Anda di halaman 1dari 67

HUKUM PERDATA

BAB I
PENDAHULUAN
HUKUM PERDATA
 Hukum Perdata yang berlaku saat ini merupakan produk
pemerintah Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia
berdasarkan atas asas Konkordansi, artinya bahwa hukum
yang berlaku di Indonesia sama dengan ketentuan hukum
yang berlaku di negeri Belanda.
KUH Perdata terdiri atas empat buku yaitu
1. Buku I tentang Hukum Orang
2. Buku II tentang Hukum Benda
3. Buku III tentang Perikatan
4. Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa
BAB II
PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM HUKUM PERDATA

A. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata Menurut pandangan para ahli,


pengertian hukum perdata sebagai berikut :
1. Vollmar :
Hukum Perdata ialah aturan-aturan atau norma-norma yang
memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan
perlindungan pada kepentingan-kepentingan perseorangan dalam
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan
kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat
tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan
lalu lintas.
2.Sudikno Mertokusumo :
Hukum Perdata ialah Hukum antar perorangan yang mengatur hak
dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain, di
dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat.
Pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak.
lanjutan
3. Salim HS
Hukum perdata adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum
(baik yg tertulis maupun tidak tertulis) yg mengatur
subyek hukum yg satu dengan subyek hukum yg lain dalam
hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan
masyarakat
Kaidah hukum perdata dibedakan menjadi 2 macam :
a) Kaidah hukum perdata tertulis yaitu kaidah hukum
perdata tertulis yg terdapat di perundang-undangan,
traktat & yurisprudensi
b) Kaidah hukum perdata tidak tertulis yaitu kaidah hukum
perdata tidak tertulis yg timbul, tumbuh & berkembang
dalam praktek kehidupan masyarakat (kebiasaan)
lanjutan
B. Luas Lapangan Hukum Perdata.
Hukum perdata dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Hukum perdata dalam arti luas.
Hukum perdata dalam arti luas ialah bahan hukum sebagaimana yang
tertera dalam KUH Perdata (BW), KUHD (WvK), beserta sejumlah
yang disebut undang-undang tambahan (UU nama perniagaan, UU
mengenai perkumpulan koperasi, hukum kepailitan dan hukum acara).
2. Hukum pedata arti sempit
Hukum pedata arti sempit ialah bahan hukum yang terdapat dalam
KUH Perdata saja.
 Berlaku adagium lex spesialis derogat legi generali.(UU yg khusus
mengesampingkan UU yg bersifat umum)
 Hukum perdata merupakan hukum yg umum, hukum dagang
merupakan hukum yg khusus, dapat dibaca dalam pasal 1, pasal 15
KUHD & pasal 1319 BW
lanjutan
C. Hukum Perdata Materiil di Indonesia Pemerintah Hindia
Belanda diatur pada pasal 163 IS (Indische Staatsregeling)
membagi penduduk di daerah jajahannya atas tiga golongan
yang dikemukakan berikut ini:
1. Golongan Eropa
2. Golongan Timur Asing, yaitu orang Tionghoa dan bukan
Tionghoa.
3. Bumiputera, yaitu orang Indonesia asli.
Hukum Perdata yg berlaku di Indonesia bersifat pluralistis,
terdiri dari berbagai macam ketentuan hukum, setiap penduduk
memiliki sistem hukumnya masing-masing.
Penyebab timbulnya pluralisme dalam hukum perdata yaitu :
1.Politik Pemerintah Hindia Belanda
2.Belum adanya ketentuan Hukum Perdata yg berlaku secara
nasional
lanjutan
D. Sumber Hukum Perdata Tertulis
Sumber hukum perdata dibagi menjadi dua macam yaitu
Sumber hukum materiil dan hukum formal
1. Sumber hukum materiil adalah materi dari mana materi
hukum itu diambil, yang merupakan faktor pembantu
pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial politik,
ekonomi, tradisi, hasil penelitian, perkembangan
internasional dan keadaan geografis
2. Sumber hukum formal merupakan tempat memperoleh
kekuatan hukum, yang berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan formal itu berlaku
lanjutan
Hukum perdata dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Hukum Perdata Materiil
Hukum perdata materiil sering disebut hukum
perdata saja, yaitu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban dalam hidup bermasyarakat
2. Hukum Perdata Formil
Hukum perdata formil lazim disebut hukum acara
perdata, yaitu hukum yang mengatur bagaimana
cara melaksanakan dan mempertahankan hukum
perdata materiil.
lanjutan
Sumber Hukum Perdata Tertulis
1. Algemene bepalingen van Wetgeving (AB) stb 1847 nomor 23
tanggal 30 April 1847, yang terdiri dari 37 pasal
2. KUHPerdata
3. KUHD
4. UU No.5 tahun 1950 tentang UU Pokok Agraria. Undang-
undang ini telah mencabut buku II KUHPerdata, sepanjang
mengenai Hak tanah, kecuali mengenai hipotek
5. UU No.16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU No.1 tahun
1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok perkawinan
6. UU No.4 tahun 1996 tentang Hak tanggungan atas tanah.
Undang-undang ini mencabut berlakunya Hipotek
sebagaimna diatur buku II KUH Perdata.
