Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“BUDAYA HUKUM KELUARGA NUSANTARA DAN PERTEMUANNYA


DENGAN ISLAM”

NAMA: AKMAL

NIM: 90256123003

DOSEN: Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag

Dr. M. Sadik Syukur, M.Ah

MATA KULIAH: DINAMIKA HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE TAHUN


2024/2025
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
a. Pengenalan Budaya Hukum Keluarga Nusantara

Dahulu sebelum Islam datang, keduanya adalah budaya jahiliyah dan syariat
Nabi Ibrahim As. Ketika Islam datang dan menetapkan hal tersebut, maka hal itu
menjadi bagian dari syariat Islam. Kaum Muslimin yang menggunakan bulan
qamariyah tidak lantas mengikuti budaya jahiliyah, melainkan mengamalkan ajaran
syariat Islam1.

Hal ini diperkuat dengan pendapat Imam Muslim (w. 256 H) yang membuat
bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul:

ِِ ْ‫ش ال ُّد ْنيَا َع َلى َسبِي ِل الرْأ‬


ِ ِ‫ب ا ْمتِثَا ِل َما قَالَهُ َشرْ عًا ُدونَ َما َذ َك َرهُ صلى هللا عليه وسلم ِم ْن َم َعاي‬
ِ ‫باب ُوجُو‬

Artinya, “Bab Kewajiban Mengikuti Sabda Nabi yang Berupa Syariat, Bukan
Pernyataan Beliau tentang Kehidupan Dunia Menurut Pendapatnya. (Lihat: Abû al-
Hajjâj Muslim, Saḥiḥ Muslim, [Beirut: Dâr al-Jîl, t.t], j. 7, h. 95).

Imam al-Nawawi dalam kitab al-Minhaj Syarh Sahih Muslim, sebagaimana


dikutip Kiai Ali Mustafa, juga menguatkan bahwa tidak ada perbedaan pendapat
dalam permasalahan ini. Sehingga hal tersebut bisa dikategorikan sebagai bagian dari
konsensus (ijma’) ulama.

Pengenalan Budaya Hukum Keluarga Nusantara merupakan langkah awal


dalam memahami keragaman budaya dan tradisi yang mengatur tatanan keluarga di

1
Akmal, Skripsi : Efektivitas Pengelolaan Pemerintahan Daerah Terhadap Komunitas Bissu Di
Kabupaten Pangkep (Telaah Atas Hukum Ketatanegaraan Islam), (UIN Alauddin Makassar : 2019),
hal. 40.

2
wilayah Nusantara, yang meliputi kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan
wilayah sekitarnya. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai pengenalan
Budaya Hukum Keluarga Nusantara :

1. Keanekaragaman Budaya : Wilayah Nusantara dikenal dengan


keanekaragaman budaya yang kaya. Setiap suku, etnis, dan daerah memiliki
tradisi, adat istiadat, dan norma yang unik dalam mengatur kehidupan
keluarga.
2. Keterkaitan dengan Alam dan Lingkungan : Budaya Hukum Keluarga
Nusantara seringkali terkait erat dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, adat-istiadat dalam pernikahan sering kali memperhatikan aspek
lingkungan sekitar, seperti keadaan tanah, tanaman, atau bahkan binatang
yang memiliki makna simbolis.
3. Prinsip Kebinekaan dan Kesatuan : Meskipun terdapat beragam budaya
hukum keluarga di Nusantara, terdapat pula prinsip kebinekaan dan kesatuan
yang mengikat masyarakat di wilayah ini. Prinsip ini menegaskan
pentingnya menghormati perbedaan budaya sambil menjaga persatuan dalam
kehidupan sosial.
4. Peranan Adat Istiadat : Adat istiadat memainkan peran penting dalam
membentuk budaya hukum keluarga di Nusantara. Nilai-nilai yang dipegang
teguh oleh masyarakat, seperti gotong royong, hormat terhadap leluhur, dan
kepatuhan terhadap otoritas adat, turut membentuk sistem hukum keluarga
yang unik.
5. Praktik Tradisional dan Ritual : Budaya Hukum Keluarga Nusantara sering
kali diwujudkan melalui praktik-praktik tradisional dan ritual yang
diwariskan secara turun-temurun. Misalnya, upacara adat dalam pernikahan,
prosesi pembagian warisan, dan tradisi dalam proses pengasuhan anak.
6. Dinamika Perubahan : Meskipun diwarnai oleh tradisi dan adat istiadat yang
kuno, Budaya Hukum Keluarga Nusantara juga mengalami dinamika

3
perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Faktor-faktor seperti
globalisasi, modernisasi, dan urbanisasi mempengaruhi cara masyarakat
Nusantara memahami dan menjalankan budaya hukum keluarga mereka.
7. Pentingnya Pemahaman dan Penghargaan : Mengenal Budaya Hukum
Keluarga Nusantara bukan hanya penting untuk memahami sejarah dan
identitas masyarakat di wilayah ini, tetapi juga untuk memupuk sikap
penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan memperkuat rasa
kebersamaan dalam kerangka negara bangsa yang pluralis.

Pengenalan ini memberikan gambaran umum tentang Budaya Hukum Keluarga


Nusantara, namun penting untuk diingat bahwa setiap daerah dan suku bangsa di
Nusantara memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam mengatur kehidupan
keluarga mereka.
Selain itu, keberadaan negara yang pada dasarnya mewadahi seluruh
keberadaan masyarakatnya seperti masyarakat adat. Kehidupan masyarakat adat
seharusnya tidak dapat diubah dalam tatanan adat yang telah dianutnya. Keberadaan
masyarakat adat dengan tatanan tradisionalnya dapat bersinergi dengan sistem
kenegaraan. Negara seharusnya melakukan perlindungan khusus, sebaliknya
kehadiran masyarakat adat ditengah-tengah negara harus tetap berada dalam jalur
kesatuan.
Seperti dikemukakan oleh para ahli, sudah menjadi kenyataan yang berlaku
umum bahwa untuk berdirinya negara yang merdeka harus dipenuhi sekurang-
kurangnya tiga syarat, yaitu adanya wilayah, adanya rakyat yang tetap dan
pemerintahan yang berdaulat.2 Ketiga syarat ini merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan satu sama lain. Tanpa adanya wilayah yang pasti, tidak mungkin suatu
negara dapat berdiri, dan begitu pula adalah mustahil untuk menyatakan adanya

2
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta:
PSHTN-FHUI, 1983), h. 291.

