Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa (civil law)
dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau
hukum perdata. Dalam sistem Anglo Sakson (common law) tidak dikenal pembagian
semacam ini.
Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
individu dengan badan hukum. Untuk pertama kalinya istilah hukum perdata dikenal
Indonesia dalam bahasa Belanda yakni Burgerlijk Recht. Sumber hukum perdata
dikodifikasikan dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan dialih bahasa menjadi Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Terdapat beberapa pandangan
terkait dengan KUHPerdata ini salah satunya, KUHPerdata dipandang sebagai suatu
pedoman saja karena tidak pernah ada terjemahan resmi dari Burgerlijk Recht yang
aslinya masih berbahasa Belanda
Hukum merupakan alat atau seperangkat kaidah. Perdata merupakan
pengaturan hak, harta benda dan sesuatu yang berkaitan antara individu dengan
badan hukum. Hukum perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan
kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Istilah hukum perdata ini berasal dari bahasa Belanda ‘Burgerlijk Recht’.
Hukum perdata juga sering dikenal dengan sebutan hukum privat atau hukum sipil.
Namun, istilah hukum perdata lebih umum digunakan saat ini.
Menurut Prof Subekti, hukum perdata adalah semua hukum privat materiil berupa
hukum pokok yang mengatur kepentingan individu.
Menurut Prof. Sudikno, hukum perdata adalah keseluruhan peraturan yang
mempelajari tentang hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya,
baik dalam hubungan keluarga atau hubungan masyarakat luas.
Sedangkan menurut Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, hukum perdata adalah
hukum yang mengatur kepentingan warga perseorangan yang satu dengan yang
lainnya.
7. Hukum Perkawinan
Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Pokok Perkawinan:
suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membantuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhana Yang Maha Esa.
Syarat dapat melangsungkan perkawinan menurut pasal 6 UUPP:
a. Persetujuan kedua belah pihak
b. Seseorang yang belum berumur 21 tahun harus mendapat
persetujuan dari orangtua, jika orangtua sudah meninggal dapat
meminta persetujuan dari wali/keluarga yang mempunyai
hubungan darah garis lurus keatas.
1. Azas-azas Perkawinan
a. Tujuan Perkawinan membentuk keluarga / rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Membentuk keluarga : membentuk kesatuan masyarakat
terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak. Membentuk
rumah tangga : membentuk kesatuan hubungan suami istri
dalam satu wadah yang disebut rumah kediaman bersama.
b. Sahnya perkawinan jika dilakukan menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, dan dicatat dalam catatan sipil.
c. Azas Monogami seorang suami / istri hanya diperbolehkan
memiliki satu orang istri / suami. Jika dikehendaki dan diizinkan
oleh agamanya, maka seseorang suami dapat beristri lebih dari
satu setelah memenuhi persyaratan yang diputuskan
pengadilan.
d. Prinsip Perkawanan kedua belah pihak sudah dewasa dan
matang jiwa raganya. Perkawinan dilarang antara mereka yang
mempunyai hubungan darah garis lurus keatas dan kebawah.
e. Mempersukar Terjadinya Perceraian karena tujuan perkawinan
adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maka UU
menganut prinsip ini mempersukar terjadinya perceraian.
f. Hak dan Kedudukan Istri hak dan kedudukan istri adalah
seimbang dengan suami baik dalam kehidupan rumah maupun
masyarakat.
2. Pencegahan Perkawinan
Pencegahan perkawinan dapat dilakukan apabila ada pihak yang tidak
memenuhi syarat. Syarat dapat melangsungkan perkawinan :
a. pria berumur 19 tahun dan wanita 16 tahun
b. terkena larangan perkawinan pasal 8 UUPP
c. tidak terikat perkawinan dgn orang lain, apabila terikat, harus
mendapat izin dari istri pertama dan diizinkan pengadilan untuk
kawin lagi tidak memenuhi tata cara pelaksanaan perkawinan
yang telah diatur sendiri
3. Pihak yang berhak mencegah perkawinan :
a. keluarga dalam garis lurus keatas dan kebawah
b. saudara
c. wali
d. wali nikah
e. pengampu dari salah satu calon mempelai
f. pihak-pihak yang berkepentingan
4. Pembatalan Perkawinan
Pembatalan perkawinan dapat diajukan apabila salah satu pihak masih
terikat perkawinan dengan orang lain dan apabila perkawinan tersebut
dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum.
1. Pihak yang dapat membatalkan perkawinan :
a. keluarga dalam garis lurus keatas masing-masing pihak
b. suami atau istri
c. pejabat yang berwenang selama perkawinan belum
diputuskan
5. Akibat Perkawinan
Terhadap suami dan istri, harus:
a. Memikul kewajiban hukum, setia, hak dan kedudukan seimbang
b. Tinggal bersama
c. Suami melindungi keluarga
d. Hubungan mengikat / timbal balik
6. Terhadap harta perkawinan:
a. Harta bawaan tetap dibawah penguasaan masing-masing.
b. Harta perkawinan adalah benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama, dengan kata lain jika terjadi
perceraian, harta perkawinan harus dibagi dua sepanjang tidak
ditentukan lain
7. Terhadap keturunan / kedudukan anak:
a. Kekuasaan orangtua mulai sejak kelahiran anak dan berakhir
ketika anak dewasa/menikah/dicabut oleh pengadilan.
b. Orangtua wajib memelihara dan mendidik anak sekalipun
kehilangan kekuasaan sebagai orangtua/wali.
c. Anak menjadi ahli waris yang sah.
8. Putusnya Perkawinan
Putusnya perkawinan dapat disebabkan oleh :
1. Kematian
2. Perceraian
3. Atas keputusan pengadilan
9. Alasan mengajukan perceraian :
a. setelah adanya perpisahan meja dan ranjang serta pernyataan
bubarnya perkawinan
b. alasan lain seperti berbuat zina, meninggalkan pihak lain tanpa
alasan, melakukan KDRT, cacat badan / penyakit, tidak bisa
menjalankan kewajiban, selalu terjadi pertengkaran dan
perselisihan.
10. Tata cara perceraian diatur dalam pasal 14-18 PP no 9/1975.
Perceraian atas keputusan pengadilan terjadi karena adanya
gugatan perceraian istri terhadap suami (cerai gugat)
1. Perceraian diajukan suami ? cerai talaq
2. Perceraian diajukan istri ? cerai gugat
3. Proses perceraian
a. Pemanggilan
1. dilakukan oleh jurusita PN atau petugas PA
2. dipanggil 3 hari sebelum sidang
3. Jika tidak jelas maka pemanggilan dilakukan dengan
cara pengumuman baik melalui pengadilan, media
massa maupun perwakilan RI di Luar Negeri.
b. Persidangan 30 hari setelah gugatan diterima
1. Dapat hadir sendiri / didampingi kuasa haknya
2. Pemeriksaan dengan sidang tertutup
3. Gugatan dapat diterima tanpa kehadiran tergugat
c. Perdamaian
1. Dilakukan sebelum dan selama gugatan perceraian
belum diputuskan hakim
2. Perdamaian dapat dilakukan oleh pengadilan
dengan/tanpa abntuan pihak lain seperti mediator
3. Jika terjadi perdamaian maka gugatan baru tidak
dapat diajukan lagi dengan alasan yang sama
4. Putusan
5. Disampaikan dalam sidang terbuka
6. Perceraian beserta akibatnya berlaku sejak dilakukan
pencatatan oleh petugas pencatat ( kecuali bagi
Islam) terhitung sejak jatuhnya putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap
3. Akibat Putusnya Perkawinan :
a. Terhadap anak dan istri:
1. Bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan
dan pendidikan anak atau sesuai dengan keputusan
pengadilan
2. Mantan suami berkewajiban memberi biaya
penghidupan kepada mantan istri
3. Hakim dapat menunjuk pihak ketiga bagi anak
b. Terhadap harta perkawinan:
1. Harta bawaan tetap dibawah penguasaan masing-
masing
2. Harta bersama diatur menurut hukum masing-
masing, yaitu dibagi dua untuk suami dan istri
4. Terhadap status keperdataan dan kebebasan
1. Keduanya tidak terikat lagi
2. Bebas melakukan perkawinan dengan pihak lain sepanjang
tidak bertentangan dengan UU dan agama masing-masing.
Bagi wanita untuk melakukan perkawinan lagi ada masa
tunggu 3 bulan. Hal ini untuk memastikan apakah mantan
istri sedang hamil atau tidak.
