Anda di halaman 1dari 68

HUKUM ACARA

PENGADILAN NIAGA

OLEH:

Anwar Borahima
PERADILAN NIAGA = PERADILAN KHUSUS ??
• Pengadilan khusus sudah lama dikenaldi Indonesia.
• sebelum masuknya era reformasi:
– Pengadilan Ekonomi (UU Darurat No. 7 Tahun 1955) dan
– Pengadilan Anak (UU No. 3 Tahun 1997).
• Setelah masuknya era reformasi:
– pengadilan niaga, (Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian
diundangkan dengan UU No. 4 Tahun 1998),
– Pengadilan Pajak (UU No. 14 Tahun 2000),
– Pengadilan HAM (UU No. 26 Tahun 2000),
– Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (UU No. 30 Tahun 2002),
– Pengadilan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU
No. 2 Tahun 2004) dan
– Pengadilan Perikanan (UU No. 31 Tahun 2004).
PERADILAN KHUSUS
• Dalam setiap UU Kekuasaan Kehakiman, baik UU No. 19
Tahun 1964, UU No. 14 Tahun 1970 maupun UU No. 4
Tahun 2000, telah diatur mengenai pengadilan khusus dan
peradilan khusus, tetapi derajat ketegasan pengaturannya
berbeda.
• Dalam UU No. 19 Tahun 1964, tidak terlalu jelas, karena
pengaturannya hanya terdapat dalam bagian penjelasan.
Dalam penjelasan Pasal 7 ayat (1) UU No. 19 Tahun 1964
disebutkan:
• Undang-undang ini membedakan antara:
• Peradilan Umum,
• Peradilan Khusus dan
• Peradilan Tata-Usaha Negara.
PENGADILAN KHUSUS
• Peradilan Umum antara lain meliputi :
– Pengadilan Ekonomi,
– Pengadilan Subversi,
– Pengadilan Korupsi.
• Peradilan Khusus terdiri dari:
– Pengadilan Agama dan
– Pengadilan Militer.
• Dari ketentuan tersebut dapat ditafsirkan
bahwa pengadilan khusus dapat dibentuk
hanya dalam lingkungan peradilan umum.
PENGATURAN KEKHUSUSAN
• UU No. 14 Tahun 1970 pengaturan mengenai pengadilan
khusus sedikit agak jelas, walaupun tetap pengaturannya
masih dalam bagian penjelasan UU, bukan dalam batang
tubuh.
• Dalam penjelasan Pasal 10 ayat (1) disebutkan:
“Undang-undang ini membedakan antara empat lingkungan
peradilan yang masing-masing mempunyai lingkungan
wewenang mengadili tertentu dan meliputi Badan-badan
Peradilan tingkat pertama dan tingkat banding.
Peradilan Agama, Militer dan Tata Usaha Negara merupakan
peradilan khusus, karena mengadili perkara-perkara tertentu
atau mengenai golongan rakyat tertentu, sedangkan Peradilan
Umum adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya mengenai
baik perkara perdata, maupun perkara pidana.”
ALASAN DI PERADILAN KHUSUS TIDAK
DIBENTUK PENGADILAN KHUSUS
• walaupun UU No. 14 Tahun 1970 membuka kemungkinan
diadakannya pengkhususan pada setiap lingkungan
peradilan hal itu ternyata tidak tercermin dalam UU yang
mengatur mengenai masing-masing lingkungan peradilan.
• Selain pada saat itu memang belum pernah ada
pengadilan khusus yang berada di bawah lingkungan
peradilan selain peradilan umum, tiga badan peradilan
lainnya itu sendiri sebenarnya secara inheren sudah
dianggap merupakan pengkhususan dari peradilan umum
sehingga mungkin akan sedikit ganjil jika dalam peradilan
khusus tersebut diadakan pengkhususan lagi. (lihat dari
penjelasan Pasal 10 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970).
PENGADILAN KHUSUS
• Istilah pengadilan khusus dan posisi pengadilan khusus pada UU
No. 4 Tahun 2004 tidak lagi ditempatkan dalam bagian penjelasan
UU akan tetapi telah dimasukkan dalam bagian batang tubuh .
• Pasal 15
• (1) Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu
lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 yang
diatur dengan undang-undang.
• Penjelasan:
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”pengadilan khusus” dalam ketentuan ini,
antara lain, adalah pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan
hak asasi manusia, pengadilan tindak pidana korupsi, pengadilan
hubungan industrial yang berada di lingkungan peradilan umum,
dan pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha negara.
PENGADILAN KHUSUS PADA PERADILAN KHUSUS
• Ketidakjelasan mengenai kemungkinan pembentukan pengadilan
khusus dalam Peradilan khusus dijawab dengan dikeluarkannya UU
No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
• Dalam Pasal 9A UU No. 9 Tahun 2004 ini akhirnya secara tegas
dinyatakan bahwa dalam lingkungan peradilan TUN (juga) dapat
dibentuk pengadilan khusus atau pengkhususan.
• Perubahan ini tampaknya terjadi karena dua hal, yaitu:
1. Untuk dapat membuat pengadilan pajak, dimana menurut UU, pada
awalnya didirikan sebagai badan peradilan tersendiri, kemudian
menjadi bagian dari Badan Peradilan TUN.
2. Karena adanya perubahan cara pandang pembuat UU terhadap tiga
badan/lingkungan peradilan selain peradilan umum yang dulu
dianggap sebagai peradilan khusus menjadi tidak lagi dianggap
sebagai peradilan khusus.
DASAR HUKUM PENGADILAN NIAGA
• Berdasarkan Pasal 300 UU No.34/2004 jo
• Pasal 280 ayat (1) UU No.4/1998 dibentuk
suatu pengadilan khusus dalam lingkungan
peradilan umum, yaitu Pengadilan Niaga.
• Pasal 280 ayat (2) mempunyai kewenangan
untuk memeriksa dan memutus:
1. permohonan pernyataan pailit dan penundaan
pembayaran utang;
2. perkara lain dalam bidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan Peraturan
Pemerintah.
WILAYAH PENGADILAN NIAGA
• Berdasarkan Kepres No.97/1999 dibentuk 5 (lima)
Pengadilan Niaga, yaitu:
• Pengadilan Niaga Jakarta, yang kedudukannya
berada di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
• Pengadilan Niaga Semarang, yang kedudukannya berada
di Pengadilan Negeri Semarang.
• Pengadilan Niaga Surabaya, yang kedudukannya berada
di Pengadilan Negeri Surabaya.
• Pengadilan Niaga Medan, yang kedudukannya
berada di Pengadilan Negeri Medan, dan
• Pengadilan Niaga Makasar, yang kedudukannya
berada di Pengadilan Negeri Makasar.
KEWENANGAN
a. Kepailitan dan PKPU ( UU No. 37 Tahun 2004 )
b. Hak kekayaan intelektual:
1. Desain Industri (UU No. 31 Tahun 2000 );
2. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No.
32 Tahun 2000);
3. Paten (UU No. 14 Tahun 2001);
4. Merek (UU No. 15 Tahun 2001 )
5. Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002).
c. Lembaga Penjamin Simpanan (lihat UU No. 24
Tahun 2004)
JENIS PERKARA
GUGATAN PERMOHONAN

Penyebab Penyebab
Gugatan, karena ada klaim dari pihak yang Pengajuan permohonan umumnya berkaitan dengan
merasa haknya dilangar oleh pihak lain. status personil atau status hukum tertentu seseorang.

Sifat Sifat
Gugatan adalah upaya yang bersifat
memaksa Permohonan bersifat sukarela.

Output Output
Putusan Penetapan
SIFAT DARI ISI PUTUSAN

putusan yang berisi


meniadakan atau
menerangkan atau penghukuman
menimbulkan suatu
menegaskan suatu (condemnatoir),
keadaan hukum
keadaan hukum misalnya untuk
yang baru
(declaratoir), melakukan tindakan
(constitutif)
Misalnya dalam hal tertentu atau
seperti dalam
pengangkatan anak; menyerahkan suatu
putusan perceraian;
bidang tanah.
KEPAILITAN ???
Kepailitan dimasukkan dalam kategori permohonan.

Permohonan kepailitan bertujuan untuk memperoleh pernyataan


pailit dengan pengadilan yang sifatnya konstitutif, baik terhadap
debitor maupun diri sendiri

Bentuknya sebagai permohonan agar pengadilan mengeluarkan


suatu putusan yang menetapkan seseorang atau badan usaha
dalam keadaan pailit.
PERBEDAAN PERKARA PERDATA BIASA
DENGAN PERKARA KEPAILITAN
• PERDATA BIASA • KEPAILITAN
1. Gugatan 1. Permohonan
2. Dipersyaratkan jumlah
2. Tidak dipersyaratkan
kreditor
jumlah kreditor
3. Cenderung dibatasi
3. Tidak dibatasi 4. Sifat pemeriksaan singkat
4. Sifat pemeriksaan tidak dan sederhana
singkat dan sederhana 5. Disyaratkan harus dilakukan
5. Tidak disyaratkan harus oleh penasihat hukum
(advocat) yang lulus ujian
dilakukan oleh penasihat
praktik
hukum (advocat)
6. Beberapa perkara harus
6. Mewakili kepentingan diwakili oleh institusi
sendiri tertentu
HUKUM ACARA PENGADILAN NIAGA

• Kecuali yang telah ditentukan lain oleh UUK,


hukum acara dan hukum pembuktian yang
berlaku pada Pengadilan Niaga adalah Hukum
Acara Perdata dan pembuktian berdasarkan
HIR (Herziene Indonesich Reglement) untuk
Pengadilan Niaga di Jawa dan Madura serta
Rbg (Reglement Buiten Gewijsten) untuk
Pengadilan Niaga di luar Jawa danMadura.
• Peraturan perundang-undangan khusus
mengenai Pengadilan Niaga sampai saat ini
belum ada karena masih dalam bentuk
Rancangan Undang-Undang dan belum disahkan
untuk menjadi Undang-Undang.
• Namun, peraturan yang mengatur mengenai
penyelesaian sengketa perkara di Pengadilan
Niaga dapat ditemui masih tersebar dalam
beberapa UU seperti UU No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, UU No. 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri, UU No. 15 Tahun 2001
tentang Merek, termasuk UU LPS
• Hukum Acara dalam UU Kepailitan yang sarat
atas ketentuan dan prosedur beracara dalam
proses kepailitan, merupakan lex specialis dari
ketentuan hukum acara perdata yang berlaku
umum.
• Meski demikian, dapat merujuk ketentuan
umum yang ada, dalam HIR tersebut untuk hal-
hal yang tidak atau belum diatur dalam
Kepailitan.
PEMBAHARUAN HUKUM ACARA KEPAILITAN
Prosedur beracara yang cepat, proses pengadilan pada umumya yang cenderung lama

Penyempurnaan pengaturan yang bersifat penambahan ketentuan tentang tindakan


sementara yang dapat diambil pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya kreditur, atas
kekayaan debitur sebelum adanya putusan pernyataan kepailitan.

penegasan upaya hukum terhadap putusan pernyataan kepailitan. Upaya hukum yang
disediakan bagi putusan pernyataan kepailitan adalah kasasi dan peninjauan kembali.

Penegasan mekanisme penangguhan pelaksanaan hak di antara kreditur yang memegang hak
tanggungan, gadai atau agunan lainnya. Selain itu, UU Kepailitan juga mengatur ketentuan
mengenai status hukum perikatan yang telah dibuat debitur sebelum adanya putusan pernyataan
kepailitan.

pembentukkan infrastruktur yang mendukung, meliputi pembentukan Pengadilan Niaga sebagai lembaga
yang diberi kewenangan oleh UU Kepailitan khusus untuk menyelesaikan perkara kepailitan berikut hakim-
hakim yang dididik secara khusus untuk menangani perkara kepailitan.
• Hukum Acara Penyelesaian Sengketa Proses
Likuidasi Bank di Pengadilan Niaga
• Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan disebutkan bahwa
sengketa dalam proses likuidasi diselesaikan
melalui Pengadilan Niaga. Bagaimana proses
beracaranya?
• Apakah ada kekhususan dalam proses
beracaranya?
• Adakah peraturan khusus yang mengatur
penyelesaian sengketa perkara di Pengadilan
Niaga?
• BEBERAPA PERGESERAN DALAM PRAKTEK
• Selain perubahan yang diatur dalam UU
Kepailitan, terdapat beberapa pergeseran yang
terjadi pada hukum acara kepailitan dalam
praktek.
• Dulunya, Peraturan Kepailitan tidak mengharuskan
pengajuan permohonan pailit secara tertulis dan
sidang kepailitan dilakukan secara tertutup,
walaupun penetapannya dibacakan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum.
• Saat ini, permohonan kepailitan diajukan secara
tertulis dan sidang perkara kepailitan umumnya
dilakukan secara terbuka.
• Selain itu, pada prakteknya dalam beberapa putusan
terlihat adanya proses jawab-menjawab dalam perkara
kepailitan layaknya proses pemeriksaan perkara perdata
biasa. Meski demikian, proses jawab-menjawab tersebut
tetap dilakukan dalam kerangka waktu yang ditentukan
UU Kepailitan.
• Berbeda dari sidang perkara cepat (summier) yang pada
umumnya dilakukan oleh hakim tunggal, proses
pemeriksaan perkara kepailitan dilakukan oleh Majelis
Hakim tanpa tersedianya kesempatan upaya perlawanan
(verzet).
• Sifat putusan dalam UU Kepailitan dapat dilaksanakan
lebih dahulu (uitvoorbaar bij voorraad). Dengan demikian
dilakukannya upaya hukum tidak menghentikan
pelaksanaan dari putusan.
SEKILAS PENGATURAN HUKUM ACARA DALAM UU
KEPAILITAN
• UU Kepailitan melakukan penyempurnaan time
frame prosedur permintaan pernyataan kepailitan,
sejak dari proses pendaftaran permohonan
kepailitan hingga diajukannya putusan kepailitan
yang berkekuatan hukum tetap, baik pada tingkat
PN. Niaga, kasasi , dan Peninjauan Kembali (PK).
• Perubahan terbesar adalah bahwa putusan
terhadap permohonan pailit harus ditetapkan
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh)
hari sejak tanggal pendaftaran permohonan. (tidak
ada sanksi jika telat)
• Secara umum, kerangka waktu proses pemeriksaan
perkara kepailitan dijabarkan secara rinci pada Pasal 4,
6, 8, 9, 10, 287, dan 288 UU Kepailitan, yaitu:
 Pendaftaran Permohonan, Pemanggilan, Sidang
Pemeriksaan dan Putusan
1. Permohonan diajukan pada Panitera yang akan
mendaftarkan dan memberikan tanda terima tertulis
pada pemohon, dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran.
2. Panitera menyampaikan permohonan pailit tersebut
kepada Ketua PN/ Negeri, selambatnya 1 x 24 jam
sejak tanggal pendaftaran.
3. Pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan
hari sidang selambatnya 3 x 24 jam sejak pendaftaran.
4. Panitera melakukan pemanggilan kepada debitur,
selambatnya 7 hari sebelum sidang pemeriksaan
pertama diselenggarakan.
5. Sidang pemeriksaan atas permohonan
diselenggarakan selambat-lambatnya 20 (dua
puluh) hari sejak pendaftaran. Penundaan dapat
dilakukan berdasarkan alasan yang cukup, paling
lambat hingga 25 hari.
6. Pengadilan wajib menyampaikan salinan putusan
Pengadilan kepada debitur, pihak yang mengajukan
permohonan, kurator dan hakim pengawas dengan
surat dinas tercatat atau kurir, selambatnya 2 x 24
jam sejak tanggal putusan ditetapkan.
UPAYA HUKUM KASASI
1. Permohonan kasasi diajukan kepada Panitera pada
Pengadilan Niaga yang menetapkan putusan pailit
tersebut, selambatnya 8 (delapan) hari sejak tanggal
putusan Pengadilan Niaga ditetapkan. Panitera kemudian
menyerahkan tanda terima tertulis kepada pemohon,
sesuai tanggal pendaftaran.
2. Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi
kepada Panitera dan salinan permohonan kasasi dan
salinan memori kasasi kepada pihak terkasasi, pada
tanggal pendaftaran.
3. Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan
memori kasasi kepada pihak terkasasi, selambatnya 2 x 24
jam sejak pendaftaran. (tidk ada sanksi jik telat)
UPAYA HUKUM KASASI (LANJUTAN 1)
4. Bila mengajukan kontra memori kasasi, pihak terkasasi
wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada
Panitera dan salinan kontra memori kasasi kepada
pemohon kasasi, selambatnya 7 (tujuh) hari terhitung
pihak terkasasi menerima dokumen momori kasasi.
5. Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi,
memori kasasi dan kontra memori kasasi kepada MA
melalui Panitera MA, selambatnya 14 terhitung
pendaftaran.
6. Mahkamah Agung mempelajari permohonan kasasi
dan mene­tapkan hari sidang, dalam waktu 2 hari sejak
permohonan kasasi diterima oleh Panitera MA.
Upaya Hukum Kasasi (Lanjutan 2)
7. Sidang pemeriksaan kasasi dilakukan selambatnya
20 (dua puluh) hari sejak tanggal pendaftaran.
8. Putusan kasasi harus ditetapkan selambatnya 60
hari sejak tanggal pendaftaran.
9. Panitera MA wajib mnyampaikan salinan putusan
kasasi kepada Panitera PN selambatnya 3 hari
setelah tanggal putusan kasasi diucapkan
10. MA wajib menyampaikan salinan putusan kasasi
kepada Panitera, pemohon, termohon, Kurator
dan Hakim Pengawas, selambatnya 2 hari sejak
tanggal putusan ditetapkan.
UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI (PK)
1. Peninjauan Kembali berdasarkan alasan adanya bukti tertulis baru
(novum) diajukan selambatnya 180 hari sejak tanggal putusan yang
dimohonkan PK (putusan Pengadilan Niaga atau putusan kasasi)
telah berkekuatan hukum tetap
2. Peninjauan Kembali berdasarkan alasan Pengadilan Niaga telah
melakukan kesalahan berat dalam penetapan hukum diajukan
selambatnya 30 hari setelah putusan Pengadilan Niaga tersebut
berkekuatan hukum tetap.
3. Permohonan disampaikan pada Panitera yang kemudian mendaftar
dan memberikan tanda terima tertulis kepada pemohon PK serta
menyampaikan permohonan PK kepada Panitera MA dalam waktu 2
hari sejak pendaftaran.
4. Pihak pemohon PK wajib menyampaikan bukti pendukung yang
menjadi dasar pengajuan PK kepada Panitera dan salinan
permohonan PK berikut bukti pendukung kepada termohon PK, pada
tanggal pendaftaran.
Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK)
(lanjut)
5. Panitera juga menyampaikan salinan permohonan PK dan
bukti pendukung kepada termohon, selambatnya 2 hari
sejak pendaftaran.
6. Termohon PK dapat mengajukan jawaban dalam waktu
10 hari sejak pendaftaran. Panitera wajib menyampaikan
jawaban tersebut dalam waktu 12 hari sejak pendaftaran.
7. Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan
putusan atas permohonan PK, selambatnya 30 hari sejak
permohonan diterima Panitera MA.
8. Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan
putusanPK kepada para pihak, selambatnya 32 hari sejak
permohonan diterima Panitera MA.
• PENGARUH PELAKSANAAN EKSEKUSI DALAM
PENOLAKAN PAILIT TINGKAT KASASI ATAU PK
• Apabila dilakukan upaya hukum kasasi atau PK
dan MA mengabulkan upaya hukum tersebut,
sementara kurator telah melaksanakan tugas
pengurusan dan atau peberesan atas harta
pailit, misalnya telah menjual sebagian dari
harta pailit itu, bagaimana nasib barang yang
yang telah dibeli oleh orang lain?
• Bagaimana pula jika barang tersebut telah
dijual lagi kepada pihak lain?
• Jawabnya ada pada Pasal 16 ayat (2) UUK-PKPU:
dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan
sebagai akibat adanya kasasi atau PK, segala
perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator
sebelum atau pada tanggal kurator menerima
pemberitahuan tentang putusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 UUK-PKPU, tetap sah dan
mengikat bagi debitor.
• Jadi: tidak ada kewajiban untuk mengembalikan
barang yang dibelinya, sehingga yang bersangkutan
boleh tetap memilikinya, dan berhak
memindahtangankan barang yang dimiikinya. Ini
adalah akibat dari sifat serta merta dari putusan
kepailitan.
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN
PERKARA NIAGA
JENIS PERKARA JANGKA WAKTU (DIHITUNG KETERANGAN
DARI PENDAFTARAN PERKARA)

KEPAILITAN 60 HARI HARI = HARI KALENDER

PATEN 180 HARI HARI = HARI KERJA

HAK CIPTA DAN MEREK 90 HARI HARI = HARI KERJA


PROSEDUR PENGAJUAN
PERMOHONAN PAILIT
Pasal 6 Pasal 6 (4) Pasal 6 (5) Pasal 6 (7)

Permohonan
Panitera Pengadilan Berdasarkan
pernyataan
menyampaikan mempelajari alasan yang
pailit
Permohonan permohonan cukup, sidang
diajukan
Pernyataan pailit dan dapat ditunda
kepada Ketua
Pailit kepada menetapkan oleh
Pengadilan
Ketua PN hari sidang Pengadilan
Niaga melalui
paling lambat 2 paling lambat 3 paling lambat
panitera
hari setelah hari sejak 25 hari sejak
Pengadilan
pendaftaran. didaftarkan. didaftarkan.
Niaga.
PROSEDUR (LANJUTAN)

Pasal 6 (6) Pasal 8 (2) Pasal 8 (5) Pasal 9

Sidang Penyampaian
dilaksanakan Putusan salinan
Pemanggilan
paling lambat permohonan putusan
sidang paling
20 hari pailit paling kepada
lambat 7 hari
setelah lambat 60 hari pihak yang
sebelum sidang
tanggal sejak di berkepentingan
pertama.
permohonan daftarkan. (3 hari setelah
pendaftaran. putusan)
PROSEDUR PENGAJUAN KASASI

Pasal 12 Pasal 12
Pasal 11 Pasal 12 (4) Pasal 13
(2) (3)

Permohonan
kasasi +memori
Panitera Termohon Panitera PN MA
kasasi diajukan
paling lambat 8 mengirimkan kasasi Menyampaikan mempelajari
hari setelah permohonan sampaikan berkas kasasi dan
tanggal putusan kasasi kepada kontra Kepada MA menetapkan
Pengadilan Niaga pihak memori melalui hari sidang
Diucapkan terkasasi Panitera MA untuk
kasasi paling
(permohonan dalam waktu 14 kasasi dalam
dlm waktu 2 lambat 7 hari
kasasi dapat juga hari kerja waktu 2 hari
hari setelah sejak setelah sejak
diajukan oleh termohon diterimanya termohon termohon
kreditur lain yang
kasasi memori kasasi kasasi diterima
bila pihak dalam
tersidang tingkat didaftarkan. kasasi. didaftarkan. MA
pertama.
PROSEDUR PENGAJUAN KASASI (LANJUTAN)

Pasal 13 (2) Pasal 13 (3) Pasal 13 (6)

Sidang Panitera Mahkamah Agung


Pemeriksaan menyampaikan putusan
Permohonan Putusan Kasasi kasasi kepada Panitera
Kasasi dilakukan paling lambat 60 Pengadilan Negeri paling
lambat 3 hari setelah
paling lambat 20 hari setelah
putusan kasasi diucapkan
hari setelah termohon kasasi oleh Panitera Pengadilan
tanggal termohon diterima oleh Negri wajib menyampaikan
kasasi diterima Mahkamah Agung kepada para pihak 2 hari
oleh Mahkamah setelah diterimanya putusan
tersebut
Agung
PROSEDUR PENINJAUAN KEMBALI

Pasal 296 (1 & Pasal Pasal Pasal Pasal 297


Pasal 297 (2)
2) 297 (3) (4)

Pengajuan Panitera PN
Permohonan PK Panitera PN Pihak termohon
kepada MA melalui Menyampaikan
mengirimkan PK
Panitera PN menyampaikan berkas PK
dengan alasan : Permohonan PK
kontra kepada MA
Bukti baru (180 hari) kepada pihak
Kesalahan berat (30
memori PK melalui
termohon PK 2 kepada
hari) sejak putusan Panitera MA
yang dimohonkan hari setelah panitera (10 hari
(12 hari sejak
PK memperoleh Termohon PK setelah termohon
kekuatan Hukum PK didaftarkan). didaftarkan
didaftarkan).
tetap. Termohon PK).
PROSEDUR PENGAJUAN PK (LANJUTAN)

Pasal 298 Pasal 298 (2) Pasal 298 (3)

Mahkamah Agung Mahkamah Agung


segera memeriksa Putusan atas Menyampaikan
Dan memberikan kepada para pihak
Termohon PK harus
putusan atas setelah putusan PK
termohon PK (30 hari diucapkan dalam
(32 hari setelah
sejak termohon PK siding terbuka untuk termohon PK
Diterima Mahkamah umum. diterima Panitera
Agung). Mahkamah Agung).
PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG (PKPU)
Pasal 224 Pasal 224 (2) Pasal 224 (3)

Permohonan Dalam hal Pemohon


Dalam Pemohon
PKPU harus adalah DEBITUR,
adalah KREDITUR,
Diajukan kepada Permohonan PKPU
pengadilan wajib
harus disertai daftar
pengadilan memanggil debitur
yang memuat sifat,
dengan melalui juru sita,
jumlah piutang, dan
Ditandatangani paling lambat 7 hari
hutang debitur
sebelum sidang
oleh termohon beserta surat bukti
dengan surat kilat.
dan advokatnya. secukupnya.
PROSEDUR PENGAJUAN PKPU
Pasal 224 (6) Pasal 224 (6) Pasal 224 (6)

Panitera menyampaikan Dalam jangka waktu


Permohonan PKPU
Permohonan PKPU paling lambat 3 hari setelah
diajukan kepada ketua
kepada ketua pengadilan tanggal termohon PKPU
pengadilan melalui didaftarkan, pengadilan
paling lambat 2 hari
panitera pada tanggal mempelajari termohon dan
setelah tanggal
permohonan diajukan. menetapkan jadwal sidang.
termohon didaftarkan.

Catatan 1:
Panitera wajib menolak pendaftaran PKPU bagi Institusi sebagaimana dimaksud
jika tidak dilakukan Sesuai dengan pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)
Catatan 2:
Permohonan PKPU diperiksa lebih dulu sebagaimana diatur dalam pasal 229 ayat
(3) dan (4)
PKPU SEMENTARA (PKPU-S)
Pasal 225 (2) Pasal 225 (3) Pasal 225 (4)

Dalam hal permohonan Dalam hal termohon Setelah putusan PKPU-S


diajukan oleh debitur, diajukan oleh kreditur, diucapkan, pengadilan
pengadilan dalam waktu pengadilan dalam waktu melalui pengurus wajib
paling lambat 3 hari paling lambat 20 hari memanggil debitur dan
sejak Tanggal sejak tanggal kreditur dan diberi
didaftarkannya surat di daftarkannya surat dengan surat tercatat/
termohon PKPU harus Permohonan PKPU, harus melalui kurir, menghadap
mengabulkan PKPU-S mengabulkan dalam sidang (Rapat
dan harus menunjuk termohon PKPU-S, Permusyawaratan Hakim)
seorang hakim menunjuk seorang hakim yang diselenggarakan
pengawas dari hakim pengawas dari hakim paling lama pada hari ke
pengadilan serta Pengadilan serta 45 terhitung sejak
mengangkat 1 lebih mengangkat 1 lebih putusan PKPU-S
pengurus. pengurus. diucapkan.
PERBEDAAN HUKUM ACARA PERDATA
BIASA DAN HUKUM ACARA HKI
HK. ACR. PDT BIASA HK ACARA HKI
• Wajib melakukan mediasi; • Tidak wajib melakukan mediasi;
• Sita jaminan • Penetapan Sementara
• Tenggang waktu menyidangkan
• Tenggang waktu menyidangkan
perkara 60 hari setelah gugatan
perkara didaftarkan
• tenggang waktu bagi hakim • Tenggang waktu bagi hakim untuk
untuk membuat putusan membuat putusan 90 hari setelah
gugatan didaftar dan dapat
• tenggang waktu untuk
diperpanjang paling lama 30 hari
menempuh upaya-upaya atas persetujuan MA
hukum • Tenggang waktu untuk menempuh
• upaya-upaya hukum upaya-upaya hukum
• Dapat dilakukan mediasi • upaya-upaya hukum
• Tidak dapat dilakukan mediasi
• Tuntutan ganti rugi Hak Kekayaan Intelektual
yang dalam Undang – Undang mengatur ganti
rugi antara lain :
• Pasal 56, Undang – Undang-Undang Hak Cipta.
• Pasal 57, Pasal 76, UU Merek.
• Pasal 118, UU Paten.
• Pasal 38, UU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
• Pasal 46, UU Desain Industri.
HKI YANG DIGUGAT
DI PENGADILAN NIAGA
1. Desain Industri, berdasarkan Pasal 38 ayat (i) Undang-
Undang No. 31 Tahun 2000 ;
2. Desain Tata Letak sirkuit teradu, berdasarkan Pasal 31
Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 ;
3. Paten, berdasarkan Pasal 117 sampai dengan Pasal 122
Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 ;
4. Merek, berdasarkan Pasal 76 sampai dengan Pasal 78
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
5. Cipta Berdasarkan Pasal 57 sampai dengan Pasal 61
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
Catatan : Rahasia Dagang dan PVT masuk kewenangan
Pengadilan Negeri.
TATA CARA PENGAJUAN GUGATAN
• Tata cara pengajuan gugatan terhadap sengketa
HKI diatur secara terpisah di masing-masing UU
• Berdasarkan Pasal 66 ayat (l) UU PVT:
• “jika suatu hak PVT diberikan kepada orang, atau
badan hukum selain orang atau badan hukum yang
seharusnya berhak atas hak PVT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 (Undang-Undang tentang
PVT maka orang atau badan hukum berhak
tersebut dapat menuntut ke PN."
• Oleh karena itu hukum acara yang digunakan
adalah hukum acara di lingkungan peradilan
umum.
• Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Rahasia
Dagang:
1) Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima
Lisensi dapat menggugat siapa pun yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 , berupa:
a. Gugatan ganti rugi; dan/atau
b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4.
2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diajukan ke pengdilan negriKarena gugatannya juga
diajukan ke Pengadilan Negeri, sehingga tata cara
pengajuan gugatannya menggunakan hukum acara
yang digunakan di lingkungan peradilan umum.
• Desain Industri:
• Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu diajukan kepada Ketua
Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili tergugat.
• Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar
wilayah Indonesia, gugatan tersebut diajukan
kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
CARA MENGAJUKAN GUGATAN DI DAN DTLST
1. Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Industri diajukan
kepada Ketua pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili Tergugat.
2. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia,
gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
3. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal
gugatan yang bersangkutan diajukan dan kepada penggugat
diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera
dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.
4. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua
Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari
terhitung sejak gugatan didaftarkan.
5. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak
tanggal gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga
mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang.
CARA MENGAJUKAN GUGATAN DI DAN DTLST (lanjutan)
6. Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan
didaftarkan.
7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh)
hari setelah gugatan pembatalan didaftarkan.
8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat
diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua
Mahkamah Agung.
9. Putusan atas gugatan pembatalan yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan
terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu
upaya hukum.
10. Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat
(9) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14
(empat belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan
CARA MENGAJUKAN GUGATAN PATEN
1) Gugatan didaftarkan kepada Pengadilan Niaga dengan membayar
biaya gugatan.
2) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah pendaftaran
gugatan, Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang
3) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu lambat 60 (enam
puluh) hari sejak pendaftaran
4) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 14 hari
sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan;
5) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lambat 180 hari setelah
tanggal gugatan didaftarkan.
6) Putusan atas gugatan yang memuat secara lengkap pertimbangan
hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
7) Pengadilan Niaga wajib menyampaikan isi putusan kepada para pihak
yang tidak hadir paling lambat 14 (empat belas) hari sejak putusan
diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum.“
8) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
121 ayat (3) hanya dapat diajukan kasasi."
CARA MENGAJUKAN GUGATAN MEREK
1) Gugatan pembatalan merek diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga.
2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada tanggal gugatan diajukan dan
kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis oleh pejabat yang berwenang
dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lama 2
(dua) hari terhitung setelah gugatan didaftarkan.
4) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu paling lama 60
(enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.“
5) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah
gugatan didaftarkan.
6) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh)
hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
7) Putusan atas gugatan yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang
mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan suatu upaya hukum.
8) Isi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak
paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan diucapkan."
CARA MENGAJUKAN GUGATAN HAK CIPTA
1) “Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua
Pengadilan Niaga.
2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada tanggal gugatan
diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis
oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama
dengan tanggal pendaftaran.
3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan
Niaga paling lama 2 (dua) hari terhitung setelah gugatan
didaftarkan.
4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan
menetapkan hari sidang.
5) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu
paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan."
CARA MENGAJUKAN GUGATAN HAK CIPTA (LANJUT)
6. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling
lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan.
7. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan
dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
8. Putusan atas gugatan yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan
apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
9. Isi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru
sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari
setelah putusan atas gugatan diucapkan."
• Sebagai Hakim Niaga yang memeriksa sengketa HKI
harus memahami kasus dan kriteria perlindungannya,
yakni :
Apakah termasuk objek yang dilindungi.
Apakah termasuk kriteria yang dikecualikan dari
perlindungan.
Apakah memenuhi persyaratan yang dilindungi.
Apakah terdaftar di negara tujuan dimana perlindungan
diharapkan.
Sedangkan penyebab perselisihan dalam sengketa HKI
lazimnya adalah :
Ketidak jelasan status kepemilikan.
Penggunaan HKI tanpa seizin pemilik.
Tidak dipenuhinya perjanjian lisensi HKI.
PUTUSAN :
1. PUTUSAN SELA
2. PUTUSAN AKHIR
AD.1. Dalam TRIP’s dikenal injuction atau
provisional measure yang kemudian diadopsi
dalam perundang-undangan Indonesia
dengan istilah: penetapan sementara
pengadilan dalam HKI (desain industri,
merek, paten, dan cipta)
• BANDING
• Di dalam sengketa HKI di Pengadilan Niaga
tidak dimungkinkan menempuh upaya hukum banding,
kecuali terhadap sengketa mengenai Perlindungan
Varietas Tanaman dan Rahasia Dagang.
• Terhadap tidak dimungkinkannya menempuh upaya
hukum banding terhadap sengketa HKI dapat dilihat
pada:
a. Pasal 40 Undang-Undang Desain Industri;
b. Pasal 32 Undang-Undang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu;
c. Pasal 80 Undang-Undang Merek;
d. Pasal 122 Undang-Undang Paten; dan
e. Pasal 62 ayat (i) Undang-Undang Hak Cipta.
• Apakah hal ini tidak bertentangan dengan asas-
asas hukum?
• Tidak bertentangan dengan asas-asas hukum,
bahkan justru didasarkan pada asas-asas hukum
yaitu asas lex spesialis derogat legi generali
peraturan yang lebih khusus
mengenyampingkan peraturan yang umum dan
asas lex posteriori derogat legi priori peraturan
yang baru mengenyampingkan peraturan yang
lebih dahulu, serta asas sederahana, cepat dan
biaya ringan yang tertuang di dalam Pasal 4 ayat
2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman.
KASASI
• Sengketa HKI memungkinkan untuk
menempuh upaya kasasi bagi pihak yang tidak
puas dengan adanya putusan pengadilan
tingkat pertama.
CARA MENGAJUKAN KASASI
DI/DTLST PATEN
1. Permohonan diajukan paling lambat 14 1. Permohonan diajukan di dalam
hari setelah diucapkan atau diberitahukan; tenggang waktu 14 (empat belas)
2. Memori kasasi 14 sejak tanggal hari setelah diucapkan atau
permohonan kasasi; diberitahukan kepada para pihak;
3. Penyampaian kasasi dan memori kasasi 2. Memori kasasi 7 hari sejak tanggal
kepada termohon paling lambat 2 hari
permohonan kasasi didaftarkan;
setelah diterima
4. kontra memori kasasi diajukan paling lama 3. Penyampaian kasasi dan memori
7 (tujuh) hari setelah menerima memori kasasi kepada termohon paling
kasasi, dan penyampaian kontra memori lama 2 hari setelah di daftarkan;
kasasi tersebut kepada pemohon kasasi 4. Kontra memori kasasi paling lama 7
paling lama 2 (dua) hari setelah memori hari setelah tanggal termohon
kasasi diterima;
kasasi menerima memori kasasi,
5. Penyampaian permohonan kasasi, memori
kasasi dan atau kontra memori kasasi
dan panitera wajib menyampaikan
beserta berkas perkara yang bersangkutan kontra memori kasasi tersebut
paling lama 7 (tujuh) hari ke MA setelah kepada pemohon kasasi paling
melewati tanggal diterimanya kontra lama 2 (dua) hari setelah memori
memori kasasi oleh pemohon kasasi; kasasi diterima;
CARA MENGAJUKAN KASASI
DI/DTLST PATEN

6. MA mempelajari berkas permohonan kasasi dan 5. Penyampaian permohonan kasasi, memori kasasi
menetapkan hari sidang paling lama 2 hari dan atau kontra memori kasasi beserta berkas
perkara yang bersangkutan paling lama 7 hari ke
setelah permohonan kasasi diterima MA, dan
MA setelah melewati tanggal diterimanya kontra
sidang pemeriksaan dilakukan paling lama 60 hari
memori kasasi oleh pemohon kasasi;
setelah permohonan kasasi diterima;
6. MA wajib mempelajari berkas permohonan dan
7. Putusan harus diucapkan paling lama 90 hari
menetapkan hari sidang paling lama 2 hari setelah
setelah permohonan kasasi diterima MA, dan permohonan diterima MA, dan sidang
panitera MA, wajib menyampaikan salinan pemeriksaan dilakukan paling lama 60 hari setelah
putusan kasasi ke Pengadilan Niaga yang permohonan kasasi diterima;
memutus perkara tersebut paling lama 3 hari
7. Putusan harus diucapkan paling lama 180 hari
setelah tanggal putusan diucapkan;
setelah permohonan kasasi diterima MA, dan
8. Jura sita Pengadilan Niaga yang memutus perkara panitera MA wajib menyampaikan salinan putusan
termaksud wajib menyampaikan salinan putusan kasasi ke Pengadilan Niaga paling lama 3 (tiga) hari
kasasi kepada pemohon dan termohon kasasi setelah tanggal putusan diucapkan;
paling lama 2 hari setelah putusan kasasi diterima 8. Juru sita Pengadilan Niaga wajib menyampaikan
oleh Pengadilan Niaga; salinan putusan kasasi kepada pemohon dan
9. Khusus untuk gugatan pembatalan DI dan DTLST, termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah
apabila telah mempunyai kekuatan hukum yang putusan kasasi diterima oleh Pengadilan Niaga;
tetap, pembatalannya didaftarkan pada Direktorat 9. Isi putusan kasasi diberitahukan kepada Direktorat
Jenderal (HKI) dalam daftar umum Desain Industri Jenderal (HKI) paling lama 2 hari sejak isi putusan
untuk pembatalan DI dan dalam daftar umum kasasi diterima oleh Pengadilan Niaga untuk dicatat
DTLS untuk DTLST. dan diumumkan.
CARA MENGAJUKAN KASASI
MEREK CIPTA
1. Permohonan kasasi diajukan di dalam tenggang
1. Permohonan kasasi diajukan di dalam
waktu 14 hari setelah putusan diucapkan atau
tenggang waktu 14 (empat belas) hari
diberitahukan kepada para pihak;
setelah tanggal putusan diucapkan atau
2. Pemohon wajib mengajukan memori kasasi di
dalam waktu 7 hari sejak tanggal permohonan diberitahukan kepada para pihak;
didaftarkan; 2. Pemohon wajib mengajukan memori
3. Penyampaian Kasasi dan memori kasasi kepada kasasi di dalam waktu 14 (empat belas)
termohon paling lama 2 hari setelah hari sejak tanggal permohonan
permohonan di daftarkan; didaftarkan;
4. Termohon dapat mengajukan kontra memori 3. Penyampaian permohonan kasasi dan
kasasi paling lama 7 hari setelah tanggal memori kasasi kepada termohon paling
termohon kasasi menerima memori kasasi, dan
lama 7 hari setelah permohonan
panitera wajib menyampaikan kontra memori
kasasi tersebut kepada pemohon kasasi paling
didaftarkan;
lama 2 hari setelah memori kasasi diterima; 4. Termohon dapat mengajukan kontra
5. Panitera wajib menyampaikan kasasi, memori memori kasasi paling lama 14 hari
kasasi dan atau kontra memori kasasi beserla setelah tanggal termohon kasasi
berkas perkara yang bersangkutan paling lama menerima memori kasasi, dan panitera
7 hari ke MA setelah melewati tanggal wajib menyampaikan kontra memori
diterianya kontra memori kasasi oleh pcmohon kasasitersebut kepada pemohon kasasi
kasasi;
paling lama 7 hari setelah memori kasasi
CARA MENGAJUKAN KASASI
MEREK CIPTA
6. MA wajib mempelajari berkas permohonan 5. Panitera wajib menyampaikan permohonan
kasasi dan menetapkan hari sidang paling kasasi, memori kasasi dan atau kontra
lama 2 hari setelah permohonan kasasi memori kasas beserta berkas perkara yang
diterima MA, dan sidang pemeriksaan bersangkutan paling lama 7 hari ke MA
dilakukan paling lama 60 hari setelah setelah melewati tanggal diterimanya
permohonan kasasi diterima; kontra memori kasasi oleh pemohon kasasi;
7. Putusan harus diucapkan paling lama 90 6. MA wajib mempelajari berkas permohonan
hari setelah permohonan diterima MA dan dan menetapkan hari sidang paling lama 7
panitera MA wajib menyampaikan salinan hari setelah permohonan diterima MA, dan
putusan paling lama 3 hari setelah tanggal sidang pemeriksaan dilakukan paling lama 60
putusan diucapkan; hari setelah permohonan kasasi diterima;
8. Juru sita wajib menyampaikan salinan 7. Putusan harus diucapkan paling lama 90 hari
putusan pemohon dan termohon paling setelah permohonan kasasi diterima MA, dan
panitera Mahkamah Agung wajib
lama 2 hari setelah putusan kasasi diterima
menyampaikan salinan putusan kasasi ke
oleh Pengadilan Niaga;
Pengadilan Niaga paling lama 7 hari setelah
9. Gugatan pembatalan Merek apabila telah tanggal putusan diucapkan;
mempunyai kekuatan hukum tetap,
8. Juru sita Pengadilan Niaga wajib
pembatalannya didaftarkan pada Direktorat
menyampaikan salinan putusan kepada
Jenderal (HKI) dalam daftar umum Merek pemohon dan termohon paling lama 7 hari
dan mengumumkannya dalam berita resmi setelah putusan diterima oleh Pengadilan
Merek. Niaga.
• Dalam beberapa perundang-undangan HKI telah diperkenalkan
upaya hukum baru yang di kenal dengan Penetapan Sementara
Pengadilan (PSP).
• PSP merupakan suatu bentuk upaya hukum yang bersifat
sementara dan dapat dimohonkan di dalam suatu sengketa
mengenai HKI oleh pihak yang merasa dilanggar haknya dengan
tujuan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak
tersebut dan mencegah berlanjutnya pelanggaran serta
masuknya barang-barang yang diduga melanggar HKI ke jalur
perdagangan, termasuk tindakan importasi ke Pengadilan Niaga.
• Penetapan Sementara Pengadilan ini merupakan upaya hukum
baru dan tidak terdapat di dalam Hukum Acara Perdata di
Indonesia yang dapat ditempuh setiap saat, tidak terikat
tenggang waktu tertentu dan tidak bersifat menangguhkan
atau menghentikan pelaksanaan putusan. 
• upaya hukum luar biasa?
• Upaya atau tuntutan diterbitkannya PSP ini pada
dasarnya mempunyai persamaan dengan tuntutan
diterbitkannya putusan Provisionil dalam Rv, dengan
harapan hakim memberikan putusan sementara di dalam
sengketa yang sedang diperiksa dipengadilan agar pihak
tertentu (biasanya Tergugat) dihukum untuk
menghentikan sesuatu atau agar tidak berbuat sesuatu
atau berbuat sesuatu sebelum hakim memberikan
putusannya yang final.
• Akan tetapi senyatanya di dalam praktik PSP tersebut
jarang atau mungkin belum pernah dimintakan.
• Dari penelitian kepada hakim-hakim dan praktisi-praktisi
di bidang HKI di Pengadilan Niaga (di Jakarta) pada
umumnya menyampaikan kesulitannya menerapkan
ketentuan-ketentuan PSP ini.
• PSP walaupun mirip dengan putusan provisionil, atau putusan sela.
Hanya saja terdapat perbedaan prinsipil yang membedakan antara
putusan provisionil dengan PSP
• Dengan demikian agar tidak terjadi kekacauan hukum penulis
berpendapat, agar supaya pihak-pihak yang berperkara, serta para
penegak hukum lainnya, sebaiknya kembali saja menggunakan
hukum acara yang selama ini digunakan di dalam lingkungan
peradilan umum. Termasuk upaya-upaya hukum yang diperlukan
sebaiknya menggunakan saja upaya-upaya hukum yang telah dikenal dan
telah digunakan di dalam praktik selama ini di lingkungan peradilan
umum.
• Dengan kata lain, sebaiknya untuk upaya PSP, mengingat hukum acara
yang selama ini telah digunakan di lingkungan peradilan umum
telah juga mengenai upaya hukum atau tuntutan provisionil, maka ada
baiknya untuk memenuhi kebutuhan praktik peradilan digunakan saja
upaya hukum atau tuntutan provisionil. Asalkan saja perlu diingat oleh
setiap praktisi hukum apakah itu advokat, hakim, jaksa ataupun penyidik
bahwa sengketa HKI memerlukan waktu yang tidak boleh berlama-lama,
karena berhubungan dengan jangka waktu pemberian hak atas HKI.
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI ADALAH:
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
b. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang
bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan.
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
daripada yang dituntut.
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya.
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama,
atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama
tingkatannya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan
yang lain.
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau
suatu kekeliruan yang nyata.
• Tenggang waktu pengajuan peninjauan kembali yang
didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal
67 adalah 180 (seratus delapan puluh) hari untuk:
a. Yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau
tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para
pihak yang berperkara
b. Yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti,
yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di
bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. Yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan
memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada para pihak yang berperkara;
• Yang tersebut pada huruf e sejak sejak putusan yang terakhir
dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberitahukan kepada pihak yang berperkara.

Anda mungkin juga menyukai