7. UU No. 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
8. INPRES No.1 tahun 1991 tentang penyebarluasan kompilasi
hukum Islam
lanjutan
E. Sejarah Terjadinya Hukum Perdata
1. Tahun 1814 awalnya, hukum perdata Belanda dirancang oleh
suatu panitia, yang diketuai oleh Mr. J.M. Kemper (1776-1824).
2. Tahun 1816, J.M. Kemper membuat rencana code hukum yang
didasarkan pada Hukum Belanda Kuno (Ontwerp Kemper),
kemudian disampaikan kepada pemerintah Belanda. Namun
mendapat tantangan dari P. Th. Nicolai. Th. Nicolai anggota
parlemen berkebangsaan Belgia dan presiden pengadilan
Belgia.
3. tahun 1824, J.M. Kemper meninggal dunia. Selanjutnya,
penyusunan kodifikasi code hukum perdata diserahkan
kepada Nicolai. Akibat perubahan tersebut, hukum yang
didasarkan pada hukum kebiasaan/hukum kuno, tetapi dalam
perkembangannya sebagian besar code hukum Belanda
didasarkan pada code civil Prancis. Code civil ini juga
meresepsi hukum Romawi, corpus civilis dari Justisianus.
lanjutan
 Jadi, hukum perdata Belanda merupakan gabungan
dari hukum kebiasaan/hukum kuno Belanda dan code
civil Prancis. Gabungan ketentuan tersebut, tahun
1838, kodifikasi hukum perdata Belanda ditetapkan
dengan Stb. 1838.
 Pada tahun 1848, kodifikasi hukum perdata Belanda
diberlakukan di indonesia dengan Stb.1848.
lanjutan
F. Berlakunya Hukum Perdata Sejak Kemerdekaan
Hukum perdata yang berlaku saat ini didasarkan pada
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yg berbunyi :
 “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut UUD ini.”
 Tujuannya untuk mencegah terjadinya kekosongan
hukum di bidang hukum keperdataan
lanjutan
G. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika hukum perdata dibedakan menjadi dua macam
Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Berdasarkan KUH Perdata
1. Hukum tentang orang 1. Buku I : tentang Orang
2. Hukum kekeluargaan 2. Buku II : tentang Hukum
3. Hukum harta kekayaan Benda
4. Hukum warisan 3. Buku III : tentang Perikatan
4. Buku IV : tentang
Pembuktian dan Daluwarsa
Lanjutan
Sistematika hukum perdata Hukum perdata Belanda
Sistematika hukum perdata Hukum perdata Belanda
yg diundangkan 3 Desember 1987 stb.590
Dibagi menjadi lima buku, yaitu sebagai berikut :
1. Buku I: tentang Hukum Orang dan Keluarga
(Personen-en-Famili-erecht)
2. Buku II : tentang Badan Hukum (Rechtpersoon)
3. Buku III : tentang Hak Kebendaan (Van Zaken)
4. Buku IV : tentang Perikatan (Van Verbintenissen)
5. Buku V : tentang Daluwarsa (Van Verjaring)
lanjutan
Sebagai bahan perbandingan :
 Prof.Dr. Tineke E.Lambooy (Universiteit Utrecht) mengemukakan bahwa
Belanda sudah mengganti BW yang masih digunakan di Indonesia,
dengan BW yang baru atau Nieuw Burgerlijk Wetboek sejak 1992.
Nieuw Burgelijk Wetboek memiliki 10 buku :
1. Buku 1: The Law of Natural Persons and Family Law (disahkan 1970)
2. Buku 2: The Law of Legal Persons and Corporate Law (disahkan 1976)
3. Buku 3: Property Law in General (disahkan 1992)
4. Buku 4: Law of Succession (disahkan 1992)
5. Buku 5: Property Rights (disahkan 1992)
6. Buku 6: The Law of Obligations and Contracts (disahkan 1992)
7. Buku 7: Specific Contracts (disahkan 1992)
Buku 7A: Specific Contracts (disahkan 1992)
8. Buku 8: Transport Law and Means of Transportation (disahkan 1991)
9. Buku 9 : Hak Kekayaan Intelektual (Voortbrengselen van de geest)
10. Buku 10: International Private Law (disahkan 2012)
BAB III
SUBJEK HUKUM

A. Pengertian Hukum Orang


 Hukum Orang adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur tentang subjek hukum dan wewenangnya,
kecakapannya, domisili dan catatan sipil.
B. Tempat Pengaturan Hukum Orang diatur dalam
Buku I KUH Perdata dikemukakan berikut ini :
1. Menikmati & kehilangan hak kewargaan (Pasal 1 s.d. Pasal
3 KUH Perdata)
2. Akta catatan sipil (Pasal 4 s.d. Pasal 16 KUH Perdata)
3. Tempat tinggal /domisili (Pasal 17 s.d. Pasal 25 KUH
Perdata)
4. Perkawinan (Pasal 26 s.d. Pasal 102/249 KUH Perdata)
5. Hak & kewajiban suami-istri (Pasal 103 s.d. Pasal 118 KUH
Perdata)
lanjutan
6. Persatuan harta kekayaan menurut UU &
pengurusannya (Pasal 119 s.d Pasal 138 KUH
Perdata)
7. Perjanjian Kawin (Pasal 139 s.d Pasal 179 KUH
Perdata)
8. Persatuan atau perjanjian kawin dalam perkawinan
untuk kedua kalinya atau selanjutnya (Pasal 180 s.d
185 KUH Perdata)
9. Perpisahan Harta Perkawinan (Pasal 180 s.d.Pasal 185 KUH
Perdata)
10. Pembubaran Perkawinan (Pasal 199 s.d.Pasal 232a KUH
Perdata)
11. Perpisahan meja & ranjang (Pasal 233 s.d Pasal 249 KUH
Perdata)
lanjutan
12. Kebapakan & keturunan anak-anak (Pasal 250 s.d
Pasal 289 KUH Perdata)
13. Kekeluargaan sedarah & semenda (Pasal 290 s.d. Pasal
297 KUH Perdata)
14. Kekuasaan orang tua (Pasal 298 s.d. Pasal 329 KUH
Perdata)
15. Kebelum dewasa & perwalian (Pasal330 s.d. Pasal 418
KUH Perdata)
16. Perlunakan (Pasal 419 s.d. Pasal 432 KUH Perdata)
17. Pengampuan (Pasal 433 s.d. Pasal 462 KUH Perdata)
18. Keadaan tak hadir (Pasal 463 s.d.Pasal 465 KUH
Perdata)
C. Subjek Hukum
Pengertian Subjek Hukum Istilah
Subjek hukum berasal dari terjemahan rechtsubject (Belanda) atau
law of subject (Inggris). Pada umunya recht subject diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Pembagian Subjek Hukum dikenal dua macam subjek hukum,
yaitu manusia dan badan hukum
1. Manusia
Pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang menyebutkan
alasan manusia sebagai subyek hukum yaitu:
a.Manusia mempunyai hak-hak subyektif.
b. Kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti,
kecakapan untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai
pendukung hak dan kewajiban
lanjutan
Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam
kandungan (Pasal 2 KUH Perdata), ketentuan ini
memberikan perlindungan seorang anak yg masih dalam
kandungan, terhadap hak-hak yg akan dinikmatinya kelak,
dengan syarat anak yg dilahirkan itu harus hidup, agar
berhak mendapatkan warisan dari Pewaris (Bapak).
 Setiap Manusia adalah sebagai subjek hukum dan
pendukung hak serta kewajiban. Namun tidak setiap
manusia (orang) berwenang melaksanakan hak dan
kewajiban yang dimilikinya. Untuk berwenang melaksankan
hak dan kewajiban yang dimilikinya diperlukan adanya
syarat kecakapan.
lanjutan
 1) Syarat-syarat seseorang yang Cakap Hukum :
a).Seseorang yang sudah dewasa berumur 21
tahun
b).Seseorang yang berusia di bawah 21 tahun tetapi pernah
menikah.
c).Seseorang yang sedang tidak menjalani hukuman.
d). Berjiwa sehat dan berakal sehat.
lanjutan
• 2) Orang yang tidak Cakap melakukan perbuatan Hukum
a). Orang yang belum dewasa
b).Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele).
Pada pasal 433 KUHPerdata, ada 3 alasan untuk
pengampuan,
yaitu :
(1)Keborosan (Verkwisting);
(2) Lemah akal budinya (zwakheid van vermogen);
(3) Kekurangan daya berpikir: sakit ingatan(krankzinnigheid).
c).Seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).
Dalam perkembangannya, istri dapat melakukan perbuatan
hukum Lihat pasal 31 UU No.16 Tahun 2019 tentang Perubahan
atas UU No.1 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
perkawinan & SEMA No.3 tahun 1963)
lanjutan
 Orang yang belum dewasa & Orang yang ditaruh di bawah
pengampuan, jika ingin melakukan perbuatan hukum, maka
yg bersangkutan harus didampingi oleh orang tua/ walinya
atau pengampunya
lanjutan
2. Badan Hukum
a. Landasan dan Konsepsi Yuridis Badan Hukum
Badan hukum diatur dalam 13 pasal (Pasal 1653 s.d Pasal
1665 KUH Perdata).
Istilah badan hukum dalam Peraturan Perundang-
undangan antara lain :
1). Perpu Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara,
2).UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
3).UU Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan
4).UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi
lanjutan
 Badan hukum dalam bahasa Belanda disebut
Rechtpersoon. Badan hukum adalah kumpulan orang-
orang yg mempunyai tujuan tertentu, mempunyai harta
kekayaan, hak serta kewajiban. Sejak awalnya di dalam akta
pendiriannya telah ditentukan tujuan dari badan hukum
tersebut.
 Dari aspek pendiriannya Badan hukum dibedakan menjadi
2 yaitu himpunan & yayasan.
 Unsur-unsur Badan Hukum adalah: Mempunyai
perkumpulan, memiliki tujuan tertentu, memiliki harta
kekayaan, memiliki hak dan kewajiban;Mempunyai hak
untuk menggugat dan digugat
lanjutan
b. Pembagian badan hukum
 Pembagian Badan Hukum. Badan Hukum dibedakan
menurut bentuknya, peraturan yang mengaturnya, dan
sifatnya sebagai berikut :
1) Badan Hukum menurut bentuknya ada 2 (dua) yaitu :
a).Badan Hukum Publik contoh negara, provinsi, lembaga-
lembaga, majelis-majelis & bank-bank negara
b).Badan Hukum Privat contoh (1) Perkumpulan-
perkumpulan, (2) PT, (3) Perusahaan tertutup
pertanggungjawab terbatas, (4) yayasan.
2) Badan hukum menurut peraturan yang mengaturnya
yaitu :
a).Badan Hukum yang tertletak dalam lapangan Hukum
Perdata BW contoh (1) zedelijke Perhimpunan yg diatur
buku III KUHPedata psl 1653 s.d. 1665 Jo. Stb. 1870 No.64. (2)
PT, Firma dll menurut KUHD & (3) CV menurut stb 1933
No. 108
lanjutan
2) b)Badan Hukum yang letaknya dalam lapangan Hukum
Perdata Adat. Badan hukum Bumiputera contoh: (1) M.A.I
(Maskapai andil Indonesia) didirikan menurut Stb.1939
No.569; (2) Perkumpulan Indonesia didirikan menurut
Stb.1939 No. 570; (3) Koperasi Indonesia didirikan menurut
Stb. 1927. No.1
3) Badan Hukum menurut sifatnya dibagi menjadi 2 (dua)
macam yaitu (1) korporasi dan (2) yayasan
Dari ketiga pembagian itu, pembagian paling asasi adalah
pembagian badan hukum dalam kategori badan hukum
publik & badan hukum privat karena pembagian itu :
1).Mudah utk dibedakan, apabila badan hukum itu didirikan oleh
pemerintah disebut badan hukum publik. Bila bukan didirikan
pemerintah, disebut badan hukum privat
2).Pembagian badan hukum khususnya badan hukum privat telah
mencakup badan hukum menurut peraturan & sifatnya
lanjutan
 Kategori badan hukum privat adalah himpunan, PT, Firma, M.A.I,
korporasi & yayasan. Perbedaannya dikemukakan sbg berikut :
a) Perhimpunan
Adanya tujuan organisasi yg ditentukan oleh para anggota, anggota
sewaktu waktu dapat diganti, adanya hubungan tujuan pekerjaan dgn
alat perlengkapan badan itu.
b) Perseroan Terbatas (PT)
Adanya persetujuan antara dua orang atau lebih, memusatkan barang
atau uang atau tenaga,dengan maksud mengusahakan & membagi
keuntungan yg didapat, dengan modal perseroan tertentu yg terbagi
atas saham. Para persero ikut andil mengambil satu saham/ lebih
c) Firma
Didirikan lebih dari satu orang, memasukkan barang atau uang, dgn
maksud utk melakukan perusahaan di bawah satu nama, membagi
keuntungan yg didapatnya. Anggota-anggotanya mempunyai
tanggung jawab renteng (bersama) terhadap pihak ketiga. Setiap
pesero tidak dikecualikan untuk bertindak atas nama
Firma.Pendirian Firma dgn akta notaris, meskipun bukan syarat
mutlak
lanjutan
d) Maskapai Andil Indonesia (M.A.I)
Pemegang saham hanya orang bumiputera. Surat-surat saham
harus atas nama. Tidak dapat membeli sahamnya sendiri
(inkoop). Tidak diperkenankan menerima gadai saham-
sahamnya
e) Korporasi
Para anggotanya bersama-sama memiliki harta kekayaan,
menetukan tujuan korporasi serta para anggota bersama-sama
merupakan organ pemegang kekuasaan tertinggi. Titik
beratnya pda kekuasaan & kerja
f) Yayasan
Tujuan & organisasi di tentukan orang-orang yg mendirikan
yayasa itu. Tidak ada wewenang pada pengurus utk
mengadakan perubahan yg mendalam terhadap tujuan &
organisasi. Pelaksanaan tujuan, terutama dengan modal yg
diperuntukkan bagi tujuan itu
lanjutan
c. Teori-teori Badan Hukum
Ada lima teori yang menganalisis tentang Badan
Hukum, dikemukakan berikut ini:
1).Teori Fiksi.
2).Teori Konsensi
3).Teori Zweckvermogen
4).Teori Kekayaan Bersama (Teori Jhering)
5). Teori Realis atau Organik
lanjutan
Dari kelima teori di atas, teori yang mendekati kebenaran adalah
teori konsesi dengan sedikit koreksi dari teori fiksi. Teori konsesi
ini ingin membatasi penerapan konsepsi realis atau organik pada
negara dan membatasi subjek hukum dari semua perhimpunan

D. Hubungan antara Hukum, Hak dan Kewajiban.


1. Hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat karena hukum itu berfungsi untuk melindungi
kepentingan manusia (law is tool of social enginering) dan
membagi hak dan kewajiban.
lanjutan
2. Hak dibagi dua macam, yaitu hak mutlak dan hak relatif.
a. Hak mutlak adalah hak-hak yang memuat kekuasaan
untuk bertindak.
1) Segala hak publik
2) Sebagian dari hak-hak keperdataan, yaitu hak-hak yg
bersandar hukum perdata dalam arti objektif yaitu
hak-hak kepribadian, hak-hak keluarga, hak-hak
harta benda, hak-hak kebendaan, hak-hak atas
barang tidak berwujud
b. Hak relatif adalah hak yang berisi wewenang untuk
menuntut hak yang hanya dimiliki seseorang terhadap
orang-orang tertentu. Contoh debitur dan kreditur yang
telah membuat perjanjian, kemudian menimbulkan hak &
kewajiban bagi para pihak yg membuat.
lanjutan
3. Kewajiban merupakan suatu pembatasan dan beban.
Ada lima kelompok kewajiban, yaitu :
a. Kewajiban-kewajiban yang mutlak dan nisbi
b. Kewajiban-kewajiban publik dan perdata
c. Kewajiban-kewajiban yang positif dan negatif
d. Kewajiban-kewajiban universal, umum dan khusus
e. Kewajiban-kewajiban primer dan yang bersifat
memberi sanksi
 Kesimpulan antara hukum, hak dan kewajiban terdapat
hubungan yang erat antara ketiganya, karena hukum itu
melindungi kepentingan manusia dan membagi hak dan
kewajiban.
BAB IV
DOMISILI & CATATAN SIPIL
A. Domisili
1. Dasar Hukum dan Pengertian Domisili Tempat kediaman (domisili)
diatur dalam Pasal 17 s.d Pasal 25 KUH Perdata. Tempat kediaman
adalah tempat seseorang melakukan perbuatan hukum. Unsur-unsur
domosili yaitu (a). Adanya tempat tertentu; (b) orang yg selalu hadir pda
tempat tersebut ; (c) adanya hak & kewajiban; (d) adanya prestasi
2. Macam Domisili. Di dalam Hukum Eropa Kontinental, khususnya KUH
Perdata dan NBW (New BW) negeri Belanda, tempat tinggal dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
a) Tempat kediaman yang sesungguhnya (pasal 20 s.d. 23
KUHPerdata) mengatur ttg domisili pegawai, domisili istri &
curatele, domisili buruh. Dibedakan 2 macam yaitu: tempat
kediaman sukarela & yg wajib.
b) Tempat kediaman yang dipilih. Dibedakan 2 macam yaitu domisili
yg ditentukan undang-undang misalnya pasal 66 UU No.7 tahun
1989 tentang peradilan agama & domisili secara bebas misalnya
pasal 24 KUHPerdata.
lanjutan
 Ada 4 syarat yang harus dipenuhi para pihak dalam
menentukan domisili yaitu :
1). Pilihan melalui perjanjian
2).Perjanjian diadakan tertulis
a).Perjanjian di bawah tangan
b).Perjanjian autentik
3). Pilihan hanya dapat terjadi untuk satu atau lebih
perbuatan hukum atau hubungan hukum tertentu
4). Untuk pilihan tersebut diperlukan kepentingan yg
wajar
Dari keempat Syarat yang harus dipenuhi para pihak dalam
adalah syarat ke-2
lanjutan
B. Catatan Sipil
 Dasar Hukum dan Pengertian Catatan Sipil Catatan
Sipil diatur dalam BAB II, Buku I KUH Perdata terdiri
dari 3 bagian & 13 pasal yaitu Pasal 4 s.d Pasal 16 KUH
Perdata.
 Catatan Sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan
mengadakan pendaftaran, pencatatan serta
pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-
jelasnya serta memberi kepastian hukum yang
sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan,
perkawinan, dan kematian
lanjutan
 Jenis-jenis Akta Catatan Sipil dan Syarat-syarat Memperolehnya
Ada lima jenis register Catatan Sipil yaitu: (1) kelahiran, (2)
perkawinan, (3) perceraian,(4)orang tua dan (5) kematian.
 Di dalam KUHPerdata pasal 4, terdapat enam jenis jenis
register Catatan Sipil (1) kelahiran, (2) pemberitahuan kawin,
(3) izin kawin,(4) perkawinan, (5)perceraian dan (6) kematian.
a. Akta Kelahiran
Akta kelahiran adalah Suatu akta yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang, yang berkaitan dengan adanya kelahiran. Akta
Kelahiran dibedakan menjadi empat jenis yaitu : (1)Akta
Kelahiran Umum, (2)Akta Kelahiran Istimewa, (3)Akta
Kelahiran Luar Biasa, (4) Akta kelahiran tambahan
lanjutan
Penjelasan empat jenis akta kelahiran :
1) Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang
diterbitkan berdasarkan laporan kelahiran yang
disampaikan dalam waktu yang ditentukan oleh
perundang-undangan, yakni 60 harikerja sejak peristiwa
kelahiran untuk semua golongan, kecuali golongan Eropa
selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum adalah
disampaikan dalam 60 hari kerja sejak kelahiran
2) Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang
diterbitkan berdasarkan laporan kelahiran yang
disampaikan setelah melewati batas waktu pelaporan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Batas
waktu yang dilampau adalah melebih 60 hari
lanjutan
3) Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran
yang diterbitkan oleh Kantor Catatan Sipil pada
Zaman Revolusi antara 1 Mei 1940 s.d. 31
Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di
wilayah hukum Kantor Catatan Sipil setempat.
4) Akta kelahiran tambahan merupakan akta
kelahiran yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang terhadap orang yang lahir pada 1
Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk pada
Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933
No.75 jo. 1936 No. 607.
lanjutan
b. Akta Perkawinan
 Akta Perkawinan adalah Suatu akta yangdikeluarkan/diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang
untuk mengeluarkan akta perkawinan dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) dan Kepala Kantor Catatan Sipil bagi yang beragama non-
Islam. Syarat untuk mendapatkan akta perkawinan, adalah
berikut ini :
1) Persyaratan umum, seperti surat pengantar dari lurah; Kartu
Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK); Akta
Kelahiran/Surat kenal lahir; dan pasfoto 3x4 lembar.
