Anda di halaman 1dari 22

ASPEK-ASPEK PERADABAN ISLAM MELAYU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Islam dan Peradaban Melayu

Dosen Pengampu : Dr. Halimatussakdiah, S.Ag, M. Pd.I

Disusun oleh :

Kelompok 10

Ina Karmila 2110207013

Bela Oktarinda 2120207017

Kelas : Pendidikan Biologi 1 (21071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban Melayu bermakna peradaban yang dibina dan dimiliki oleh


orang-orang berbudaya Melayu, yang dari segi sosiobudaya terdiri daripada
berbagai kumpulan etnik, dan dari segi politik pada masa lampau terpecah ke
dalam pelbagai kerajaan kuno, dan kini ke dalam beberapa negara. dalam buku
teks TITAS karangan Nadiah & Kaw (2008:51) dikatakan bahawa Orang
Melayu secara budaya adalah penduduk Asia Tenggara, khasnya Gugusan
Kepulauan Melayu (yang mencakupi Selatan Siam, Semenanjung Tanah
Melayu, Pulau Sumatera, Jawa, Madura, Sunda, Borneo, Sulawesi, Filipina,
pulau-pulau timur Indonesia dan juga bahagian-bahagian kecil daripada
Kampuchea ke Vietnam), yang bertutur dalam keluarga bahasa Melayu-
Indonesia. Ciri kedua masyarakat peradaban melayu adalah bahawa agama
Islam. ciri-ciri lain dari masyarakat peradabaan melayu ini penggunaan bahasa
Melayu sebagai lingua franca antara orang-orang rumpun melayu.
Sejak lahir di dunia, manusia telah bergaul dengan manusia-manusia
lain di dalam wadah yang disebut masyarakat. Hal tersebut, bermula hanya
sebatas hubungan dengan orang tua, dan kemudian hubungan tersebut
pergaulannya akan semakin luas. Dengan semakin luasnya hubungan interaksi
yang terjadi antar manusia tersebut dalam suatu masyarakat, sehingga dibuatlah
suatu pedoman yang merupakan aturan bagi manusia dalam pergaulannya di
suatu masyarakat tersebut. adat merupakan peraturan yang dilaksanakan
(diamalkan) secara turun-temurun dalam sebuah masyarakat, hingga menjadi
hukum dan peraturan yang harus dipatuhi. Sementara istiadat adalah peraturan
atau cara melakukan sesuatu yang diterima sebagai adat. Adat dan istiadat
memiliki hubungan yang rapat, dan dipandang sebagai alat yang berupaya
mengatur kehidupan masyarakat, yang tujuannya adalah untuk mencapai
kesejahteraan dan kerukunan hidup.
Kehidupan kekeluargaan dalam masyarakat melayu berpegang pada
norma-norma dan nilai-nilai adat yang berpedoman pada “adat bersandi syarak,
syarak bersandikan kitabullah. Ketentuan-ketentuan adat yang menjadi adat-

1
istiadat dalam masyarakat dengan sendirinya berkaitan dengan ketentuan agama
Islam, yang berbunyi “syarak mangato, adat.Artinya, bahwa apabila kita
membicarakan adat dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat melayu,
berarti sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Islami.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dalam latar belakang masalah
makalah ini difokuskan pada kajian “adat-istiadat dan hukum dalam masyarakat
melayu”.Dengan harapan ke depan dikembangkan budaya Melayu dan Islam
yang berkultur bahari itu mampu memberikan motivasi kepada generasi kini,
supaya generasi ke depan dapat meraih kegemilangan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai adat-istiadat dalam
masyarakat melayu dan hukum dalam masyarakat melayu.

2
PEMBAHASAN

A. Adat-Istiadat Dalam Masyarakat Melayu


Adat merupakan inti atau nukleus dari peradaban atau sivilisasi
melayu. Dapat ditafsirkan bahwa adat dalam kebudayaan melayu ini, telah
ada sejak manusia melayu ada.Adat selalu dikaitkan dengan bagaimana
manusia mengelola dirinya, kelompok, serta hubungan manusia dengan alam.

1. Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adat adalah aturan
(perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; cara
(kelakuan) yang sudah menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yang
terdiri atas nilainilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan
yang lainnya berkaitan menjadi suatu sistem”.1

Adat merupakan peraturan yang dilaksanakan (diamalkan) secara


tutun-temurun dalam sebuah masyarakat, hingga menjadi hukum dan
peraturan yang harus dipatuhi. Sementara istiadat adalah peraturan atau cara
melakukan sesuatu yang diterima sebagai adat. Adat dan istiadat memiliki
hubungan yang rapat, dan dipandang sebagai alat yang berupaya mengatur
kehidupan masyarakat, yang tujuannya adalah untuk mencapai
kesejahteraan dan kerukunan hidup. Adat-istiadat membentuk budaya, yang
kemudian mengangkat martabat masyarakat yang mengamalkanny.2

Ada dua pendapat mengenai asal kata adat. Disatu pihak ada yang
mengatakan bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan.
Sedangakan menurut Amura dalam Hilman menjelaskan istilah adatini
berasal dari bahasa Sansekerta karena menurutnya istilah ini telah
dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu.
Menurutnya adat berasal dari dua kata, a dan dato.a berarti tidak dan dato
berarti sesuatu yang bersifat kebendaan”.3

1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Pelajar: Jakarta, 2002, hal. 56
2
Husin Embi (et al.), 2004. “Adat Perkawinan di Melaka.” di dalam, Abdul Latiff Abu Bakar dan
3
Zainal Kling, 2004. “Adat Melayu.” di dalam Abdul Latiff Abu Bakar dan Hanipah Hussin (ed.),
2004. Kepimpinan Adat Perkawinan Melayu Melaka. Melaka: Institut Seni Malaysia Melak

