Anda di halaman 1dari 17

PERKAWINAN ADAT DALAM PANDANGAN HUKUM NASIONAL

(KAWIN COLONG MASYARAKAT SUKU OSING BANYUWANGI)

TEGAR PRAMUDITYA
UNIVERSITAS JEMBER,FAKULTAS HUKUM,Progam Studi Ilmu Hukum
Email Aktif: tegarpramuditya5@gmail.com

Abstrak

perkawinan merupakan suatu rangkaian acara yang dilaksanakan untuk menyatukan


laki-laki dan perempuan dalam ikatan suami istri yang kemudian akan menjadi keluarga
yang sah menurut aturan hukum adat,hukum agama,maupun hukum tatanegara yang
berlaku dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan memperoleh
keturunan.Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 menjelaskan perkawinan
merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita yang
kemudian disebut sebagai suami istri Perkawinan merupakan sebuah ketentuan yang
telah ditetapkan dalam agama.Perkawinan Adat adalah perkawinan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan dengan aturan-aturan adat yang berlaku dalam tata cara
hidup masyarakat adat,yang pelaksanaanya dilakukan dengan tahapan-tahapan atau
biasa disebut prosesi yang harus dilakukan sebagai syarat suatu pelaksanaan
perkawinan,rangkaian prosesi ini disebut sebagai upacara adat.Eksistensi perkawinan
menjadi terganggu ketika dihadapkan dengan persoalan tradisi, seperti tradisi kawin
colong pada masyarakat osing Banyuwangi.Sebagian masyarakat beranggapan bahwa
tradisi ini melanggar hak kedua orang tua terhadap anaknya.Di dalam kawin colong
juga terdapat sebuah Hukum yang merupakan sebuah pemberitahuan kepada seluruh
masyarakat bahwa telah terjadi sebuah peristiwa hukum yaitu perkawinan. perkawinan
menurut masyarakat osing adalah prosesi nyadok atau nyurup. Aturannya yaitu
seorang laki-laki yang membawa lari seorang perempuan ke tempat yang sudah
dipersiapkan tanpa sepengetahuan dari pihak keluarga perempuan bahwa anaknya
telah pergi.Perkawinan colong merupakan tradisi perkawinan yang boleh dilakukan
karena dalam pelaksanaannya tidak adanya pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalam hukum nasional.
Kata kunci:Perkawinan Adat,Kawin Colong,Hukum Perkawinan Adat dalam
Hukum nasional
Abstract

Marriage is a series of events carried out to unite men and women in a husband and
wife bond which will then become a legal family according to customary law, religious
law, and applicable constitutional law with the aim of forming a happy family and
producing offspring. -Law No. 1 of 1974 explains marriage is an outer and inner bond
between a man and a woman who is then referred to as husband and wife Marriage is a
provision that has been established in religion. In the way of life of indigenous peoples,
the implementation of which is carried out in stages or commonly called a procession
that must be carried out as a condition for the implementation of a marriage, this series
of processions is referred to as a traditional ceremony. the contents of colong marriage
in the Banyuwangi osing community. Some people think that this tradition violates the
rights of both parents to their children. In colong marriage there is also a law which is a
notification to the whole community that a legal event has occurred, namely marriage.
According to the Osing community, marriage is a nyadok or nyurup procession. The rule
is that a man takes a woman away to a place that has been prepared without the
knowledge of the woman's family that her child has left. Colong marriage is a marriage
tradition that may be carried out because in its implementation there are no violations
of the provisions applicable in national law.
Keywords: Traditional Marriage, Colong Marriage, Customary Marriage Law in
National Law

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri antara adat istiadat yang merupakan
dari beragam suku dan budaya,dengan non hukum dan hukum adat yang
banyaknya suku dan budaya beserta merupakan hukum,kedua hal ini sangat
kepercayaan masing-masing suku maka sulit dibedakan namun dapat dipahami
banyak pula kebiasaan-kebiasaan bahwa Hukum Adat adalah aturan yang
masyarakat yang menjadi pedoman tidak tertulis yang menjadi pedoman
hidup untuk masyarakat itu masyarakat hukum adat dan hukumnya
sendiri,Hukum Adat adalah salah satu dipertahankan untuk pedoman hidup
hukum asli yang hidup didalam bangsa masyarakat hukum adat sehari-
indonesia. Hukum adat adalah sebagian hari.Soekanto mengatakan bahwa
adat istiadat pola hidup,kepercayaan hukum adat itu merupakan kompleks
hidup masyarakat adat yang mencakup adat-adat yang kebanyakan tidak
segala aspek kehidupan masyarakat dibukukan/tidak dikodifikasikan dan
hukum adat.Hukum adat dibedakan bersifat paksaan mempunyai sanksi
atau akibat hukum. Supomo pandangan umum melihat adanya
mengatakan Hukum Adat adalah hukum pluralisme hukum Indonesia, jauh dari
tidak tertulis di dalam peraturan tidak hingar bingar kehidupan kota dan desa
tertulis, meliputi peraturan-peraturan modern masih terdapat masyarakat
hidup yang meskipun tidak ditetapkan hukum adat yang mempertahankan
oleh yang berwajib namun ditaati dan hukum adat mereka sebagai pandangan
didukung oleh rakyat berdasarkan atas dan aturan hidup mereka,di Indonesia
keyakinan bahwasanya peraturan- sendiri terdapat ratusan suku yang
peraturan tersebut mempunyai mendiami daratan Indonesia bahkan
kekuatan hukum sejak sebelum bangsa ini berdiri.

Pada Kenyataannya, peradaban modern Dalam penulisan naskah ini penulis


tidak dapat menghilangkan kebiasaan membahas tentang Perkawinan Adat
hidup dalam masyarakat, dan gaya dalam pandangan hukum
hidup harus beradaptasi dengan nasional,dimana dengan banyaknya
keadaan dan kehendak zaman ketika suku dan budaya di Indonesia maka
mereka diharapkan untuk banyak pula kepercayaan adat tentang
mempertahankan keadaan itu. Akan perkawinan di indonesia,sebagai contoh
tetapi, perubahan mengakibatkan perkawinan adat adalah pelaksanaan
hilangnya nilai-nilai luhur (kebiasaan) perkawinan ada Kawin Colong suku
yang mereka miliki, sehingga tetap Osing kabupaten Banyuwangi.Di zaman
tertutup pada masa-masa perubahan, yang telah modern ini tentunya masih
seseorang tetap mempertahankan nilai- ada bahkan banyak kita jumpai
nilai kebiasaan yang melekat pada pernikahan-pernikahan yang terjadi
kelompoknya sendiri. telah dipegang dengan menggunakan hukum
secara turun-temurun dari nenek perkawinan adat suku masing-
moyang mereka, tetapi itu tidak boleh masing.Sifat Hukum Adat yang dinamis
menjadi undang-undang dan lebih tinggi menjadikan Hukum Adat dapat
dari undang-undang negara. Negara berkembang menyesuaikan dengan
memiliki kewajiban untuk membuat perubahan zaman,dalam pandangan
undang-undang, jadi semuanya harus hukum modern berarti hukum ini
mengikutinya. Negara dianggap di sini dipandang sebagai hukum baru namun
untuk membuat undang-undang secara hal ini tidak berdampak buruk selagi
keseluruhan. Jadi sudah menjadi tidak bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945,Huuku Adat ini juga PEMBAHASAN
berfungsi sebagai pemerkaya dan
Perkawinan Adat
pengembangan untuk hukum
nasional.Perkawinan menurut Pasal 2 Adat,budaya,dan kebiasaan

ayat (1) Undang-Undang No 1 tahun merupakan suatu bagian yang sangat

1974 tentang perkawinan bahwa penting bagi indonesia,dengan

perkawinan dianggap sah apabila keragaman budaya yang sangat

dilakukan dengan hukum masing- tinggi,dan kekhasan budaya indonesia

masing agama dan kepercayaanya. Pada menjadikan negara ini berdiri dengan

pandangan tertentu perkawinan tetap kokoh,kekhasan ini juga tumbuh

dianggap sah hanya menurut agama dan dalam tatanan hukum adat

kepercayaannya. indonesia,dimana hukum adat indonesia


memiliki corak-corak tertentu yang
Rumusan Masalah
pertama bercorak Religius magis,yang
1. Apa yang dimaksud Perkawinan artinya masyarakat hukum adat
Adat? indonesia memiliki kesatuan
batin,kesatuan dunia lahir dan kesatuan
2. Bagaimana pelaksanaan Kawin
dunia batin,yang berhubungan dengan
Colong suku Osing kabupaten
arwah-arwah nenek moyang,roh-roh
Banyuwangi?
halus dan semuanya dianggap memiliki
3. Bagaimana pandangan hukum peran terhadap gejala-gejala alam yang
nasional terhadap Perkawinan terjadi didalam alam semesta.bercorak
Adat? Kemasyarakatan,yang artinya

Tujuan Penulisan naskah kehidupan manusia selalu ada dalam


wujud kelompok dan sebagai suatu
1. Untuk mengetahui apa yang
kesatuan yang utuh,dimana satu orang
dimaksud perkawinan Adat
dengan orang lain tidak dapat hidup
2. Untuk mengetahui pelaksanaan sendiri,dan masyarakat hukum adat
Kawin Colong suku Osing indonesia berprinsip kepentingan
kabupaten Banyuwangi bersama lebih utama daripada

3. Untuk mengetahui pandangan kepentingan pribadi.bercorak

hukum nasional terhadap Demokarsi,artinya segala sesuatu

Perkawinan Adat perselisihan dalam masyarakat adat


diselesaikan dengan musyawarah dianggap sebuah ibadah.Hukum adat
penyelesaian bersama tanpa adanya merupakan kebiasaan tingkah laku atau
kekerasan didalamnya. hukum yang tidak tertulis yang
hidup,tumbuh dan berkembang didalam
Menurut KBBI Perkawinan
masyarakat yang isinya berupa norma-
berasal dari kata kawin yang artinya
norma yang menjadi pegangan hidup
menikah, dan Nikah yang berarti
masyarakat hukum adat.Hukum adat
perjanjian antara laki-laki dan
bisa dipandang suatu istilah di masa
perempuan untuk bersuami istri dengan
silam sebagai pedoman serta kenyataan
resmi dengan disertai saksi.Bisa
yang mengatur dan menertibkan
dijabarkan bahwa perkawinan
kehidupan masyarakat Indonesia.1
merupakan suatu rangkaian acara yang
Hukum adat memiliki sifat khas yaitu
dilaksanakan untuk menyatukan laki-
Commun atau komunal
laki dan perempuan dalam ikatan suami
(kekeluargaan).Contant,perbuatan
istri yang kemudian akan menjadi
hukum sah apabila dilakukan secara
keluarga yang sah menurut aturan
tunai. Congkrete,perbuatan hukum
hukum adat,hukum agama,maupun
dinyatakan sah apabila dilakukan secara
hukum tatanegara yang berlaku dengan
nyata.
tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan memperoleh Perkawinan Adat adalah
keturunan.Dalam Undang-Undang No 1 perkawinan yang dalam pelaksanaanya
Tahun 1974 menjelaskan perkawinan dilakukan dengan aturan-aturan adat
merupakan ikatan lahir dan batin antara yang berlaku dalam tata cara hidup
seorang pria dan seorang wanita yang masyarakat adat,yang pelaksanaanya
kemudian disebut sebagai suami istri dilakukan dengan tahapan-tahapan atau
yang bertujuan untuk membentuk biasa disebut prosesi yang harus
keluarga yang bahagia.Dalam peraturan dilakukan sebagai syarat suatu
ini perkawinan merupakan suatu pelaksanaan perkawinan,rangkaian
kesatuan ikatan antara suami dan prosesi ini disebut sebagai upacara
istri.Sedangkan dalam hukum islam adat.Perkawinan dengan hukum adat
perkawinan merupakan akad yang merupakan suatu kebiasaan perilaku
sangat kuat yang berguna sebagai masyarakat adat untuk melaksanakan
bentuk ketaatan atas perintah Allah
1
Erwin Owan dan Zulkifli,Buku Ajar Hukum
SWT dan mematuhi perintah tersebut Adat,Madza Media,Malang,2021,hlm 90
perkawinan, kebiasaan ini dijadikan hal yang tunggal.Perkawinan dalam
sebagai hukum positif yang dibuat dan hukum adat buknn hanya merupakan
diterapkan hanya pada masyarakat urusan pribadi namun merupakan
hukum adat.Van Gennep menyebut urusan masyarakat luas,termasuk suku
bahwa semua upacara perkawinan dan kasta. Ter Haar menyebutkan
sebagai “Rites De Passage” (upacara bahwa perkawinan adalah urusan
peralihan) 2
upacara peralihan disini kerabat, urusan keluarga, urusan
dimaksud bahwa suatu upacara adat masyarakat, urusan martabat dan
perkawinan merupakan suatu prosesi urusan pribadi yang menyangkut
yang melambangkan peralihan dimana urusan keagamaan4.
yang sebelumnya seorang laki-laki-dan
Dalam masyarakat adat
seorang perempuan yang hidup terpisah
perkawinan merupakan pemisahan
sendiri-sendiri setelah melalui berbagai
seorang anak dari orangtuanya yang
upacara pernikahan dinyatakan bahwa
menyebabkan terus berlangsungnya
mereka akan hidup bersama sebagai
suatu suku tersebut dengan tertib dalam
suami istri dan membangun keluarga
suatu masyarakat atau dalam
bahagia maka dari itu terbentuklah satu
persekutuan, dalam hal ini perkawinan
keluarga baru dalam lingkungan
merupakan salah satu prosesi penting
masyarakat. Rites De Passage (upacara
yang berakibat masuknya warga baru
peralihan) tersebut terdiri atas tiga
dan akan mempunyai tanggung jawab
tingkatan, yang pertama Rites de
penuh terhadap persekutuan adat
Separation yaitu upacara perpisahan
tersebut.Dilihat dari kasta dalam
dari status semula.yang kedua Rites de
perkawinan merupakan suatu yang
Marga, yaitu upacara ke status yang
penting terutama masyarakat zaman
baru dan yang ketiga Rites de
dahulu,kasta dibuat bertujuan untuk
Agreegation, yaitu upacara penerimaan
mempertahankan kedudukan suatu
dalam status yang baru3. Djojodegoeno
persekutuan dengan cara mengadkan
juga mengomentari perkawinan
tertib atau aturan perkawinannya
adatbahwa perkawinan adat adalah
sendiri. Setelah terjadi sebuah
ikatan perkawinan atau soma (keluarga)
perkawinan maka timbulah hak-hak dan
bukan ikatan suka sama suka. Hubungan
kewajiban orang tua (termasuk anggota
suami istri sangatlah erat sebagai suatu
keluarga/kerabat) dalam membina
2
Ibid,hlm 90
3
Ibid,hlm 91 4
Ibid,hlm 92
sebuah kerukunan terhadap anak-anak dengan hukum adat yang berlaku
mereka yang terikat dalam sebuah maupun hukum agama yang menjadi
perkawinan,hal ini sesuai dengan ketentuan,larangan dalam perkawinan
beberapa asas dalam hukum hukum adat antara lain,karena
perkawinan adat antara lain,asas hubungan kekerabatan,karena
keadatan dan kekerabatan,asas perbedaan kedudukan atau
kesukarelaan,dan asas partisipasi kasta,karena agama.
kerabat dan masyarakat
Kawin Colong suku Osing kabupaten
adat.Perkawinan Hukum Adat memiliki
Banyuwangi
tiga sistem yang hidup dalam
masyarakat.Sistem Tradisi adalah proses konteks

Endogami,perkawinan dilakukan dalam sosial di mana unsur-unsur warisan

lingkungan rumpun antara laki-laki dan budaya diturunkan dari generasi ke

perempuan dari anggota keluarga yang generasi, dari hal yang sederhana ini

lain tapi perkawinan tidak dilakukan menegaskan fakta yang terjadi di

diluar rumpun,sistem ini bertujuan agar masyarakat osing. Sebuah kebiasaan

terciptanya persatuan guna untuk yang telah diturunkan dari generasi ke

mempertahankan tanah tetap menajadi generasi Salah satu warisan tradisional

milik lingkungan sendiri atau tradisi leluhur yang masih

serumpun.Sistem Eksogemi,sistem ini diperjuangkan. Eksistensinya terlihat

mengharuskan orang kawin dengan dalam realitas yang terjadi di

orang diluar sukunya atau beda masyarakat dimana hampir semua

suku.Sistem Eleutherogami,sistem ini orang osingmelakukan tradisi ini.

tidak mengenal larangan-larangan Namun pada tataran praktis, pelaku

seperti dua sistem sebelumnya dalam memiliki motif dan faktor penyebab

perkawinan namun sistem ini hanya yang berbeda.Orang pada dasarnya

mengunakan larangan-larangan bergerak sendiri dan tidak bisa

berdasarkan pertalihan darah atau menyatukan tindakannya6.Kata

kekeluargaan.5 Dalam hukum adat juga “colong”Secara etimologi diambil dari

terdapat larangan dalam sebuah bahasa jawa yang memiliki makna

berlangsungnya suatu perkawinan “maling” atau dalam bahasa indonesia

larangan ini biasanya bertentangan


6
Ramdan,dalam jurnal berjudul Tradisi Kawin
Colong Pada Masyarakat Osing Banyuwangi
5
Yulia,Hukum Adat,Unimal Perspektif Sosiologi Hukum Islam,2017
Press,Sulawesi,2016,hlm 59
bisa diartikan mencuri,sedangkan perjodohan ataupun karena perbedaan
secara terminologi kata “colong” diambil status sosial antara seorang laki-laki
dari kamus besar bahasa indonesia dan seorang perempuan.Dan inilah
yaitu mencuri yang jika diartikan beberapa faktor yang menyebabkan
maknanya adalah perbuatan mengambil terjadinya kawin colong, Faktot tidak
sesuatu barang ataupun benda milik disetujui orang tua,orang tua dianggap
orang lain tanpa izin dari si pemilik sebagai pengendali dalam semuah
barang dan dilakukan secara diam- keluarga maka dari itu pilihan seorang
diam.Tradisi colong dalam sebuah anak terutama anak perempuan selalu
perkawinan bukan merupakan mencuri harus mendapat restu dari orang
menurut makna sebenar,atau mencuri tua.Nyepetaken Lakon ,maksudnya
yang masyarakat tahu pada umumnya adalah mempercepat pernikahan hal ini
merupakan tindakan yang tidak pantas dimaksudkan untuk menghindari hal-
karena mencuri merupakan tindakan hal yang tidak diinginkan,salah satu
menodai norma-norma hukum yang contohnya merupakan perbuatan
berlaku.Namun mencuri atau biasa perzinaan.Takut lamaran ditolak,hal ini
disebut colong dalam tradisi masyarakat terjadi biasanya saat seorang laki-laki
suku osing merupakan sebuah pikiran sudah mengetahui bahwa si perempuan
atau ajaran yang tumbuh dalam yang dicintai telah dijodohkan atau si
masyarakat adat osing.Pada masyarakat laki-laki tidak mendapt restu karena
adat suku osing kata colong dalam adat perbeaan sosial dan alasan
perkawinan suku osing merupakan lainnya.Perbedaan status
suatu tindakan satu orang laki-laki yang sosial ,biasanya faktor inilah pemicu
melakukan perbuatan mencuri atau terbesar adanya kawin colong dimana
membawa lari satu orang perempuan perbedaan status sosial antara calon
untuk dinikahi dan dijadikan istri tanpa laki-laki dan perempuan tidak bisa
diketahui oleh orang tua si melakukan pernikahan karena
perempuan.Kawin colong ini biasanya terhalang restu dari salah satu pihak
terjadi saat satu orang laki-laki dan keluarga,disinilah peran seorang colok
perempuan yang saling mencintai atau utusan harus aktif berdiskusi
namun tidak mendapat restu dari salah kepada keluarga calon mempelai wanita
satu pihak keluarga,tidak mendapat agar pernikahan tetap bisa
restu ini bisa dikarenakan sudah adanya
dilaksanakan.7Di dalam kehidupan kawin colong itu mulai dipraktikkan
masyarakat suku osing kawin colong oleh masyarakat osing. Akan tetapi,
merupakan warisan nenek moyang sebutan kawin colong ini mendapat
masyarakat adat osing yang hidup insprirasi dari tradisi perkawinan yang
didalam lingkungan masyarakat adat ada di Bali.Namun secara praktek dalam
osing secara turun temurun,karena masyarakat sangat berbeda antara
anggapan kawin colong merupakan kawin colong dari banyuwangi dan Bali
warisan nenek moyang masyarakat adat ataupun daerah lainnya.Bisa dipahami
osing maka tradisi ini,atau tindakan bahwa perkawinan colong juga ada
mencuri atau colong seorang didaerah lain misalnya di daerah
permepuan untuk dinikahi karena tidak lombok dengan sebutan kawin merarik
adanya restu hal ini tidak dipandang atau kawin lari. Namun, masyarakat
suatu yang negatif melainkan dipandang adat osing memiliki cerita menarik
suatu tradisi yang sangat perlu untuk tentang asal usul pernikahan colong ini.
mendapat penilaian positif terhadap Pada zaman dahulu ada seorang pria
terlaksananya tradisi kawin bernama Darmono ysng memiliki putri
colong.Dalam masyarakat adat osing bernama Darwani,yang kebetulan juga
seorang yang berusaha melunturkan Darmono memiliki sebuah perguruan
tradisi kawin colong akan ditentang oleh silat.didalam lingkungan masyarakat
masyarakat adat osing karena dianggap osing tersebut juga ada seorang
tidak memegang prinsip budaya yang perempuan paruh baya yang bernama
kuat sebagai masyarakat sukuosing,hal Bu Rehana yang mempunyai anak laki-
ini karena masyarakat osing sangat kuat laki bernama Nur Zaman. Nur Zaman ini
memegang teguh prinsip budaya singkat cerita menjalin hubungan cinta
mereka dan budaya ini akan terus dengan darwani,namun cinta mereka
diajarkan kepada generasi penerus berdua tidak mendapat restu dari orang
didalam lingkungan masyarakat osing. tua darwani,dua orang yang sedang
menjalin cinta ini karena tidak
Sejarah kapan kawin colong
mendapat restu maka mereka berdua
mulai ada dalam masyarakat adat osing
sepakat untuk melakukan “kawin
tidak ada sebuah data yang
colong8”.Dalam proses perkawinan
menyebutkan secara pasti sejak kapan
colong ini seorang pengantin pria
7
Titis,dalam jurnal yang berjudul Kajian Yuridis
Terhadap Perkawinan Colong Suku Adat Osing 8
Ramdan Wagianto Jurnal Al-Ahwal tahun
Banyuwangi,2014 2017,yang dikutip kembali oleh Siti nur dalam
membawa pengantin wanita keluar dari kemulut karena Keabsahan cerita ini
rumah tanpa sepengetahuan orang masih kontroversial. Karena kurangnya
tuanya. Setelah si perempuan bukti sejarah yang kredibel seperti
dicuri,kemudian si perempuan dibawa dokumen. Prosesi untuk melakukan
kerumah calon pengantin laki- pernikahan kawin colong tidak jauh
laki,setelah proses pencurian ini terjadi berbeda dengan cara pernikahan
calon pengantin laki-laki mengutus normal lainnya.Hanya saja, kawin
seorang untuk berdialog dengan colong ini didahului dengan tindakan
keluarga si perempuan orang yang colongan atau membawa lari si
diutus ini biasanya disebut dengan perempuan dari rumah orang tuanya
“colok” tugas utusan ini adalah untuk menuju rumah si laki-laki.Tata cara
memberi tahu keluarga calon pengantin kawin colok sebagai berikut 9
wanita bahwa calon pengantin
1. Bakalan,yang merupakan
perempuan sudah berada di rumah
sebutan untuk seorang laki-laki
calon pengantin laki-laki,selain itu colok
dan perempuan yang salaing
juga bertugas melakukan diskusi
mencintai. Bakalan ini dilakukan
tentang pelaksanaan akad dan resepsi
dengan seorang laki-laki yang
pernikahan dengan keluarga si
berkunjung kerumah perempuan
perempuan.Dalam proses negosiasi
tanpa sepengetahuan dari kedua
pihak keluarga mempelai tidak serta
orang tuanya,dan kedua orang
merta setuju, namun harus menghadapi
tua tidak mengetahui bahwa si
perdebatan sengit Banyak diskusi dan
anak telah melakukan
perdebatan lisan maupun fisik yang
kesepakatan untuk melakukan
harus dilalui,tetapi pada akhir
kawin colong,biasanya kejadian
perdebatan mereka akan menerima
ini terjadi pukul 20.00 wib
pernikahan dan untuk terlaksanakannya
sampai pukul 22.00 wib
pernikahan itu keluarga pengantin
perempuan memberikan syarat kepada 2. Sandiwara colongan

calon pengantin laki-laki yaitu dengan dimulai,yaitu dengan seorang

mengajarkan pengantin perempuan laki-laki yang menyolong atau

ilmu silat baru.Namun kisah ini hanya 9


Ramdan,dalam jurnal berjudul Tradisi Kawin
sebatas cerita yang datang dari mulut Colong Pada Masyarakat Osing Banyuwangi
Perspektif Sosiologi Hukum Islam,2017
sebuah tulisan artikel yang dipublikasikan oleh
Ringtimesbanyuwangi.com
mencuri(mengambil) si Dalam prosesi perkawinan
perempuan untuk diajak colong ini ada beberapa pihak-pihak
kerumah si laki-laki,proses ini yang berperan dalam perjalanan semua
harus sudah mendapat prosesnya,yang pertama
kesepakatan dari siperempuan yaitu,Kerabat,pihak ini berasal dari
dan si lkai-laki harus juga sudah pemuda dan pemudi,peran kerabat ini
menyiapkan seorang colok sangat penting karena sebagai pemberi
sebagai utusan untuk berdialog informasi dan perantara antara kedua
dengan keluarga siperempuan belah pihakKeluarga,peran keluarga
sangat penting karena terlepas semua
3. Ngutus Obor (colok),setelah
prosesi colongan yang terjadi,mendapat
proses colong terjadi disaat ini
restu keluarga merupakan hal yang
keluarga siperempuan
utama,karena peran keluarga tetap
digambarkan seakan mengalami
sebagai wali untuk melaksanakan
musibah atau kepetengan saat
pernikahan
kehilangan anak
anaknyaPersekutuan,merupakan
perempuannya,maka dari itu
seluruh masyarakat setempat yang
diutuslah seorang untuk
berperan dalam proses pelaksanaan
menerangi atau disebut colok
perkawinan yaitu sebagai pemberi
keluarga perempuan dalam
sumbangan dana,maupun
kurun waktu 24 jam,seorang
tenaga.Pemerintah ,pemerintah disini
colok ini bertugas memberi
merupakan KUA terlepas proses yang
ketenangan dan berbicara pada
telah dilalui perkawinan harus tetap
keluarga siperempuan bahwa
dicatat di KUA.
anak perempuannya sudah di
colong atau diplayokae oleh
seorang laki-laki yang
mencintainya namun
hubungannya tidak mendapat Pandangan Hukum Nasional

restu,dan colok juga terhadap Perkawinan Adat

menyampaikan bahwa bahwa Secara hukum dalam urusan


anak perempuannya ada dalam perkawinan indonesia telah mempunyai
keadaan baik-baik. sebuah peraturan sendiri yang tertuang
dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 2. Tiap-tiap perkawinan dicatat
tentang perkawinan,diundangkan pada menurut peraturan perundangan
tanggal 2 Januari 1974 yang mulai yang berlaku.
berlaku secara efektif terhitung pada
Dari pasal ini kita bisa melihat adanya
tanggal 1 Oktober 1975. Pemahsan yang
bagian material dan formal untuk
sangat menarik dari undang-undang ini
perkawinan itu sendiri.bagian material
adalah bagaimana kedudukan
bisa kita lihat pada bagian bahwa
perkawinan adat menurut Undang-
keabsaan suatu perkawinan berdasar
Undang No.1 Tahun 1974,hal ini perlu
pada sebuah “Kepercayaan” dan
mendapat perhatian karena indonesia
"Hukum Agama” aspek ini merupakan
merupakan negara yang sangat kaya
aspek yang akan dijalankan oleh sebuah
akat adat-istiadat dengan begitu maka
masyarakat adat yaitu berupa hukum
perkawinan dengan cara adat di
agama dan kepercayaan.Bagian formal
Indonesia juga akan banyak ditemui.
bisa kita lihat bahwa undang-undang ini
menurut Prins,tanpa sebuah adanya
memberikan ketentuan bahwa sebuah
pengetahuan tentang lembaga-lembaga
perkawinan harus melalui sebuah
dari berbagai macam-macam hukum
proses pencatatan,dan aspek formal
adat Hukum Adat suatu daerah maka
yang berupa pencatatan akan dijalankan
orang tersebut tidak dapat
oleh lembaga negara. Hal ini bisa
menggambarkan suatu bentuk
dimaknai bahwa Undan-Undang
keseluruhan tentang hukum
perkawinan mencakup Hukum
perkawinan10.Untuk melihat ini semua
Adat,Hukum Agama,dan
di dalam Pasal 2 Undang-Undang No.1
Kepercayaan,Undang-Undang ini juga
Tahun 1974 dijelaskan bahwa
memeilik peranan untuk mencakup hal-
1. Perkawinan adalah sah apabila hal tersebut.
dilakukan menurut hukum
Bagaimana hukum dalam kawin
masing-masing agamanya dan
colong,perkawinan colong merupakan
kepercayaannya itu
bentuk perkawinan yang berdasarkan
atas ketidak setujuan orang tua ,dan
dilakukan dengan sepihak yang
merupakan sebuah kemauan antara
10
Abdurrahman,Beberapa Catatan Mengenai
Kedudukan Hukum Adat Dalam Undang-Undang siperempuan dan si laki-laki. Dari segi
Perkawinan,1983
hukum perkawinan adat dalam perkawinan,namun dilihat dari segi
masyarakat adat Osing di Banyuwangi proses dan pelaksanaan aturan dalam
adalah sosialisasi dan saksi. jika perkawinan colong terlihat bahwa
terdapat pihak yang merasa dirugikan perkawinan colong tidak melanggar
oleh perbuatan itu, maka segera aturan yang terdapat dalam Undang-
melakukan tindakan hukum.Perkawinan Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
menurut masyarakat osing merupakan perkawinan.
prosesi nyadok atau nyurup. Pada
Kesimpulan
masyarakat Osing yang prinsipnya
kekerabatannya matrilineal atau Perkawinan Adat adalah

parental perkawinan colong adalah perkawinan yang dalam pelaksanaanya

suatu tindakan pelanggaran adat yang dilakukan dengan aturan-aturan adat

melanggar kekuasaan orang tua yang berlaku dalam tata cara hidup

terhadap anak tetapi ksrens kswin masyarakat adat,yang pelaksanaanya

colong sudah menjadi tradisi dan dilakukan dengan tahapan-tahapan atau

kebiasaan dan sudah banyak terjadi biasa disebut prosesi yang harus

kasus yang serupa dan diselesaikan dilakukan sebagai syarat suatu

dalam perundingan antara kedua belah pelaksanaan perkawinan,rangkaian

pihak kerabat orang tua berangkutan prosesi ini disebut sebagai upacara

atas dasar permintaan persetujuan adat.Perkawinan dengan hukum adat

untuk kawin di antara si perempuan dan merupakan suatu kebiasaan perilaku

si laki-laki yang melakukan prosesi masyarakat adat untuk melaksanakan

kawin colong.Perkawinan Colong dapat perkawinan, kebiasaan ini dijadikan

dinyatakan sah, apabila semua tahapan sebagai hukum positif yang dibuat dan

telah sesuai dengan tata cara yang diterapkan hanya pada masyarakat

terdapat pada masyarakat adat Osing hukum adat.Setelah terjadi sebuah

dan secara administratif juga harus perkawinan maka timbulah hak-hak dan

sudah sesuai dengan aturan yang kewajiban orang tua (termasuk anggota

tertuang di dalam Undang-Undang No. 1 keluarga/kerabat) dalam membina

Tahun 1974. Persoalan anak didalam sebuah kerukunan terhadap anak-anak

perkawinan colong tidak tertuang mereka yang terikat dalam sebuah

secara khusus dalam Undang-Undang perkawinan,hal ini sesuai dengan

No. 1 Tahun 1974 tentang beberapa asas dalam hukum


perkawinan adat antara lain,asas didalam lingkungan masyarakat
keadatan dan kekerabatan,asas osing.Dalam prosesi perkawinan colong
kesukarelaan,dan asas partisipasi ini ada beberapa pihak-pihak yang
kerabat dan masyarakat berperan dalam perjalanan semua
adat.Perkawinan Hukum Adat memiliki prosesnya,yang pertama
tiga sistem yang hidup dalam yaitu,Kerabat,pihak ini berasal dari
masyarakat.Sistem Endogami, pemuda dan pemudi,peran kerabat ini
Eksogemi,dan sistem Eleutherogami. sangat penting karena sebagai pemberi
informasi dan perantara antara kedua
Di dalam kehidupan masyarakat
belah pihak Keluarga,peran keluarga
suku osing kawin colong merupakan
sangat penting karena terlepas semua
warisan nenek moyang masyarakat adat
prosesi colongan yang terjadi,mendapat
osing yang hidup didalam lingkungan
restu keluarga merupakan hal yang
masyarakat adat osing secara turun
utama,karena peran keluarga tetap
temurun,karena anggapan kawin colong
sebagai wali untuk melaksanakan
merupakan warisan nenek moyang
pernikahan
masyarakat adat osing maka tradisi
anaknyaPersekutuan,merupakan
ini,atau tindakan mencuri atau colong
seluruh masyarakat setempat yang
seorang perempuan untuk dinikahi
berperan dalam proses pelaksanaan
karena tidak adanya restu hal ini tidak
perkawinan yaitu sebagai pemberi
dipandang suatu yang negatif melainkan
sumbangan dana,maupun
dipandang suatu tradisi yang sangat
tenaga.Pemerintah ,pemerintah disini
perlu untuk mendapat penilaian positif
merupakan KUA terlepas proses yang
terhadap terlaksananya tradisi kawin
telah dilalui perkawinan harus tetap
colong.Dalam masyarakat adat osing
dicatat di KUA.
seorang yang berusaha melunturkan
tradisi kawin colong akan ditentang oleh Saran
masyarakat adat osing karena dianggap
1. Dengan kemajemukan bangsa
tidak memegang prinsip budaya yang
Indonesia,seluruh masyarakat
kuat sebagai masyarakat sukuosing,hal
Indonesia harus
ini karena masyarakat osing sangat kuat
mempertahankan persatuan
memegang teguh prinsip budaya
antar warga negara,dan
mereka dan budaya ini akan terus
hendaknya adat istiadat yang
diajarkan kepada generasi penerus
kita punya terus kita Akhmad.2014.”Melayoaken
Sebagai Tradisi Kawin Lari
lestarikan,agar sebuah tradisi
Masyarakat Using Banyuwangi”.
yang telah lama hidup dalam
Indonesia.Undang-Undang Nomor 1
masyarakat Indonesia tidak
Tahun 1974 Tentang
hilang karena pengaruh gaya Perkawinan.Lembaran Negara RI
hidup barat Tahun 1974.Nomor 1.

2. Hendaknya sebuah peraturan Okta.Ria.2017.”Perkawinan Dalam Adat

hukum di Indonesia lebih banyak Menurut Hukum Nasional(Studi


Perkawinan Pariban Pada
melihat masyarakat adat
Masyarakat Adat Batak Toba Di
Indonesia,dan harus
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
memperbanyak sosialisasi
Kampar Provinsi Riau)”.4(2).
kepada masyarakat adat terkait
Primadhani.Andri.2019.”Yunanto.Keabs
peraturan-peraturan yang
anPerkawinan Yang Dilakukan
mungkin bertolak belakang Oleh Masyarakat Adat Suku
dengan kehidupan masyarakat Anak Dalam Setelah Berlakunya
adat,hal ini harus dilakukan Undang-

supaya tidak terjadi keruwetan Undang Nomor 1 Tahun 1974


Tentang Perkawinan (Studi
antara hukum nasional dan Kasus Di Bukit Duabelas
hukum adat. Kabupaten Tebo Provinsi
Jambi”.Universitas
Diponegoro.1(1).11-27.

Daftar Pustaka Sirait.Martua.Fay.dan.Kuaworo.’Bagaim


ana Hak-Hak Masyarakat Hukum
Adat dalam Mengelola Sumber
Daya Alam Diatur”.
Abdurrahman.1983.”Bebebrapa Catatan SoutheastAsia Policy Research
Mengenai Kedudukan Hukum Working Paper.No. 24

Adat Dalam Undang-Undang Wahyuningtyas.Titis.2014.”Kajian


Perkawinan”. Yuridis
Artha.Nie.2018.”Norma-Norma dalam
Terhadap Perkawinan Colong
tradisi kawin colong masyarakat
Suku Adat Osing
suku osing desa kemiren
kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangi”. Banyuwangi”.Hukum Perdata Humas

Haryono.Akhmad .dan Fakultas Hukum Universitas


Jember.
Wagianto.Ramdan.2017.”Tradisi Kawin

Colong Pada Masyarakat Osing


Banyuwangi Perspektif

Sosiologi Hukum Islam”.10(1).

Yulia.2016.Buku Ajar Hukum

Adat.Sulawesi:Unimmal Press.

Zainal.Raden.Slamet.dan

Erny.2020.”Perkawinan Adat
Setelah Berlakunya Undang-
Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang

Perkawinan”.JurnalAkrab Juara
Volume 5 Nomor 1 Februari 2020
(189-199).Surabaya:Yayasan
Akrab Pekanbaru.

Taufiq.M.(2021.juli 08).Mengenal kawin

colong,tradisi menikah ala suku


Osing
Banyuwangi.Suarajatim.id.diakse
s pada 18 April 2022,pukul13.00.
https://jatim.suara.com/read/20
21/07/08/094428/mengenal-
kawin-colong-tradisi-menikah-
ala-suku-osing-banyuwangi.

Zulkifli.Erwin.2021.Hukum
Adat.Malang:Madza Media.

Anda mungkin juga menyukai