2) Persyaratan khusus - WNI keturunan asing harus dilengkapi
dengan SBKRI, KI dan ganti nama - WNA harus dilengkapi
dengan STMD (Polisi), STA (Imigrasi), Aurat Keterangan
Model KR, Pajak Bangsa Asing dan KIM/KIMS.
lanjutan
3) Bagi WNI keturunan asing yang bukan penduduk dari wilayah
hukum Kantor Catatan Sipil tempat diajukan akta, harus
dilengkapi surat keterangan dari Kantor Catatan Sipil daerah
asalnya.
4) Paspor surat keterangan kedutaan (izin) perwakilan
diplomatik bagi orang asing.
5) Khusus bagi anggota TNI, harus ada izin dari komandan.
6) Bagi PNS harus memperhatikan PP No. 10 Tahun 1983 jo. PP
No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.
7) Akta cerai/surat talak, akta kematian dari suami/istri
terdahulu.
lanjutan
8) Surat izin orangtua bagi mempelai yang belum mencapai
umur 21 tahun.
9) Apabila orangtua mengizinkan, harus ada izin dari
Pengadilan Negeri.
10) Surat dispensasi dari Pengadilan Negeri bagi calon
mempelai yang usianya belum mencapai 19 tahun untuk
pria dan 16 tahun untuk wanita.
11) Surat keputusan pengadilan kalau terjadi sanggahan.
12) Surat izin dari Pengadilan Negeri bagi calon suami yang
hendak poligami.
lanjutan
13) Izin dari Balai Harta Peninggalan (BHP) bagi calon
mempelai yang berada di bawah pengampuan.
14) Bagi perkawinan yang dilaksanakan kurang dari 10 hari
kerja sejak dilaporkan, harus ada dispensasi camat.
15) Akta kelahiran anak luar kawin yang akan diakui dan
disahkan dalam perkawinan.
16) Surat perjanjian perkawinan (pemisahan harta) dari
notaris.
17) Ada dua orang saksi. Syaratnya adalah dewasa (berumur
21 tahun keatas), sehat jasmani dan rohani, tidak buta
huruf dan berdomisili di Kantor Catatan Sipil.
Ketujuh belas syarat-syarat tersebut bersifat fakultatif artinya
berlakunya syarat tergantung situasi & kondisi orang yg akan
melangsungkan perkawinan
lanjutan
c. Akta Perceraian
 Akta Perceraian adalah Akta yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang setelah adanya putusan pengadilan.
Pejabat yang berwenang untuk menerbitkan akta
perceraian bagi orang yang beragama Islam adalah
Paniteran Pengadilan Agama atas nama Ketua Pengadilan
Agama, dan bagi yang beragama non-islam adalah Kantor
Catatan Sipil. Ada dua persyaratan untuk dapat terbitnya
akta perceraian bagi orang yang beragama non-islam yaitu:
1) Ada penetapan perceraian dari Pengadilan Negeri yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti/tetap
2) Harus ada akta perkawinan
lanjutan
d. Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak
 Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak adalah Suatu
akta yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang,
yang berkaitan dengan pengakuan dan pengesahan
terhadap anak luar kawin.
c. Akta Kematian
 Akta Kematian adalah Suatu akta yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang, dimana akta kematian
itu belum melewati 10 hari kerja bagi WNI & 3 hari
kerja bagi orang Eropa. Akta kematian dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu akta kematian umum dan
akta kematian khusus.
lanjutan
1) Ada dua syarat untuk mendapatkan akta kematian
umum, sebagai berikut :
a) Surat Keterangan Kematian dari lurah/kepala desa dan atau
dari Rumah Sakit
b) Akta perkawinan dan akta kelahiran anak/anak-anaknya,
bila sudah menikah dan mempunyai anak.
2) Ada tiga syarat untuk mendapatkan akta kematian
khusus, sebagai berikut:
a) Surat Kematian dari lurah/kepala desa dan atau dari Rumah
Sakit
b) Akta perkawinan dan akta kelahiran anak/anak-anaknya,
bila sudah menikah dan mempunyai anak.
c) Dua orang saksi
lanjutan
3). Manfaat akta kematian
a) Menetapkan wali bagi anak yg belum berumur 18
tahun
b) Menetapkan ahli waris
c) Menetapkan waktu tunggu bagi janda yg akan kawin
d) Bukti bebas izin orang tua, bagi perkawinan di bawah
umur 21 tahun
e) Bagi pemerintah dapat menetapkan kebijakan
berkaitan dengan pemakaman & kesehatan
lanjutan
3. Manfaat Akta Catatan Sipil
Ada tiga manfaat akta catatan sipil bagi pribadi, yaitu :
a) Menentukan status hukum seseorang
b) Merupakan alat bukti yang paling kuat di muka dan di
hadapan hakim
c) Memberikan kepastian tentang peristiwa itu sendiri
Manfaat bagi pemerintah, adalah :
1) Meningkatkan tertib administrasi kependudukan
2) Merupakan penunjang data bagi perencanaan pembangunan
3) Pengawasan dan pengendalian terhadap orang asing yang
datang ke Indonesia.