3
2. Macam-Macam Adat Istiadat Melayu
Adat Melayu berasas kepada ajaran-ajaran agama Islam, yang
dikonsepkan sebagai hukum Islam atau tamadun Islam. Di sisi lain
kitabullah artinya adalah kitab suci allah (Al-Qur’an), atau merujuk lebih
jauh dan dalam adalah wahyu Allah sebagai panduan manusia dalam
mengisi kebudayaannya.Adat-istiadat melayu itu dapat dikategorikan
sebagai berikut:
I. Adat-istiadat yang berkaitan dengan siklus hidup
Adapun 4 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan siklus hidup
yakni sebagai berikut:
1. Adat-istiadat bersalin.
a. Adat-istiadat melenggang perut
b. Adat-istiadat menempah mak bidan
c. Adat-istiadat mandi sampat
d. Adat-istiadat potong tali pusat
e. Adat-istiadat naik buaian (mengayun anak)
f. Adat-istiadat mencecah tanah (turun tanah)
g. Adat-istiadat bercukur.
2. Adat semasa anak-anak.
a. Adat-istiadat bercukur
b. Adat-istiadat berkhitan (berkhatan atau sunnat)
c. Adat-istiadat belajar dan mengaji
d. Adat-istiadat berkhatam Al-Qur’an
e. Adat-istiadat bertindik.
3. Adat-istiadat perkawinan.
a. Adat-istiadat merisik
b.Adat-istiadat meminang
c. Adat-istiadat berinai
d.Adat-istiadat berandam dan menempah mak andam
e. Adat-istiadat berbesan
f. Adat-istiadat mandi bedimbar (berhias)
g.Adat-istiadat bertandang
h.Adat-istiadat menyalang
4
i. Adat-istiadat menjemput atau berkampung.
4. Adat kematian.
II. Adat yang berkait dengan kegiatan pertanian dan maritim
Adapun 6 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian dan maritim yakni sebagai berikut:
1. Adat-istiadat membuka tanah (mulaka ngerbah)
2. Adat-istiadat bercocok tanam (tabur benih, mulaka nukal)
3. Adat-istiadat berahoi (mengirik padi)
4. Adat-istiadat turun perahu
5. Adat-istiadat bersimah berpuar, puja kampung bersih kampung, atau
berobat kampung
6. Adat-istiadat menjamu laut.
III. Adat pengobatan melalui bomoh (dukun, pawang)
Adapun 5 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan adat
pengobatan melalui bomoh yakni sebagai berikut:
1. Adat-istiadat berobat
2. Adat-istiadat berkebas
3. Adat-istiadat memutus obat
4. Adat-istiadat menilik bomoh
5. Adat-istiadat gebuk
IV. Adat olahraga tradisi dan seni pertunjukan
Adapun 2 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan adat olahraga
tradisi dan seni pertunjukan yakni sebagai berikut:
1. Bersilat atau lintau
a. Adat-istiadat membuka gelanggang
b. Adat-istiadat menghadap guru atau sembah guru
c. Adat-istiadat tamat silat
2. Pertujukan, musik, tari, dan teater
a. Adat-istiadat buka panggung
b. Adat-istiadat pertunjukan
c. Adat-istiadat tamat panggung

5
V. Adat makan atau jamuan
Adapun 5 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan adat makan
atau jamuan yakni sebagai berikut:
1. Adat-istiadat makan dan minum
2. Adat-istiadat berhidang: seperah, dulang, kepala lauk (menghidang)
3. Adat-istiadat menjamu ketua atau pengurus adat
4. Adat-istiadat bersirih puan (sebelum makan)
5. Adat-istiadat kenduri (jamu sukut)
VI. Adat-istiadat pelantikan pengurus adat
VII. Adat-istiadat komunikasi budi bahasa
Adapun 2 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan adat
komunikasi budi bahasa yakni sebagai berikut:
1. Adat-istiadat berbahasa
2. Adat-istiadat bertegur sapa
VIII. Adat-istiadat takwim Islam
Adapun 4 macam adat-istiadat melayu yang berkaitan dengan adat takwin
islam yakni sebagai berikut:
1. Menyambut awal Muharram
2. Hari Asyura 10 Muharram
3. Safar, d. Maulid Nabi (Maulidur Rasul)
4. Kenduri arwah (bulan Sya’ban),
5. Puasa (Ramadhan)
6. Hari Raya Idul Fitri
7. Hari Raya Kurban (Idul Adha), dan lain-lain.
Adat-istiadat yang bermakna kepada upacara atau ritual ini juga
mengalami perkembangan-perkembangan. Upacara ini ada yang berkaitan
dengan kegiatan budaya seperti politik, pemerintahan, sosial, pendidikan,
agama, ekonomi, dan lain-lainnya. Pada masa kini, dalam konteks Indonesia,
upacara atau adat-istiadat ini dapat juga ditemui seperi upacara pembukaan
pekan olahraga, pembukaan gedung baru, upacara melepas jamaah haji,
upacara menyambut kepulangan haji, upacara pembukaan kampanye partai
politik, upacara bendera, upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia,
upacara pembukaan dan penutupan pekan budaya, dan lain-lain,dengan
demikian adat-istiadat ini juga mengalami perkembangan-perkembangan
selaras dengan perkembangan zaman. Menurut ajaran Islam perubahan dan
kontinuitas alam pastilah terjadi, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an.

6
(a) Surah Al-An’aam ayat 73

‫ق َويَو َم يَقُو ُل ُكن فَيَ ُكو ُن قَولُهُ ال َحق َولَهُ ال ُملكُ يَو َم‬ ِ ‫ض بِال َح‬ َ ‫ت َواْلَر‬ ِ ‫َو ُه َو الَّذِي َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬
‫۝‬٧٣ ‫خبِي ُر‬ َّ ‫ب َوال‬
َ ‫ش َهادَةِ َو ُه َو ال َح ِكي ُم ال‬ ِ ‫يُنفَ ُخ فِى الصو ِر ٰع ِل ُم الغَي‬
Artinya: 73. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.
Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu
terjadilah," dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala
ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.4
(b) As Sajdah ayat 4

َ ‫ض َو َما بَينَ ُه َما فِي ِست َّ ِة اَيَّام ث ُ َّم است َٰوى‬


‫علَى العَر ِش‬ َ ‫ت َواْلَر‬ ِ ‫للَاُ الَّذِي َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬
َٰ
َ ‫َما لَ ُكم ِمن دُونِه ِمن َّو ِلي َّو َْل‬
َ‫ش ِفيع اَفَ َل تَتَذَ َّك ُرون‬
Artinya: 4. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?5

4
Suningsih, A., & Abdullah, H. M. (2019). Integrasi Ayat-Ayat Bilangan Dalam Al-Qur’an
Dengan Nilai-Nilai Islam. In Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika (Vol. 2, No. 1, hal. 101-109).
5
Fuad, M. N. (2021). Studi Surah Al-Sajdah Tentang Materi Dan Metode Dakwah Dalam
kitab al-tafsir al-munîr karya Wahbah al-zuhailî. An-Nida': Jurnal Komunikasi dan
Penyiaran Islam, 9(2), 121-144.
7
3. Fungsi Adat-Istiadat Melayu
Adapun fungsi ada istiadat dalam kebudayaan Melayu sebagai berikut:
1. Menjabarkan nilai-nilai dasar Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa adat
Melayu pada hakekatnya adalah penjabaaran nilai-nilai agama Islam, yang
dianut masyarakatnya. Melalui adat dan kelembagaan adat inilah beragam
nilai yang Islami dikembangkan, kemudian disebarkan ke tengah masyarakat.
Nilai ini kemudian dijadikan identitas kemelayuan yang bersebati dengan
Islam. Dari sini muncul pendapat yang menyatakan bahwa kemelayuan
seseorang tidak hanya ditentukan oleh etnisitas saja tetapi juga melalui agama
yang dianut yaitu Islam, beradat Melayu, dan berbahasa Melayu. Dengan
demikian kemelayuan seseorang menjadi luas, yang terwujud dari berbagai
latar belakang suku dan puak.
2. Menjadi identitas yang Islami. Adat Melayu yang berakar dari agama Islam
ini kemudian menjadi identitas kemelayuan, sehingga tidak dapat dipisahkan
dari semua aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu seorang yang bukan
beragama Islam kemudian menganut agama Islam, sejak dahulu disebut
sebagai masuk Melayu. Sebaliknya jika seorang Melayu keluar dari agama
Islam ia disebut dengan keluar dari Melayu, dan gugurlah hak-haknya
sebagai orang Melayu, dan adat kemelayuannya.
3. Menjadi perekat persebatian dalam konteks kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Fungsi utama institusi adat adalah sebagai perekat
persebatian (integrasi) masyarakaat dalam kehidupan sosialnya. Fungsi ini
amat penting karena masyarakat Melayu di Nusanatara ini hidup dalam
komunitas yang heterogen. Kemajemukan ini memerlukan simpai dan
perekat yang dapat menyatukan masyarakat yang beragam itu daalam tatanan
kehidupan yang aman dan damai, saling hormat-menghormati, saling bantu-
membantu, dan lainnya. Hal ini diungkapkan dalam adat senasib
sepenanggungan, seaib, dan semalu.6

4. Nilai-Nilai Adat-Istiadat Melayu


Dalam konteks mewujudkan fungsi institusi adat, tentulah harus
mengacu kepada nilai dasar adat dan budaya Melayu yang telah teruji
ketangguhan dan keluhurannya. Adat ini diterapkan sejak berabad-abad yang
lampau, seiring dengan adanya orang Melayu di dunia ini. Nilai-nilai dasar
inilah yang selama berabad-abad silam mampu menciptakan kehidupan yang
sejahtera lahir dan batin dengan keberagaman suku dan puak, kaum, dan
bangsa di bumi Melayu. Nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam adat
inilah yang perlu dikembangkan dan disebarluaskan dalam kehidupan
berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.7

6
Tenas Effendy, 2004. Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu.
Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
7
Tenas Effendy,2013.Tunjuk Ajar Melayu tentang Wakil. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu
Riau.
8
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam adat Melayu adalah sebagai
berikut:
1. Nilai keterbukaan
Budaya melayu yang selalu disebut sebagai budaya bahari1 adalah
kebudayaan yang sifatnya terbuka. Melalui keterbukaan inilah
masyarakatnya menjadi mejemuk demikian pula budayanya menjadi ikut
heterogen juga. Pembauran lintas suku, umat, dan lintas negara, selama
ratusan tahun telah melahirkan masyarakat melayu yang heterogen.
Kemelayuam tidak lagi semata-mata mengacu kepada etnik, yang
mendasarkan pada genealogis atau hubungan darah, melainkan terbentuk
dari keberagaman keturunan yang disimpai oleh kesamaan nilai islam,
budaya, dan bahasa. Islam pun mengajarkan kepada segenap umatnya
untuk terbuka. Islam tidak memandang kasta dan derajat manusia. Islam
menerima siapa pun tanpa syarat untuk menjadi muslim. Islam sangat
menghargai perbedaan-perbedaan di antara manusia, yang memang
diciptakan oleh allah sedemikian rupa. Islam tidak membedakan antara
kaum quraisy dengan habsyi, melayu, pashtun, kurdi, tamil, benggali,
hokkian, kwong fu, korea, india, anglo sakson, latin, dan seterusnya.
Islam mendudukkan posisi manusia berdasarkan nilai-nilai universal
kemanusiaan, melalui panduan ajaran-ajaran allah.
2. Nilai keislaman
Budaya melayu adalah budaya yang menyatu dengan ajaran agama
islam. Nilai keislaman sangatlah dominan dan menjadi acuan dasar
budaya melayu. Budaya melayu menyatu dengan islam ini tercermin
dalam ungkapan adat, adat bersendikan syarak, syarak bersendikan
kitabullah, syarak mengata, adat memakai; sah kata syarak, benar kata
adat, bila bertelikai adat dengan syarak, tegaklah syarak, dan sebagainya.
Namun demikian, tidaklah bermakna bahwa budaya orang melayu
menolak masyarakat yang tidak ada akidah, bahkan sebaliknya
menganjurkan untuk hidup saling hormat-menghormati, saling
menghargai, saling bertenggang rasa, tolong-menolong, dan seterusnya.
Nilai inilah yang sejak dahulu mampu mewujudkan kerukunan hidup
antara umat beragama di bumi melayu.
3. Nilai keturunan
Bersama nilai ini mengajarkan orang untuk merasa seasal dan
seketurunan, yaitu sama-sama keturunan adam dan hawa. Dalam ruang
lingkup yang lebih kecil, menyadarkan seseorang akan nenek moyangnya
yang sama, yakni berasal dari rumpun melayu yang satu. Nilai ini mampu
menumbuhkan rasa kekeluargaan dalam arti yang seluas-luasnya. Nilai
ini menyebabkan setiap individu dan kelompok maupun puak untuk
berpikir jernih menjaga tali keturunan yang seasal tersebut, sehingga
mereka terhindar dari perpecahan dan disintegrasi sosial. Hal ini
terungkap dalam pantun melayu berikut :

9
Ketuku batang ketakal,
Kedua batang keladi mayang,
Sesuku kita seasal,
Senenek kita semoyang.1
Melalui nilai keturunan bersama inilah masyarakat melayu dapat
menyatu dalam sebuah kebudayaan. yang menyatukan orang-orang melayu
itu di mana pun adalah nilai ini. mereka itu bisa saja berasal dari etnik-etnik
rumpun melayu di nusantara dan menjadi dirinya sebagai warga masyarakat
melayu. bahkan orang-orang india, china, arab, atau yang lainnya dapat
menjadi melayu, dengan cara masuk ke dalam kultur dan agama orang
melayu yang berpaksikan kepada agama islam. di sumatera timur sebagai
contoh, etnik mana pun dapat menjadi melayu, selaras dengan kearifan
lokalnya. melayu di kawasan langkat, deli, serdang, sampai batubara
menyatukan melayu, dan memasukkan siapapun menjadi pada tiga kategorial
yaitu: melayu asli, melayu semenda, dan melayu seresam. melayu asli
maksudnya keturunan dan nenek moyangnya memang orang melayu, apakah
itu dari sumatera sendiri, semenanjung malaya, kalimantan, dan lainnya.
kategori kedua adalah melayu semenda,2 yakni orang yang awalnya
merupakan etnik bukan melayu, kemudian kawin dengan orang melayu,
mengamalkan kebudayaan melayu dan menjadi melayu. kategori yang ketiga
adalah melayu seresam, artinya orang yang awalnya adalah etnik-etnik di
nusantara, karena kesadarannya akan budaya melayu, kemudian
mengamalkannya, dan menganggap dirinya sebagai orang melayu. kesemua
kategori ini didasari oleh nilai-nilai budaya dan agama bahwa kita adalah satu
keturunan bersama. dahulunya adalah satu keluarga yakni keturunan adam
dan hawa. kemudian berkembang dan terdiri dari berbagai macam suku dan
bangsa, agar saling mengenal dan mengasihi sesamanya. yang mulai di depan
allah adalah mereka yang bertakwa.
4. Nilai etika dan moral
Nilai adat lainnya adalah etika dan moral. di dalam adat ini
terkandung nilai saling memelihara hubungan antar individu maupun
kelompok. nilai ini mengajarkan dan menyadarkan agar hidup saling
menjaga sopan dan santun baik pribadi maupun sosial. kita harus menjaga
hubungan baik, menjaga marwah, menghindari prilaku hujat-menghujat,
maki-memaki, caci-mencaci, fitnah-memfitnah, dan seterusnya yang
dapat menimbulkan aib dan malu bagi orang maupun dirinya sendiri.
ungkapan adat melayu mengatakan bahwa tanda hidup seaib semalu,
yang buruk sama dibuang, yang keruh sama dijernihkan, yang kusut sama
diselesaikan; salah besar diperkecil, salah kecil dihabisi. selanjutnya
dikatakan pula aib jangan didedahkan, malu jangan disingkapkan, juga
aib orang jangan dibilang, aib diri yang kita kaji.
1
Bahari berasal dari bahasa Arab yaitu bahar artinya laut. Budaya bahari ini, sifat utamanya adalah terbuka terhadap
semua budaya dunia. Orang di dunia yang berada dalam kebudayaan maritimKota-kota atau bandar-bandar besar
juga dalam sejarah peradaban dunia selalu tumbuh di kawasan pesisir atau sungai-sungai. Budaya bahari atau
maritim ini, biasanya kegiatan perdagangan, mengelola hasil-hasil laut, saling meminjam dan mengelola budaya
dalam lingkup global, dan sejenisnya. Berbagai bandar di Alam Melayu mengekspresikan budaya bahari ini, seperti
Melaka yang menjadi pelabuhan perdagangan terkenal di abad pertengahan, Siak Sri Indrapura sebagai kawasan
maritim di Riau, Kerajaan Haru di Sumut, dan lain-lainnya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa budaya
bahari ini menjadi tulang punggung perkembangan peradaban masyarakat Melayu.

10
5. Nilai kebersamaan
Nilai kebersamaan ini mencakup hal-hal yang berkait dengan nilai
senasib dan sepenanggungan, nalai seanak dan sekemanakan, seinduk
sebahasa, senenek dan semamak, seadat sepusaka, sepucuk setali darah,
sesampan dan sehaluan, dan seterusnya. nilai kebersamaan yang
terkandung dalam adat melayu, merupakan pemahaman dan penghayatan
terhadap sistem sosial, yang memang perlu ada di dalam sebuah
masyarakat. sistem sosial inilah yang diatur oleh adat. sistem sosial akan
memandu kepada polarisasi yang benar dan terarah. demikian juga
apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan sosial, maka adat
memberikan sanksi-sanksi berupa sanksi sosial dan budaya, sampai
terusirnya seseorang dalam masyarakat adat. jadi nilai-nilai kebersamaan
ini dikandung dalam adat melayu, untuk menjaga konsistensi internal
kebudayaan. nilai kebersamaan ini dalam konteks sosial diterapkan dalam
musyawarah, komunikasi secara kultural, dan seterusnya.
6. Nilai cita-cita
Bersama adat melayu juga mengandung niali-nilai untuk mencapai
cita-cita bersama. di dalam ajaran aadat ini setiap individu pastilah
mempunyai cita-cita, baik cita-cita di dunia dan terlebih lagi untuk
menuju akhirat. cita-cita setiap individu ini bisa saja berbeda sesuai
dengan amanah yang diberikan allah kepada dirinya. ada pula cita-cita
tersebut yang sama atau hampir sama dengan orang lain. namun demikin,
adat melayu mengatur arah yang benar tentang cita-cita bersama ini, yang
tumbuh dari cita-cita individu, kelompok kecil, sampai kumpulan besar,
yaitu melayu secara umum. cita-cita bersama masyarakat melayu adalah
menegakkan ajaran allah di muka bumi ini sebagai rahmat kepada seluruh
alam. selain itu cita-cita bersama masyarakat melayu adalah melakukan
kontinuitas dan perubahan kebudayaan sesuai dengan perkembangan
zaman. cita-cita bersama lainnya adalah menegakkan sistem sosial dunia,
yang heterogen, berkeadilan, dan tidak ada penistaan terhadap satu
kelompok manusia pun di dunia ini. cita-cita seterusnya orang melayu di
dunia ini adalah membentuk persatuan dan kesatuan geobudaya, yaitu
sama-sama dalam kebudayaan melayu yang sama, yang terdiri dari
beberapa negara bangsa. namun intinya kebersamaan juga dapat dijalin
dengan bangsa serumpun melayu di mana pun di dunia ini. kebersamaan
ini bagi orang melayu adalah hakikat dari kekuatan politik, budaya, dan
sosial. semakin menjadi kecil dan berkabilah-kabilah (berkelompok
kecil), maka semakin tidak kuatlah posisi politiknya. sebaliknya apabila
bersatu, maka kita akan menjadi kuat.
7. Nilai kekuasaan dan martabat
Nilai lainnya yang terdapat dalam adat melayu adalah nilai kekuasaan
dan martabat. di dalam kebudayaan melayu, pada hakekatnya setiap
orang diberikan allah kekuasaannya masing-masing. manusia adalah
khalifah di muka bumi. dialah yang memimpin alam ini. selain itu setiap
individu diberikan berbagai kelebihan dan perannya masing-masing. ia
akan menjadi kuat dan terpolarisasi dengan baik dan benar ketika ia
mampu mensinerjikan kemampuannya ini dengan orang lain atau

11
kelompok lain. ia akan menjadi terhormat dan bermartabat ketika ia
mampu menjadi sumber inspirasi atau sumber keadilan dan kebersamaan
sosial terhadap sesamanya. kekuasaan dan martabat seorang melayu
sebenarnya tidak ditentukan oleh kedudukan sosial yang diperolehnya
atau materi yang dikumpulkannya. kekuasaan dan martabat orang melayu
mencakup aspek yang multidimensional. artinya kekuasaan dan martabat
tetap mengacu kepada perintah allah dan menjauhi segala larangan allah,
panduannya adalah ajaran islam. seorang yang dikatakan berkuasa dan
bermartabat jika ia dapat menjadi rahmat kepada seluruh alam (rahmatan
lil’alamin). dengan demikian berbagai sifat-sifat agung akan muncul dari
dalam dirinya, seperti: rendah hati, tidak sombong, suka menolong
sesama, bertakwa, tujuan hidupnya dunia dan akhirat sekaligus, dan hal-
hal sejenisnya. kekuasaan dan martabat seorang melayu, mencakup
kecerdasan sosialnya. artinya kekuasaan dan martabat ini ditentukan juga
oleh interaksi seorang melayu dengan masyarakat sekitar, dan juga
masyarakat secara luas. kecerdasan sosial ini, didukung oleh faktor-
faktor: intelegensia, emosional, dan juga spiritual. pada hakekatnya,
setiap orang di dunia ini dianugerahi oleh allah kemampuan intelektual,
yaitu berpikir secara logis, dalam konteks menggunakan pikirannya.
namun selain itu di dalam diri manusia juga harus diasah kemampuan
mencerdaskan emosionalnya. artinya ia harus mampu memanajemeni
dirinya terhadap perasaan yang muncul. kalau sedih tidak terlalu dalam,
kalau marah tidak terlalu meledak-ledak, kalau gembira tidak terlalu
tertawa terbahak-bahak, dan seterusnya. jadi emosi adalah bahagian dari
pengendalian diri. ini dapat diperoleh melalui latihan-latihan berpuasa,
yang gunanya adalah mengendalikan diri dari hawa nafsu. namun hawa
nafsu juga tidak dimatikan, hanya diarahkan ke arah yang benar. selain
itu, terdapat juga kecerdasan spiritual. ini penting dilakukan sebagai
bahagian mengarahkan diri seseorang ke jalan yang diridhai oleh tuhan
yang maha kuasa. kecerdasan spiritual adalah salah satu bahagian dari
cara kontemplasi diri akan hakekat hidup, juga mengarahkan seseorang
dalam hubungannya dengan tuhan dan segala makhluk serta alam
lingkungan yang diciptakan oleh tuhan. jadi dengan selalu mengasah
kecerdasan spiritual ini, seseorang akan mendapatkan berkah di dalam
hidup, baik itu berupa material, dan terutama spiritualnya akan menjadi
lebih kaya. dampaknya ia akan selalu beribadah dan ingat kepada tuhan,
ia akan menjadi manusia yang menyayangi sesamanya, tanpa membeda-
bedakan segala perbedaan, karena pada dasarnya setiap manusia adalah
awalnya satu
8.Nilai Musyawarah
Nilai lainnya dari adat melayu adalah nilai musyawarah.nilai
musyawarah ini adalah substansi dari kebersamaan sosial dan religiusitas
dalam rangka merembukkan kepentingan secara bersama. setiap
permasalahan sosial dan budaya dapat dipecahkan dan diselesaikan
dengan cara 22 bermusyawarah. institusi musyawarah ini juga sebagai
salah satu pengendalian dan pengawasan sosial, yang tujuannya adalah
untuk kepentingan bersama. dalam musyawarah ini juga terkandung
nilai-nilai mufakat, yang artinya walaupun keputusan bersama itu
berbeda dengan apa yang kita pikirkan dan konsepkan, namun karena
12
telah menjadi keputusan bersama, maka dengan ikhkas kita menerimanya
dan bahkan mempertahankan keputusan itu dengan sekuat tenaga dan
upaya. nilai musyawarah untuk mencapai mufakat ini adalah ekspresi dari
nilai-nilai demokrasi dalam adat melayu dan dunia islam. dalam
menjalankan musyawarah untuk mencapai mufakat ini, yang diutamakan
adalah ketulusan untuk menyelesaikan secara bersama-sama. dalam
musyawarah mufakat sebenarnya sangat dihindari voting atau keputusan
yang sifatnya mempertentangkan dua atau beberapa pilihan yang
berbeda, dan cenderung melihatnya secara praktis yaitu suara yang
terbanyak ialah yang menang. dalam musyawarah mufakat sebenarnya
intinya bukan demikian, tetapi adalah kebulatan sikap, dan pembelajaran
dengan wawasan kultural yang holistik,serta menimba ilmu pengetahuan
dari semua orang, dan hal-hal sejenis.8

5. Contoh Adat-Istiadat Melayu


Adat merupakan identitas yang berfungsi untuk mengintegrasikan
seluruh masyarakat dan kelompok kecil masyarakat tersebut. Setiap
kelompok akan dikenali oleh kelompok lain dengan perbedaan adatnya.
Dalam rangka ini, adat juga menjadi identitas subkultur tertentu. Berikut
adat-istiadat melayu pada masyarakat jambi:
Pelaksanaan Malam Berinai
Upacara adat Melayu Jambi mempunyai karakter yang tercermin
dalam kenyataan sosial bahwa antara satu Kawasan dengan Kawasan
lain satu daerah namum memilki ciri khas masing-masing. Upacara
adat melayu Jambi mempunyai tahapan yang sudah disetujui oleh
kedua pihak keluarga yang mana menggunanakan adat melayu yang
mempunyai tahapan sebagai berikut:
(a) merisik kecil melaui seorang (perantara)
(b) merisik resmi dan meminang
(c) menyorong
(d) ikat janji
(e) kenduri
(f) berinai
(g)akad nikah
(h) mengantar pengantin

8
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian, Medan.

13
(i) mandi berhias
(j) resepsi pernikahan
(k) meminjam pengantin
(l)malam pengantin
(m) naik halangan
(n)cemetuk kedua dari suami
(o)kunjungan pengantin baru, dan
(p)hari megang
Itulah tahapan yang akan dilaksanakan jikalau menggunakan adat
melayu jambi. Dalam adat upacara melayu jambi ada dimana
dilaksanakan malam berinai yang mana malam berinai sendiri di
lakukan atau dilaksanakan sebelum akad dilaksanakan. Berinai
sendiri mempunyai banyak jenis dan tahapan itu sendiri. Upacara
malam berinai dilaksanakan di rumah penganti masing-masing yang
mana dilakukan oleh kerabat dan teman-teman dekat dari kedua pihak
pengantin.Upacara berinai mempunyai tiga upacara berinai yaitu
berinai curi, berinai kecil, dan berinai besar. Namun, sekarang malam
berinai dilakukan satu tempat dan satu malam saja karena untuk
mempersingkat waktu dan menghemat biaya. Kegiatan malam beinai
ini memiliki serangkai acara juga yang mana pada malam berinai ini
tangan dan kaki calon pengantin wanita akan dihiasi oleh inai. Malam
berinai ini di rumah pengantin wanita akan mengada tarian inai
merupakan salah satu rangkaian acara yang dilaksanakan dalam
malam berinai.Tarian berinai itu sendiri yang dilakukan merupakan
kombinasi dari gerakan silat, kejadian alam dan gerakan hewan.
Sebagai mana gerakan ini merupakan salah satu olahraga beladiri
tradisional melayu.9
disaat pengantin sudah melakukan serangkaian acara pada
malam berinai yang mana malam berinai dan kesenian-kesenian
melayu lainnya bergabung jadi satu seperti kesenian rodat, hadroh,
gambus, ronggeng, yang mana dimainkan untuk memeriahkan acara
tersebut. Semua dilakukan dirumah pihak calan mempelai pengantin
perempuan. Keesokan hari harinya dilaksanakan upacara akad nikah
atau lazim juga disebut istiadat nikah kawin melayu.10

9
Muhammad Takarani,A. Zaidan b.s,F. M. D. (2014). Adat perkawinan melayu (gagasan, terapan,
fungsi dan kearifannya) (issue july)
10
Deslinah (2022), Kebijakan pemerintah dalam pelestarian situs cagar budaya di kabupaten tanjung
jabung timur, program studi ilmu pemerintahan fakultas syariah universitas islam negeri sulthan
thaha saifuddin jambi

14
B. Hukum Dalam Masyarakat Melayu
Hukum adat dibuat anggota masyarakat yang terlibat dalam kehidupan
sehari-hari dalam sebuah masyarakat. Oleh karena itu, hukum adat dapat
difahami sebagai hukum yang tidak tertulis dalam peraturan-peraturan
legislatif mengenai aturan-aturan hidup walaupun tidak ditetapkan oleh
badan tertinggi (yudikatif), ditaati dan dipatuhi dengan keyakinan peraturan
tersebut mempunyai kekuatan hukum.11Hukum adat juga suatu bentuk
kehidupan bersama yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka
waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan. Tanda-tanda
yang dapat dipergunakan untuk melihat apakah masyarakat masih
menggunakan hukum adat adalah sebagai berikut :
1. Didalam masyarakat tersebut ada aturan-aturan normatif, rumusan-
rumusan dalam bentuk peribahasa atau asas-asas hukum yang tidak tertulis.
2. Ada keteraturan di dalam melaksanakan rumusan-rumusan dalam bentuk
peribahasa atau asas-asas hukum yang tidak tertulis tersebut melalui
keputusan-keputusan kepala adat, musyawarah adat masyarakat adat
setempat (keputusan dewan adat).
3. Ada proses atau tata cara yang diakui masyarakat tentang penyelesaian
suatu masalah khususnya suatu sengketa.
4. Ada pengenaan sanksi maupun paksaan terhadap pelanggaran aturan-
aturan normatif tersebut pada butir 1 diatas.
5. Ada lembaga-lembaga khusus dibidang sosial, ekonomi maupun politik.
Sebagaimana ditetapkan dalam Kongres Masyarakat Adat Nusantara I
yang diselenggarakan pada bulan Maret 1999, disepakati bahwa masyarakat
adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara
turun temurun) di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai,
ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. etiap daerah
di Indonesia, dapat ditemukan masyarakat hukum adat. Mereka dicirikan
dengan sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal
ataupun dasar keturunan. Secara empiris mereka mendiami daerah yang
secara geografis terpencil dan sulit dijangkau, tidak terjangkau oleh
pelayanan sosial dasar, dan sumber kehidupannya sangat bergantung pada
alam. Masyarakat hukum adat hidup dalam berbagai keterbatasan untuk
memenuhi kebutuhan sosial dasar, seperti sandang, pangan, tempat tinggal,
kesehatan dan pendidikan.12

11
Jailil Paridah,(2013),Peran “Hukum Dalam Menjaga Hukum Adat Uktuk Kesatuan
Masyarakat”,Kanun Jurnal Ilmu Hukum,Hal 381-396
12
Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria Perspektif Hukum, Rajawali Press, Bandung,
2009, hlm. 43
15
Kehidupan kekeluargaan dalam masyarakat melayu berpegang pada
norma-norma dan nilai-nilai adat yang berpedoman pada “adat bersandi
syarak, syarak bersandikan kitabullah. Ketentuan-ketentuan adat yang
menjadi adat-istiadat dalam masyarakat dengan sendirinya berkaitan
dengan ketentuan agama Islam, yang berbunyi “syarak mangato, adat
memakai yang artinya, bahwa apabila kita membicarakan adat dan adat
istiadat yang berlaku pada masyarakat adat tersebut, berarti sangat erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat Islami. hukum adat yang
mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang tidak boleh dilanggar dan
apabila dilanggar maka akan dapat dituntut dan kemudian dihukum.
Adapun yang menjadi landasan dasar hukum adat melayu adalah yang
disebut dengan induk undang nan lima. Yaitu:
1) Titian Tereh Batanggo Batu.
Dasar Pertama, “Titian Tereh Batanggo Batu” maksud dari induk
undang yang pertama ini yaitu, hukum adat melayu bersumber dari
Hadist Rasulullah (titian tereh) yang mengacu pada Al-Quran (batanggo
batu) yang di sebut “ Syarak” dijadikan tutunan utama sebagaimana
diungkapkan dalam seloko adat melayu Jambi “adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabulla.” , “ Syarak mengato adat memakai.”
2) Cermin Nan Idak Kabur.
Dasar Kedua, “Cermin nan Idak Kabur” maksud dari induk undang
yang kedua ini yaitu ketentuan hukum yang sudah berlaku atau sudah
ada, berasal dari masa berabad-abad silam yang telah terbukti
kebenarannya dalam mengayomi masyarakat dan diikuti dari generasi
ke generasi. Dasar kedua ini mengacu pada seloko adat melayu yang
berbunyi “jalan berambah yang dituruti, baju berjahit yang dipakai.”
3) Lantak Nan Idak Goyah.
Dasar Ketiga, “Lantak nan Idak Goyah” lantak atau tonggak adalah
sebatang kayu atau beton yang salah satu ujungnya ditanamkan atau
dimasukan ke dalam tanah untuk dijadikan pedoman atau penahan
sesuatu. Maksudnya adalah dalam menentukan hukum dan
melaksanakannya, orang yang berwenang harus jujur, tidak pilih kasih,
memiliki mental dan tekad yang teguh sehingga keadilan bagi semua
orang dapat ditegakkan. Sebagaimana digambarkan dalam seloko adat
melayu “beruk dirimba disusukan, anak dipangku diletakan.”,“tibo
dimato jangan dipicingkan, tibo diperut jangan dikempeskan.”
4) Nan Idak Lapuk Keno Ujan, Idak Lekang Karena Panas.
Dasar Keempat, “Nan Idak lapuk Keno Ujan, Idak Idak Lekang
Keno Panas” maksud dari induk undang yang keempat ini adalah
berpegang pada kebenaran yang tidak berubah. Sebagaimana
digambarkan dalam seloko adat “dianjak layu, diumbat mati.”
5) Kato Seiyo.
Dasar Kelima, “Kato Seiyo” maksudnya adalah kata seiya,
kesepakatan, mufakat. Artinya setiap persoalan yang rumit akan
diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat. Hasilnya menjadi
pegangan bersama. Sehingga pembicaraan yang sudah
dimusyawarahkan dan dimufakati dangan kato seiyo akan diperoleh
kesepakatan yang harus diakui dan dipatuhi bersama seperti
digambarkan dalam seloko adat “elok air karena pembuluh, elok kato
karena mufakat.”, “bulat boleh digulingkan, pipih boleh dilayangkan.”
16
Kelima landasan hukum tersebut telah menjadi pandangan hidup
yang membentuk watak dan kepribadian anggota masyarakat. Kelima dasar
hukum tersebut dalam kondifikasinya dinamakan “Induk Undang Nan
Lima”. Sesuai dengan kedudukannya maka dalam menetapkan hukum
adatatau menyelesaikan persoalan yang timbul harus berdasarkan pada
prinsip-prinsip yang terkandung dalam induk undang nan lima tersebut.
Masyarakat melayu yang harusnya berpegang teguh kepada kebenaran dan
nilai-nilai religius adat dan budayanya, “Di anjak layu, dianggung mati”,
tetapi mulai tergerus di tengah-tengah derasnya arus globalisasi. Jika dalam
adat dan budaya melayu :
1.Tegak mengintai lengang
2.Duduk menanti kelam
3.Tegak berdua bergandeng tangan
4.Salah Bujang dengan Gadis kawin Itu saja sudah dianggap aib besar
pergaulan antara seorang bujang dengan gadis yang diduga kuat telah
melanggar adat, hanya dengan tegak berdua bergandeng tangan, sudah
dianggap memberi malu kampung dan harus dikawinkan.
Secara umum dalam adat melayu terbagi empat ragam kategori dasar
adat menurut para pakar adat melayu, yaitu:
1.Adat Yang Sebenar Adat
Datuk Azrai Al Basri (3 Juli 2018) mengemukakan bahwa
Hukum adat melayu merupakan adat nan sebenar adat karena berlandaskan
pada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
2.Adat Yang Diadatkan
Adat jenis ini lebih dikenali sebagai hukum adat yang merupakan
peraturan hidup yang diwujudkan oleh nenek moyang orang Melayu dahulu
untuk memastikan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Adat ini
bekerja pada suatu landasan tertentu, menurut mufakat dari penduduk
daerah tersebut. Adat yang diadatkan ini maknanya mengarah kepada
sistem-sistem sosial yang dibentuk secara bersama, dalam asas musyawarah
untuk mencapai kesepakatan/mufakat.
3.Adat Yang Teradat
Adat yang teradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang secara berangsur-
angsur atau cepat menjadi adat. Adat yang teradat ini merupakan konsep
masyarakat Melayu terhadap kesinambungan dan perubahan, yang
merupakan respon terhadap demensi ruang dan waktu yang dijalani
manusia.
4. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan kumpulan tata kelakuan atau kebisaan yang
kekal, diwariskan turun temurun dari generasi kegenerasi. Adat istiadat
penerapan hukum adat dapat dikatakan sebagai sistem pengendalian sosial
yang telah memberikan perannya dalam rangka terciptanya keteraturan
kehidupan dalam pergaulan hidup dalam suatu masyarakat. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa begitu pentingnya keberadaan hukum adat
sebagai sistem pengendalian sosial yang diharapkan agar anggota
masyarakat mematuhi norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat
sehingga terciptanya ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak
dan kewajiban serta mengatu, menentukan hak dan kewajiban serta
melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosial. Artinya, bahwa

17
dengan adanya kesadaran hukum maka akan terciptanya keselarasan dalam
kehidupan sosial sehingga mengakibatkan kehidupan bermasyarakat yang
sadar akan hukum maka akan terdapat kehidupan masyarakat akan bisa
berlangsung dengan lancar dan tertib. “hukum adat melayu telah
mengapresiasi leluhur yang telah berjasa membuat hukum singkat tapi jelas
tatanannya, jelas penerapannya, dan juga jelas dasarnya karna bersumber
langsung dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, makadari itu hukum ini layak
disebut dengan hukum yang sempurna, saking sempurna untuk membantah
pasal-pasal yang terdapat pada KUHP hanya butuh “Undang Duo Puluh”
dalam hukum adat.”

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Adat
merupakan peraturan yang dilaksanakan (diamalkan) secara tutun-temurun
dalam sebuah masyarakat, hingga menjadi hukum dan peraturan yang harus
dipatuhi. Sementara istiadat adalah peraturan atau cara melakukan sesuatu yang
diterima sebagai adat. Adat dan istiadat memiliki hubungan yang rapat, dan
dipandang sebagai alat yang berupaya mengatur kehidupan masyarakat, yang
tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan dan kerukunan hidup. Adat-
istiadat membentuk budaya, yang kemudian mengangkat martabat masyarakat
yang mengamalkanny. Serta didapatkan penerapan hukum adat melayu dikenal
lima dasar induk undang sebagai pedoman, yaitu: Titian Tereh Batanggo Batu,
Cermin Nan Idak Kabur, Lantak Nan Idak Goyah, Nan Idak Lapuk Keno Ujan,
Idak Lekang Karena Panas dan Kato Seiyo. hukum adat melayu juga dikenal
empat ragam kategori adat melayu secara umum menentukan kebijakan dalam
masyarakat hukum adat melayu. yaitu: Adat yang sebenar adar, Adat yang
diadatkan, Adat yang teradat dan Adat-istiadat. Agama Islam telah menjadi
indentitas adat melayu keseluruhan maupun dalam sistem hukum adat melayu.
Hal ini tertulis dalam pepatah adat melayu “adat bersandi syarak, syarak
bersandi kitabullah.” dan tergambar dalam seloko “syarak mengato, adat
memakai.” Hukum adat dianggap bisa menyelesaikan masalah tidak hanya
mengatasi masalah. Hal ini dikarenakan hukum adat penyelesaian
menggunakan hati dan dihasilkan dari kemufakatan.

B. Saran

Ketika hendak mengkaji tentang adat-istiadat dan hukum adat pada


masyarakat melayu sebaiknya terlebih dahulu agar mencari dan
menggabungkan beragam referensi mengenai adat melayu dan hukum adatnya
karen sedikitnya referensi yang mengkaji materi yang tersebar sehingga proses
pengkajian mambutuhkan waktu lebih lama.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan


Penelitian, Medan.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Pelajar: Jakarta, 2002, hal. 56

Deslinah (2022), Kebijakan pemerintah dalam pelestarian situs cagar budaya di


kabupaten tanjung jabung timur, program studi ilmu pemerintahan
fakultas syariah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin
jambi

Fuad, M. N. (2021). Studi Surah Al-Sajdah Tentang Materi Dan Metode Dakwah
Dalam kitab al-tafsir al-munîr karya Wahbah al-zuhailî. An-Nida':
Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 9(2), 121-144.

Husin Embi (et al.), 2004. “Adat Perkawinan di Melaka.”

Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria Perspektif Hukum, Rajawali


Press, Bandung, 2009, hlm. 43

Jailil Paridah,(2013),Peran “Hukum Dalam Menjaga Hukum Adat Uktuk Kesatuan


Masyarakat”,Kanun Jurnal Ilmu Hukum,Hal 381-396

Muhammad Takarani,A. Zaidan b.s,F. M. D. (2014). Adat perkawinan melayu


(gagasan, terapan, fungsi dan kearifannya) (issue july)

Suningsih, A., & Abdullah, H. M. (2019). Integrasi Ayat-Ayat Bilangan Dalam Al-
Qur’an Dengan Nilai-Nilai Islam. In Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika (Vol. 2, No. 1, hal. 101-
109)

Tenas Effendy, 2004. Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang


Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya
20
Melayu

Tenas Effendy,2013.Tunjuk Ajar Melayu tentang Wakil. Pekanbaru: Lembaga


Adat Melayu Riau

Zainal Kling, 2004. “Adat Melayu.” di dalam Abdul Latiff Abu Bakar dan Hanipah
Hussin (ed.), 2004. Kepimpinan Adat Perkawinan Melayu Melaka.
Melaka: Institut Seni Malaysia Melaka

21

Anda mungkin juga menyukai