NAMA: AKMAL
NIM: 90256123003
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Pengenalan Budaya Hukum Keluarga Nusantara
Dahulu sebelum Islam datang, keduanya adalah budaya jahiliyah dan syariat
Nabi Ibrahim As. Ketika Islam datang dan menetapkan hal tersebut, maka hal itu
menjadi bagian dari syariat Islam. Kaum Muslimin yang menggunakan bulan
qamariyah tidak lantas mengikuti budaya jahiliyah, melainkan mengamalkan ajaran
syariat Islam1.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Imam Muslim (w. 256 H) yang membuat
bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul:
Artinya, “Bab Kewajiban Mengikuti Sabda Nabi yang Berupa Syariat, Bukan
Pernyataan Beliau tentang Kehidupan Dunia Menurut Pendapatnya. (Lihat: Abû al-
Hajjâj Muslim, Saḥiḥ Muslim, [Beirut: Dâr al-Jîl, t.t], j. 7, h. 95).
1
Akmal, Skripsi : Efektivitas Pengelolaan Pemerintahan Daerah Terhadap Komunitas Bissu Di
Kabupaten Pangkep (Telaah Atas Hukum Ketatanegaraan Islam), (UIN Alauddin Makassar : 2019),
hal. 40.
2
wilayah Nusantara, yang meliputi kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan
wilayah sekitarnya. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai pengenalan
Budaya Hukum Keluarga Nusantara :
3
perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Faktor-faktor seperti
globalisasi, modernisasi, dan urbanisasi mempengaruhi cara masyarakat
Nusantara memahami dan menjalankan budaya hukum keluarga mereka.
7. Pentingnya Pemahaman dan Penghargaan : Mengenal Budaya Hukum
Keluarga Nusantara bukan hanya penting untuk memahami sejarah dan
identitas masyarakat di wilayah ini, tetapi juga untuk memupuk sikap
penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan memperkuat rasa
kebersamaan dalam kerangka negara bangsa yang pluralis.
2
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta:
PSHTN-FHUI, 1983), h. 291.
4
negara tanpa rakyat yang tetap. Di samping itu, meskipun kedua syarat wilayah
(territory) dan rakyat telah dipenuhi, namun apabila pemerintahannya bukan
pemerintahan yang berdaulat yang bersifat rasional, belumlah dapat dinamakan
negara tersebut suatu negara yang merdeka.
Rakyat (people) yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya
dengan negara disebut warga negara (citizen). Warga negara secara sendiri-sendiri
merupakan subjek hukum yang menyandang hak dan kewajiban terhadap negara.
Setiap warga negara mempunyai hak-hak yang wajib diakui (recognized) oleh negara
dan wajib dihormati (respected), dilindungi (protected) dan difasilitasi (facilitated),
serta dipenuhi (fulfilled) oleh negara.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sendiri
memberikan perlindungan baik kepada setiap penduduk maupun setiap warga negara
Republik Indonesia. Artinya UUD 1945 juga menjamin perlindungan bagi setiap
penduduk tanpa melihat apakah dia warga negara atau orang asing. Misalnya, Pasal
29 ayat (2) UUD 1945 menentukan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Hal ini menunjukkan bahwa negara menjamin
akan memberikan perlindungan dalam masalah agama terhadap setiap orang yang ada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan hal tersebut, kedudukan komunitas adat yang berada di negara
Indonesia telah tercantum secara konstitusi dalam Pasal 18b ayat (2) UUD 1945
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
Undang-undang**”. Dengan demikian negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan komunitas adat yang masih hidup di dalam masyarakat. Sehingga komunitas
adat memiliki kesempatan untuk memiliki dan melestarikan adat tersebut sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5
b. Pengenalan Islam dan Peranannya dalam Kehidupan Keluarga
Islam, sebagai agama yang memiliki pengikut terbesar kedua di dunia
setelah Kristen, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan
mengatur kehidupan keluarga umatnya. Peran Islam dalam kehidupan
keluarga meliputi berbagai aspek, termasuk struktur keluarga, pernikahan,
pendidikan anak, pembagian warisan, dan banyak lagi. Berikut adalah
penjelasan secara detail mengenai pengenalan Islam dan peranannya dalam
kehidupan keluarga :
1. Pengenalan Islam : Islam adalah agama samawi yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW di Arab pada abad ke-7 Masehi. Al-Quran adalah
kitab suci dalam agama Islam yang dianggap sebagai firman Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Selain Al-Quran, Sunnah
(tradisi) Nabi Muhammad yang terdokumentasi dalam Hadis juga menjadi
sumber ajaran dan hukum dalam Islam.
2. Peran Islam dalam Pernikahan : Islam memberikan pedoman yang jelas
mengenai pernikahan dan membentuk dasar-dasar hubungan suami istri.
Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai institusi yang suci dan
diperintahkan untuk dilaksanakan dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan harmonis. Syarat-syarat pernikahan, hak dan kewajiban suami
istri, serta etika dalam rumah tangga semuanya diatur dalam ajaran Islam.
3. Peran Islam dalam Pendidikan Anak : Islam memberikan penekanan yang
besar pada pendidikan anak. Orang tua dalam Islam diperintahkan untuk
memberikan pendidikan agama dan moral kepada anak-anak mereka, serta
memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Islam juga
menegaskan pentingnya kasih sayang, perhatian, dan pengasuhan yang baik
terhadap anak-anak.
4. Peran Islam dalam Pembagian Warisan : Islam memiliki aturan yang jelas
mengenai pembagian warisan antara ahli waris. Aturan ini dirinci dalam
Al-Quran dan Hadis dan memberikan pedoman yang adil dan sesuai
6
dengan kebutuhan keluarga. Pembagian warisan dalam Islam
memperhitungkan hubungan keluarga, tanggungan, dan kebutuhan
ekonomi masing-masing ahli waris.
5. Peran Islam dalam Menjaga Keharmonisan Keluarga : Islam menekankan
pentingnya menjaga keharmonisan dan kedamaian dalam keluarga. Ajaran-
ajaran Islam tentang kesabaran, toleransi, komunikasi yang baik, serta
penghargaan antara anggota keluarga, semuanya bertujuan untuk
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia.
6. Peran Islam dalam Menyelesaikan Konflik Keluarga : Islam memberikan
pedoman yang jelas dalam menyelesaikan konflik dan perselisihan di
antara anggota keluarga. Islam mendorong penyelesaian masalah melalui
musyawarah, berbicara dengan lembut, dan mencari solusi yang adil dan
bermanfaat bagi semua pihak.
Dengan demikian, Islam memiliki peran yang sangat signifikan dalam
membentuk, mengatur, dan memelihara kehidupan keluarga. Ajaran-ajaran Islam
memberikan pedoman yang jelas dan komprehensif tentang berbagai aspek kehidupan
keluarga, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang bahagia,
harmonis, dan berdaya. Dengan demikian, makalah ini akan membahas lebih lanjut
mengenai Budaya Hukum Keluarga Nusantara Dan Pertemuannya Dengan Islam.
B. Rumusa Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya rumusan masalah
yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Budaya Hukum Keluarga Nusantara?
2. Bagaimana dengan Pengaruh Islam dalam Budaya Hukum Keluarga di
Nusantara?
3. Bagaimana pertemuan antara Budaya Hukum Keluarga Nusantara dan Islam?
4. Apa saja yang termasuk studi kasus : praktik Budaya Hukum Keluarga di
Nusantara dalam bingkai Islam?
7
C. Tujuan Makalah
D. Metodologi Penelitian
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
2. Praktik Hukum Keluarga dalam Budaya Nusantara, sebagai berikut:
Pernikahan dan Perkawinan: Berbagai adat istiadat, upacara, dan tradisi
turut mempengaruhi praktik pernikahan dan perkawinan di Nusantara,
seperti adat istiadat dalam lamaran, akad nikah, dan prosesi pernikahan.
Pengasuhan Anak: Adat istiadat dan nilai-nilai budaya juga
mempengaruhi cara pengasuhan anak, termasuk pendidikan agama,
moral, dan keterampilan tradisional yang diteruskan dari generasi ke
generasi.
Pembagian Warisan: Pembagian warisan dalam budaya hukum keluarga
Nusantara sering kali mengikuti aturan adat istiadat yang khas bagi setiap
etnis atau wilayah.
3. Perkembangan dan Perubahan : Meskipun banyak aspek budaya hukum
keluarga Nusantara yang telah bertahan selama berabad-abad, namun banyak
juga yang mengalami perubahan dan adaptasi terhadap kondisi sosial,
ekonomi, dan politik yang terus berkembang.
4. Pengaruh Globalisasi dan Modernisasi : Pengaruh globalisasi dan modernisasi
turut membawa perubahan dalam budaya hukum keluarga Nusantara. Nilai-
nilai Barat dan perubahan sosial yang terjadi di era modern sering kali
menimbulkan tantangan terhadap tradisi dan nilai-nilai lokal.
10
a. Ciri-ciri Utama Budaya Hukum Keluarga Nusantara
11
5. Gotong Royong dan Solidaritas Sosial : Konsep gotong royong dan solidaritas
sosial sangat dihargai dalam budaya hukum keluarga Nusantara. Masyarakat
saling membantu satu sama lain dalam keadaan suka maupun duka.
Solidaritas ini tercermin dalam praktik-praktik seperti gotong royong dalam
acara-acara adat, bantuan sosial dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
6. Hormat kepada Eksistensi Lain : Budaya hukum keluarga Nusantara juga
mencerminkan nilai-nilai saling menghormati dan menghargai eksistensi
sesama anggota keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Hal ini tercermin
dalam norma-norma tentang kesopanan, adab, dan etika dalam berinteraksi di
dalam keluarga dan masyarakat.
7. Lingkungan Alam dan Spiritual : Budaya hukum keluarga Nusantara
seringkali juga terkait erat dengan lingkungan alam dan spiritual. Masyarakat
di Nusantara seringkali menghubungkan praktik-praktik keagamaan dan
kepercayaan spiritual dengan kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks
keluarga.
12
keberlanjutan tradisi. Dengan mempraktikkan adat istiadat dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga memperkuat hubungan dengan leluhur mereka dan
melestarikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh komunitas tersebut.
2. Pedoman dalam Hubungan Keluarga : Adat istiadat sering kali memberikan
pedoman dalam membentuk hubungan antaranggota keluarga. Misalnya,
aturan-aturan mengenai pernikahan, hubungan antara suami istri, hubungan
antara orang tua dan anak, serta hubungan antara kerabat dekat sering kali
diatur oleh adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
3. Pengaturan Tata Kelola Keluarga : Adat istiadat juga berperan dalam
mengatur tata kelola keluarga, termasuk tanggung jawab, hak, dan kewajiban
masing-masing anggota keluarga. Misalnya, dalam beberapa budaya,
pembagian peran berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga diatur oleh adat
istiadat, di mana laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang
berbeda dalam keluarga.
4. Penyelesaian Konflik dan Perselisihan : Adat istiadat sering kali memiliki
mekanisme sendiri dalam menyelesaikan konflik dan perselisihan dalam
keluarga. Penyelesaian konflik berdasarkan adat istiadat bisa melibatkan
proses musyawarah, mediasi oleh tokoh adat, atau menggunakan upacara adat
tertentu untuk memulihkan harmoni dalam keluarga.
5. Pengaturan Acara Keluarga dan Perayaan Tradisional : Adat istiadat juga
berperan dalam mengatur acara keluarga dan perayaan tradisional. Misalnya,
acara pernikahan, upacara kelahiran, upacara adat setelah kematian, dan
perayaan lainnya sering kali diatur sesuai dengan tata cara adat istiadat yang
berlaku dalam masyarakat.
6. Pengaruh Adat Istiadat dalam Pembentukan Nilai Keluarga : Adat istiadat
memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai yang diyakini dan
diterapkan oleh anggota keluarga. Nilai-nilai seperti kesetiaan, hormat kepada
orang tua, rasa tenggang rasa, kebersamaan, dan banyak lagi sering kali
tercermin dalam adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
13
Dengan demikian, adat istiadat memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan norma-norma keluarga. Adat istiadat membantu menjaga kestabilan dan
harmoni dalam keluarga, sambil memelihara identitas budaya dan nilai-nilai yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, perlu dicatat bahwa dalam beberapa
kasus, adat istiadat juga dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam atau nilai-
nilai universal, sehingga diperlukan keseimbangan antara adat istiadat dan nilai-nilai
yang lebih luas dalam membangun kehidupan keluarga yang seimbang dan harmonis.
14
cara pembagian harta pusaka, biasanya dengan mempertimbangkan garis
keturunan dan kebutuhan ekonomi keluarga. Pembagian warisan ini sering
kali dipimpin oleh seorang tetua adat atau tokoh masyarakat yang dihormati.
4. Upacara Adat dalam Siklus Kehidupan : Di Sulawesi Barat, terdapat berbagai
upacara adat yang melibatkan seluruh anggota keluarga dalam berbagai
tahapan kehidupan, mulai dari kelahiran, sunatan, pernikahan, hingga
kematian. Upacara-upacara ini dianggap penting untuk memperkuat ikatan
keluarga dan memastikan kelancaran proses kehidupan.
5. Penyelesaian Konflik : Ketika terjadi perselisihan di antara anggota keluarga,
masyarakat Sulawesi Barat cenderung menggunakan mekanisme penyelesaian
konflik secara adat. Biasanya, penyelesaian konflik dilakukan melalui
musyawarah di tingkat keluarga atau desa dengan melibatkan tokoh-tokoh
adat atau tokoh masyarakat sebagai mediator.
6. Penghormatan Terhadap Kedudukan Orang Tua : Salah satu nilai yang sangat
dijunjung tinggi dalam budaya hukum keluarga di Sulawesi Barat adalah
penghormatan terhadap kedudukan orang tua. Anak-anak diharapkan untuk
patuh dan menghormati orang tua, serta turut menjaga tradisi dan adat istiadat
keluarga.
15
B. Islam dan Dinamika Hukum Keluarga Islam
1. Perkawinan : Pernikahan dalam Islam diatur oleh hukum keluarga Islam yang
berlaku di Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan di Indonesia dilaksanakan
menurut hukum agama dan keyakinan masing-masing pemeluknya.
Pernikahan dalam Islam diatur oleh syariat Islam, yang meliputi syarat-syarat,
prosedur, hak, dan kewajiban suami istri.
2. Perceraian : Hukum keluarga Islam di Indonesia juga mengatur prosedur
perceraian, baik melalui pengadilan agama maupun melalui mekanisme
perdamaian di luar pengadilan. Proses perceraian dalam Islam melibatkan
tahapan yang harus diikuti, seperti mediasi, penyelesaian harta bersama, dan
pembagian hak asuh anak.
3. Warisan : Pembagian warisan dalam Islam di Indonesia mengikuti ketentuan
hukum waris Islam yang diatur dalam Al-Quran dan Hadis. Meskipun
demikian, di Indonesia, terdapat perbedaan interpretasi dan praktik pembagian
warisan antara mazhab-mazhab Islam yang berbeda, seperti mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hambali.
4. Hak-hak Keluarga Lainnya : Selain perkawinan, perceraian, dan warisan,
hukum keluarga Islam di Indonesia juga mengatur hak-hak keluarga lainnya,
seperti hak-hak anak, hak-hak orang tua, hak-hak suami istri, dan lain
sebagainya. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan serta
16
berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya menjadi acuan dalam
menentukan hak-hak tersebut.
5. Dinamika Perubahan : Hukum keluarga Islam di Indonesia mengalami
dinamika perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan
masyarakat. Beberapa perubahan tersebut dapat berupa reformasi hukum,
penyesuaian dengan perkembangan sosial dan budaya, serta adaptasi terhadap
nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat global.
6. Peran Lembaga Agama dan Negara : Lembaga agama, seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI), serta lembaga negara,
seperti Kementerian Agama dan Mahkamah Agung, memiliki peran penting
dalam mengatur, menafsirkan, dan menegakkan hukum keluarga Islam di
Indonesia.
17
1. Pernikahan : Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai peristiwa sakral yang
sah dan diatur oleh hukum syariat. Dasar hukum pernikahan dalam Islam
dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad. Pernikahan
harus dilakukan dengan izin wali (walinya), disertai dengan mas kawin
(mahar), dan disaksikan oleh minimal dua orang saksi yang adil. Pernikahan
dalam Islam juga mengikatkan hak dan kewajiban suami istri, serta
memberikan landasan bagi pembentukan keluarga yang harmonis.
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri : Islam mengatur hak dan kewajiban suami
istri secara rinci. Suami diwajibkan untuk memberikan nafkah, tempat tinggal,
dan perlindungan kepada istri serta memperlakukan istri dengan baik dan adil.
Sebaliknya, istri diwajibkan untuk taat kepada suami, menjaga kehormatan
rumah tangga, dan mengelola rumah tangga dengan baik.
3. Pendidikan Anak : Islam memberikan penekanan yang besar pada pendidikan
anak. Orang tua dalam Islam memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik
anak-anak mereka agar tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia,
berilmu, dan bertaqwa kepada Allah. Pendidikan agama dan moral menjadi
prioritas utama dalam pendidikan anak dalam Islam.
4. Pembagian Warisan : Islam memiliki aturan yang jelas mengenai pembagian
warisan antara ahli waris. Aturan ini terdapat dalam Al-Quran dan Hadis dan
menetapkan bagaimana harta pusaka dibagi antara suami, istri, anak-anak,
orang tua, dan kerabat lainnya. Pembagian warisan dalam Islam didasarkan
pada prinsip keadilan dan kebutuhan ekonomi masing-masing ahli waris.
5. Pengasuhan Anak : Islam memberikan pedoman yang detail mengenai
pengasuhan anak. Orang tua diperintahkan untuk memberikan kasih sayang,
perhatian, dan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka. Anak-anak
dalam Islam memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, dan
bimbingan dari orang tua mereka.
6. Perlindungan Terhadap Keluarga : Islam memberikan perlindungan yang kuat
terhadap institusi keluarga. Ajaran Islam melarang segala bentuk kekerasan
18
dalam rumah tangga, perselingkuhan, dan perilaku yang merusak
keharmonisan keluarga. Islam juga mendorong penyelesaian konflik dalam
keluarga dengan cara yang baik dan damai.
1. Tauhid : Tauhid adalah prinsip utama dalam Islam yang menekankan keesaan
Allah SWT. Dalam konteks keluarga, tauhid mengajarkan pentingnya
menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan keluarga dan menjalankan segala
aspek kehidupan berdasarkan ajaran-Nya.
2. Kepemimpinan Suami : Islam mengatur bahwa suami memiliki tanggung
jawab utama sebagai pemimpin keluarga. Namun, kepemimpinan suami harus
dilakukan dengan kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang, serta selalu
berdasarkan pada ajaran Islam.
3. Kesetaraan dan Keadilan : Meskipun suami memiliki peran sebagai pemimpin
keluarga, Islam juga menegaskan kesetaraan antara suami dan istri dalam hal
hak dan kewajiban. Suami dan istri harus saling menghormati, mendukung,
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam kehidupan keluarga.
19
Prinsip keadilan juga ditekankan dalam memperlakukan semua anggota
keluarga dengan adil, baik dalam pembagian tanggung jawab maupun hak-hak
mereka.
4. Kasih Sayang dan Perhatian : Islam menekankan pentingnya kasih sayang,
perhatian, dan penghargaan antara suami istri serta antara orang tua dan anak-
anak. Kasih sayang dan perhatian ini menjadi pondasi bagi hubungan keluarga
yang harmonis dan penuh cinta.
5. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak : Orang tua dalam Islam memiliki
tanggung jawab besar terhadap pendidikan, perlindungan, dan pengasuhan
anak-anak mereka. Islam mendorong orang tua untuk memberikan pendidikan
agama dan moral kepada anak-anak mereka serta memberikan teladan yang
baik dalam perilaku dan sikap.
6. Keluarga sebagai Unit Terkecil Masyarakat : Islam mengajarkan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran
penting dalam pembentukan individu dan perkembangan sosial. Oleh karena
itu, kestabilan dan kesejahteraan keluarga menjadi kunci bagi keberhasilan
masyarakat secara keseluruhan.
7. Perlindungan Hak-hak Anggota Keluarga : Islam memberikan perlindungan
yang kuat terhadap hak-hak anggota keluarga, termasuk hak-hak suami istri,
hak-hak anak-anak, dan hak-hak keluarga lainnya. Melalui hukum Islam, hak-
hak ini dijamin dan harus dihormati oleh semua anggota keluarga.
8. Pentingnya Komunikasi dan Musyawarah : Islam mendorong komunikasi
yang baik dan musyawarah dalam keluarga untuk menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan mencapai kesepakatan. Komunikasi yang terbuka
dan musyawarah yang dilakukan dengan akhlak yang baik menjadi kunci bagi
terciptanya hubungan keluarga yang harmonis.
20
Islam dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Muslim diharapkan dapat menciptakan
lingkungan keluarga yang bahagia, harmonis, dan penuh berkah.
21
5. Perlindungan Terhadap Hak-hak Individu : Hukum keluarga Islam
memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu, termasuk hak-hak
perempuan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya. Prinsip-prinsip
keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan yang terkandung dalam hukum
keluarga Islam membantu mencegah penyalahgunaan dan pelanggaran hak-
hak tersebut.
6. Pemberdayaan Masyarakat Muslim : Hukum keluarga Islam memberikan
kesempatan bagi masyarakat Muslim untuk terlibat aktif dalam proses hukum
yang mempengaruhi kehidupan mereka. Melalui pemahaman dan penerapan
hukum keluarga Islam, masyarakat Muslim di Indonesia dapat memperkuat
identitas dan keberadaan mereka dalam ranah hukum dan sosial.
7. Keragaman dan Kesatuan : Meskipun Indonesia adalah negara dengan
keberagaman agama dan budaya, Islam memiliki peran yang menyatukan
dalam budaya hukum keluarga. Prinsip-prinsip universal dalam Islam, seperti
keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial, membantu memperkuat
kerjasama dan kesatuan di antara berbagai kelompok masyarakat.
Dengan demikian, pengaruh Islam dalam budaya hukum keluarga sangat penting
dalam dinamika hukum keluarga Islam di Indonesia. Hal ini tidak hanya mencakup
aspek hukum formal, tetapi juga nilai-nilai, norma-norma, dan praktik-praktik yang
membentuk tatanan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim di
Indonesia.
22
keluarga di Nusantara. Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai pertemuan
tersebut :
23
5. Peran Hukum Positif : Pemerintah juga memiliki peran dalam merangkum
pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam melalui
hukum positif. Melalui proses legislasi yang bijaksana, pemerintah dapat
menciptakan kerangka hukum yang memadukan prinsip-prinsip Islam dengan
nilai-nilai lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan realitas masyarakat
Nusantara.
Pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam merupakan titik
temu yang menarik antara tradisi lokal yang kaya dan ajaran Islam yang kuat. Dalam
konteks ini, penting untuk memahami dinamika, tantangan, dan potensi solusi yang
dapat diambil untuk mencapai keselarasan antara keduanya demi terciptanya keadilan
dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga di Nusantara.
Simbiosis antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga merujuk pada proses
di mana praktik-praktik kebudayaan lokal atau adat istiadat di Nusantara bersatu atau
berdampingan dengan ajaran Islam dalam membentuk tatanan keluarga yang unik dan
khas. Proses ini telah terjadi selama berabad-abad di wilayah Nusantara dan terus
berlanjut hingga saat ini. Berikut adalah penjelasan menyeluruh mengenai simbiosis
antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga :
24
begitu saja. Sebaliknya, masyarakat Nusantara cenderung menggabungkan
atau menyesuaikan ajaran Islam dengan praktik-praktik tradisional mereka.
3. Simbiosis dalam Pernikahan : Contohnya, dalam masalah pernikahan, adat
istiadat lokal seperti prosesi adat, upacara adat, dan tradisi turun-temurun
masih sering dipertahankan. Namun, banyak dari praktik tersebut telah
diintegrasikan dengan ajaran Islam. Misalnya, prosesi akad nikah dilakukan
sesuai dengan syariat Islam, sementara upacara adat mungkin tetap diadakan
sebagai bagian dari tradisi keluarga.
4. Simbiosis dalam Pengasuhan Anak : Dalam pengasuhan anak, nilai-nilai
agama Islam seperti kasih sayang, disiplin, dan pendidikan agama dapat
disatukan dengan praktik-praktik tradisional seperti dongeng-dongeng lokal,
permainan tradisional, dan ritual keluarga lainnya.
5. Simbiosis dalam Pembagian Warisan : Pembagian warisan juga menjadi
contoh bagaimana adat dan Islam berdampingan. Meskipun aturan Islam
mengenai pembagian warisan sudah jelas, praktik-praktik lokal dalam hal
warisan kadang-kadang masih dipertahankan. Namun, dalam banyak kasus,
hukum Islam diberlakukan secara lebih utama.
6. Konflik dan Penyesuaian : Meskipun ada simbiosis antara adat dan Islam
dalam kehidupan keluarga, konflik juga dapat timbul. Terkadang, adat dan
Islam memiliki perspektif atau nilai yang berbeda dalam hal-hal tertentu.
Dalam kasus ini, masyarakat sering melakukan penyesuaian atau negosiasi
untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi persyaratan agama dan juga
mempertahankan identitas budaya mereka.
7. Pentingnya Keharmonisan : Dalam simbiosis antara adat dan Islam, penting
untuk menjaga keharmonisan antara dua elemen tersebut. Keharmonisan ini
memungkinkan masyarakat untuk tetap terhubung dengan akar budaya
mereka sambil menjalankan ajaran agama Islam secara konsisten.
25
Dengan demikian, simbiosis antara adat dan Islam dalam kehidupan keluarga di
Nusantara menciptakan tatanan keluarga yang unik, kaya, dan kompleks. Proses ini
melibatkan adaptasi, integrasi, dan kadang-kadang konflik, namun pada akhirnya
bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan keberagaman dalam kehidupan keluarga
di Nusantara.
Konflik potensial antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam dapat
muncul karena perbedaan antara prinsip-prinsip hukum yang mendasari kedua sistem
tersebut. Di bawah ini, saya akan menjelaskan secara menyeluruh beberapa konflik
potensial yang mungkin timbul :
26
2. Pembagian Warisan :
Sistem Warisan Adat : Di beberapa budaya hukum keluarga Nusantara, sistem
warisan mungkin didasarkan pada tradisi adat tertentu yang mungkin tidak
sesuai dengan aturan warisan dalam Islam. Misalnya, dalam beberapa budaya,
warisan mungkin diberikan secara tidak seimbang antara anak laki-laki dan
perempuan.
Prinsip Kesetaraan dalam Islam : Islam menekankan prinsip kesetaraan dalam
pembagian warisan antara ahli waris, di mana setiap ahli waris memiliki hak
yang sama terhadap warisan. Hal ini mungkin bertentangan dengan praktik
adat tertentu di Nusantara.
3. Pengasuhan Anak :
Pendekatan dalam Pengasuhan : Pendekatan dalam pengasuhan anak dapat
bervariasi antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam. Misalnya,
dalam beberapa budaya, otoritas orang tua mungkin dianggap mutlak tanpa
memperhatikan pendapat atau kebutuhan anak, sementara Islam menekankan
perlunya mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan anak dalam proses
pengasuhan.
Pendidikan Agama : Islam menekankan pentingnya pendidikan agama bagi
anak-anak, namun dalam beberapa budaya hukum keluarga Nusantara,
pendidikan agama mungkin tidak menjadi prioritas yang sama pentingnya.
4. Peran Gender :
Peran Gender dalam Keluarga : Pandangan tentang peran gender dalam
keluarga dapat bervariasi antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam.
Misalnya, dalam beberapa budaya, peran gender mungkin lebih terbatas dan
terkait dengan tradisi tertentu, sementara Islam menekankan kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal tanggung jawab dan hak-hak dalam
keluarga.
27
Konflik-konflik potensial ini mungkin muncul dalam konteks kehidupan keluarga
di Nusantara di mana adat dan tradisi lokal masih kuat, sementara nilai-nilai dan
ajaran Islam juga berpengaruh besar. Penyelesaian konflik semacam itu sering kali
memerlukan pendekatan yang hati-hati dan memperhitungkan baik nilai-nilai budaya
lokal maupun prinsip-prinsip agama Islam.
28
4. Dialog Interaktif : Mengadakan dialog antara tokoh-tokoh agama, tokoh adat,
akademisi, dan praktisi hukum untuk mendiskusikan pertemuan budaya
hukum keluarga Nusantara dan Islam. Dialog ini memungkinkan pertukaran
pandangan, pengalaman, dan pemahaman tentang dinamika kehidupan
keluarga di Nusantara.
5. Penelitian Lapangan : Melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan
data primer tentang praktik-praktik hukum keluarga di berbagai komunitas
Nusantara. Penelitian lapangan membantu memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang implementasi budaya hukum keluarga Nusantara dan
pertemuannya dengan Islam di tingkat lokal.
6. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat : Mengadakan program edukasi dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami pertemuan antara
budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam. Program ini dapat melibatkan
seminar, lokakarya, dan kampanye sosial untuk meningkatkan pemahaman
dan penghargaan terhadap keragaman budaya hukum keluarga di Nusantara.
7. Rekonsiliasi dan Penyelesaian Konflik : Mendorong rekonsiliasi antara nilai-
nilai budaya hukum keluarga Nusantara dan ajaran Islam dalam
menyelesaikan konflik atau ketegangan yang timbul akibat perbedaan
pemahaman dan praktik. Pendekatan rekonsiliasi membantu menciptakan
harmoni dan perdamaian dalam kehidupan keluarga di Nusantara.
29
D. Studi Kasus: Praktik Budaya Hukum Keluarga di Nusantara dalam
Bingkai Islam
Studi kasus ini akan menggambarkan berbagai praktik budaya hukum keluarga
di Nusantara yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Nusantara, yang merupakan
kawasan geografis yang luas dan beragam budaya di Asia Tenggara, memiliki tradisi
hukum keluarga yang beraneka ragam. Namun, seiring dengan penyebaran Islam di
wilayah tersebut, banyak praktik hukum keluarga tradisional yang telah disesuaikan
atau dipengaruhi oleh ajaran Islam. Berikut adalah studi kasus yang mencerminkan
dinamika tersebut :
30
moral. Orang tua biasanya mengajarkan anak-anak tentang ajaran Islam,
seperti menghafal Al-Quran, menunaikan shalat, dan mengamalkan nilai-nilai
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, prinsip-prinsip seperti
kasih sayang, penghormatan terhadap orang tua, dan sikap rendah hati juga
ditekankan dalam pendidikan anak-anak, yang sebagian besar didasarkan pada
ajaran Islam.
Dalam ketiga studi kasus tersebut, terlihat bagaimana praktik budaya hukum
keluarga di Nusantara telah terpengaruh oleh ajaran Islam. Meskipun masih
mempertahankan beberapa tradisi lokal, namun nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam
telah menjadi bagian integral dari kehidupan keluarga. Hal ini menunjukkan dinamika
dan adaptabilitas budaya hukum keluarga di Nusantara dalam merespons pengaruh
agama dan tradisi lokal.
31
3. Pemberdayaan Perempuan : Implementasi hukum keluarga Islam di Nusantara
juga dapat memberdayakan perempuan dalam konteks keluarga. Misalnya,
dalam kasus perceraian, hukum Islam memberikan hak-hak yang jelas kepada
perempuan terkait nafkah, hak asuh anak, dan hak warisan.
4. Pengaruh Budaya Lokal : Meskipun menerapkan hukum keluarga Islam,
masyarakat di Nusantara cenderung memadukan ajaran Islam dengan nilai-
nilai budaya lokal. Hal ini menciptakan dinamika unik dalam praktik
kehidupan keluarga yang mencerminkan harmonisasi antara Islam dan budaya
lokal.
5. Peningkatan Kesadaran Agama : Implementasi hukum keluarga Islam juga
berdampak pada peningkatan kesadaran agama di masyarakat. Masyarakat
cenderung lebih memperhatikan aspek-aspek agama dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam pembentukan dan pengelolaan keluarga.
6. Penegakan Keadilan Sosial : Hukum keluarga Islam juga memiliki dampak
dalam penegakan keadilan sosial dalam masyarakat. Misalnya, dalam
pembagian warisan, hukum Islam menekankan prinsip keadilan yang
memperhatikan hak-hak setiap ahli waris, tanpa memandang jenis kelamin
atau status sosial.
7. Tantangan dan Konflik : Meskipun memiliki dampak positif, implementasi
hukum keluarga Islam juga dapat menghadapi tantangan dan konflik.
Terkadang, ketidaksesuaian antara hukum Islam dengan budaya lokal atau
interpretasi yang berbeda terhadap ajaran Islam dapat menimbulkan konflik di
dalam masyarakat.
8. Perubahan Sosial dan Budaya : Implementasi hukum keluarga Islam juga
dapat mempengaruhi perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat
Nusantara. Nilai-nilai dan praktik kehidupan keluarga yang sesuai dengan
ajaran Islam dapat mempengaruhi pola-pola perilaku dan norma-norma sosial
dalam masyarakat.
32
Dengan demikian, dampak dan implikasi hukum keluarga Islam di Nusantara
sangat kompleks dan melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim di
wilayah kepulauan Indonesia. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami
secara lebih mendalam tentang bagaimana implementasi hukum keluarga Islam
memengaruhi dinamika sosial, budaya, dan agama di Nusantara.
33
BAB III
KESIMPULAN
34
3. Strategi untuk Merangkum Pertemuan Budaya Hukum Keluarga Nusantara
dan Islam :
Penting untuk mengembangkan pendekatan yang inklusif dan berbasis dialog
dalam merangkum pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan
Islam.
Pendidikan, dialog antarbudaya, dan mediasi dapat menjadi strategi yang
efektif untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dan penyelesaian
konflik yang harmonis.
Dengan demikian, pertemuan antara budaya hukum keluarga Nusantara dan Islam
membentuk lanskap hukum dan nilai-nilai dalam kehidupan keluarga yang kompleks
dan beragam. Penting untuk mengakui dan memahami dinamika ini, serta
mengembangkan pendekatan yang inklusif dan berbasis dialog dalam mengelola
perbedaan dan konflik yang mungkin timbul. Dengan demikian, harmoni dan
keberagaman dalam kehidupan keluarga dapat terwujud, mencerminkan semangat
persatuan dalam keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
35