5. Perkawinan campuran
perkawinan yang dilakukan 2 orang yang berbeda
kewarganegaraannya.
Perkawinan campuran berakibat pada kewarganegaraan
suami/istri dan keturunannya.
b. Buku Tentang HUKUM BENDA
Keseluruhan aturan hukum yang mengatur mengenai benda, meliputi
pengertian, macam-macam benda, dan hak-hak kebendaan. Hukum
Benda bersifat tertutup dan memaksa. Tertutup adalah seseorang tidak
boleh mengadakan hak kebendaan jika hak tersebut tidak diatur dalam
UU Memaksa adalah harus dipatuhi dan dituruti, tidak boleh menyimpang.
1. Macam-macam benda / barang
a. Benda berwujud dan tidak berwujud. Arti penting pembagian ini
adalah, bagi benda berwujud bergerak dilakukan dengan penyerahan
langsung benda tersebut, bagi benda berwujud tidak bergerak
dilakukan dengan balik nama. Contoh yang menggunakan balik
nama : tanah, rumah dsb. Sedangkan bagi bend a tidak berwujud
(seperti piutang) bisa dilakukan dengan cara cessie ataupun dengan
cara penyerahan surat secara langsung.
b. Benda bergerak dan tidak bergerak. Arti pentingnya pembagian ini
terletak pada penguasaan (bezit), penyerahan (levering), daluarsa
(verjaring), serta pembebanan (berzwaring).
c. Benda Bergerak Benda Tidak bergerak. Penguasaan Orang yang
menguasai benda dianggap pemiliknya Orang yang menguasai benda
belum tentu adalah pemiliknya
d. Penyerahan Dilakukan dengan langsung Dilakukan dengan balik nama
e. Daluarsa Tidak mengenal daluarsa Dikenal daluarsa
f. Pembebanan Dengan penggadaian Dengan di hypotek, hak
tanggungan
g. Benda habis dipakai dan benda tidak habis dipakai. Arti pentingnya
pembagian ini terletak pada waktu pembatalan perjanjiannya. Jika
dalam perjanjian objeknya adalah benda habis dipakai, apabila terjadi
pembatalan perjanjian maka akan terjadi kesulitan untuk pemulihan
objek tersebut karena telah terpakai. Maka adri itu, penyelesaiannya
adalah dengan cara mengganti dengan benda yang sejenis dan
senilai.
h. Benda yang sudah ada dan yang akan ada. Arti pentingnya
pembagian ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang
atau pelaksanaan perjanjian. Sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata,
syarat sahnya perjanjian adalah adanya sepakat,cakap hukum, objek
tertentu, dan halal. Jika objek yang dalam perjanjian itu adalah
barang yang sudah ada, maka perjanjian sah-sah saja. Sebaliknya
apabila ibjek yang di-perjanjikan adalah barang yang akan ada, maka
perjanjian itu batal demi hukum.
i. Benda dalam perdagangan dan benda di luar perdagangan. Arti
pentingnya terletak pada cara pemindahtanganan. Benda dalam
perdagangan dapat diperjualbelikan dan diwariskan secara bebas.
Tetapi, jika benda di luar perdagangan tidak dapat diperjualbelikan
ataupun diwariskan. Contoh benda di luar perdagangan : benda
wakaf, narkotika, perdagangan wanita untuk pelacuran, dan lain
sebagainya.
j. Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi. Arti pentingnya
pembagian terletak pada pemenuhan prestasi suatu perikatan.
Contoh benda dapat dibagi : beras, minyak, air, kertas, dll.
Sedangkan contoh benda tidak dapat dibagi : binatang, manusia,
mobil, rumah, kapal, dll. Suatu benda dikatakan tidak dapat dibagi
karena akan berubah nama dan fungsinya.
k. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Pada benda terdaftar,
kepemilikan dapat dilacak dengan mudah sedangkan pada benda
tidak terdaftar lebih sulit untuk pembuktian kepemilikan. Contoh
benda terdaftar : rumah, mobil, kapal, motor, dll. Benda-benda
tersebut ada surat kepemilikannya. Sedangkan contoh benda tidak
terdaftar : uang, telepon, kursi, dll.