Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anggy Safera

Npm : 2112011405
MatKul: Hukum Pidana
Tugas : Kuis 1

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Pidana dan Hukum Pidana ?

Jawab :

 Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan
perbuatan yang memenuhi syarat syarat tertentu itu sedangkan
 Hukum Pidana dapat diartikan sebagai keseluruhan Hukum atau peraturan yang berlaku
disuatu negara ,yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, disertai ancaman atau sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi yang melanggar

2. Jelaskan pengertian Norma,Nilai,dan Sanksi ?

Jawab :

 Norma atau kaidah adalah angapan - angapan yang sedikit atau banyak mengikat perbutan
seseorang dalam masyarakat atau suatu kelompok dalam masyarakat.Norma atau kaidah
mengandung apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan serta apa yang diharapkan
dan tidak diharapkan.
 Nilai dapat diartikan sebagai ukuran yang didasari atau tidak didasari oleh suatu masyarakat
atau golongan untuk menetapkan apa yang benar, dan apa yang dianggap baik atau buruk
di masyarakat
 Sanksi lebih mengarah kepada hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar suatu
norma.

3. Jelaskan sejarah dari Hukum Pidana Indonesia ?

Jawab : Sejarah Hukum Pidana yang tertulis di indonesia dapat dibagi atas

 Zaman VOC
Pada masa ini selain hukum-hukum adat pidana yang berlaku bagi kaum pribumi di
Indonesia, penguasa VOC mulai memberlakukan plakat-plakat yang berisi hukum pidana.
Tahun 1642, Joan Maetsuycker mantan Hof van Justitie di Batavia yang mendapat tugas dari
Gubernur Jenderal van Diemen merampungkan suatu himpunan plakat-plakat yang
dinamakan Statuten van Batavia, kemudian pada tahun 1650 himpunan ini disahkan oleh
Heeren Zeventien. Menurut Utrecht, hukum yang berlaku di daerah yang dikuasai oleh VOC,
ialah :
1. Hukum statuta yang termuat di dalam Statuten van Batavia
2. Hukum Belanda Kuno
3. Asas-asas Hukum Romawi
Hubungan hukum Belanda kuno ialah sebagai pelengkap jika statuta tidak dapat
menyelesaikan masalah, hukum Belanda kuno diaplikasikan. Sedangkan hukum Romawi
berlaku untuk mengatur kedudukan hukum budak (Slaven Recht)

 Zaman Hindia Belanda


Berdasarkan sejaragh dari tahun 1811 sampai 1814 Indonesia pernah dibawah
kepemimpinan Inggris. Berdasarkan Konvensi London 13 Agustus 1814, maka bekas koloni
Belanda dikembalikan kepada Belanda lagi. Dengan Regerings Reglement 1815 dengan
tambahan (Supletoire Instructie 23 September 1815)maka hukum dasar colonial tercipta.
Agar tidak terjadi kesenjangan peraturan, maka dikeluarkan proklamasi 19 Agustus 1816 ,
Stbl.1816 No. 5 yang mengatakan bahwa untuk sementara waktu semua peraturan bekas
pemerintahan Inggris tetap dipertahankan. Untuk orang pribumi hukum adat pidana masih
diakui asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang dari pemerintah.

Kepada bangasa Indonesia ditetapkan pidana berupa kerja paksa di perkebunan yang
didasarkan pada Stbl. 1828 No. 16, mereka dibagi atas dua golongan, yaitu:

1. Yang dipidana kerja rantai


2. Yang dipidana kerja paksa

KUHP yang berlaku bagi golongan Eropa tersebut pada dasarnya adalah salinan Code Penal
yang berlaku di Negeri Belanda tetapi berbeda dari sumbernya tersebut, yang berlaku di
Indonesia terdiri atas 2 buku, sedangkan Code Penal terdiri atas 4 buku. KUHP yang berlaku
bagi golongan bumiputera juga saduran dari KUHP yang berlaku bagi golongan Eropa, tetapi
diberi sanksi yang lebih berat sampai pada KUHP 1918 pun, pidananya lebih berat daripada
KUHP Belanda 1886. Oleh karena itu perlu ditinjau secara sekilas lintas perkembangan
kodifikasi di Negeri Belanda.

Pertama kali ada kodifikasi di bidang hukum pidana terjadi sejak adanya Crimineel Wetbook
voor het koninglijk Holland 1809. Kitab undang-undang 1809 memuat ciri modern di
dalamnya, menurut vos, yakni:

1. Pemberian kebebasan yang besar kepada hakim di dalam pemeberian pidana.


2. Ketentuan-ketentuan khusus untuk penjahat remaja.
3. Penghapuaan perampasan umum.

Akan tetapi kodifikasi ini berumur singkat karena masuknya Code Penal Perancis ke
Belandatahun 1811.Belanda terus berusaha untuk mengadakan perubahan juga usaha untuk
menciptakan KUHP nasional, tetapi tidak berhasil, kecuali perubahan sebagian. ada tanggal 3
maret 1881 lahirlah KUHP Belanda yang baru dan berlaku mulai tanggal 1 september 1886.
Setelah KUHP baru muncul, barulah KUHP Hindia Belanda, yaitu 1866 dan 1872 yang banyak
persamaan dengan Code Penal Perancis diganti dan disesuaikan dengan KUHP baru,

Berdasarkan asas konkordansi KUHP Belanda harus diberlakukan pula di daerah jajahan
seperti Hindia Belanda. Semula direncanakan tetap ada dua KUHP, masing-masing untuk
golongan Eropa dan Bumiputera. Setelah selesai kedua rancangan tersebut Menteri jajahan
Belanda Mr. Idenburg berpendapat sebaiknya hanya ada satu KUHP di Hindia Belanda.
Sesuai usul Mr. Idenburg maka dibentuklah komisi yang menyelesaikan tugasnya tahun
1913dengan KB tanggal 15 oktober 1915 dan diundangkan pada September 1915nomor 732
lahirlah Wesboek van straftrecht voor Nederlandsch Indie untuk seluruh golongan penduduk
dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1918. Peralihan dari masa dualisme, yaitu dua macam
WvKuntuk dua golongan penduduk menurut Jonkers lebih bersifat formil daripada materiel.

 Zaman Jepang
WvSI tetap berlaku pada zaman pendudukan Jepang, hal ini didasarkan pada undang-undang
(Osamu Serei) No. 1 Tahun 1942 yang mulai berlaku tanggal 7 Maret 1942 sebagai peraturan
peralihan Jawa Madura. Jadi hanya pasal-pasal yang menyangkut pemerintah Belanda,
misalnya penyebutan Raja/Ratu yang tidak berlaku lagi. Peraturan ini juga dikeluarkan di
daerah selain Jawa dan Madura.

Dibanding dengan hukum pidana materiel, maka hukum acara pidana lebih banyak berubah,
karena terjadi unifikasi acara dan susunan pengadilan. Ini diatur dalam Osamu Serei No.3
tahun 1942 tanggal 20 September 1942.

 Zaman Kemerdekaan
Keadaan pada zaman pendudukan Jepang dipertahankan sesudah proklamasi kemedekaan.
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku tanggal 18 Agustus 1945. Untuk memperkuat
aturan peralihan tersebut, maka Presiden mengeluarkan peraturan tanggal 10 Oktober 1945
yang dinamakan Peraturan No.2. Barulah dengan UU no. 1 Tahun 1946 diadakan perubahan
yang mendasar atas WvSI. Ditentukan dalam UU No.1 Tahun 1946 tersebut bahwa hukum
pidana yang berlaku mulai tahun 1946 ialah hukum pidana yang berlaku tanggal 8 Maret
1942 dengan pelbagai perubahan dan penambahan yang disesuakan dengan keadaan
Negara Republik Indonesia dengan nama Wetbook van Strafrecht voor NederlandschIndie
diubah menjadi Wetbook van Strafrecht yang dapat disebut Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).

4. Jelaskan yang dimaksud Hukum Pidana Materil, dan Hukum Pidana Formil, dan berikan
contohnya?

Jawab :

 Hukum Pidana Materiil merupakan suatu aturan hukum yang berisi tentang tindakan
pidana. Di dalamnya tercantum rumusan perbuatan pidana, syarat, dan aturan untuk pelaku
pidana. Contohnya seperti keyakinan terhadap agama, kesusilaan, dan kesadaran hukum.
 Hukum Pidana Formil merupakan hukum yang digunakan sebagai dasar para penegak
hukum. Hukum pidana formil mengatur tentang tindakan Negara sebagai alat perlengkapan
dalam melakukan kewajiban untuk menyidik, menuntut, dan menerapkan pidana.
Contohnya KUHP Hukum Pidana Formil adalah hukum pidana yang mengatur kewenangan
Negara (melalui aparat penegak hukum) melaksanakan haknya untuk menjatuhkan pidana.
5. Dirumuskan dalam pasal berapa dan apa bunyinya? Asas Pokok dari Hukum Pidana kita serta apa
bahasa asingnya ?

Jawab : Asas Legalitas yang tercantum didalam Pasal 1 Ayat (1) KUHP bahwa suatu perbuatan tidak
dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah
ada. Dirumuskan dalam bahasa latin “ Nulum delictum nulla poena sine praevia legi poenali ” yang
artinya dalam bahasa indonesia “ Tidak ada delik,tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang
mendahuluinya.

6. Bagaimanakah hubungan ilmu kriminologi dengan hukum pidana ?

Jawab : Hubungan hukum pidana dengan kriminologi adalah keterkaitan yang saling melengkapi. Di
mana kriminologi mencari suatu alasan, atau faktor yang mendorong timbulnya tindak kejahatan
yang melahirkan akibat hukum, sedangkan hukum pidana berusaha menghubungkan perbuatan
jahat dengan hasil pembuktian. Adapun persamaan Ilmu Kriminologi dan Hukum Pidana :

 Keduanya memiliki objek tentang ejahatan


 Keduanya membahas tentang suatu perbuatan jahat itu perlu diambil tindakan preventif
maupun represif, dengan tujuan agar sipenjahat itu tidak mengulani perbuatan jahatnya lagi.

Anda mungkin juga menyukai