BAB I
PENDAHULUAN
HUKUM PERDATA
Hukum Perdata yang berlaku saat ini merupakan produk
pemerintah Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia
berdasarkan atas asas Konkordansi, artinya bahwa hukum
yang berlaku di Indonesia sama dengan ketentuan hukum
yang berlaku di negeri Belanda.
KUH Perdata terdiri atas empat buku yaitu
1. Buku I tentang Hukum Orang
2. Buku II tentang Hukum Benda
3. Buku III tentang Perikatan
4. Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa
BAB II
PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM HUKUM PERDATA
A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita
sebagai suami-istri dengan tujuan untuk memebentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2019).
B. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal Ketuhanan Yang Maha Esa.
C. Syarat-syarat dan Momentum Sahnya Perkawinan dalam KUH
Perdata, syarat untuk melangsungkan perkawinan dibagi dua macam
yaitu syarat materiil dan syarat formal.
1. Syarat materiil yaitu syarat yang berkaitan dengan inti atau pokok dalam
melangsungkan perkawinan. Syarat materiil dibagi menjadi dua yaitu
syarat materiil mutlak dan syarat materiil relatif
2. Syarat formal adalah syarat yang berkaitan dengan formalitas-formalitas
dalam pelaksaan perkawinan. Syaratnya adalah Pemberitahuan tentang
maksud kawin dan pengumuman maksud kawin (Pasal 50 s.d. Pasal 51
KUH Perdata) Syarat-syarat yang harus dipenuhi bersamaan dengan
dilangsungkannya perkawinan
lanjutan
D. Larangan Perkawinan Di dalam KUH Perdata diatur tentang
larangan perkawinan. Larangan tersebut adalah :
1. Larangan kawin dengan orang yang sangat dekat dengan
kekeluargaan sedarah dan karena perkawinan
2. Larangan kawin karena zina
3. Larangan kawin untuk memperbarui perkawinan setelah adanya
perceraian, jika belum lewat satu tahun.
lanjutan
E. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan
Pencegahan perkawinan merupakan upaya untuk menghalangi
suatu perkawinan antara calon pasangan suami-istri yang tidak
memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan. Orang yang
dapat melakukan pencegahan perkawinan adalah :
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
2. Saudara
3. Wali nikah
4. Pengampu
5. Pihak yang berkepentingan (Pasal 14 UU No. 16 Tahun 2019)
Pembatalan perkawinan adalah suatu upaya untuk
membatalkan perkawinan yang tidak memenuhi syarat untuk
melangsungkan perkawinan (Pasal 22 UU No. 16 Tahun 2019).
lanjutan
Perkawinan yang dapat dimintakan pembatalan kepada
pengadilan adalah
1. Perkawinan yang tidak dilangsungkan di muka
Pegawai Pencatat
2. Wali nikah yang tidak sah atau tanpa dihadiri oleh
dua orang saksi
lanjutan
F. Perjanjian Kawin
Perjanjian kawin diatur dalam Pasal 29 UU No. 16 Tahun 2019
dan Pasal 139 s.d. Pasal 154 KUH Perdata. Perjanjian kawin
adalah perjanjian yang dibuat oleh calon pasangan suami-istri
sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan untuk
mengatur akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka.
G. Akibat Perkawinan Tiga akibat perkawinan yaitu :
1. Adanya hubungan suami-istri
2. Hubungan orangtua dengan anak
3. Masalah harta kekayaaan
Sumber Referensi