tenun bunga aruna merupakan salah satu motif kain tenun yang melambangkan 99
asma Allah yang wajib diteladani dan dijadikan pedoman oleh manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Bunga Kakando (Rebung)


Bunga Kakando mengandung makna kesabaran dan keuletan dalam menghadapi tantangan
laksana rebung yang mampu tumbuh di tengah-tengah rumpun induknya yang lebat.
2. Motif Garis
Motif garis yang menghiasi kain tenun Bima menegaskan bahwa manusia harus memiliki
sifat jujur dan tegas. Sikap yang lazim dimiliki oleh masyarakat Maritim.

3. Motif Geometris
a. Nggusu Tolu atau Pado Tolu (Segi Tiga).
Motif ini mengandung makna bahwa pada sudut lancip yang berada dipuncaknya merupakan
isyarat bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan Allah SWT.

b. Nggusu Upa (segi empat)

Motif ini menjadi simbol kebersamaan antara keluarga dan tetangga.

c. Pado Waji atau Jajaran Genjang

Motif ini menjadi simbol kehidupan manusia berada dalam tiga tingkat. Pertama berada di
atas yang jumlahnya terbatas, dan di atas mereka adalah Allah Yang Maha Tinggi yang
dilukiskan dengan sudut lancip. Tingkat kedua berada di tengah, jumlahnya lebih banyak.
Ketiga tingkat bawah, hampir sama dengan golongan atas dan lebih sedikit di banding
golongan menengah..
d. Nggusu Waru atau segi delapan.

Di dalam salah satu syarat kepemimpinan dalam Nggusu Waru terdapat salah satu syarat
bahwa seseorang harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. To’a di Ruma ra hartala
atau taat keada Allah adalah syarat utama kepemimpinan di tanah Bima. Setiap warna yang
digunakan dalam kain tenun Bima secara keseluruhan memiliki makna tersendiri. Biru simbol
kedamaian dan keteguhan hati. Kuning bermakna kejayaan dan kebesaran. Hijau
melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Sedangkan coklat melambangkan kesabaran dan
ketabahan kaum perempuan dalam menjalankan tugas.
C. Perbedaan Cara Memakai Antara Pria dan Wanita

Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. Bagi kaum pria, sarung dipakai
seperti layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut/pinggang,
yang disebut “katente”. Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan
diselipkan (dijepit agar tidak terlepas), yang disebut “sanggentu”. Selain itu perbedaan juga
terletak pada posisi “bali” (yaitu bagian sarung yang diberi warna/motif berbeda, biasanya
ditaruh pada bagian belakang ketika dipakai). Bagi kaum pria, ‘bali’ diletakkan agak ke
kanan, sedangkan bagi kaum wanita ‘bali’ diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak
‘bali’ ini menunjukkan tingkat pengetahuan pemakai sarung, atau menunjukkan ketelitiannya
dalam berpakaian.

Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun
wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai ‘bawahan’, bahkan masih ada yang
menggunakan dua buah sarung, yang disebut “rimpu”. Rimpu adalah cara wanita Bima
menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja.
Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut “rimpu mpida”.
Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. Bagi kaum pria, sarung dipakai seperti
layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut atau pinggang, yang
disebut “katente”.
Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak
terlepas), yang disebut “sanggentu”.
Rimpu Colo dikenakan oleh wanita yang sudah menikah, dimana wajahnya boleh kelihatan
seluruhnya. Sedangkan Rimpu Mpida dipakai oleh gadis alias belum menikah, dimana Tembe
Nggoli menutupi sebagian wajah dan hanya menyisakan bagian mata.
Seperti Rimpu Colo karena dia sudah menikah. Tapi kita bisa bedakan dari cara melilitnya.
Kalau sudah janda, di bagian depannya dibuat sedikit miring. Dari situ kita tahu kalau dia
sudah janda.
Masyarakat Bima juga menggunakan sarung sebagai selimut ketika tidur. Masyarakat yang
tradisional bahkan tidak pernah atau tidak suka menggunakan selimut yang biasa, tetapi lebih
nyaman menggunakan sarungnya yang hangat.

D. Jenis Tembe Nggoli

Berdasarkan fungsi, Tenun Tembe Nggoli ini dibagi menjadi beberapa jenis. Tembe Songke
atau Sarung sebagai tenun unggulan, Sambolo (Destar) atau ikat kepala yang bisa dipakai
kaum laki-laki yang memasuki usia remaja, Weri atau ikat pinggang yang terbuat dari
Malanta Solo, Baju Mbojo dan Syal atau selendang yang biasa dipakai kaum pria Bima
sebagai hiasan saat menghadiri pesta atau sebagai selempang bagi para wanitanya.
Nilai-nilai aturan dan adat serta budaya pada Tenun Tembe Nggoli, menambah kecantikan
yang dimilikinya. Teman Traveler yang berlibur ke Bima, kenyang dengan kulinernya, bisa
membawa pulang kain cantik ini sebagai buah tangan. Soal harga, pasti sudah sesuai dengan
keunikan dan proses pembuatannya. Dengan begitu, Teman Traveler juga sudah turut
melestarikan produk-produk lokal serta budaya Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tembe Nggoli merupakan sarung tenun tangan khas Bima yang dibuat dari benang
khusus buatan pabrik yang disebut dengan Kafa Nggoli yang memiliki warna-warni yang
cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Kegiatan menenun ini dilakukan oleh beberapa
Desa di daerah Bima. Tujuan utama masyarakat Bima menenun Tembe Nggoli adalah
sebagai pakaian yang menutup aurat, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan.
Selain itu, Tembe Nggoli juga dipakai dalam kehidupan sehari-sehari, maupun diperjual
belikan oleh masyarakat local setempat. Keistimewaan Tembe Nggoli ini antara lain, terasa
hangat, halus dan lembut, tidak mudah kusut, warna cemerlang lebih tahan lama. Tembe
Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif yang dipakai oleh
masyarakat Bima sehari-hari. Bagi masyarakat Bima (Mbojo), memakai sarung sangat lazim
bagi kaum laki-laki maupun perempuan dari zaman dulu hingga sekarang. Dimana cara
memakai sarung Nggoli tersebut antara kaum laki-laki dan kaum perempuan sangat berbeda,
pada kaum laki-laki mereka memakai sarung seperti layaknya kaum pria lainnya di
Indonesia, yaitu dengan cara digulung ketat di bagian perut atau pinggang yang dalam bahasa
Bima (Mbojo) biasa disebut “katente tembe”. Sedangkan bagi kaum perempuan sarung
dipakai sebagai bawahan dengan cara dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak terlepas) yang
disebut “sanggentu tembe”.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/uswatul.kharimah/551c1b68813311de7f9de25e/tembe-nggoli-
sarung-tenun-khas-bima

https://travelingyuk.com/wisata-alam-kota-soe/267359?
utm_source=idle&utm_medium=dekstop&utm_campaign=reload

http://web.bimacenter.com/2012/03/tembe-nggoli.html

Anda mungkin juga menyukai