Akta catatan sipil diakui sah dalam pergaulan internasional
BAGIAN KETIGA
HUKUM KELUARGA (FAMILIE RECHT)
BAB V PENGERTIAN & ASAS-ASAS HUKUM KELUARGA
A.Pengertian Hukum Keluarga
Istilah hukum keluarga berasal dari terjemahan kata Familierecht
(Belanda) atau Law of Familie (Inggris). Beberapa pengertian
hukum keluarga yaitu :
1. Menurut Ali Affandi : Hukum keluarga ialah keseluruhan
ketentuan yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan
dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena
perkawinan (perkawinan, kekuasaan orangtua, perwalian,
pengampuan, keadaan tak hadir).
2. Menurut Tahir Mahmoud : Hukum keluarga sebagai prinsip-
prinsip hukum yang diterapkan berdasarkan ketaatan beragama
berkaitan dengan hal-hal yang secara umum diyakini memiliki
aspek religius menyangkut peraturan keluarga, perkawinan,
perceraian, hubungan dalam keluarga, kewajiban dalam rumah
tangga, warisan, pemberian mas kawin, perwalian dll.
lanjutan
3.Menurut Algra et all, hukum keluarga adalah Mengatur
hubungan hukum yang timbul dari ikatan keluarga, yang
termasuk dalam hukum keluarga adalah
peraturan perkawinan, peraturan kekuasaan orang tua dan
peraturan perwalian.
4.Menurut Salim HS, Pengertian Hukum Keluarga adalah
keseluruhan dari kaidah (norma) hukum (baik tertulis
maupun tidak tertulis) yang mengatur hubungan hukum
perkawinan, perceraian, harta benda di dalam perkawinan,
kekuasaan orang tua, pengampuan dan perwalian
lanjutan
B.Sumber Hukum Keluarga
Hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu hukum keluarga tertulis dan hukum keluarga tidak
tertulis.
1. Hukum keluarga tertulis yaitu Kaidah-kaidah hukum yang
bersumber dari undang-undang, yurisprudensi dan
traktat.
2. Hukum Keluarga yang tidak tertulis yaitu kaidah- kaidah
yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam kebiasaan
kehidupan masyarakat
lanjutan
Sumber hukum keluarga tertulis :
a. KUHPerdata , Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen,
Jawa, minahasa, Ambon(Stb 1933 nomor 74), Peraturan
Perkawinan Campuran (Stb 1898 nomor 158),
b. UU No.32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak
dan Rujuk di Seluruh Daerah Luar Jawa dan Madura
lanjutan
c. UU N0.16 tahun 2019 tentang perkawinan
 Kemudian UU No.16 tahun 2019 tentang Perkawinan pada Pasal 57 mengatur
perkawinan campuran di Indonesia,juncto UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan & UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Peraturan
Pemerintah No. 31 Tahun 2013 Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian
Putusan MK RI Nomor : 22/PUU-XV/ 2017 ttg pengujian UU No. 1 tahun
1974 tentang perkawinan
 UU No.16 tahun 2019 tentang perkawinan
 Pada dictum Menimbang, “.....menjamin Hak warga negara membentuk
keluarga, menjamin hak anak, menjamin tumbuh berkembang perlindungan
anak, dari kekerasan & diskriminasi, melindungi hak sipil anak, menjamin
hak kesehatan, menjamin hak pendidikan & hak-hak sosial anak.
 Perubahan pasal 7 UU No. 1 tahun 1974
Perkawinan diizinkan apabila pria wanita sudah berumur 19 tahun
 Jika belum berumur 19 thn, terjadi resiko berhentinya pendidikan,
terhambat keberlanjutan wajib belajar 12 thn, belum siapnya organ reproduksi
anak, dampak sosial ekonomi psikologis anak, potensi perselisihan, KDRT
lanjutan
Pasal 7
Perkawinan diijinkan pria & wanita sudah mencapai umur 19
tahun (Ayat (1)) .
Dalam penyimpangan ketentuan umur pada ayat (1), orang
tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat
meminta dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan
sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung
(Ayat (2) ). Pemberian dispensasi Pengadilan wajib
mendengarkan pendapat kedua belah calon mempelai
(Ayat (3)) .
lanjutan
d. UUNomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
1)Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
2).Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
3).Surat Edaran Kepala BAKN Nomor: 08/SE/1983 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
e.Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang
Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, yang hanya
berlaku bagi orang-orang yang beragama Islam
lanjutan
C. Asas-asas Hukum Keluarga Berdasarkan KUH Perdata
dan UU No.16 tahun 2019 , lima asas hukum
keluarga adalah:
1. Asas monogami
2. Asas konsensual
3. Asas persatuan bulat
4. Asas proporsional
5. Asas tak dapat dibagi-bagi
lanjutan
C. Asas-asas Hukum Keluarga Berdasarkan KUH Perdata dan UU
No.16 tahun 2019 , lima asas hukum keluarga adalah:
1. Asas monogami (Pasal 27 BW; Pasal 3 UU No.16 Tahun
2019 tentang perkawinan)
Asas monogami mengandung makna bahwa seorang pria
hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita
hanya boleh mempunyai seorang suami.

Asas monogami pd BW bersifat mutlak, sedangkan Asas


monogami UU Perkawinan bersifat tidak mutlak/asas
monogami terbuka/ monogami relatif. Pembatasan
Poligami diatur dalam Pasal 4 dan 5 UU Perkawinan.
lanjutan
2. Asas konsensual (Pasal 28 KUH Perdata; Pasal 6
UU No.1 6 Tahun 2019)
asas ini mengandung makna bahwa perkawinan dapat
dikatakan sah apabila terdapat persetujuan atau
consensus antara calon suami-istri yang akan
melangsungkan perkawinan, atau keluarga dimintai
persetujuan ttg perwalian
lanjutan
3. Asas persatuan bulat (Pasal 199 KUH Perdata)
Asas persetujuan bulat, yakni suatu asas dimana
antara suami-istri terjadi persatuan harta benda yang
dimilikinya.
4. Asas proporsional (Pasal 31 UU No.1 6 Tahun 2019)
Asas proporsional suatu asas di mana hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
di dalam pergaulan masyarakat .
lanjutan
5. Asas tak dapat dibagi-bagi (Pasal 331, 351, 361 KUH
Perdata)
Asas tak dapat dibagi-bagi,yaitu suatu asas yang
menegaskan bahwa dalam tiap perwalian hanya
terdapat seorang wali (Pasal 331 KUH Perdata).
Pengecualian dari asas ini adalah :
1). Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua
yang hidup lebih lama maka kalau ia kawin lagi,
suaminya menjadi wali serta/wali peserta (Pasal 351 KUH
Perdata).
2)Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yg mengurus
barang-barang dari anak di bawah umur di luar Indonesia
(Pasal 361 KUH Perdata).
lanjutan
D.Ruang Lingkup Hukum Perdata Di dalam bagian hukum
keluarga difokuskan pada kajian perkawinan,
perceraian dan harta benda dalam perkawinan.
E. Hak dan Kewajiban dalam Hukum Keluarga Hak dan
kewajiban dalam hukum keluarga dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
1. Hak dan kewajiban antara suami-istri (Pasal 32 s.d Pasal 36
UU No. 1 6 Tahun 2019)
2. Hak dan kewajiban antara orangtua dengan anaknya (Pasal
45 s.d. 49 UU No. 16 Tahun 2019)
3. Hak dan kewajiban antara anak dengan orangtuanya
manakala orangtuanya telah mengalami proses penuaan
(kewajiban alimentasi).
BAB VI
ESENSI PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita
sebagai suami-istri dengan tujuan untuk memebentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2019).
B. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal Ketuhanan Yang Maha Esa.
C. Syarat-syarat dan Momentum Sahnya Perkawinan dalam KUH
Perdata, syarat untuk melangsungkan perkawinan dibagi dua macam
yaitu syarat materiil dan syarat formal.
1. Syarat materiil yaitu syarat yang berkaitan dengan inti atau pokok dalam
melangsungkan perkawinan. Syarat materiil dibagi menjadi dua yaitu
syarat materiil mutlak dan syarat materiil relatif
2. Syarat formal adalah syarat yang berkaitan dengan formalitas-formalitas
dalam pelaksaan perkawinan. Syaratnya adalah Pemberitahuan tentang
maksud kawin dan pengumuman maksud kawin (Pasal 50 s.d. Pasal 51
KUH Perdata) Syarat-syarat yang harus dipenuhi bersamaan dengan
dilangsungkannya perkawinan
lanjutan
D. Larangan Perkawinan Di dalam KUH Perdata diatur tentang
larangan perkawinan. Larangan tersebut adalah :
1. Larangan kawin dengan orang yang sangat dekat dengan
kekeluargaan sedarah dan karena perkawinan
2. Larangan kawin karena zina
3. Larangan kawin untuk memperbarui perkawinan setelah adanya
perceraian, jika belum lewat satu tahun.
lanjutan
E. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan
 Pencegahan perkawinan merupakan upaya untuk menghalangi
suatu perkawinan antara calon pasangan suami-istri yang tidak
memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan. Orang yang
dapat melakukan pencegahan perkawinan adalah :
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
2. Saudara
3. Wali nikah
4. Pengampu
5. Pihak yang berkepentingan (Pasal 14 UU No. 16 Tahun 2019)
Pembatalan perkawinan adalah suatu upaya untuk
membatalkan perkawinan yang tidak memenuhi syarat untuk
melangsungkan perkawinan (Pasal 22 UU No. 16 Tahun 2019).
lanjutan
Perkawinan yang dapat dimintakan pembatalan kepada
pengadilan adalah
1. Perkawinan yang tidak dilangsungkan di muka
Pegawai Pencatat
2. Wali nikah yang tidak sah atau tanpa dihadiri oleh
dua orang saksi
lanjutan
F. Perjanjian Kawin
 Perjanjian kawin diatur dalam Pasal 29 UU No. 16 Tahun 2019
dan Pasal 139 s.d. Pasal 154 KUH Perdata. Perjanjian kawin
adalah perjanjian yang dibuat oleh calon pasangan suami-istri
sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan untuk
mengatur akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka.
G. Akibat Perkawinan Tiga akibat perkawinan yaitu :
1. Adanya hubungan suami-istri
2. Hubungan orangtua dengan anak
3. Masalah harta kekayaaan
Sumber Referensi

 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,


Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai