NPM: 2012011384
1. Contoh hukum adat di daerah saya adalah Upacara Gawi, merupakan sebuah ritual sebagai
bentuk rasa syukur atas sebuah kejadian, seperti pernikahan, kelahiran anak, dan
sebagainya. Upacara ini biasanya dilakukan cukup lama, yaitu 10 hari. Penyelenggara
biasanya membawa sebuah persembahan seperti sapi, kerbau, telur, atau amplop yang
berisi uang. Tak sembarang orang dapat melaksanakan tradisi ini karena biaya yang harus
dikeluarkan sangat besar.
2. Kaitan hukum adat dengan perundang-undangan yaitu keberadaan hukum adat ini secara
resmi telah diakui oleh negara keberadaannya tetapi penggunaannyapun terbatas. Merujuk
pada pasal 18B ayat (2) UUD 1945 dimana menyebutkan”Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang” yang berarti bahwa
negara mengakui keberadaan hukum adat serta konstitusional haknya dalam system hukum
Indonesia. Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA “Pelaksanaan hak ulayat dan
hak-hak yang serupa itu dari masyarakat masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.
3. Corak hukum adat yang berpengaruh pada pembentukan hukum adat yang pertama adalah
magis. Hal ini dapat dilihat dalam upacara-upacara adat yang bersumber pada kekuasaan-
kekuasaan serta kekuatan-kekuatan gaib. Kepercayaan kepada mahkluk-mahkluk halus,
roh-roh, dan hantu-hantu yang menempati seluruh alam semesta dan juga gejala-gejala
alam, semua benda yang ada di alam bernyawa. Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan
sakti dan adanya roh-roh yang baik dan yang jahat. Adanya orang-orang tertentu yang
dapat berhubungan dengan dunia gaib atau sakti.
Selanjutnya adalah corak keagamaan. Masuknya agama-agama di Indonesia cukup banyak
memberikan pengaruh terhadap perkembangan hukum adat misalnya :
Agama Hindu :
Pada abad ke 8 masuknya orang India ke Indonesia dengan membawa agamanya,
pengaruhnya dapat dilihat di Bali. Hukum-hukum Hindu berpengaruh pada bidang
pemerintahan Raja dan pembagian kasta-kasta.
Agama Islam :
Pada abad ke 14 dan awal abad 15 oleh pedagang-pedagang dari Malaka, Iran. Pengarush
Agama Islam terlihat dalam hukum perkawinan yaitu dalam cara melangsungkan dan
memutuskan perkawinan dan juga dalam bidang wakaf.
Agama Kristen :
Agama Kristen dibawa oleh pedagang-pedagang Barat. Aturan-aturan hukum Kristen di
Indonesia cukup memberikan pengaruh pada hukum keluarga, hukum perkawinan. Agama
Kristen juga telah memberikan pengaruh besar dalam bidang social khususnya dalam
bidang pendidikan dan kesehatan, dengan didirikannya beberapa lembaga Pendidikan dan
rumah-rumah sakit.
Kaitannya dengan hukum adat ialah subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat, baik yg
merupakan persekutuan hkm didasarkan kesamaan tempat tinggal (teritorial) maupun yg
didasarkan pada keturunan (genealogis), yg diikenal dengan berbagai nama yg khas di daerah yg
bersangkutan, misalnya suku, marga, dati, dusun, nagari.