Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TEGAR PRAMUDITYA

NIM : 210710101288
MATKUL : HUKUM PIDANA /C

Sejarah KUHP di Indonesia


Sejarah hukum pidana Indonesia secara umum tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia yang terbagi dalam banyak kerajaan, masyarakat
Indonesia di bawah jajahan Belanda dan masyarakat Indonesia setelah masa kemerdekaan.
Hukum pidana Indonesia dimulai pada masa masuknya bangsa Belanda di Indonesia, adapun
hukum yang ada dan berkembang sebelum itu atau setelahnya, yang hidup dimasyarakat tanpa
pengakuan pemeritah Belanda dikenal dengan hukum adat. Pada masa penjajahan Belanda
pemerintah Belanda berusaha melakukan kodifikasi hukum di Indonesia, dimulai tahun 1830
dan berakhir pada tahun 1840
Dalam hukum pidana kemudian diberlakukan interimaire strafbepalingen. Pasal 1
ketentuan ini menentukan hukum pidana yang sudah ada sebelum tahun 1848 tetap berlaku dan
mengalami sedikit perubahan dalam sistem hukumnya. Walaupun sudah ada interimaire
strafbepalingen, pemerintah Belanda tetap berusaha menciptakan kodifikasi dan unifikasi
dalam lapangan hukum pidana, usaha ini akhirnya membuahkan hasil dengan diundangkannya
koninklijk besluitn 10 Februari 1866. wetboek van strafrech voor nederlansch indie (wetboek
voor de europeanen) dikonkordinasikan dengan Penal Perancis yang sedang berlaku di
Belanda. Inilah yang kemudian menjadi Wetboek van Strafrecht atau dapat disebut Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku sampai saat ini dengan perubahan-
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Belanda membuat perundang-undangan hukum pidana pada tahun 1795 dan disahkan
pada tahun 1809. Kodifikasi hukum pidana nasional pertama ini disebut dengan Crimineel
Wetboek voor Het Koninkrijk Holland. Namun baru dua tahun berlaku, pada tahun 1811
Perancis menjajah Belanda dan memberlakukan Code Penal (kodifikasi hukum pidana) yang
dibuat tahun 1810 saat Napoleon Bonaparte menjadi penguasaPerancis.Tahun 1813, Perancis
meninggalkan negara Belanda tetapi negara Belanda masih mempertahankan Code Penal itu
sampai tahun 1886. Tahun 1886 mulai diberlakukan Wetboek van Strafrecht sebagai penggant
Code Penal Napoleon.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah induk peraturan hukum pidana
positif di indonesia. KUHP ini mempunyai nama asli Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (WvSNI) yang diberlakukan di Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1918.
WvSNI merupakan turunan dari WvS negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan
diberlakukan di negara Belanda pada tahun 1886. Walaupun WvSNI merupakan turunan dari
WvS Belanda, namun pemerintah kolonial pada saat itu menerapkan asas konkordansi
(penyesuaian) bagi pemberlakuan WvS di negara jajahannya. Beberapa pasal dihapuskan dan
disesuaikan dengan kondisi dan misi kolonialisme Belanda atas wilayah Indonesia.
Pada saat Jepang memasuki dan menduduki wilayah nusantara setelah mengalahkan
pasukan Sekutu. Sejak saat itu pasukan Jepang mengambil alih kedudukan negara anggota
Sekutu di antaranya Belanda di Indonesia sebagai penjajah. Dengan masuknya tentara Jepang
menguasai wilayah pendudukan kolonial Belanda di Indonesia berarti sekaligus menggantikan
penjajahan Belanda di Indonesia. Penjajahan bangsa Jepang di Indonesia ini mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika aturan hukum pidana di Indonesia. Demi
kepentingan kekuasaan dan pemerintahannya dalam beberapa hal tertentu pemerintahan
Jepang mengeluarkan maklumat yang memuat ketentuan pidana dan memberlakukannya di
seluruh wilayah pendudukannya. Namun demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang di
Indonesia tidak pernah mencabut berlakunya Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie
1915. Dengan demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang hukum pidana yang berlaku di
Indonesia terdapat dua aturan pidana secara bersamaan, yaitu aturan pidana yang dikeluarkan
oleh pemerintahan Jepang dan aturan pidana peninggalan pemerintahan kolonial Belanda
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. Jadi selama Jepang berkuasa di
Indonesia kembali berlaku Dualisme Hukum Pidana.
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945 Selanjutnya pada
tanggal 18 Agustus 1945 langsung diberlakukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Sumber
Hukum Tertinggi dalam tertib hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945 dinyatakan, bahwa segala lembaga negara dan peraturan hukum
yang ada pada waktu itu (Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch-Indie 1915 dan ketentua-
ketentuan pidana pemerintahan Jepang) masih tetap berlaku selama belum diganti dengan yang
baru menurut UUD 1945 itu sendiri. Dengan demikian sampai dengan 18 Agustus 1945,
dualisme hukum pidana kembali berlaku karena Aturan Pidana Pemerintahan Jepang masih
berlaku terus di Indonesia. Selanjutnya pemerintah Republik Indonesia merasa dan menyadari
perlu diupayakannya kembali unifikasi hukum pidana.Pada tanggal 26 Pebruari 1946 untuk
mengisi kekosongan hukum pidana yang diberlakukan di Indonesia maka dengan dasar Pasal
II Aturan Peralihan UUD 1945, WvSNI tetap diberlakukan. Pemberlakukan WvSNI menjadi
hukum pidana Indonesia ini menggunakan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana Indonesia. Dalam Pasal VI Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
disebutkan bahwa nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie diubah menjadi
Wetboek van Strafrecht dan “ dapat disebut Kitab Undang-undang Hukum Pidana”. Di
samping itu, undang-undang ini juga tidak memberlakukan kembali peraturan-peraturan pidana
yang dikeluarkan sejak tanggal 8 Maret 1942, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang
maupun oleh panglima tertinggi Hindia Belanda. Oleh karena perjuangan bangsa Indonesia
belum selesai pada tahun 1946 dan munculnya dualisme KUHP setelah tahun tersebut maka
pada tahun 1958 dikeluarkan Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 yang memberlakukan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 bagi seluruh wilayah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai