Sejarah hukum pidana Indonesia secara umum tidak dapat dilepaskan dari keberadaan masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia yang terbagi dalam banyak kerajaan, masyarakat Indonesia di bawah jajahan Belanda dan masyarakat Indonesia setelah masa kemerdekaan. Hukum pidana Indonesia dimulai pada masa masuknya bangsa Belanda di Indonesia, adapun hukum yang ada dan berkembang sebelum itu atau setelahnya, yang hidup dimasyarakat tanpa pengakuan pemeritah Belanda dikenal dengan hukum adat. Pada masa penjajahan Belanda pemerintah Belanda berusaha melakukan kodifikasi hukum di Indonesia, dimulai tahun 1830 dan berakhir pada tahun 1840 Dalam hukum pidana kemudian diberlakukan interimaire strafbepalingen. Pasal 1 ketentuan ini menentukan hukum pidana yang sudah ada sebelum tahun 1848 tetap berlaku dan mengalami sedikit perubahan dalam sistem hukumnya. Walaupun sudah ada interimaire strafbepalingen, pemerintah Belanda tetap berusaha menciptakan kodifikasi dan unifikasi dalam lapangan hukum pidana, usaha ini akhirnya membuahkan hasil dengan diundangkannya koninklijk besluitn 10 Februari 1866. wetboek van strafrech voor nederlansch indie (wetboek voor de europeanen) dikonkordinasikan dengan Penal Perancis yang sedang berlaku di Belanda. Inilah yang kemudian menjadi Wetboek van Strafrecht atau dapat disebut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku sampai saat ini dengan perubahan- perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Belanda membuat perundang-undangan hukum pidana pada tahun 1795 dan disahkan pada tahun 1809. Kodifikasi hukum pidana nasional pertama ini disebut dengan Crimineel Wetboek voor Het Koninkrijk Holland. Namun baru dua tahun berlaku, pada tahun 1811 Perancis menjajah Belanda dan memberlakukan Code Penal (kodifikasi hukum pidana) yang dibuat tahun 1810 saat Napoleon Bonaparte menjadi penguasaPerancis.Tahun 1813, Perancis meninggalkan negara Belanda tetapi negara Belanda masih mempertahankan Code Penal itu sampai tahun 1886. Tahun 1886 mulai diberlakukan Wetboek van Strafrecht sebagai penggant Code Penal Napoleon. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah induk peraturan hukum pidana positif di indonesia. KUHP ini mempunyai nama asli Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie (WvSNI) yang diberlakukan di Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1918. WvSNI merupakan turunan dari WvS negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan diberlakukan di negara Belanda pada tahun 1886. Walaupun WvSNI merupakan turunan dari WvS Belanda, namun pemerintah kolonial pada saat itu menerapkan asas konkordansi (penyesuaian) bagi pemberlakuan WvS di negara jajahannya. Beberapa pasal dihapuskan dan disesuaikan dengan kondisi dan misi kolonialisme Belanda atas wilayah Indonesia. Pada saat Jepang memasuki dan menduduki wilayah nusantara setelah mengalahkan pasukan Sekutu. Sejak saat itu pasukan Jepang mengambil alih kedudukan negara anggota Sekutu di antaranya Belanda di Indonesia sebagai penjajah. Dengan masuknya tentara Jepang menguasai wilayah pendudukan kolonial Belanda di Indonesia berarti sekaligus menggantikan penjajahan Belanda di Indonesia. Penjajahan bangsa Jepang di Indonesia ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika aturan hukum pidana di Indonesia. Demi kepentingan kekuasaan dan pemerintahannya dalam beberapa hal tertentu pemerintahan Jepang mengeluarkan maklumat yang memuat ketentuan pidana dan memberlakukannya di seluruh wilayah pendudukannya. Namun demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang di Indonesia tidak pernah mencabut berlakunya Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. Dengan demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang hukum pidana yang berlaku di Indonesia terdapat dua aturan pidana secara bersamaan, yaitu aturan pidana yang dikeluarkan oleh pemerintahan Jepang dan aturan pidana peninggalan pemerintahan kolonial Belanda Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. Jadi selama Jepang berkuasa di Indonesia kembali berlaku Dualisme Hukum Pidana. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945 Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 langsung diberlakukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Sumber Hukum Tertinggi dalam tertib hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 dinyatakan, bahwa segala lembaga negara dan peraturan hukum yang ada pada waktu itu (Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch-Indie 1915 dan ketentua- ketentuan pidana pemerintahan Jepang) masih tetap berlaku selama belum diganti dengan yang baru menurut UUD 1945 itu sendiri. Dengan demikian sampai dengan 18 Agustus 1945, dualisme hukum pidana kembali berlaku karena Aturan Pidana Pemerintahan Jepang masih berlaku terus di Indonesia. Selanjutnya pemerintah Republik Indonesia merasa dan menyadari perlu diupayakannya kembali unifikasi hukum pidana.Pada tanggal 26 Pebruari 1946 untuk mengisi kekosongan hukum pidana yang diberlakukan di Indonesia maka dengan dasar Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, WvSNI tetap diberlakukan. Pemberlakukan WvSNI menjadi hukum pidana Indonesia ini menggunakan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Indonesia. Dalam Pasal VI Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 disebutkan bahwa nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie diubah menjadi Wetboek van Strafrecht dan “ dapat disebut Kitab Undang-undang Hukum Pidana”. Di samping itu, undang-undang ini juga tidak memberlakukan kembali peraturan-peraturan pidana yang dikeluarkan sejak tanggal 8 Maret 1942, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang maupun oleh panglima tertinggi Hindia Belanda. Oleh karena perjuangan bangsa Indonesia belum selesai pada tahun 1946 dan munculnya dualisme KUHP setelah tahun tersebut maka pada tahun 1958 dikeluarkan Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 yang memberlakukan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 bagi seluruh wilayah Republik Indonesia.