4
negara tanpa rakyat yang tetap. Di samping itu, meskipun kedua syarat wilayah
(territory) dan rakyat telah dipenuhi, namun apabila pemerintahannya bukan
pemerintahan yang berdaulat yang bersifat rasional, belumlah dapat dinamakan
negara tersebut suatu negara yang merdeka.
Rakyat (people) yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya
dengan negara disebut warga negara (citizen). Warga negara secara sendiri-sendiri
merupakan subjek hukum yang menyandang hak dan kewajiban terhadap negara.
Setiap warga negara mempunyai hak-hak yang wajib diakui (recognized) oleh negara
dan wajib dihormati (respected), dilindungi (protected) dan difasilitasi (facilitated),
serta dipenuhi (fulfilled) oleh negara.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sendiri
memberikan perlindungan baik kepada setiap penduduk maupun setiap warga negara
Republik Indonesia. Artinya UUD 1945 juga menjamin perlindungan bagi setiap
penduduk tanpa melihat apakah dia warga negara atau orang asing. Misalnya, Pasal
29 ayat (2) UUD 1945 menentukan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Hal ini menunjukkan bahwa negara menjamin
akan memberikan perlindungan dalam masalah agama terhadap setiap orang yang ada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan hal tersebut, kedudukan komunitas adat yang berada di negara
Indonesia telah tercantum secara konstitusi dalam Pasal 18b ayat (2) UUD 1945
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
Undang-undang**”. Dengan demikian negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan komunitas adat yang masih hidup di dalam masyarakat. Sehingga komunitas
adat memiliki kesempatan untuk memiliki dan melestarikan adat tersebut sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
b. Pengenalan Islam dan Peranannya dalam Kehidupan Keluarga
Islam, sebagai agama yang memiliki pengikut terbesar kedua di dunia
setelah Kristen, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan
mengatur kehidupan keluarga umatnya. Peran Islam dalam kehidupan
keluarga meliputi berbagai aspek, termasuk struktur keluarga, pernikahan,
pendidikan anak, pembagian warisan, dan banyak lagi. Berikut adalah
penjelasan secara detail mengenai pengenalan Islam dan peranannya dalam
kehidupan keluarga :
1. Pengenalan Islam : Islam adalah agama samawi yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW di Arab pada abad ke-7 Masehi. Al-Quran adalah
kitab suci dalam agama Islam yang dianggap sebagai firman Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Selain Al-Quran, Sunnah
(tradisi) Nabi Muhammad yang terdokumentasi dalam Hadis juga menjadi
sumber ajaran dan hukum dalam Islam.
2. Peran Islam dalam Pernikahan : Islam memberikan pedoman yang jelas
mengenai pernikahan dan membentuk dasar-dasar hubungan suami istri.
Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai institusi yang suci dan
diperintahkan untuk dilaksanakan dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan harmonis. Syarat-syarat pernikahan, hak dan kewajiban suami
istri, serta etika dalam rumah tangga semuanya diatur dalam ajaran Islam.
3. Peran Islam dalam Pendidikan Anak : Islam memberikan penekanan yang
besar pada pendidikan anak. Orang tua dalam Islam diperintahkan untuk
memberikan pendidikan agama dan moral kepada anak-anak mereka, serta
memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Islam juga
menegaskan pentingnya kasih sayang, perhatian, dan pengasuhan yang baik
terhadap anak-anak.
4. Peran Islam dalam Pembagian Warisan : Islam memiliki aturan yang jelas
mengenai pembagian warisan antara ahli waris. Aturan ini dirinci dalam
Al-Quran dan Hadis dan memberikan pedoman yang adil dan sesuai

6
dengan kebutuhan keluarga. Pembagian warisan dalam Islam
memperhitungkan hubungan keluarga, tanggungan, dan kebutuhan
ekonomi masing-masing ahli waris.
5. Peran Islam dalam Menjaga Keharmonisan Keluarga : Islam menekankan
pentingnya menjaga keharmonisan dan kedamaian dalam keluarga. Ajaran-
ajaran Islam tentang kesabaran, toleransi, komunikasi yang baik, serta
penghargaan antara anggota keluarga, semuanya bertujuan untuk
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia.
6. Peran Islam dalam Menyelesaikan Konflik Keluarga : Islam memberikan
pedoman yang jelas dalam menyelesaikan konflik dan perselisihan di
antara anggota keluarga. Islam mendorong penyelesaian masalah melalui
musyawarah, berbicara dengan lembut, dan mencari solusi yang adil dan
bermanfaat bagi semua pihak.
Dengan demikian, Islam memiliki peran yang sangat signifikan dalam
membentuk, mengatur, dan memelihara kehidupan keluarga. Ajaran-ajaran Islam
memberikan pedoman yang jelas dan komprehensif tentang berbagai aspek kehidupan
keluarga, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang bahagia,
harmonis, dan berdaya. Dengan demikian, makalah ini akan membahas lebih lanjut
mengenai Budaya Hukum Keluarga Nusantara Dan Pertemuannya Dengan Islam.

B. Rumusa Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya rumusan masalah
yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Budaya Hukum Keluarga Nusantara?
2. Bagaimana dengan Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum Keluarga di
Nusantara?
3. Bagaimana pertemuan antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan Islam?
4. Apa saja yang termasuk studi kasus : praktik Budaya Hukum Keluarga di
Nusantara dalam bingkai Islam?

7
C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang Budaya Hukum Keluarga


Nusantara.
2. Memberikan pengetahuan tentang Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum
Keluarga di Nusantara.
3. Memberikan pengetahuan pertemuan antara Budaya Hukum Keluarga
Nusantara dan Islam.
4. Memberikan pemahaman dan pengetahuan studi kasus : praktik Budaya Hukum
Keluarga di Nusantara dalam bingkai Islam.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian kajian pustaka adalah hasil analisa berbagai informasi


konseptual serta data-data kualitatif maupun kuantitatif dari berbagai artikel
ilmiah yang terpublikasi sebelumnya. Metode yang digunakan dalam makalah ini
adalah studi pustaka yang berfungsi sebagai tuntunan dalam mengkaji suatu
masalah (review of research).

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Budaya Hukum Keluarga Nusantara

Budaya Hukum Keluarga Nusantara merujuk pada seperangkat norma, nilai,


tradisi, dan praktik hukum yang berkembang di wilayah kepulauan Nusantara
(wilayah Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei, dan sekitarnya). Budaya hukum
keluarga ini merupakan hasil dari interaksi budaya yang kompleks antara berbagai
etnis, suku bangsa, agama, dan adat istiadat yang ada di wilayah tersebut. Berikut
adalah penjelasan menyeluruh mengenai Budaya Hukum Keluarga Nusantara :

1. Karakteristik Budaya Hukum Keluarga Nusantara, sebagai berikut :


 Pluralitas : Budaya hukum keluarga Nusantara ditandai oleh keberagaman
etnis, agama, dan adat istiadat. Setiap wilayah memiliki norma-norma
yang unik dan berbeda dalam mengatur kehidupan keluarga.
 Adat Istiadat : Adat istiadat memiliki peran yang sangat kuat dalam
membentuk norma-norma hukum keluarga di Nusantara. Tradisi, upacara
adat, serta nilai-nilai sosial dan budaya turut mempengaruhi praktik
hukum keluarga.
 Kehidupan Berkeluarga yang Komunal : Budaya hukum keluarga
Nusantara cenderung menekankan pentingnya kehidupan berkeluarga
yang komunal, di mana keluarga tidak hanya terbatas pada unit nuclear
(orang tua dan anak), tetapi juga melibatkan keluarga luas dan komunitas
tempat tinggal.
 Keterkaitan dengan Alam dan Lingkungan: Budaya hukum keluarga
Nusantara sering kali terkait erat dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, adat istiadat terkait dengan pertanian, perikanan, atau kerajinan
tradisional turut membentuk norma-norma hukum keluarga.

9
2. Praktik Hukum Keluarga dalam Budaya Nusantara, sebagai berikut:
 Pernikahan dan Perkawinan: Berbagai adat istiadat, upacara, dan tradisi
turut mempengaruhi praktik pernikahan dan perkawinan di Nusantara,
seperti adat istiadat dalam lamaran, akad nikah, dan prosesi pernikahan.
 Pengasuhan Anak: Adat istiadat dan nilai-nilai budaya juga
mempengaruhi cara pengasuhan anak, termasuk pendidikan agama,
moral, dan keterampilan tradisional yang diteruskan dari generasi ke
generasi.
 Pembagian Warisan: Pembagian warisan dalam budaya hukum keluarga
Nusantara sering kali mengikuti aturan adat istiadat yang khas bagi setiap
etnis atau wilayah.
3. Perkembangan dan Perubahan : Meskipun banyak aspek budaya hukum
keluarga Nusantara yang telah bertahan selama berabad-abad, namun banyak
juga yang mengalami perubahan dan adaptasi terhadap kondisi sosial,
ekonomi, dan politik yang terus berkembang.
4. Pengaruh Globalisasi dan Modernisasi : Pengaruh globalisasi dan modernisasi
turut membawa perubahan dalam budaya hukum keluarga Nusantara. Nilai-
nilai Barat dan perubahan sosial yang terjadi di era modern sering kali
menimbulkan tantangan terhadap tradisi dan nilai-nilai lokal.

Dengan demikian, Budaya Hukum Keluarga Nusantara merupakan warisan


budaya yang kaya dan kompleks, yang mencerminkan keberagaman etnis, adat
istiadat, dan nilai-nilai sosial yang ada di wilayah kepulauan Nusantara. Meskipun
demikian, budaya hukum keluarga ini terus mengalami perubahan dan adaptasi dalam
menghadapi dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang.

10
a. Ciri-ciri Utama Budaya Hukum Keluarga Nusantara

Ciri-ciri utama budaya hukum keluarga Nusantara merujuk pada serangkaian


nilai, norma, dan praktik yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan
masyarakat di wilayah Nusantara (wilayah kepulauan di Asia Tenggara) sejak zaman
dahulu. Meskipun terdapat variasi antara budaya hukum keluarga di berbagai daerah
di Nusantara, ada beberapa ciri umum yang dapat diidentifikasi. Berikut adalah
penjelasan menyeluruh mengenai ciri-ciri utama budaya hukum keluarga Nusantara :

1. Keanekaragaman Budaya : Nusantara merupakan wilayah yang kaya akan


keberagaman budaya. Setiap suku, etnis, dan daerah memiliki kekhasan
budaya sendiri dalam hal hukum keluarga. Hal ini tercermin dalam adat
istiadat, tradisi, dan nilai-nilai yang berbeda-beda yang membentuk pola-pola
perilaku dalam keluarga.
2. Kekeluargaan yang Kuat : Salah satu ciri utama budaya hukum keluarga
Nusantara adalah adanya nilai-nilai kekeluargaan yang kuat. Keluarga
dianggap sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran sentral
dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Solidaritas keluarga dijunjung tinggi
dan dianggap sebagai landasan utama dalam menjalani kehidupan.
3. Patriarki dan Matriarki : Beberapa masyarakat di Nusantara menganut sistem
patriarki, di mana otoritas dan kekuasaan dalam keluarga lebih banyak
dipegang oleh pria. Namun, ada juga masyarakat yang menganut sistem
matriarki, di mana peran perempuan dalam keluarga lebih dominan. Sistem ini
tercermin dalam pembagian tugas dan tanggung jawab antara suami dan istri
dalam keluarga.
4. Adat Istiadat dan Tradisi : Budaya hukum keluarga Nusantara sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat dan tradisi yang turun-temurun. Norma-norma
yang diatur oleh adat istiadat, baik dalam hal pernikahan, perceraian,
pengasuhan anak, maupun pembagian warisan, sering kali menjadi panduan
utama bagi masyarakat dalam mengatur kehidupan keluarga mereka.

11
5. Gotong Royong dan Solidaritas Sosial : Konsep gotong royong dan solidaritas
sosial sangat dihargai dalam budaya hukum keluarga Nusantara. Masyarakat
saling membantu satu sama lain dalam keadaan suka maupun duka.
Solidaritas ini tercermin dalam praktik-praktik seperti gotong royong dalam
acara-acara adat, bantuan sosial dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
6. Hormat kepada Eksistensi Lain : Budaya hukum keluarga Nusantara juga
mencerminkan nilai-nilai saling menghormati dan menghargai eksistensi
sesama anggota keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Hal ini tercermin
dalam norma-norma tentang kesopanan, adab, dan etika dalam berinteraksi di
dalam keluarga dan masyarakat.
7. Lingkungan Alam dan Spiritual : Budaya hukum keluarga Nusantara
seringkali juga terkait erat dengan lingkungan alam dan spiritual. Masyarakat
di Nusantara seringkali menghubungkan praktik-praktik keagamaan dan
kepercayaan spiritual dengan kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks
keluarga.

Ciri-ciri utama budaya hukum keluarga Nusantara ini mencerminkan kekayaan


dan keberagaman nilai-nilai yang terus dijunjung tinggi oleh masyarakat di wilayah
Nusantara. Meskipun ada perubahan dan modernisasi, nilai-nilai ini masih sangat
relevan dan menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat di Nusantara.

b. Peranan Adat Istiadat dalam Pembentukan Norma Keluarga

Adat istiadat merupakan warisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke


generasi dalam masyarakat. Peranan adat istiadat dalam pembentukan norma keluarga
sangatlah penting karena adat istiadat mencerminkan nilai-nilai, norma, dan tradisi
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Berikut adalah penjelasan
menyeluruh mengenai peranan adat istiadat dalam pembentukan norma keluarga :

1. Pemeliharaan Identitas dan Keberlanjutan Budaya : Adat istiadat membantu


dalam memelihara identitas budaya suatu masyarakat dan menjaga

12
keberlanjutan tradisi. Dengan mempraktikkan adat istiadat dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga memperkuat hubungan dengan leluhur mereka dan
melestarikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh komunitas tersebut.
2. Pedoman dalam Hubungan Keluarga : Adat istiadat sering kali memberikan
pedoman dalam membentuk hubungan antaranggota keluarga. Misalnya,
aturan-aturan mengenai pernikahan, hubungan antara suami istri, hubungan
antara orang tua dan anak, serta hubungan antara kerabat dekat sering kali
diatur oleh adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
3. Pengaturan Tata Kelola Keluarga : Adat istiadat juga berperan dalam
mengatur tata kelola keluarga, termasuk tanggung jawab, hak, dan kewajiban
masing-masing anggota keluarga. Misalnya, dalam beberapa budaya,
pembagian peran berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga diatur oleh adat
istiadat, di mana laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang
berbeda dalam keluarga.
4. Penyelesaian Konflik dan Perselisihan : Adat istiadat sering kali memiliki
mekanisme sendiri dalam menyelesaikan konflik dan perselisihan dalam
keluarga. Penyelesaian konflik berdasarkan adat istiadat bisa melibatkan
proses musyawarah, mediasi oleh tokoh adat, atau menggunakan upacara adat
tertentu untuk memulihkan harmoni dalam keluarga.
5. Pengaturan Acara Keluarga dan Perayaan Tradisional : Adat istiadat juga
berperan dalam mengatur acara keluarga dan perayaan tradisional. Misalnya,
acara pernikahan, upacara kelahiran, upacara adat setelah kematian, dan
perayaan lainnya sering kali diatur sesuai dengan tata cara adat istiadat yang
berlaku dalam masyarakat.
6. Pengaruh Adat Istiadat dalam Pembentukan Nilai Keluarga : Adat istiadat
memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai yang diyakini dan
diterapkan oleh anggota keluarga. Nilai-nilai seperti kesetiaan, hormat kepada
orang tua, rasa tenggang rasa, kebersamaan, dan banyak lagi sering kali
tercermin dalam adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

13
Dengan demikian, adat istiadat memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan norma-norma keluarga. Adat istiadat membantu menjaga kestabilan dan
harmoni dalam keluarga, sambil memelihara identitas budaya dan nilai-nilai yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, perlu dicatat bahwa dalam beberapa
kasus, adat istiadat juga dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam atau nilai-
nilai universal, sehingga diperlukan keseimbangan antara adat istiadat dan nilai-nilai
yang lebih luas dalam membangun kehidupan keluarga yang seimbang dan harmonis.

c. Contoh-contoh Praktik Budaya Hukum Keluarga di Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki


keberagaman budaya dan adat istiadat yang kaya. Budaya hukum keluarga di
Sulawesi Barat tercermin dalam berbagai praktik tradisional yang masih dijunjung
tinggi oleh masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa contoh praktik budaya
hukum keluarga di Sulawesi Barat :

1. Perkawinan Adat : Di Sulawesi Barat, terdapat beragam tradisi dan upacara


dalam pernikahan adat. Misalnya, di suku Bugis, terdapat tradisi
'Mappasikarawa', yaitu prosesi lamaran yang dilakukan oleh pihak calon
pengantin pria ke pihak keluarga calon pengantin wanita dengan membawa
sejumlah hadiah dan meminta restu dari keluarga calon pengantin wanita.
Selain itu, upacara 'Mappacci' (pernikahan) juga dilakukan dengan mengikuti
serangkaian tata cara adat yang telah turun temurun.
2. Pengasuhan Anak : Dalam budaya hukum keluarga di Sulawesi Barat,
pengasuhan anak juga merupakan hal yang penting. Biasanya, tanggung jawab
pengasuhan anak dijalankan oleh orang tua dan keluarga besar secara
bersama-sama. Anak-anak diharapkan menghormati dan patuh kepada orang
tua serta tetua dalam keluarga.
3. Pembagian Warisan : Praktik pembagian warisan di Sulawesi Barat masih
sangat dipengaruhi oleh adat istiadat. Sistem adat turun-temurun mengatur

14
cara pembagian harta pusaka, biasanya dengan mempertimbangkan garis
keturunan dan kebutuhan ekonomi keluarga. Pembagian warisan ini sering
kali dipimpin oleh seorang tetua adat atau tokoh masyarakat yang dihormati.
4. Upacara Adat dalam Siklus Kehidupan : Di Sulawesi Barat, terdapat berbagai
upacara adat yang melibatkan seluruh anggota keluarga dalam berbagai
tahapan kehidupan, mulai dari kelahiran, sunatan, pernikahan, hingga
kematian. Upacara-upacara ini dianggap penting untuk memperkuat ikatan
keluarga dan memastikan kelancaran proses kehidupan.
5. Penyelesaian Konflik : Ketika terjadi perselisihan di antara anggota keluarga,
masyarakat Sulawesi Barat cenderung menggunakan mekanisme penyelesaian
konflik secara adat. Biasanya, penyelesaian konflik dilakukan melalui
musyawarah di tingkat keluarga atau desa dengan melibatkan tokoh-tokoh
adat atau tokoh masyarakat sebagai mediator.
6. Penghormatan Terhadap Kedudukan Orang Tua : Salah satu nilai yang sangat
dijunjung tinggi dalam budaya hukum keluarga di Sulawesi Barat adalah
penghormatan terhadap kedudukan orang tua. Anak-anak diharapkan untuk
patuh dan menghormati orang tua, serta turut menjaga tradisi dan adat istiadat
keluarga.

Praktik-praktik budaya hukum keluarga di Sulawesi Barat merupakan warisan


nenek moyang yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Meskipun
demikian, praktik-praktik ini sering kali juga dipengaruhi oleh ajaran agama Islam
yang dianut oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Barat. Seiring dengan
perkembangan zaman, beberapa praktik mungkin telah mengalami perubahan atau
penyesuaian, namun nilai-nilai budaya dan adat istiadat tetap dijunjung tinggi dalam
kehidupan keluarga di Sulawesi Barat.

15
B. Islam dan Dinamika Hukum Keluarga Islam

Islam memiliki peran yang signifikan dalam dinamika hukum keluarga di


Indonesia, sebuah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam.
Dinamika hukum keluarga Islam di Indonesia mencakup berbagai aspek, mulai dari
pernikahan, perceraian, warisan, hingga hak-hak keluarga lainnya. Berikut ini adalah
penjelasan menyeluruh mengenai Islam dan dinamika hukum keluarga Islam di
Indonesia :

1. Perkawinan : Pernikahan dalam Islam diatur oleh hukum keluarga Islam yang
berlaku di Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan di Indonesia dilaksanakan
menurut hukum agama dan keyakinan masing-masing pemeluknya.
Pernikahan dalam Islam diatur oleh syariat Islam, yang meliputi syarat-syarat,
prosedur, hak, dan kewajiban suami istri.
2. Perceraian : Hukum keluarga Islam di Indonesia juga mengatur prosedur
perceraian, baik melalui pengadilan agama maupun melalui mekanisme
perdamaian di luar pengadilan. Proses perceraian dalam Islam melibatkan
tahapan yang harus diikuti, seperti mediasi, penyelesaian harta bersama, dan
pembagian hak asuh anak.
3. Warisan : Pembagian warisan dalam Islam di Indonesia mengikuti ketentuan
hukum waris Islam yang diatur dalam Al-Quran dan Hadis. Meskipun
demikian, di Indonesia, terdapat perbedaan interpretasi dan praktik pembagian
warisan antara mazhab-mazhab Islam yang berbeda, seperti mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hambali.
4. Hak-hak Keluarga Lainnya : Selain perkawinan, perceraian, dan warisan,
hukum keluarga Islam di Indonesia juga mengatur hak-hak keluarga lainnya,
seperti hak-hak anak, hak-hak orang tua, hak-hak suami istri, dan lain
sebagainya. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan serta

16
berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya menjadi acuan dalam
menentukan hak-hak tersebut.
5. Dinamika Perubahan : Hukum keluarga Islam di Indonesia mengalami
dinamika perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan
masyarakat. Beberapa perubahan tersebut dapat berupa reformasi hukum,
penyesuaian dengan perkembangan sosial dan budaya, serta adaptasi terhadap
nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat global.
6. Peran Lembaga Agama dan Negara : Lembaga agama, seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI), serta lembaga negara,
seperti Kementerian Agama dan Mahkamah Agung, memiliki peran penting
dalam mengatur, menafsirkan, dan menegakkan hukum keluarga Islam di
Indonesia.

Dengan demikian, dinamika hukum keluarga Islam di Indonesia mencerminkan


kompleksitas dalam mengintegrasikan ajaran Islam dengan konteks sosial, budaya,
dan hukum nasional. Meskipun didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, implementasi
hukum keluarga Islam di Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
perubahan sosial, budaya, politik, dan hukum.

a. Dasar-dasar Hukum Keluarga dalam Islam

Dasar-dasar Hukum Keluarga dalam Islam memberikan landasan yang kokoh


dalam mengatur berbagai aspek kehidupan keluarga. Ajaran Islam memberikan
pedoman yang jelas mengenai pernikahan, hubungan suami istri, pendidikan anak,
pembagian warisan, dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.
Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai dasar-dasar hukum keluarga dalam
Islam :

17
1. Pernikahan : Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai peristiwa sakral yang
sah dan diatur oleh hukum syariat. Dasar hukum pernikahan dalam Islam
dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad. Pernikahan
harus dilakukan dengan izin wali (walinya), disertai dengan mas kawin
(mahar), dan disaksikan oleh minimal dua orang saksi yang adil. Pernikahan
dalam Islam juga mengikatkan hak dan kewajiban suami istri, serta
memberikan landasan bagi pembentukan keluarga yang harmonis.
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri : Islam mengatur hak dan kewajiban suami
istri secara rinci. Suami diwajibkan untuk memberikan nafkah, tempat tinggal,
dan perlindungan kepada istri serta memperlakukan istri dengan baik dan adil.
Sebaliknya, istri diwajibkan untuk taat kepada suami, menjaga kehormatan
rumah tangga, dan mengelola rumah tangga dengan baik.
3. Pendidikan Anak : Islam memberikan penekanan yang besar pada pendidikan
anak. Orang tua dalam Islam memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik
anak-anak mereka agar tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia,
berilmu, dan bertaqwa kepada Allah. Pendidikan agama dan moral menjadi
prioritas utama dalam pendidikan anak dalam Islam.
4. Pembagian Warisan : Islam memiliki aturan yang jelas mengenai pembagian
warisan antara ahli waris. Aturan ini terdapat dalam Al-Quran dan Hadis dan
menetapkan bagaimana harta pusaka dibagi antara suami, istri, anak-anak,
orang tua, dan kerabat lainnya. Pembagian warisan dalam Islam didasarkan
pada prinsip keadilan dan kebutuhan ekonomi masing-masing ahli waris.
5. Pengasuhan Anak : Islam memberikan pedoman yang detail mengenai
pengasuhan anak. Orang tua diperintahkan untuk memberikan kasih sayang,
perhatian, dan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka. Anak-anak
dalam Islam memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, dan
bimbingan dari orang tua mereka.
6. Perlindungan Terhadap Keluarga : Islam memberikan perlindungan yang kuat
terhadap institusi keluarga. Ajaran Islam melarang segala bentuk kekerasan

18
dalam rumah tangga, perselingkuhan, dan perilaku yang merusak
keharmonisan keluarga. Islam juga mendorong penyelesaian konflik dalam
keluarga dengan cara yang baik dan damai.

Dengan demikian, dasar-dasar hukum keluarga dalam Islam memberikan


landasan yang kokoh dalam mengatur kehidupan keluarga sesuai dengan prinsip-
prinsip agama dan moral yang tinggi. Ajaran Islam mengajarkan nilai-nilai
keadilan, kasih sayang, dan keharmonisan dalam keluarga, sehingga membentuk
pondasi yang kuat bagi pembentukan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera.

b. Prinsip-prinsip Utama yang Mengatur Keluarga dalam Islam

Prinsip-prinsip utama yang mengatur keluarga dalam Islam merupakan seperangkat


nilai, ajaran, dan tata cara yang diatur oleh ajaran Islam untuk membentuk dan
menjaga hubungan keluarga yang harmonis, adil, dan bermartabat. Prinsip-prinsip ini
didasarkan pada Al-Quran, Sunnah (tradisi) Nabi Muhammad, dan ijma (kesepakatan
umat Islam) dari para ulama. Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai
prinsip-prinsip utama yang mengatur keluarga dalam Islam :

1. Tauhid : Tauhid adalah prinsip utama dalam Islam yang menekankan keesaan
Allah SWT. Dalam konteks keluarga, tauhid mengajarkan pentingnya
menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan keluarga dan menjalankan segala
aspek kehidupan berdasarkan ajaran-Nya.
2. Kepemimpinan Suami : Islam mengatur bahwa suami memiliki tanggung
jawab utama sebagai pemimpin keluarga. Namun, kepemimpinan suami harus
dilakukan dengan kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang, serta selalu
berdasarkan pada ajaran Islam.
3. Kesetaraan dan Keadilan : Meskipun suami memiliki peran sebagai pemimpin
keluarga, Islam juga menegaskan kesetaraan antara suami dan istri dalam hal
hak dan kewajiban. Suami dan istri harus saling menghormati, mendukung,
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam kehidupan keluarga.

19
Prinsip keadilan juga ditekankan dalam memperlakukan semua anggota
keluarga dengan adil, baik dalam pembagian tanggung jawab maupun hak-hak
mereka.
4. Kasih Sayang dan Perhatian : Islam menekankan pentingnya kasih sayang,
perhatian, dan penghargaan antara suami istri serta antara orang tua dan anak-
anak. Kasih sayang dan perhatian ini menjadi pondasi bagi hubungan keluarga
yang harmonis dan penuh cinta.
5. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak : Orang tua dalam Islam memiliki
tanggung jawab besar terhadap pendidikan, perlindungan, dan pengasuhan
anak-anak mereka. Islam mendorong orang tua untuk memberikan pendidikan
agama dan moral kepada anak-anak mereka serta memberikan teladan yang
baik dalam perilaku dan sikap.
6. Keluarga sebagai Unit Terkecil Masyarakat : Islam mengajarkan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran
penting dalam pembentukan individu dan perkembangan sosial. Oleh karena
itu, kestabilan dan kesejahteraan keluarga menjadi kunci bagi keberhasilan
masyarakat secara keseluruhan.
7. Perlindungan Hak-hak Anggota Keluarga : Islam memberikan perlindungan
yang kuat terhadap hak-hak anggota keluarga, termasuk hak-hak suami istri,
hak-hak anak-anak, dan hak-hak keluarga lainnya. Melalui hukum Islam, hak-
hak ini dijamin dan harus dihormati oleh semua anggota keluarga.
8. Pentingnya Komunikasi dan Musyawarah : Islam mendorong komunikasi
yang baik dan musyawarah dalam keluarga untuk menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan mencapai kesepakatan. Komunikasi yang terbuka
dan musyawarah yang dilakukan dengan akhlak yang baik menjadi kunci bagi
terciptanya hubungan keluarga yang harmonis.

Prinsip-prinsip utama ini membentuk landasan yang kuat dalam mengatur


kehidupan keluarga dalam Islam. Dengan mempraktikkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran

20
Islam dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Muslim diharapkan dapat menciptakan
lingkungan keluarga yang bahagia, harmonis, dan penuh berkah.

c. Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum Keluarga pada Dinamika Hukum


Keluarga Islam di Indonesia

Pentingnya Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum Keluarga pada Dinamika


Hukum Keluarga Islam di Indonesia

1. Identitas Negara dan Masyarakat Indonesia : Indonesia adalah negara dengan


mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga pengaruh Islam dalam budaya
hukum keluarga sangat signifikan. Islam tidak hanya menjadi agama
mayoritas, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas negara dan
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, budaya hukum keluarga di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.
2. Konsistensi dengan Ajaran Agama : Kehidupan masyarakat Muslim di
Indonesia sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam dalam berbagai aspek,
termasuk dalam hal hukum keluarga. Konsistensi antara hukum keluarga
Islam dengan ajaran agama Islam menjadi penting untuk menjaga
keberlangsungan dan keutuhan komunitas Muslim di Indonesia.
3. Keharmonisan Keluarga dan Masyarakat : Islam memberikan pedoman yang
jelas untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Ajaran
Islam tentang pernikahan, hubungan suami istri, pendidikan anak, dan
pembagian warisan membantu menjaga ketertiban dan kedamaian dalam
struktur keluarga dan masyarakat.
4. Legitimasi dan Otoritas : Dalam konteks hukum keluarga, pengaruh Islam
memberikan legitimasi dan otoritas pada aturan-aturan yang berlaku. Hukum
keluarga Islam di Indonesia, yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadis,
dianggap memiliki otoritas moral dan spiritual yang tinggi di kalangan
masyarakat Muslim.

21
5. Perlindungan Terhadap Hak-hak Individu : Hukum keluarga Islam
memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu, termasuk hak-hak
perempuan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya. Prinsip-prinsip
keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan yang terkandung dalam hukum
keluarga Islam membantu mencegah penyalahgunaan dan pelanggaran hak-
hak tersebut.
6. Pemberdayaan Masyarakat Muslim : Hukum keluarga Islam memberikan
kesempatan bagi masyarakat Muslim untuk terlibat aktif dalam proses hukum
yang mempengaruhi kehidupan mereka. Melalui pemahaman dan penerapan
hukum keluarga Islam, masyarakat Muslim di Indonesia dapat memperkuat
identitas dan keberadaan mereka dalam ranah hukum dan sosial.
7. Keragaman dan Kesatuan : Meskipun Indonesia adalah negara dengan
keberagaman agama dan budaya, Islam memiliki peran yang menyatukan
dalam budaya hukum keluarga. Prinsip-prinsip universal dalam Islam, seperti
keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial, membantu memperkuat
kerjasama dan kesatuan di antara berbagai kelompok masyarakat.

Dengan demikian, pengaruh Islam dalam budaya hukum keluarga sangat penting
dalam dinamika hukum keluarga Islam di Indonesia. Hal ini tidak hanya mencakup
aspek hukum formal, tetapi juga nilai-nilai, norma-norma, dan praktik-praktik yang
membentuk tatanan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim di
Indonesia.

C. Pertemuan Antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan Islam

Pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam merupakan


fenomena yang menarik untuk diselidiki karena Nusantara, dengan keragaman etnis,
budaya, dan agama, memiliki tradisi hukum keluarga yang kaya, sementara Islam
memiliki pengaruh yang signifikan dalam masyarakat di wilayah tersebut. Pertemuan
antara keduanya menciptakan dinamika yang kompleks dalam praktik hukum

22
keluarga di Nusantara. Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai pertemuan
tersebut :

1. Simbiosis Antara Adat dan Islam : Di banyak masyarakat Nusantara, terjadi


simbiosis antara adat istiadat lokal dan ajaran Islam dalam praktik hukum
keluarga. Misalnya, dalam masalah pernikahan, meskipun ajaran Islam
menjadi pedoman utama, namun masih ada unsur-unsur adat istiadat lokal
yang turut dipertimbangkan. Hal ini tercermin dalam prosesi pernikahan,
pembagian warisan, dan tata cara pengasuhan anak.
2. Konflik Potensial : Meskipun ada upaya untuk menggabungkan prinsip-
prinsip Islam dengan tradisi lokal, namun seringkali terjadi konflik antara
hukum keluarga Nusantara dan ajaran Islam. Misalnya, dalam hal pembagian
warisan, adat lokal mungkin mengakibatkan ketidakadilan terhadap
perempuan, sementara Islam menegaskan hak-hak yang sama antara laki-laki
dan perempuan dalam warisan.
3. Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum Keluarga Nusantara : Kehadiran Islam
dalam Nusantara juga telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
budaya hukum keluarga. Misalnya, banyak praktik hukum keluarga lokal
yang mengalami transformasi atau penyesuaian dengan ajaran Islam. Hal ini
dapat dilihat dalam adopsi aturan-aturan Islam tentang pernikahan, pembagian
warisan, dan pengasuhan anak.
4. Strategi untuk Merangkum Pertemuan Budaya Hukum Keluarga Nusantara
dan Islam : Di hadapan kompleksitas pertemuan antara budaya hukum
keluarga Nusantara dan Islam, diperlukan strategi yang bijaksana untuk
merangkum keduanya. Salah satu strategi yang efektif adalah pendekatan
dialogis yang memungkinkan perwakilan dari kedua sisi untuk saling
berkomunikasi, memahami, dan mencari titik temu yang bisa diterima
bersama.

23
5. Peran Hukum Positif : Pemerintah juga memiliki peran dalam merangkum
pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam melalui
hukum positif. Melalui proses legislasi yang bijaksana, pemerintah dapat
menciptakan kerangka hukum yang memadukan prinsip-prinsip Islam dengan
nilai-nilai lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan realitas masyarakat
Nusantara.

Pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam merupakan titik
temu yang menarik antara tradisi lokal yang kaya dan ajaran Islam yang kuat. Dalam
konteks ini, penting untuk memahami dinamika, tantangan, dan potensi solusi yang
dapat diambil untuk mencapai keselarasan antara keduanya demi terciptanya keadilan
dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga di Nusantara.

a. Simbiosis Antara Adat dan Islam dalam Kehidupan Keluarga

Simbiosis antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga merujuk pada proses
di mana praktik-praktik kebudayaan lokal atau adat istiadat di Nusantara bersatu atau
berdampingan dengan ajaran Islam dalam membentuk tatanan keluarga yang unik dan
khas. Proses ini telah terjadi selama berabad-abad di wilayah Nusantara dan terus
berlanjut hingga saat ini. Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai simbiosis
antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga :

1. Pengaruh Adat dalam Kehidupan Keluarga : Sebelum kedatangan Islam di


Nusantara, masyarakat memiliki tradisi dan budaya yang kaya dan beragam.
Praktik-praktik kebudayaan tersebut meliputi perkawinan, pengasuhan anak,
adat istiadat dalam keluarga, dan lain-lain. Setiap suku atau etnis memiliki
tradisi dan aturan sendiri dalam mengatur kehidupan keluarga.
2. Kedatangan Islam dan Adaptasi : Seiring masuknya Islam ke Nusantara,
masyarakat mulai mengadopsi ajaran-ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Namun, proses ini tidak berarti adat dan tradisi lokal hilang

24
begitu saja. Sebaliknya, masyarakat Nusantara cenderung menggabungkan
atau menyesuaikan ajaran Islam dengan praktik-praktik tradisional mereka.
3. Simbiosis dalam Pernikahan : Contohnya, dalam masalah pernikahan, adat
istiadat lokal seperti prosesi adat, upacara adat, dan tradisi turun-temurun
masih sering dipertahankan. Namun, banyak dari praktik tersebut telah
diintegrasikan dengan ajaran Islam. Misalnya, prosesi akad nikah dilakukan
sesuai dengan syariat Islam, sementara upacara adat mungkin tetap diadakan
sebagai bagian dari tradisi keluarga.
4. Simbiosis dalam Pengasuhan Anak : Dalam pengasuhan anak, nilai-nilai
agama Islam seperti kasih sayang, disiplin, dan pendidikan agama dapat
disatukan dengan praktik-praktik tradisional seperti dongeng-dongeng lokal,
permainan tradisional, dan ritual keluarga lainnya.
5. Simbiosis dalam Pembagian Warisan : Pembagian warisan juga menjadi
contoh bagaimana adat dan Islam berdampingan. Meskipun aturan Islam
mengenai pembagian warisan sudah jelas, praktik-praktik lokal dalam hal
warisan kadang-kadang masih dipertahankan. Namun, dalam banyak kasus,
hukum Islam diberlakukan secara lebih utama.
6. Konflik dan Penyesuaian : Meskipun ada simbiosis antara adat dan Islam
dalam kehidupan keluarga, konflik juga dapat timbul. Terkadang, adat dan
Islam memiliki perspektif atau nilai yang berbeda dalam hal-hal tertentu.
Dalam kasus ini, masyarakat sering melakukan penyesuaian atau negosiasi
untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi persyaratan agama dan juga
mempertahankan identitas budaya mereka.
7. Pentingnya Keharmonisan : Dalam simbiosis antara adat dan Islam, penting
untuk menjaga keharmonisan antara dua elemen tersebut. Keharmonisan ini
memungkinkan masyarakat untuk tetap terhubung dengan akar budaya
mereka sambil menjalankan ajaran agama Islam secara konsisten.

25
Dengan demikian, simbiosis antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga di
Nusantara menciptakan tatanan keluarga yang unik, kaya, dan kompleks. Proses ini
melibatkan adaptasi, integrasi, dan kadang-kadang konflik, namun pada akhirnya
bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan keberagaman dalam kehidupan keluarga
di Nusantara.

b. Konflik-konflik Potensial antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara


dan Islam

Konflik potensial antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam dapat
muncul karena perbedaan antara prinsip-prinsip hukum yang mendasari kedua sistem
tersebut. Di bawah ini, saya akan menjelaskan secara menyeluruh beberapa konflik
potensial yang mungkin timbul :

1. Perkawinan dan Perseorangan :


 Pemilihan Pasangan : Dalam beberapa budaya hukum keluarga Nusantara,
pemilihan pasangan sering kali didasarkan pada faktor-faktor seperti status
sosial, etnis, atau pertimbangan keluarga. Namun, Islam menekankan
pentingnya memilih pasangan berdasarkan keimanan dan akhlak, tanpa
memandang status sosial atau etnis.
 Praktik Perkawinan : Beberapa praktik perkawinan dalam budaya hukum
keluarga Nusantara, seperti perkawinan adat atau tradisional, mungkin
bertentangan dengan hukum perkawinan dalam Islam. Misalnya, praktik
mahar yang dianggap wajar dalam budaya tertentu mungkin dianggap tidak
adil menurut Islam.
 Perceraian : Cara-cara yang diakui dalam budaya hukum keluarga Nusantara
untuk menceraikan pasangan dapat bertentangan dengan prosedur perceraian
yang diatur dalam hukum Islam.

26
2. Pembagian Warisan :
 Sistem Warisan Adat : Di beberapa budaya hukum keluarga Nusantara, sistem
warisan mungkin didasarkan pada tradisi adat tertentu yang mungkin tidak
sesuai dengan aturan warisan dalam Islam. Misalnya, dalam beberapa budaya,
warisan mungkin diberikan secara tidak seimbang antara anak laki-laki dan
perempuan.
 Prinsip Kesetaraan dalam Islam : Islam menekankan prinsip kesetaraan dalam
pembagian warisan antara ahli waris, di mana setiap ahli waris memiliki hak
yang sama terhadap warisan. Hal ini mungkin bertentangan dengan praktik
adat tertentu di Nusantara.
3. Pengasuhan Anak :
 Pendekatan dalam Pengasuhan : Pendekatan dalam pengasuhan anak dapat
bervariasi antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam. Misalnya,
dalam beberapa budaya, otoritas orang tua mungkin dianggap mutlak tanpa
memperhatikan pendapat atau kebutuhan anak, sementara Islam menekankan
perlunya mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan anak dalam proses
pengasuhan.
 Pendidikan Agama : Islam menekankan pentingnya pendidikan agama bagi
anak-anak, namun dalam beberapa budaya hukum keluarga Nusantara,
pendidikan agama mungkin tidak menjadi prioritas yang sama pentingnya.
4. Peran Gender :
 Peran Gender dalam Keluarga : Pandangan tentang peran gender dalam
keluarga dapat bervariasi antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam.
Misalnya, dalam beberapa budaya, peran gender mungkin lebih terbatas dan
terkait dengan tradisi tertentu, sementara Islam menekankan kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal tanggung jawab dan hak-hak dalam
keluarga.

27
Konflik-konflik potensial ini mungkin muncul dalam konteks kehidupan keluarga
di Nusantara di mana adat dan tradisi lokal masih kuat, sementara nilai-nilai dan
ajaran Islam juga berpengaruh besar. Penyelesaian konflik semacam itu sering kali
memerlukan pendekatan yang hati-hati dan memperhitungkan baik nilai-nilai budaya
lokal maupun prinsip-prinsip agama Islam.

c. Strategi untuk Merangkumkan Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan


Islam

Merangkum pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam


merupakan langkah penting dalam memahami dinamika kehidupan keluarga di
wilayah Nusantara yang didominasi oleh nilai-nilai adat dan agama Islam. Berikut
adalah beberapa strategi yang dapat digunakan untuk merangkum pertemuan budaya
hukum keluarga Nusantara dan Islam secara menyeluruh :

1. Studi Interdisipliner : Menggabungkan pendekatan antropologi, sosiologi,


sejarah, dan studi agama dalam analisis budaya hukum keluarga Nusantara
dan Islam. Pendekatan ini membantu memahami konteks historis, sosial, dan
agama yang membentuk praktik-praktik hukum keluarga di Nusantara.
2. Analisis Komparatif : Membandingkan prinsip-prinsip hukum keluarga dalam
adat Nusantara dengan ajaran Islam untuk mengidentifikasi persamaan,
perbedaan, dan pertemuan antara keduanya. Analisis ini membantu
menemukan titik-titik konvergensi dan divergensi antara budaya hukum
keluarga Nusantara dan Islam.
3. Studi Kasus Regional : Memperhatikan variasi budaya hukum keluarga di
berbagai wilayah Nusantara dan bagaimana ajaran Islam mempengaruhi
praktik-praktik tersebut. Studi kasus regional membantu menggambarkan
keragaman budaya hukum keluarga di Nusantara dan interaksi mereka dengan
ajaran Islam.

28
4. Dialog Interaktif : Mengadakan dialog antara tokoh-tokoh agama, tokoh adat,
akademisi, dan praktisi hukum untuk mendiskusikan pertemuan budaya
hukum keluarga Nusantara dan Islam. Dialog ini memungkinkan pertukaran
pandangan, pengalaman, dan pemahaman tentang dinamika kehidupan
keluarga di Nusantara.
5. Penelitian Lapangan : Melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan
data primer tentang praktik-praktik hukum keluarga di berbagai komunitas
Nusantara. Penelitian lapangan membantu memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang implementasi budaya hukum keluarga Nusantara dan
pertemuannya dengan Islam di tingkat lokal.
6. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat : Mengadakan program edukasi dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami pertemuan antara
budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam. Program ini dapat melibatkan
seminar, lokakarya, dan kampanye sosial untuk meningkatkan pemahaman
dan penghargaan terhadap keragaman budaya hukum keluarga di Nusantara.
7. Rekonsiliasi dan Penyelesaian Konflik : Mendorong rekonsiliasi antara nilai-
nilai budaya hukum keluarga Nusantara dan ajaran Islam dalam
menyelesaikan konflik atau ketegangan yang timbul akibat perbedaan
pemahaman dan praktik. Pendekatan rekonsiliasi membantu menciptakan
harmoni dan perdamaian dalam kehidupan keluarga di Nusantara.

Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, kita dapat merangkum pertemuan


budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam secara menyeluruh, memahami
kompleksitas dinamika kehidupan keluarga di Nusantara, serta mendorong harmoni
dan kerjasama antara berbagai nilai dan tradisi dalam masyarakat.

29
D. Studi Kasus: Praktik Budaya Hukum Keluarga di Nusantara dalam
Bingkai Islam

Studi kasus ini akan menggambarkan berbagai praktik budaya hukum keluarga
di Nusantara yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Nusantara, yang merupakan
kawasan geografis yang luas dan beragam budaya di Asia Tenggara, memiliki tradisi
hukum keluarga yang beraneka ragam. Namun, seiring dengan penyebaran Islam di
wilayah tersebut, banyak praktik hukum keluarga tradisional yang telah disesuaikan
atau dipengaruhi oleh ajaran Islam. Berikut adalah studi kasus yang mencerminkan
dinamika tersebut :

1. Praktik Pernikahan : Di suatu desa di Jawa Barat, terdapat praktik pernikahan


yang mencerminkan perpaduan antara budaya lokal dan ajaran Islam.
Meskipun adat istiadat setempat mengatur prosesi pernikahan, seperti tata cara
upacara dan tradisi adat, namun ajaran Islam juga memiliki pengaruh yang
kuat. Misalnya, proses ijab kabul (penawaran dan penerimaan) dalam akad
nikah merupakan praktik yang diwajibkan dalam Islam. Selain itu, pembagian
mahar (mas kawin) juga disesuaikan dengan ajaran Islam, di mana mahar
tersebut harus diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin
perempuan.
2. Pembagian Warisan : Di sebuah kampung di Sumatera Selatan, terdapat
sistem pembagian warisan yang mencerminkan perpaduan antara adat istiadat
lokal dan prinsip-prinsip Islam. Meskipun adat lokal mungkin memberikan
aturan tertentu tentang pembagian warisan, namun ajaran Islam juga memiliki
pedoman yang jelas dalam hal ini. Dalam praktiknya, masyarakat setempat
cenderung mengikuti ketentuan Islam dalam hal pembagian warisan, yang
mengatur bagaimana harta akan dibagi antara ahli waris sesuai dengan
ketentuan Al-Quran dan Hadis.
3. Pengasuhan Anak : Di sebuah kota di Sulawesi Utara, pola pengasuhan anak
seringkali mencerminkan pengaruh Islam dalam hal pendidikan dan nilai-nilai

30
moral. Orang tua biasanya mengajarkan anak-anak tentang ajaran Islam,
seperti menghafal Al-Quran, menunaikan shalat, dan mengamalkan nilai-nilai
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, prinsip-prinsip seperti
kasih sayang, penghormatan terhadap orang tua, dan sikap rendah hati juga
ditekankan dalam pendidikan anak-anak, yang sebagian besar didasarkan pada
ajaran Islam.

Dalam ketiga studi kasus tersebut, terlihat bagaimana praktik budaya hukum
keluarga di Nusantara telah terpengaruh oleh ajaran Islam. Meskipun masih
mempertahankan beberapa tradisi lokal, namun nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam
telah menjadi bagian integral dari kehidupan keluarga. Hal ini menunjukkan dinamika
dan adaptabilitas budaya hukum keluarga di Nusantara dalam merespons pengaruh
agama dan tradisi lokal.

E. Dampak dan Implikasi Hukum Keluarga Islam di Nusantara

Dampak dan implikasi hukum keluarga Islam di Nusantara melibatkan


sejumlah faktor yang berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya, dan agama
masyarakat Muslim di wilayah kepulauan Indonesia. Berikut adalah penjelasan
menyeluruh mengenai dampak dan implikasi tersebut :

1. Penguatan Identitas Keagamaan : Hukum keluarga Islam memperkuat


identitas keagamaan dalam masyarakat Nusantara. Implementasi hukum
keluarga Islam, seperti pernikahan, perceraian, dan pembagian warisan sesuai
dengan ajaran Islam, memperkuat kesadaran agama di kalangan masyarakat
Muslim.
2. Perlindungan Hak dan Kewajiban : Hukum keluarga Islam memberikan
perlindungan yang kuat terhadap hak dan kewajiban anggota keluarga.
Misalnya, dalam pernikahan, hukum Islam menegaskan hak-hak suami, istri,
dan anak secara adil dan seimbang sesuai dengan ajaran Islam.

31
3. Pemberdayaan Perempuan : Implementasi hukum keluarga Islam di Nusantara
juga dapat memberdayakan perempuan dalam konteks keluarga. Misalnya,
dalam kasus perceraian, hukum Islam memberikan hak-hak yang jelas kepada
perempuan terkait nafkah, hak asuh anak, dan hak warisan.
4. Pengaruh Budaya Lokal : Meskipun menerapkan hukum keluarga Islam,
masyarakat di Nusantara cenderung memadukan ajaran Islam dengan nilai-
nilai budaya lokal. Hal ini menciptakan dinamika unik dalam praktik
kehidupan keluarga yang mencerminkan harmonisasi antara Islam dan budaya
lokal.
5. Peningkatan Kesadaran Agama : Implementasi hukum keluarga Islam juga
berdampak pada peningkatan kesadaran agama di masyarakat. Masyarakat
cenderung lebih memperhatikan aspek-aspek agama dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam pembentukan dan pengelolaan keluarga.
6. Penegakan Keadilan Sosial : Hukum keluarga Islam juga memiliki dampak
dalam penegakan keadilan sosial dalam masyarakat. Misalnya, dalam
pembagian warisan, hukum Islam menekankan prinsip keadilan yang
memperhatikan hak-hak setiap ahli waris, tanpa memandang jenis kelamin
atau status sosial.
7. Tantangan dan Konflik : Meskipun memiliki dampak positif, implementasi
hukum keluarga Islam juga dapat menghadapi tantangan dan konflik.
Terkadang, ketidaksesuaian antara hukum Islam dengan budaya lokal atau
interpretasi yang berbeda terhadap ajaran Islam dapat menimbulkan konflik di
dalam masyarakat.
8. Perubahan Sosial dan Budaya : Implementasi hukum keluarga Islam juga
dapat mempengaruhi perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat
Nusantara. Nilai-nilai dan praktik kehidupan keluarga yang sesuai dengan
ajaran Islam dapat mempengaruhi pola-pola perilaku dan norma-norma sosial
dalam masyarakat.

32
Dengan demikian, dampak dan implikasi hukum keluarga Islam di Nusantara
sangat kompleks dan melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim di
wilayah kepulauan Indonesia. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami
secara lebih mendalam tentang bagaimana implementasi hukum keluarga Islam
memengaruhi dinamika sosial, budaya, dan agama di Nusantara.

33
BAB III

KESIMPULAN

Budaya hukum keluarga Nusantara, yang merupakan warisan dari berbagai


suku dan etnis di kepulauan Indonesia, memiliki karakteristik unik dan kompleks
yang telah membentuk norma-norma dalam kehidupan keluarga selama berabad-
abad. Di sisi lain, Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, juga memiliki peran
yang signifikan dalam membentuk nilai-nilai dan praktek-praktek dalam kehidupan
keluarga. Pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam
menghasilkan dinamika yang kompleks, dengan adanya simbiosis, konflik, dan
rekonsiliasi.

1. Simbiosis Antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan Islam :


 Dalam banyak kasus, budaya hukum keluarga Nusantara dan ajaran Islam
telah mengalami proses akulturasi, di mana nilai-nilai dan praktik-praktik dari
kedua tradisi tersebut saling melengkapi dan berintegrasi.
 Contohnya adalah dalam institusi pernikahan, di mana adat istiadat Nusantara
sering kali dipadukan dengan ajaran Islam dalam proses pernikahan dan
pembentukan keluarga.
2. Konflik-konflik Potensial Antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan
Islam :
 Meskipun terdapat kesamaan dan komplementaritas antara budaya hukum
keluarga Nusantara dan Islam, konflik juga sering timbul, terutama dalam hal
interpretasi dan implementasi norma-norma tersebut.
 Contohnya adalah dalam hal pembagian warisan, di mana adat istiadat
Nusantara mungkin memiliki praktik yang berbeda dengan ajaran Islam,
menyebabkan ketegangan dan konflik di antara anggota keluarga.

34
3. Strategi untuk Merangkum Pertemuan Budaya Hukum Keluarga Nusantara
dan Islam :
 Penting untuk mengembangkan pendekatan yang inklusif dan berbasis dialog
dalam merangkum pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan
Islam.
 Pendidikan, dialog antarbudaya, dan mediasi dapat menjadi strategi yang
efektif untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dan penyelesaian
konflik yang harmonis.

Dengan demikian, pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam
membentuk lanskap hukum dan nilai-nilai dalam kehidupan keluarga yang kompleks
dan beragam. Penting untuk mengakui dan memahami dinamika ini, serta
mengembangkan pendekatan yang inklusif dan berbasis dialog dalam mengelola
perbedaan dan konflik yang mungkin timbul. Dengan demikian, harmoni dan
keberagaman dalam kehidupan keluarga dapat terwujud, mencerminkan semangat
persatuan dalam keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai