Anda di halaman 1dari 60

BAB 1 PENDAHULUAN

1.PENGERTIAN HUKUM PERDATA


Istilah Hukum Perdata:pengertian luas dan sempit.

 Hukum Perdata dalam arti luas adalah seluruh materi hukum yang berkaitan dengan
hubungan hukum perorangan.

 Ke dalam Hukum Perdata dalam arti luas termasuk Hukum Dagang, Hukum Adat,
Hukum Islam, dan sebagainya.

 Hukum Perdata dalam arti sempit adalah ketentuan-ketentuan hukum perdata


sebagaimana diatur di dalam KUH Perdata.
Selain itu, Hukum Perdata:Hukum Perdata materil dan Hukum Perdata formal.
 Istilah Hukum perdata materil  materi dari hukum mengenai kepentingan-kepentingan
perdata: yaitu persoalan tentang hak dan kewajiban sehubungan dengan terpenuhinya
kepentingan perdata (kepentingan pribadi).
 Hukum perdata materil adalah aturan-aturan hukum perdata mengenai hak dan kewajiban
orang dalam hubungan hukum perorangan.
 Hukum Perdata Materil ini sering disebut dengan Hukum Perdata saja.
 Istilah Hukum perdata formal  formalitas atau tata cara mendapatkan hak dalam
hubungan hukum perorangan manakala hak itu dilanggar orang lain.

 Hukum perdata formal adalah aturan-aturan hukum perdata mengenai tata cara
memperoleh hak atau memenuhi kewajiban dalam hubungan hukum perorangan.

 Dengan kata lain hukum perdata formal bertujuan untuk mempertahankan tegaknya
hukum perdata materil.

 Hukum Perdata formal memuat aturan tentang persengketaan mengenai hukum perdata
materil.

 Hukum perdata formal lazim dikenal dgn nama Hukum Acara Perdata, yaitu aturan2
hukum yang berkaitan dengan beracara (berperkara) perdata di pengadilan.
Istilah dan Definisi
 Istilah Hukum Perdata padanan dari istilah:
 Privaat Recht, atau Burgerlijk Recht (Belanda)
 Private Law, Civil Law (Inggris).
 resmi hukum Belanda Burgerlijk Recht. Burger = warga (masyarakat)
 Jadi Burgerlijk Recht adalah hukum yang mengatur dan menjamin terpenuhinya
kepentingan seorang warga (pribadi) dalam hubungannya dengan warga lainnya
(perseorangan).

• HFA Vollmar,

Hukum Perdata ialah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh
karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan perseorangan dalam
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain dari orang-orang di
dalam suatu masyarakat tertentu, terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan
lalulintas (hukum).
Abdulkadir Muhammad,

• Hukum Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,


Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warganegara perseorangan
yang satu dengan warganegara perseorangan yang lain.

Wirjono Prodjodikoro,
Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu
sama lain tentang hak dan kewajiban.
Asis Safioeddin,

• Hukum Perdata adalah hukum yang memuat peraturan dan ketentuan hukum yang
meliputi hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lain (antara subjek hukum
yang satu dengan subjek hukum yang lain) di dalam masyarakat dengan menitikberatkan
kepada kepentingan perorangan.
Sudikno Mertokusumo,

• Hukum Perdata adalah hukum antar-perorangan yang mengatur hak dan kewajiban
perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam
pergaulan masyarakat; pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak.
KESIMUPLAN:

• HUKUM PERDATA:
- Mengenai hubungan hukum perorangan,
- Menjamin pemenuhan kepentingan pribadi,
- Pihak-pihaknya adalah perorangan dan/ atau badan hukum privat,
- Pemenuhannya tergantung pd para pihak.
SEJARAH KUHPERDATA

BW Hindia Belanda
⦿ Dibuat oleh Panitia Scholten dibentuk thn.1839, dan dilanjutkan oleh Panitia Wischers.

⦿ Selesai dibuat tahun 1846

⦿ diundangkan dlm Staatsblad 1847 No. 23, berlaku sejak 1 Mei 1848 utk. Gol.Eropa

⦿ BW HB salinan dari BW Belanda dengan asas konkordansi.


BW Belanda Thn 1830/(1831)-1838

• Disusun oleh Panitia Kemper yang dibentuk thn.1814, dan selesai 1816.
• Ditolak parlemen,
• Disempurnakan oleh Panitia Nicolai.

• Thn 1830 BW Bld.selesai disempurnakan direncanakan berlaku 1831.


• Terjadi pemberontakan di Bld.Selatan (Belgia), ditunda dan mulai berlaku 1838 di
Belanda.

• Bersumber dariCode Civil PerancisCode Justinianus.


Berlakunya BW di Indonesia

• BW atau KUH Perdata di Indonesia pertama kali dimaksudkan sebagai hukum yang
berlaku bagi Golongan Eropa di Hindia Belanda.

• Lalu ada usaha untuk memperluas: dengan mengikutsertakan golongan Timur Asing
Cina (Tionghoa), golongan Timur Asing lainnya bahkan juga kepada golongan Bumi
Putera.
Kebijakan yg dibuat memperluas berlakunya KUH Perdata
Menempuh kebijakan Pernyataan berlaku dan Tunduk diri sukarela.

• Stb.1855 No.79 tentang pernyataan berlakunya KUH Perdata dan KUH Dagang bagi
semua orang Timur Asing kecuali mengenai hukum keluarga dan hukum warisan,

• Stb.1917 No.12 tentang kemungkinan penundukan diri secara sukarela kepada hukum
Eropa, baik seluruhnya, sebagian, penundukan mengenai perbuatan tertentu, maupun
penundukan secara diam-diam.
• Stb.1917 No.129 mengenai pernyataan berlakunya seluruh hukum privat Eropa kepada
golongan Timur Asing Tionghoa, kecuali ketentuan mengenai Burgerlijke Stand (Catatan
Sipil), upacara-upacara sebelum perkawinan.  peraturan Burgerlijke Stand tersendiri
dan pengangkatan anak (adopsi), yang diatur di dalam bagian II Stb. 1917 No.129
tersebut.

• Stb.1924 No.556 mengenai berlakunya hukum privat Eropa kepada golongan Timur
Asing lainnya (Arab, India, dsb.),kecuali hukum keluarga dan hukum warisan.  bagi
mereka tetap berlaku hukum asli mereka sendiri.
Peraturan yg dibuat melengkapi berlakunya KUH Perdata

• Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, WvK) yang


diundangkan bersama dengan BW dalam Stb. 1847 No. 23.

• Ordonansi Perkawinan Bangsa Indonesia Kristen (HOCI, Huwelijks Ordonantie


Christian Indonesiers) , Stb. 1933 No.74.

• Ordonansi tentang Maskapai Andil Indonesia, (IMA, Indonesie Maatshcappij op


Andelen) Stb.1939 No.569 jo No.717.

• Ordonansi tentang Perkumpulan Bangsa Indonesia, Stb.1939 No.570 jo No. 717.


• Peraturan Perkawinan Campuran (GHR, Regeling op de Gemengde Huwelijken),
Stb.1898 No.158.

• Undang-undang Paten (Octrooi wet), Stb. 1910 No.313.


• Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet) Stb. 1911 No.197.
• Peraturan tentang Hak Milik Perindustrian (Reglement op Industriele Eigendom Stb.
1912 No. 545 jo Stb. 1913 No. 214.

• Peraturan Umum tentang Koperasi, Stb. 1933 No.108.


• Ordonansi tentang Pengangkutan di Udara Stb.1938 No.100.

• Woeker Ordonantie, Stb. 1938 No.523.


• Stlh Indonesia merdeka (17-8-1945), vide Psl.II AP UUD 1945 menentukan: Segala
badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut UUD ini.

• BW mjd. hukum perdata Indonesia merdeka.

PERUBAHAN PADA KUH PERDATA STLH INDONESIA MERDEKA

◼ UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA),


yang mengatur soal-soal keagrariaan (khususnya tanah) di Indonesia.
◼ UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP), yang mengatur soal-soal
perkawinan di Indonesia.

◼ UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT), yang mengatur hal
yang berkaitan dengan menjadikan hak atas tanah sebagai jaminan utang di
Indonesia.

◼ dan lain-lain.

SE MA RI No. 3 Tahun 1963


Dikeluarkan oleh Ketua MA pd. 5 September 1963.
Ditujukan kepada para hakim di Indonesia

Isinya:
• Supaya KUH Perdata tidak dipandang sbg UU (wetboek) tetapi cukuplah sbg. kitab
hukum (buku hukum, recht boek).

• hakim giat menggali dan menemukan hukum yang hidup di masyarakat,

• beberapa pasal yang tidak perlu dipakai lagi sebagai pedoman karena sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan jaman.
KESIMPULAN

• dari perubahan itu: KUH Perdata tidak lagi berlaku utuh.


3. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA

SISTEM
CIRI: Lengkap
Konsisten
Teratur/ tdk tumpang tindih
Sistematika KUH Perdata

• Hukum perdata terdiri dari 4 sub-sistem yang diberi nama buku yaitu hukum tentang
orang, hukum benda, hukum perikatan, dan hukum pembuktian dan daluarsa.
• Kemudian masing2 buku (sub-sistem) terdiri dari beberapa bab, dan

• Bab-bab terdiri dari bagian, dan


• Setiap bagian terdiri dari sejumlah pasal, dan
• Beberapa pasal mungkin juga dibagi dalam sejumlah ayat.
Komentar para ahli:

• Isi Buku I kurang lengkap, karena tidak memuat badan hukum sebagai subjek hukum,
• Isi Buku I terlalu luas dibanding judul, karena memuat hukum keluarga.

• Judul Buku I harus disesuaikan dengan isi menjadi Hukum Perorangan dan Keluarga.
• Buku II belum memuat benda-benda immateril
• Tempat pewarisan pada Buku II tidak tepat,

• Buku II dan Buku III dapat digabungkan, dan diberi nama Hukum Harta Kekayaan
• Buku IV ini sebaiknya diatur tersendiri di luar KUH Perdata, karena menurut sifatnya
merupakan hukum formal.
Menurut para Ahli
• Bidang Hukum tentang Orang, meliputi aturan-aturan hukum tentang subjek hukum
yaitu manusia dan badan hukum,

• Bidang hukum tentang Keluarga terdiri atas aturan-aturan tentang perkawinan, hubungan
orang tua dengan anak, keturunan, kekuasaan orang tua, dan sebagainya.

• Bidang hukum tentang Harta kekayaan, meliputi aturan-aturan hukum tentang


kebendaan dan perikatan, atau menurut Subekti, meliputi hubungan-hubungan hukum
yang dapat dinilai dengan uang
• Bidang hukum tentang Warisan meliputi aturan-aturan hukum tentang peralihan harta
kekayaan si meninggal kepada ahli warisnya, baik menurut undang-undang maupun
menurut wasiat (testamen).
KUH Perdata baru Belanda:
• Buku I : Hukum perorangan dan hukum
keluarga (Personen en Familie
recht),

• Buku II : Badan Hukum (Rechtspersonen),

• Buku III : Hukum Kekayaan pada umumnya


(Vermogensrecht in het algemeen),

• Buku IV : Hukum Waris (Erfrecht),


• Buku V : Hak-hak benda (Zakelijke rechten),
• Buku VI : Hukum perikatan secara umum (Algemeen Gedeelde van het Verbintenis-
senrecht),

• Buku VII : Perjanjian-perjanjian tertentu (Bijondere Overeenkomsten),


• Buku VIII : Hukum laut, perairan dan penerbangan (Zee-, Binnen-, en Luchtvaart recht),
• Buku IX : Hak atas hasil produk intelektual
(Rechten op Voortbrengselen van de Geest).
Mnrt.Ahli Hukum Indonesia
• Bidang Hukum Keluarga (termasuk Hukum Perorangan),

• Bidang Hukum Waris,


• Bidang Hukum Benda,
• Bidang Hukum Jaminan,

• Bidang Hukum Perikatan (umum),


• Bidang Badan Hukum,
• Bidang Perjanjian-perjanjian khusus.
SOAL:
1. Uraikan pengertian hukum perdata dalam arti luas dan dalam arti sempit
2. Uraikan Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formal
3. Uraikan sejarah KUH Perdata
4. Uraikan Beberapa perubahan KUH Perdata setelah Indonesia Merdeka
5. Uraikan Sistematika Hukum Perdata menurut KUH Perdata dan Uraikan pendapat para
ahli terhdap sistematika tersebut
BAB II HUKUM PERORANGAN

A.Orang atau Subjek Hukum


 Orang adalah subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban di dalam hukum.

 Subjek hukum adalah segala sesuatu yang oleh hukum diakui dan diberi hak dan
kewajibannya di dalam pergaulan hukum. Atas hak dan kewajiban yang dimilikinya
itulah dia mengadakan hubungan hukum dengan orang lain.

Orang = Subjek hukum


terdiri dari:
 manusia (sh alamiah/kodrati, sh biologis)
 badan hukum (sh ciptaan/ buatan, sh juridis, sh artifisial).

B. Manusia sebagai subjek hukum


1. Eksistensi Manusia sbg. Subjek Hukum dlm. KUH Perdata
 Pasal 1: menikmati hak perdata tidaklah tergantung pada hak kenegaraan.
Berarti:
1. mempunyai hak pribadi (perorangan) sebagai manusia karena kodratnya,
2. hak manusia tidaklah sepenuhnya tergantung pada negara (peraturan negara)

 Pengakuan manusia sebagai subjek hukum sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Pasal 2
KUH Perdata: Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai
telah dilahirkan…
 Selama hayatnya manusia itu tetap sbg. subjek hukum dan tidak dapat dihentikan
(diputuskan, diakhiri). Pasal 3 KUH Perdata: Tiada suatu hukuman pun mengakibatkan
kematian perdata..

2. Kecakapan bertindak dalam hukum


 = kemampuan seseorang untuk dapat melahirkan suatu perbuatan hukum yang sah.
 Kemampuan itu berkaitan dengan kualitas diri pribadi dari yang bersangkutan.

 hukum menggolongkan manusia ke dalam 2 golongan, yaitu golongan yang sudah cakap
bertindak dalam hukum dan yang tidak (belum) cakap bertindak dalam hukum.

Ukurannya
 kedewasaan, kesehatan akal pikiran dan perilaku.
Bermuara pd persoalan hukum ttg:
 keadilan,
 kepastian hukum, dan
 ketertiban hukum.

3. Kewenangan bertindak dalam hukum


 = wewenang (authority) yang dimiliki seseorang untuk boleh melakukan perbuatan
hukum.
 sumbernya: hak dan kedudukan (perdata) atau jabatan (publik).

 bermuara pada persoalan hukum tentang keadilan, kepastian hukum, dan ketertiban
hukum.

Faktor yg memengaruhi kewenangan


 Kewarganegaraan (Pasal 21 UUPA, hanya WNI yang boleh memiliki tanah di
Indonesia). Warganegara asing kehilangan wewenangnya mempunyai hak milik atas
tanah.

 Domisili atau tempat tinggal (PP No.24 Tahun 1960 jo PP No.41 Tahun 1964, yang
melarang seorang memiliki lahan pertanian yang terletak di luar kecamatan tempat
tinggalnya),

 Kedudukan atau jabatan, misalnya hakim dilarang memperoleh barang2 yang masih
dalam perkara,

 Tingkah laku atau perbuatan, (Pasal 49 dan 53 UUP), orang tua atau wali dapat dicabut
dari kekuasaan orang tua atau walinya.

C.Catatan Sipil
1.Peristiwa perdata yang perlu dicatatkan mnrt Psl 4, Psl 6 jo Psl 9 KUH Perdata:
 kelahiran,
 perkawinan (termasuk pemberitahuan kawin dan izin kawin),
 perceraian,
 kematian, dan
 pergantian/ perubahan nama.
2.Tujuan dari pencatatan
 untuk memastikan status perdata seseorang dan bukan menimbulkan hak dan kewajiban.
 Dengan demikian fungsi pencatatan tiada lain adalah pembuktian bahwa peristiwa yang
dicatatkan itu benar terjadi.
3. Lembaga Pencatatan Sipil

 Kantor Catatan Sipil yang terdapat di seluruh Kabupaten/ Kota di Indonesia. Kantor
Catatan Sipil ini berada di bawah Kementerian Dalam Negeri.

 Khusus bagi peristiwa perkawinan dan perceraian bagi warga negara yang beragama
Islam, dengan kekhususan yang ada pada mereka, pencatatan dilakukan di Kantor
Urusan Agama yang berada di bawah Kementerian Agama.
4. kekuatan pembuktian
 Pasal 25 ayat (1) Reglement op Burgerlijke Stand (Peraturan Catatan Sipil) menetapkan
bahwa suatu kutipan atas daftar catatan sipil itu mempunyai kekuatan pembuktian
menurut hukum. Hal ini menyimpang dari ketentuan Pasal 1888 KUH Perdata yang
meletakkan kekuatan pembuktian pada akta aslinya. Pasal 1888 KUH Perdata
menentukan:
 Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya.
D.Domisili dan hukum

 Setiap orang (manusia atau badan hukum) menurut hukum harus memiliki domisili atau
tempat tinggal.
 Untuk badan hukum lazim disebut dengan tempat kedudukan.
1.Domisili diperlukan:
 penetapan hak dan kewajiban di dalam hukum,
 pelaksanaan hak dan kewajiban di dalam hukum,
 menentukan hukum yang berlaku bagi seseorang, serta
 pengadilan yang berwenang mengadili suatu perkara yang berkaitan dengan seseorang.
2.Menentukan domisili

a.Umum:
 berpedoman pada pusat kediaman, yaitu tempat di mana seseorang itu melaksana-kan
seluruh kegiatannya. Psl 17 (1) KUH Perdata= domisili sesungguhnya.

 Jika domisili seperti itu tidak ada maka dilihatlah tempat kediaman sewajarnya = di mana
ia secara wajar dianggap ber-tempat tinggal. Psl 17 (2) KUH Perdata.= domisili nyata.
Memindahkan Domisili
1. dengan memindahkan rumah
kediaman,
2. ada maksud untuk pindah,(ada pemberitahuan/ pelaporan).

b. Dalam keadaan khusus:


1.Bagi seorang pegawai negara berdomisili di tempat di mana dia menjalankan tugas-jabatannya
(mengikuti tmpt. tugas) (Pasal 20 KUH Perdata).

2.Bagi seorang yang terikat dengan orang lain, mempunyai domisili ikutan (mengikuti domisili
orang lain), yaitu: a. Isteri, b. Anak-anak belum dewasa, c. Orang dewasa yg berada di bawah
pengampuan, dan d. Pekerja-Buruh.
3.Di samping itu dikenal juga domisili penghabisan atau rumah kematian, yaitu tempat di mana
seorang terakhir kali bertempat tinggal sebelum ia meninggal dunia (Psl 23 KUH Perdata).

4.Kemudian dikenal juga domisili pilihan, yaitu suatu tempat yang dipilih oleh untuk suatu
kepentingan hukum tertentu (Psl 24 KUH Perdata).
Soal :
1. Uraikan orang sebagai subjek hukum dan badan hukum sebagai subjek hukum. Jelaskan
2. Bagaimana eksistensi manusia sebagai subjek hukum
3. Apa maksud dari kecakapan bertindak dalam hukum
4. Apa maksud kewenangan bertindak dalam hukum
5. Uraikan hal-hal yang mempengaruhi kewenangan bertindak dalam hukum
6. Mengapa dibutuhkan domisili hukum bagi setiap orang

7. Uraikan bagaimana cara menentukan domisili seseorang secara umum dan dalam keadaan
khusus
BAB III Badan Hukum

A. Pengertian & Teori2 Badan hukum


1.Pengertian:
• Chidir Ali=segala sesuatu yg berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yg demikian
itu oleh hukum diakui sbg pendukung hak dan kewajiban.

• Wirjono Prodjodikoro=suatu badan yg di samping manusia perorangan juga dianggap


dpt bertindak dalam hukum dan yg mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
kepentingan-kepentingan hukum thdp orang lain atau badan lain.

Hal2 yang dicakup:

• perkumpulan orang (= organisasi, lembaga),


• dapat melakukan perbuatan hukum dan hubungan hukum,

• mempunyai harta kekayaan sendiri,


• mempunyai pengurus,
• mempunyai hak dan kewajiban, dan

• dapat digugat atau menggugat di pengadilan.

2. Teori-teori Badan Hukum


a.Teori Fiksi Friedrich Carl von Savigny.

• Badan hukum hanya buatan atau ciptaan saja, sehingga sifatnya fiksi yg sesungguhnya
tidak ada, ttpi orang menghidupkannya dlm bayangan.
• Jadi badan hukum adl. hasil abstraksi, bukan merupakan hal yang konkrit.

• badan hukum diakui keberadannya, tetapi bukan suatu pribadi nyata yang dinyatakan
oleh hukum yang dianggap sebagai orang.
b.Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari A.Brinz

• Bahwa hanya manusia yang menjadi subjek hukum sedangkan badan hukum itu berawal
dari kekayaan yang dipisahkan untuk tujuan tertentu sehingga tidak ada pemiliknya
lagi.

• Kekayaan itulah yang menjadi badan hukum. (Harta kekayaan itulah yang menyebabkan
perkumpulan itu menjadi subjek hukum).
c.Teori Orgaan dari Otto von Gierke

• Bahwa badan hukum itu bukan abstrak dan bukan kekayaan yang tidak bersubjek tetapi
merupakan suatu organisme yang riil, yang sungguh-sungguh ada dalam pergaulan
hukum.

• Ada pengurus yang bertindak membentuk kehendak badan hukum itu.


d.Teori Kenyataan Juridis dari Meyers

• Badan hukum itu merupakan suatu realitas konkrit, riil walaupun tidak bisa diraba, dia
bukan hayal: kebutuhan riel dlm pergaulan hukum.

• Tetapi teori ini menegaskan bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum
dengan manusia itu terbatas pada bidang hukum saja.
e. Teori Propriete Collective dari Marcel Planiol

• Badan hukum itu merupakan suatu konstruksi juridis saja.


• Badan hukum itu merupakan kumpulan kepentingan manusia,

• kepentingan badan hukum adalah kepentingan semua anggotanya.


• Hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama, dan
karena itu mereka bertanggungjawab bersama-sama.

B.Klasifikasi Badan hukum:


1.Psl.1653 KUH Pdt, berdsrkan eksistensi-nya:
• bh yg dibentuk oleh pemerintah,

• bh yg dibentuk oleh masyarakat dan mendapat pengakuan dr pemerintah,


• bh yg dibentuk oleh masyarakat utk suatu tujuan ttt. yg bersifat sosial dan diper-
bolehkan,

• bh yg didirikan utk tujuan tertentu yg tdk bertentangan dgn undang2 atau kesusilaan.

2.Dilihat dari segi kewenangannya, badan hukum dibedakan menjadi:


• badan hukum publik, dan
• badan hukum privat.
3. berdasarkan tujuan utamanya, yaitu:

• badan hukum yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.


• badan hukum yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan anggotanya saja,
• badan hukum yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum (masyarakat) yg bersifat
sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
4. menurut bidangnya misalnya:
• badan hukum ekonomis,

• badan hukum sosial-kemanusiaan,


• badan hukum politik,

• badan hukum pendidikan,


• badan hukum keagamaan,
• dan sebagainya.
C. Peraturan perundang- undangan
• badan hukum Perseroan Terbatas (vide UU No.1/ 1995, yg.diganti dgn UU No.40/2007),

• badan hukum Koperasi (vide UU No.25/1992),


• badan hukum Yayasan (vide UU No.16/2001),
• badan hukum Perguruan Tinggi (vide PP No.61/ 1999),

• badan hukum Partai Politik (vide UU No.31/2002).


• badan hukum Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Perseroan (Persero) (vide UU
No. 19/ 2003 TTG BUMN).

• badan hukum Penyelenggara Pendidikan dan Satuan Pendidikan (vide UU No.9/2009).


D. Mendirikan Badan Hukum:

• Mendirikan badan hukum dilakukan menurut prosedur2 hukum sebagaimana ditetapkan


oleh undang-undang. Ingat bahwa badan hukum adalah subjek hukum juridis.

• Mendirikan badan hukum berkaitan dengan jenis badan hukumnya itu sendiri. Masing-
masing badan hukum berbeda cara mendirikannya menurut jenisnya.
Materil:

• Menurut masing-masing badan hukum sebagaimana diatur di dalam peraturan


perundang2an masing2, yang dimuat di dalam Akta Pendirian = Anggaran Dasarnya.
Formal…
Tahapan mendirikan Badan Hukum Privat oleh masyarakat:
• Tahap membuat perjanjian
• Tahap pengesahan
• Tahap pengumuman
Mendirikan badan hukum oleh pemerintah:

•  dengan membuat suatu peraturan perundang-undangan.


Pertanyaan
1. Uraikan beberapa teori Badan Hukum
2. Uraikan Cara mendirikan badan hukum
3. Uraika tujuan mendirikan badan hukum
4. Uraikan Tahapan mendirikan badan Hukum

BAB IV HUKUM KELUARGA


A.Lingkup Hukum Keluarga

• perkawinan,

• keturunan = hubungan darah, dan


• periparan = hubungan semenda.
B. Perkawinan
1.Pengertian (Psl 1 UU No.1/1974):

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Scholten dan Subekti

• Scholten: hubungan hukum seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama
dengan kekal, yang diakui oleh negara.

• Subekti: pertalian yang sah antara seorang lelaki dengan seorang perempuan untuk
waktu yang lama.
prinsip atau pokok pikiran tentang perkawinan

• perkawinan adalah ikatan lahir batin,


• perkawinan terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita,
• perkawinan melahirkan hubungan suami isteri,
• perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga),

• perkawinan dimaksudkan untuk mendatangkan kebahagiaan,


• perkawinan itu dimaksudkan berlangsung kekal,
• perkawinan itu didasari kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Perkawinan yang sah
Menurut Pasal 2 ayat (1) UUP,

• Perkawinan adalah sah apabila dilaku-kan menurut hukum masing-masing agamanya


dan kepercayaannya itu.
• Ukuran perkawinan yang sah: Hukum Negara dan === Hukum Agama.
• Hukum Agama pelaksanaan(Psl.2 (1)

• Hukum Negara persyaratan (Psl.6-11)


3.Pencatatan Perkawinan

• Pasal 2 ayat (2) UUP mengatakan:

Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang


berlaku=== administratif saja.
Tujuan dan Fungsi pencatatan perkawinan:
• menerangkan bahwa telah terjadi perkawinan yang sah,

• sumber informasi resmi bagi yang berkepentingan,


• sebagai bukti otentik tentang adanya perkawinan,
• membenarkan atau mencegah perbuatan lain yang berkaitan dengan itu.

4.Asas perkawinan:monogami
• ====(Pasal 3 ayat (1) UUP: pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya
boleh mempunyai seorang isteri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang
suami)====

• asas monogami, yaitu suatu asas yang menghendaki bahwa dalam waktu yang sama
seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang isteri dan sebaliknya seorang isteri
hanya boleh mempunyai seorang suami.
asas monogami itu bersifat relatif

• UUP membuka kemungkinan seorang suami beristeri lebih dari satu.


• Pasal 3 ayat (2) mengatakan:Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk
beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang ber-sangkutan.
5.Syarat perkawinan

Syarat Materil:
1). Harus ada kehendak/ kemauan bebas dari calon suami isteri (Pasal 6 ayat (1).

2). Harus ada izin dari orang tua/ wali bagi calon suami isteri yang berumur kurang dari 21
tahun (Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3).

3). Calon suami sekurang-kurangnya telah berumur genap 19 tahun dan calon isteri sekurang-
kurangnya telah berumur genap 16 tahun (Pasal 7 ayat (1).

4). Antara calon suami isteri tidak terkena larangan kawin karena hubungan darah, semenda,
susuan, dan agama, serta peraturan lain (Pasal 8).
5). Salah satu pihak atau keduanya tidak sedang terikat dalam perkawinan (Pasal 9).
6). Antara kedua calon suami isteri bukan perkawinan yang ketigakalinya (Pasal 10).
7). Bagi calon isteri janda harus melewati masa tunggu (Pasal 11).
6.Syarat formal perkawinan
Pada saat pelaksanaan perkawinan:

• Dilangsungkan stlh. hari ke 10 sejak peng-umuman (Ps.10 (1).


• Perkawinan dilaksanakan mrt aturan atau tata cara agama/ kepercayaan yg dianut oleh
pasangan suami isteri (Ps.10 (2) jo Ps 2 (1).
• Perkawinan dilaksanakan di hadapan pegawai pencatat perkawinan (Pasal 10 ayat (3).

• Perkawinan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi (Ps. 10 ayat (3).


Segera setelah perkawinan dilangsungkan:

• Kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai
pencatat perkawinan (Ps.11 ayat (1).

• Kemudian diikuti dengan penandatanganan oleh saksi-saksi (Ps.11 ayat 2).


• Diikuti dengan penandatanganan oleh pegawai pencatat perkawinan (Pasal 11 ayat (2).
Pencegahan perkawinan
• adalah tindakan untuk menghalang-halangi berlangsungnya perkawinan.
• Pencegahan Perkawinan pemenuhan syarat.

• Pelaksanaan perkawinan dapat dicegah apabila di antara calon suami isteri ada yang
tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan (Psl. 13).

• oleh orang2 yang berkepentingan.

dasar pemikiran
• bahwa perkawinan harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh hukum. Karena itu
apabila diduga ada syarat yang tidak terpenuhi, dapat dicegah supaya perkawinan yang
melanggar hukum itu tidak sampai dilangsungkan,

Tujuan
• untuk menjamin tegaknya hukum dan demi kepastian hukum.
Pembatalan perkawinan

• Adalah tindakan mengakhiri berlangsungnya suatu perkawinan yang telah dilakukan


karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh hukum.

Alasan Umum
• Mnrt Psl 22 UUP, pembatalan perkawinan dapat diajukan apabila ada syarat-syarat
perkawinan yang dilanggar.
Alasan Khusus
• Psl 26 UUP
1. pegawai pencatat tdk berwenang,
2. Wali nikah tak sah,
3. saksi tidak ada.

• Psl. 27:
1. di bawah ancaman.
2. salah sangka
dasar pemikiran

• perkawinan yang dilaksanakan secara melanggar hukum tidak berlangsung terus.

Tujuan
• untuk menjamin tegaknya hukum dan demi kepastian hukum.
Akibat pembatalan

• Batal sejak keputusan pengadilan, dan berlaku surut sejak perkawinan;


• Tidak berlaku surut kepada: anak-anak, s/i yg beritikad baik, pihak ketiga.

Akibat perkawinan:
Pada diri suami-isteri.

• laki-laki = suami dan si wanita = isteri.


• wajib selalu menjaga supaya hubungan suami isteri tetap berjalan dengan baik.
• suami isteri mempunyai hak dan kewajiban yang sama kedudukan seimbang

• suami = kepala keluarga dan si isteri = ibu rumah tangga.


• harus ada satu rumah kediaman/ tempat tinggal yang tetap.
Pada harta benda.

• lahir persoalan harta benda, yaitu harta benda bersama,harta pribadi, dan harta
bawaan.

• Keberadaan harta bersama perkawinan menurut UUP mutlak ada, yaitu mengenai harta
yang diperoleh secara bersama-sama selama perkawinan masih berlangsung.
Pada anak-anak.
• Lahir anak-anak hasil dr.hubungan suami isteri anak sah.

• timbul hubungan hukum antara orangtua dengan anak-anak yang lahir,


• timbul kekuasaan orang tua terhadap anak berikut segala hak, wewenang, dan
kewajibannya.
Pada sanak saudara
• Lahirlah hubungan antara suami-isteri dengan keluarga kedua belah pihak, yang disebut
dengan hubungan semenda= periparan.

• Karena hubungan semenda, undang-undang menetapkan sejumlah larangan di antara


mereka.
C. Perkawinan di luar negeri

• Pengertian (UU No. 1/1974) = perkawinan yang dilangsungkan oleh warganegara


Indonesia, salah satu atau keduanya, di luar wilayah RI.
WNI+WNI +LN
WNI+WNA+LN
Sahnya perkawinan di luar negeri

Pasal 56 UUP yang menentukan:


• dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara di mana perkawinan itu dilangsung kan
(= syarat formal).

• bagi warganegara Indonesia tidak melanggar ketentuan undang-undang ini


(= syarat materil).

• Buktinya didaftarkan di kantor pencatatan tempat tinggalnya.


Prinsip hukum terkait:

• Prinsip lex locus actus (pelaksnaan perbuatan hukum=> hukum setempat)


• Prinsip nasionalitas (=> kualitas diri seseorang  hukum negaranya)
Perkawinan campuran

• Pengertian (Psl 57 UUP): = perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk
pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak
adalah berkewarga-negaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

• di Indonesia = WNI + WNA


Melaksanakan perkawinan campuran
• Formalitas: dilangsungkan menurut Hukum Indonesia (psl.59 ayat 2) sebagai lex locus
actus. (Vide Pasal 2 ayat (1) yaitu: hukum agama dan kepercayaannya, dan harus
dicatatkan (ayat 2).

• Materil: bagi WNI =UUP, dan WNA= hukum negaranya (prinsip nasionalitas).
D.Perkawinan berakhir atau putus
Pasal 38 UUP, karena:
• kematian,

• perceraian, dan
• keputusan pengadilan.
untuk melakukan perceraian

• Psl 39 (1) UUP, hrs melalui pengadilan.


• Ayat (2), harus cukup alasan bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun
sebagai suami isteri.
Ditafsirkan dan dirinci pada Psl.19 PP No.9/1975.
Akibat perceraian

• Ikatan perkawinan berakhir atau putus, => masing2 bebas dari keterikatan.

• Kekuasaan orang tua terhadap anak-anak hapus (berakhir).


• Timbul perwalian bagi anak-anak di bawah umur sebagai konsekuensi berakhirnya
kekuasaan orang tua.

• Harta bersama perkawinan menjadi bubar. Harta bersama perkawinan harus dibagi,
• Setelah perkawinan bubar karena perceraian, bekas isteri dan anak-anak mendapat
tunjangan nafkah dari bekas suami.
E.Keturunan

• Pertalian atau hubungan darah antara orang tua dgn anak2 dan keturunan anak2
• dibedakan mjd. keturunan yg sah dan keturunan yg tidak sah.
• Keturunan yang tidak sah: anak luar kawin dan anak zinah.
Anak sah (Ps 42 UUP)
• anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah

• dasarnya adalah sahnya perkawinan.


kemungkinan lahirnya anak sah

• dibibitkan di dalam perkawinan yang sah dan lahir sepanjang perkawinan itu masih ada,
• dibibitkan di luar perkawinan tetapi lahir di dalam perkawinan yang sah,

• dibibitkan di dalam perkawinan tetapi lahir ketika perkawinan itu sudah bubar.
Anak tidak sah dapat dibedakan

• anak luar kawin, yaitu anak yang lahir sementara bapak dan ibunya belum
melangsungkan perkawinan secara sah. Anak luar kawin ini=> dapat diakui sah atau
disahkan melalui perkawinan kedua orang tuanya itu.

• anak haram, yaitu anak yang lahir karena perbuatan zina. Anak haram menurut undang-
undang tidak boleh diakui sah atau disahkan.
Hubungan anak - orang tua
• anak sah mempunyai hubungan perdata dengan kedua orang tuanya dan keluarga orang
tuanya itu.

• anak luar kawin mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya saja
(Psl. 43 ayat (1).
Penyangkalan anak

• suami menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya.


• karena beberapa faktor, suami tidak mungkin melakukan hubungan suami isteri dengan
isterinya, tetapi ternyata isterinya melahirkan anak.

• Dasar pemikiran: perlindungan terhadap kepentingan suami.


Asal usul anak

• Asal usul anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran (otentik).

• Jika akta kelahiran tidak ada, misalnya belum dicatatkan, maka pengadilan mengeluarkan
penetapan tentang asal usul anak.

• pengadilan dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul anak setelah diadakan
pemeriksaan yang teliti atas bukti-bukti yang memenuhi syarat.
Kekuasaan Orang tua

• kekuasaan yang dapat dijalankan oleh bapak dan ibu secara bersama2 terhadap anak-
anaknya yang belum dewasa.

• sampai si anak itu menjadi dewasa, atau selama mereka tidak dicabut atau dibebaskan
dari kekuasaannya itu.
kekuasaan orang tua dicabut (Psl.49):
• melalaikan kewajibannya sebagai orang tua, dan
• berkelakuan buruk.
Kekuasaan orang tua berakhir:

• anak sudah dewasa,

• anak sudah meninggal,


• perkawinan bubar,
• pencabutan atau pembebasan orang tua dari kekuasaannya.
Perwalian (voogdij).
= pengawasan terhadap anak di bawah umur, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua,
serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut.

• Kalau tidak berada di bawah kekuasaan orangtuanya, maka ditempatkan di bawah


kekuasaan seorang wali (perwalian).
yang ada di bawah perwalian

• anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua,
• anak sah yang perkawinan orang tuanya telah bubar,
• anak yang lahir di luar perkawinan.
Perwalian akan berakhir atau hapus
• anak telah/menjadi dewasa,
• anak meninggal dunia.
• kedudukan orang tua dipulihkan kembali.

• wali dipecat .
3. Keluarga sedarah dan hubungan darah

• Kekeluargaan sedarah adalah suatu pertalian keluarga antara mereka yang mana satu
adalah keturunan yang lain, atau yang semua mempunyai nenek moyang yang sama.
• Hubungan darah adalah hubungan antara orang-orang yang merupakan keturunan
seorang dari yang lain atau antara beberapa orang yang sama2 mempunyai seorang ayah.
Menghitung hubungan darah

• dihitung menurut jumlah kelahiran, dan tiap-tiap kelahiran merupakan satu derajat.
• Jadi hubungan darah dapat dirinci dalam perderajatan yang dihitung berdasarkan
kelahiran.
Yang berkaitan dgn hubungan darah

• hubungan darah merupakan pokok penentuan sebagai ahli waris, (Psl 832 KUH Perd.)
• hubungan darah melahirkan kewajiban untuk memberi nafkah, misalnya antara orang tua
dengan anak atau sebaliknya, (Psl 45 dan 46 UUP).

• hubungan darah menimbulkan akibat dalam hukum acara perdata, misalnya menjadi saksi
atau hakim.
• hubungan darah menimbulkan larangan dalam perkawinan, (Psl 30 KUH Perd.; Psl 8
UUP).
Hubungan semenda

• Antara suami dengan keluarga isteri, dan


• Antara istri dengan keluarga suami

• Sifatnya permanen, tidak hapus krn perkawinan bubar


• Menimbulkan larangan dalam perkawinan.
Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan dan bagaimanan perkawinan yang sah. Jelaskan
berikut Dasar hukumnya
2. Uraikan tujuan dan fungsi pencatatan perkawinan
3. Asas perkawinan adalah monogami. Apakah Monogami dilaksnakan mutlak

4. Syarat perkawinan ada dua yaitu syarat materil dan syarat formil. Uraikan kedua syarat
tersebut
5. Jelaskan maksud pencegahan perkawinan dan mengapa perkawinan dicegah
6. Uraikan akibat dari suatu perkawinan bagi suami istri

7. Apa yang dimaksud dengan perkawinan campuran. Dan bagaimana cara melngsungkan
perkawinan campuran. Jelaskan berikut dasar hukumnya
Lanjutan pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan anak sah dan anak tidak sah
2. Kapan kekuasaan orangtua terhadap anak dapat hapus, jelaskan berikut dasar hukumnya
3. Apa maksud perwalian dan kapan berakhirnya perwalian

4. Apakah hubungan darah merupakan pokok penentuan ahliwaris. Jelaskan berikut dasar
hukumnya
5. Apa maksudnya keluarga sedarah dan hubungan sedarah
6. Bagaimana cara menghitung hubungan darah
7. Jelaskan apa maksudnya hubungan semenda
Mid Semester 16 L1
1. Uraikan Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formal
2. Uraikan Sistematika KUH Perdata dan Uraikan pendapat para ahli terhdap sistematika
tersebut
3. Uraikan orang sebagai subjek hukum dan badan hukum sebagai subjek hukum. Jelaskan
4. Uraika tujuan mendirikan badan hukum
5. Uraikan Tahapan mendirikan badan Hukum
6. Jelaskan maksud pencegahan perkawinan dan mengapa perkawinan dicegah
7. Uraikan akibat dari suatu perkawinan bagi suami istri

8. Apa yang dimaksud dengan perkawinan campuran. Dan bagaimana cara melngsungkan
perkawinan campuran. Jelaskan berikut dasar hukumnya
9. Apa maksud perwalian dan kapan berakhirnya perwalian

10. Apakah hubungan darah merupakan pokok penentuan ahliwaris. Jelaskan berikut dasar
hukumnya
Mid Semester 16 L2
1. Uraikan pengertian hukum perdata dalam arti luas dan dalam arti sempit

2. Uraikan Sistematika KUH Perdata dan Uraikan pendapat para ahli terhdap sistematika
tersebut

3. Apa maksud kewenangan bertindak dalam hukum dan Uraikan hal-hal yang
mempengaruhi kewenangan bertindak dalam hukum
4. Uraikan beberapa teori Badan Hukum
5. Uraikan Cara mendirikan badan hukum
6. Uraikan tujuan dan fungsi pencatatan perkawinan
7. Asas perkawinan adalah monogami. Apakah Monogami dilaksnakan mutlak
8. Syarat perkawinan ada dua yaitu syarat materil dan syarat formil. Uraikan kedua syarat
tersebut
9. Apa maksudnya keluarga sedarah dan hubungan sedarah
10. Bagaimana cara menghitung hubungan darah
BAB V HUKUM BENDA
A.Hukum Benda

• mempersoalkan kebendaan dan hubungan manusia dengan benda,


• Hukum Benda = keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur mengenai benda atau
kebendaan dan hubungannya dengan orang.
1.Sistem hukum benda
Sistem tertutup, maknanya:

• aturan2 hukum kebendaan berlaku mutlak dan memaksa sebagaimana menurut undang2,
dan tdk dpt dibuat penyimpangan melalui kesepakat-an.

• hak kebendaan yg dikenal hanya hak2 kebenda-an yg diatur di dalam perundang-


undangan, tidak dapat dilahirkan (diciptakan) hak kebendaan yang baru selain dengan
undang2.

• menutup kemungkian aturan baru dan


hak2 baru di luar undang2.
2.asas-asas hukum kebendaan

• Asas sistem tertutup,


• Asas memaksa,

• Asas zaaksgevolg, droit de suite atau hak


mengikuti benda,

• Asas publisitas (publikasi)* asas bezit geld als


volkomen titel,
• Asas spesialitas,

• Asas totalitas,
• Asas perlekatan (accessie),
• Asas dapat diserahkan.
asas kebendaan dlm UUPA

• Asas pemisahan horizontal, antara tanah dan benda-benda di atasnya dipisahkan secara
horizontal, sehingga status kepemilikannya terpisah.
• Asas sosial (=fungsi sosial), penggunaan hak-hak atas tanah dilandasi oleh fungsi sosial.
• Asas perlindungan atas golongan ekonomi lemah dan beritikad baik, orang-orang yang
berekonomi lemah dan beritikad baik mendapat perlindungan dari hukum.

• Asas nasionalitas, hanya WNI yang boleh memiliki tanah di Indonesia.


3.Pengertian benda

• Benda=segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang yaitu tiap-tiap barang dan tiap-tiap
hak yang dapat dikuasai oleh hak milik (Psl 499 KUH Perdata).
barang dan hak

• Barang dipahami sebagai benda berwujud (bertubuh), yaitu kebendaan yang dapat dilihat,
diraba karena mengambil wujud tertentu.

• Hak adalah benda tak berwujud. Hak hanya dapat dibayangkan sedangkan wujud fisiknya
tidak dapat dilihat.
4.membeda-bedakan kebendaan

• berdasarkan wujudnya: berwujud/ bertubuh (=barang) dan tak berwujud/ tak bertubuh
(=hak).

• berdasarkan sifatnya: bergerak dan tak bergerak (=tetap).


• berdasarkan pemakaiannya: habis dan tak habis.
Pebedaan lain: implisit

• Ps 616 jo 620 KUH Perd.:benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.


• Ps 1131 KUH Perd.: benda yang sudah ada dan benda yang masih akan ada.
• Ps 1296 KUH Perd.:benda yang dapat dibagi dan benda yang tak dapat dibagi.

• Ps 1332 KUH Perd.:benda yang dapat diperdagangkan dan benda yg tak dapat
diperdagangkan.
Manfaat pembeda-bedaan:

• Dalam hal penyerahan (levering),


• Dalam hal mengikat perjanjian atau kontrak,

• Dalam hal jaminan.


5.kriteria benda tak bergerak

• sifatnya, (Pasal 506)


• peruntukan, penggunaan, atau pemakaiannya (Pasal 507 ),
• fungsinya, (Pasal 507), atau
• keterikatannya dengan benda tak bergerak (Pasal 507),

• ketentuan undang-undang (Pasal 508)


Kriteria benda bergerak

• 1. sifatnya (Ps.509)
• 2. ketentuan undang2 (Ps. 511)
benda bergerak dikategorikan sbg benda tak bergerak

• Benda bergerak yang disatukan dengan tanah (ditancapkan ke dalam tanah),


• Benda bergerak yang terpasang (digunakan) di dalam tanah.
• Benda bergerak yang dilekatkan pada benda tak bergerak.

• Benda bergerak yang digunakan membantu pemakaian benda tak bergerak.


• Benda bergerak yang digunakan sebagai bahan pokok membentuk benda tak bergerak.
benda tak bergerak mjd benda bergerak

• Karena pemisahan. Misal:buah-buah pohon, sebelum dipetik adalah benda tak bergerak,
dan menjadi benda bergerak apabila sudah dipetik; sepeda hasil pabarik, berstatus benda
tak bergerak dan berubah menjadi benda bergerak apabila sudah dikeluarkan dari pabrik
itu,

• Karena perubahan (bentuk atau sifat). Misal kayu tebangan adalah benda tak bergerak,
tetapi apabila sudah dipotong2 berubah menjadi benda bergerak.
B.Hak kebendaan: hak atas benda
• Subekti: suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat
dipertahankan terhadap setiap orang.

• Abdulkadir Muhammad: hak yang memberi-kan kekuasaan langsung atas suatu benda
dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.

• Sri Soedewi M. Sofwan: hak mutlak atas sesuatu benda di mana hak itu memberikan
kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
1.Isi hak kebendaan:

1. Menguasai:
• menikmati, dan
• berbuat bebas.
2.Mempertahankan dari gangguan:

• menuntut,

• menggugat.
2.sifat-sifat umum hak kebendaan

• Hak kebendaan bersifat tertutup,


• Hak kebendaan bersifat absolut (mutlak)

• Hak kebendaan bersifat kekal,


• Hak kebendaan memberi kewenangan yang luas.
• Hak kebendaan mengikuti bendanya (zaaksgevolg, droit de suite),
3.Hbngn.hukum dgn benda(Psl.519):
• kebendaan tanpa pemilik (benda tanpa hak, benda bebas = res nullius),

• kebendaan milik negara, yaitu benda-benda yg dihaki atau menjadi milik negara
(termasuk lembaga/ badan negara),

• kebendaan milik badan kesatuan, yaitu benda-benda yg dihaki atau menjadi milik badan
hukum (badan hukum privat),

• kebendaan milik seseorang, yaitu benda-benda yg dihaki atau dimiliki oleh individu.
Hak2 kebendaan Psl 528.KUH Pdt.
 kedudukan berkuasa (hak menguasai, bezit),
 hak milik (eigendom),
 hak waris,
 hak pakai hasil,
 hak pengabdian tanah,
 hak gadai,
 hak hipotik.
Dalam No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA):
Hak-hak atas tanah: (Pasal 16 ayat (1), …
1. hak milik,
2. hak guna usaha,
3. hak guna bangunan,
4. hak pakai,
5. hak sewa,
6. hak membuka tanah, dan
7. hak memungut hasil hutan,
Atas air dan ruang angkasa (Pasal 16 ayat (2).
1. hak guna air,
2. hak pemeliharaan ikan, dan
3. penangkapan ikan, serta
4. hak guna ruang angkasa.
UU lain terkait hak milik adalah:

1. UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggung-an atas Tanah dan Benda-benda yang
ada di atasnya.
2. UU No. 42 Tahun 1999 tentang Hak Jaminan Fidusia.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) ada 7 yaitu:
1. UU No 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman
2. UU No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
3. UU No 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri
4. UU No 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
5. UU No 14 Tahun 2001 Tentang Hak Paten,
6. UU No 15 Tahun 2001 Tentang Hak Merek, dan
7. UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
1. Bezit = Kedudukan berkuasa

• Psl 529 KUH Perd.:kedudukan seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik
dengan diri sendiri maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang mempertahankan
atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.
• Subekti: keadaan lahir (kenyataan, fakta), di mana seseorang menguasai suatu benda
seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.
Konstruksi bezit:

• Mengusai kebendaan,
• Menikmati dan mempertahankan,
• Bukan miliknya,

• Tetapi milik orang lain yang tidak diketahui,


Ada 2 (dua) macam bezitter:
• bezitter yang beritikad baik dan
• bezitter yang beritikad buruk.
Ada 3 cara memperoleh bezit, yaitu:
a). mengambil,
b). menerima, dan
c). mewarisi.
Bezit akan hapus/berakhir jika:

• dilepaskan sendiri oleh bezitter atas kehendak- nya dengan menyerahkannya kepada
orang lain (Ps 542 jo 543 KUH Perd),

• bezitter nyata-nyata meninggalkan benda bezit dari kekuasaannya (Pasal 544 KUH
Perdata),
• diambil oleh orang lain dan dinikmatinya sampai 1 (satu) tahun tanpa gangguan (Pasal
545 jo 547 KUH Perdata),

• barang bezit musnah (Pasal 545 KUH Perdata),


• dicuri orang lain (Pasal 546 KUH Perdata),atau
dihilangkan Pasal 546 KUH Perdata).
Hak bezitter yg beritikad baik:
• berhak dianggap sebagai pemilik sampai kebendaan itu dituntut kembali oleh pemilik di
pengadilan (jo Psl 1977 KUH Pdt.),
• berhak memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa (Psl 1963 dan Psl 1977 KUH Pdt),
• berhak menikmati segala hasilnya sampai dituntut pengembaliannya di pengadilan,
• berhak untuk dipertahankan dalam kedudukannya apabila ada gangguan, atau
dipulihkan kedudukannya apabila dia kehilangan kedudukan itu.
Hak bezitter yg beritikad buruk:

• berhak dianggap sebagai pemilik sampai bendanya dituntut di pengadilan,


• berhak menikmati segala hasil dari kebendaan dgn kewajiban mengemba-likannya
kepada yang berhak,

• berhak dipertahankan atau dipulihkan kedudukannya bilamana ada gangguan atau


kehilangan bezitnya.
2.Hak Milik (Psl 570 KUH Pdt)

= hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas
terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya,
dan tidak menggangu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan
akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan
dengan pembayaran ganti rugi.

Isi hak milik:


• Menikmati dan berbuat bebas,

Batasan hak milik:


• Undang-undang dan hak orang lain,
Ada kaitan milik dengan kepentingan umum.
Ciri-ciri hak milik

• Hak milik adalah hak induk=hak milik merupa- kan induk dari hak kebendaan lainnya
dan hak perorangan,

• Hak milik adalah hak yang sempurna (lengkap) =hak milik memberi kewenangan dan
kekuasaan yang lengkap,

• Hak milik adalah hak yang kuat =mempunyai kedudukan yg kuat=>hak milik tidak
dapat diganggu-gugat (droit inviolable et sacre) dan tak dapat dicabut/ dihapuskan begitu
saja,

• Hak milik bersifat tetap=hak milik tidak akan lenyap oleh adanya hak lain. Meskipun
lahir hak-hak baru dari hak milik, ia tetap ada.
Cara memperoleh milik

Menurut Psl.584
• pemilikan (pendakuan, pengambilan, toe- eigening),
• perlekatan (natrekking),

• daluarsa (lewat waktu, verjaring),


• pewarisan (erfopvolging),
• penunjukan atau penyerahan (levering).
Cara menurut uu lain:
• Penciptaan atau pembentukan benda (zaaks-vorming).

• Pendaftaran (hak merek) lahir karena mendaf-tarkan pertama kali.


• Menemukan (invensi) penemuan baru (invention) (=hak paten).
• Menghasilkan dan mengumumkan ciptaan (= hak cipta).

• Persatuan harta benda (perkawinan).


• Pembubaran sebuah badan hukum.
Berakhirnya hak milik
• objeknya musnah,

• ditinggalkan oleh pemilik,


• diserahkan kepada orang lain,
• dirampas oleh negara atau dijadikan milik negara.
Penyerahan yg.sah.

• Psl 584 KUH Pdt: 2 syarat:


1.ada dasar penyerahan (titel atau alas dari penyerahan): suatu peristiwa hukum yang menjadi
sumber lahirnya kewajiban menyerahkan dan hak menerima yaitu peristiwa hukum yang
bertujuan untuk memindahkan hak milik.
• 2.dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas atas kebendaan itu, yaitu pemilik. Psl
584 KUH Pdt: 2 syarat:

• Berkaitan dengan asas kebendaan,


Penyerahan

• Shg. kebendaan menjadi objek perikatan,


• Pengertian menurut Subekti:
1. pemindahan penguasaan, dan
2. pemindahan kepemilikan.
Caranya berbeda:

• Menurut jenis/ macam kebendaan,

• Menurut kondisi benda.


Ditentukan pd Psl 612-620 KUH Pdt.

Hak kebendaan yg memberi jaminan:


Piutang/ Tagihan yang Diistimewakan
(=Preferens/=didahulukan)
=Piutang/ tagihan yang memberi keduduk-an didahulukan pelunasannya.
Terdiri dari:

• Hak istimewa (=privilegi),


• Gadai, dan

• Hipotik.
Psl 1131 dan 1132 KUH Perdata
1. Semua harta debitor mjd jaminan atas seluruh utangnya
2. Apbl tidak mampu membayar mk hartanya dijual,
3. Hasil penjualan dibagi2kan kpd kreditor,
4. Menurut perimbangan,
5. Jd tdk ada kreditor yg memperoleh tagihan penuh (lunas).
Jika ingin didahulukan
maka harus ada alasan yg sah
Yaitu: hak istimewa, gadai, dan hipotik.

1. Hak istimewa
• Hak istimewa atau privilegi adalah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada
seorang berpiutang (kreditor) sehingga tingkat nya lebih tinggi dari pada kreditor-kreditor
lainnya semata-mata karena sifatnya piutang (Psl 1134 KUH Pdt).

• Hak istimewa:
1. Hak kreditor (atas benda2 debitor),
2. diberikan oleh undang-undang,
3. karena sifat piutangnya,
4. tingkatnya lebih tinggi (didahulukan).
2 (dua) jenis hak istimewa:

• hak istimewa khusus (= atas benda tertentu; ada 9 macam piutang vide Psl. 1139 KUH
Pdt.), dan

• hak istimewa umum (= atas seluruh benda; ada 7 macam piutang vide Psl. 1149 KUH
Pdt).
2.Gadai (Psl 1150 KUH Pdt.)

• =Suatu hak yang diperoleh seorang kreditor atas suatu barang (benda) bergerak yang
diserahkan kepadanya oleh seorang debitor atau oleh orang lain atas namanya, dan
memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan dari pada kreditor2 lainnya; dengan kekecualian biaya untuk
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan-nya
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Gadai lahir:

• Terlebih dahulu dibuat pinjam-meminjam (perjanjian utang-piutang=perjanjian pinjam


uang).

• Lalu dibuat perjanjian jaminan=>gadai (riil, dikuti penyerahan benda).


Oleh karena itu perjanjian gadai bersifat accessoir, yaitu mengikuti perjanjian utang-piutang
sbgi. perjanjian pokok-nya.
Selama gadai berlangsung:
Perlu diperhatikan:

• Benda gadai harus diserahkan kepada kreditor,


• Benda gadai tidak boleh lepas,
• Harus dirawat,
• Tidak boleh dipakai,
• Sifatnya utuh, tidak dibagi-bagi.
Gadai aktif jika:

• Utang tidak dibayar setelah jatuh tempo,


• Maka kreditor menjual benda gadai,
• Lalu mengambil pelunasan dr hasil penjualan,

• Segera memberitahukan kpd debitor,


• Jika ada sisa, dikembalikan kepada debitor.
• Kurang?, sisa tagihan mjd tagihan konkuren.
Gadai hapus atau berakhir karena:

• perikatan pokoknya yaitu utang piutang telah berakhir, misal- utang tlh dilunasi.
• benda gadai keluar dari kekuasaan kreditor: dilepaskan oleh kreditor atau, dikembalikan
kepada debitor maupun karena hilang.
• benda gadai musnah.
Menjual ?

• Menjual melalui lelang, atau


• Menjual sendiri (parate eksekusi).
3.Hipotik
Psl 1162 KUH Pdt:

• suatu hak kebendaan atas benda2 tak bergerak, untuk mengambil peng-gantian dari
padanya bagi pelunasan suatu perikatan.
Mengikat hipotik:
Diperlukan 3 (tiga) tahap :

• Pertama: membuat perjanjian utang piutang (perjanjian pinjam uang), dengan salah satu
janji bahwa peminjam bersedia menyerahkan kebendaan tak bergerak sebagai
jaminannya.
• Kedua : para pihak menghadap Notaris untuk mengikat perjanjian pembebanan hipotik.
Perjanjian itu dituangkan di dalam sebuah akta sehingga disebut akta hipotik.
• Ketiga : pendaftaran, akta hipotik itu kemudian didaftarkan ke kantor pendaf-taran
hipotik.
Akta hipotik
• Dibuat oleh Notaris,

• Kepalanya: Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa,


• Akta hipotik bersifat executable,

• Memuat jumlah uang yang pasti,


• Akta hipotik harus didaftarkan.
Hal pokok:

• Benda tak bergerak, tidak ada pernyerah-an benda,


• Jd hipotik bersifat konsensual,

• Hipotik bersifat accessoir,


• Hipotik bersifat utuh,
• Mungkin terjadi hipotik ulang,

• Kalau hipotik ulang, urutannya menurut saat pendaftaran.


Hipotik aktif:

• Debitor tidak membayar utang,


• Lalu kreditor mengajukan permohonan lelang.

• Kreditor tidak dapat memiliki benda hipotik.


• Kreditor mengambil pelunasan tagihannya (dr panitia lelang),
• Sisanya (kalau ada) dikembalikan kepada debitor oleh panitia lelang,

• Jika sudah lunas, dilakukan roya. (pencoretan).


Hipotik hapus:

• Utang lunas,
• Hipotik dilepaskan oleh kreditor,

• Penetapan tingkat.
4. Jaminan Fidusia
• UU No.42/1999 ttg Jaminan Fidusia yg dilengkapi dgn PP No. 86/2000 ttg Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

• = Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda. (Psl.1 sub 1 UU JF
Ciri Fidusia:
ada pengalihan kepemilikan,
dasarnya adalah kepercayaan,
benda tetap dikuasai pemiliknya.
Jaminan Fidusia =

• hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan
benda tidak bergerak, khususnya yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam UU No.4/1996 tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur
lainnya.(Psl. 1 angka 2)
Jaminan Fidusia:

• Hak kebendaan yang memberi jaminan

• Ats benda bergerak dan tak bergerak,


• Fidusia sebagai pelengkap hak tanggung-an,
• Jaminan atau agunan utang,

• Memberi kedudukan didahulukan (pre-ferens).


5.Hak Tanggungan

• Sebagai pelaksanaan dari UUPA tersebut dikeluarkanlah UU No. 4/1996 tentang Hak
Tanggungan atas Tanah beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah pada
tanggal 9 April 1996, LN Tahun 1996 No.42.
Hak Tanggungan:

• Hak kebendaan yang memberi jaminan,


• Atas hak-hak tanah,
• Jaminan atau agunan utang,
• Memberi kedudukan didahulukan (preferens).
• Diikat dengan akta hak tanggungn oleh PPAT,

• Akta Hak Tanggungan berkepala: Demi Keadilan Bedasarkan Ketuhanan yang Mahaesa,
• Akta PPAT tsb. mempunyai kekuatan eksekusi (executable).
Objek hak tanggungan adalah:
Menurut Pasal 4 UUHT:

• hak milik,

• hak guna usaha,


• hak guna bangunan.
(= hak2 yang wajib didaftarkan)
Supaya penyerahan sah sbg
Pemindahan hak milik

a. Penyerahan benda bergerak


berwujud (bertubuh).
Mnrt Psl 612 KUH Pdt,

• penyerahan benda bergerak berwujud dilakukan dengan penyerahan nyata.


• Penyerahan benda bergerak berupa barang tumpukan seperti gula, beras, dll, dilakukan
dengan cara menyerahkan kunci dari gedung (bangunan) tempat barang itu ditumpuk.
Penyerahan ini disebut dengan penyerahan simbolis.

• Penyerahan benda bergerak berwujud yang telah lebih dahulu dikuasai oleh orang yang
seharusnya menerima melalui alas hak yang lain, dilakukan dengan pernyataan saja=>
penyerahan tangan pendek (=levering met korte hand = traditio brevu manu).

• Apabila kebendaan itu masih akan dikuasai oleh orang yang menyerahkan, penyerahan
dilakukan dengan pernyataan saja dikuti dengan tindakan tetap menguasai kebendaan itu.
Inilah yang disebut dgn.constitutum possessorum.
b.Penyerahan kebendaan tak berwujud (=hak, tagihan, piutang).
Mrt Pasal 613 KUH Pdt:

• piutang atas nama dan kebendaan se-jenisnya dilakukan dengan cara:cessie,


• piutang atas bawa (atas pembawa) dilakukan dengan penyerahan nyata,
• piutang atas tunjuk, dilakukan dengan cara: penyerahan nyata surat piutangnya disertai
dengan endosemen.
3.Penyerahan benda tak bergerak (benda tetap).
• Psl 616 - 620 KUH Pdt. dilakukan dgn balik nama.
1. Membuat akta penyerahan=>
2. Mengumumkan =>
3. Mencatat dan membukukan,=>
4. Menerbitkan bukti kepemilikan baru.

Soal: Hukum Benda


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Benda dan Hukum Benda
2. Sistem hukum Benda adalah sistem tertutup. Apa mksudnya. Jelaskan

3. Apa yang dimaksud dengan Hak tanggungan dan Uraikan Objek hak tanggungan
yang diatur dalam Pasal 4 UU Tahun 1996 Hak Tanggungan
4. Jelaskan beberapa Asas hukum kebendaan
5. Uraikan Kriteria benda bergerak

6. Jelaskan asas hukum kebendaan dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960


Tentnag Pokok-pokok Paeraturan Agraria (UUPA)

7. Penyerahan benda bergerak berwujud (bertubuh) yang diatur dalam Pasal 612
KUH Perdata

8. Jelaskan Cara Penyerahan benda tak bergerak (benda tetap) yang diatur dalam Psl
616 - 620 KUH Perdata.
BAB VI HUKUM PERIKATAN
A.Sistem pengaturan:
Sistem terbuka=

• membuka kemungkinan menyimpangi aturan2 yang terdapat di dalam KUH Perdata,


dgn.aturan baru yang disepakati, dan

• membuka kemungkinan melahirkan perjanjian2 lain di luar perjanjian bernama.


Konsekuensinya:

• bersifat hukum pengatur atau hukum pelengkap.


Perikatan di dlm KUHPdt
Dibagi dlm 2 (dua ) bagian besar:

I. Ketentuan Umum Perikatan:


• tentang perikatan pada umumnya (Bab I),
• tentang perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian (Bab II),
• tentang perikatan yang lahir dari undang-undang (Bab III),

• tentang berakhirnya perikatan (Bab IV).


II.Perjanjian-perjanjian tertentu, pengaturan tentang perjanjian-perjanjian khusus, yaitu 15
perjanjian (Bab V–XVIII KUH Perdata), yang umumnya adalah jenis perjanjian konvensional,
disebut perjanjian bernama atau perjanjian khusus.

Istilah dan pengertian


• Perikatan = verbintenis (Bahasa Belanda), yang juga diterjemahkan menjadi perutangan.

• Istilah perikatan sudah umum dipakai, dipandang sebagai terjemahan yg paling tepat
sebab perikatan berasal dari kata verbinden yang artinya mengikat.

• Hukum yang mengatur masalah2 perikatan disebut: Hukum Perikatan


(Verbintenissenrecht).

Pengertian Perikatan
Subekti :

• Perikatan adalah hubungan hukum (mengenai harta kekayaan, harta benda) antara dua
orang, yang memberikan hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang
lainnya, sedangkan orang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu.
Pitlo
• Perikatan = suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang atau
lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditor) dan pihak lain berkewajiban
(debitor) atas sesuatu prestasi.

Bbrp unsur di dlm pengertian perikatan:


• unsur hubungan hukum (kewajiban dan hak),
• unsur lapangan harta kekayaan (kebenda-an, urusan, kepentingan),
• unsur pihak-pihak (berpiutang=kreditor dan berutang=debitor),

• unsur suatu hal:menyerahkan (kebenda-an), melakukan (perbuatan) =>prestasi.


B.Sumber Perikatan:
• Psl 1233 KUH Pdt: tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik karena
undang-undang.
Sumber: Perjanjian dan Undang-undang.
• Para ahli: keliru, tidak tepat, dan tidak

lengkap.
Sumber lain:

• Kepatutan/ kepantasan/ itikad baik.


• Putusan hakim

C. Objek Perikatan:
• Dlm bhs.hukum, objek perikatan disebut dgn prestasi, yaitu sesuatu yang menjadi hak
atau kewajiban para pihak.

• Objek perikatan atau prestasi itu = hal yang menjadi pokok atau isi dari hubungan
hukum itu.
Wujud Prestasi:

Psl 1234 KUH Pdt:


• Memberikan (menyerahkan) sesuatu (iets te geven),
• Berbuat (melakukan) sesuatu (iets te doen),

• Tidak berbuat (tidak melakukan) sesuatu (niet te doen).


Syarat Prestasi:
• Objek atau prestasi dari perikatan itu adalah sesuatu yang bernilai uang atau dapat
dinilai dengan uang, di mana kreditor mempunyai kepentingan di dalamnya. (syarat
umum).

Syarat Khusus:
• Bendasudah tertentu atau dapat ditentukan,
• Perbuatanmungkin terlaksana,
• Benda+perbuatansah,

• kreditor mempunyai kepentingan atas prestasi .

D.Wanprestasi

• Perikatan tidak dipenuhi


 : I. sengaja atau lalai  wanprestasi -
(ada kesalahan) ganti kerugian

II. terhalang oleh peristiwa-->keadaan memaksa (tidak ada kesalahan)


pembebanan risiko.

• Wanprestasi adalah suatu keadaan di mana debitor tidak memenuhi kewajibannya


dengan baik, karena sengaja atau lalai, sehingga kreditor kehilangan haknya.
Bentuk wanprestasi: 3 macam
Secara teoretis, wanprestasi dapat dibedakan:

• sama sekali tidak berprestasi,


• berprestasi tetapi tidak sempurna, dan

• terlambat memenuhi prestasi.


UkuranKewajiban
• Ada 2 jenis berdasarkan urutan pemenuhan:
- kewajiban pokok, dan
- kewajiban pendahuluan (kewajiban
preparatoir, kewajiban persiapan).

• Dilihat dari sumber, ada 2 macam:


• kewajiban kontraktual, dan
• kewajiban hukum.

Exeptio non adimpleti contractus


• kedua belah pihak sama2 memenuhi kewajiban-nya, dan sama2 menerima haknya (Asas
kese-imbangan)

• Karena itu tidak logis apabila salah satu pihak menuntut pihak lain wanprestasi sementara
pihaknya sendiripun wanprestasi.
• Alasan atas dasar ini dsbt.: Exeptio non ad-impleti contractus.

Rechtsverwerking
• rechtsverwerking =atau pelepasan hak.
=sikap dari kreditor, baik berupa pernyataan tegas maupun diam-diam, bahwa dia tidak
menuntut lagi haknya.

• Artinya debitor mengetahui bahwa kreditor telah melepaskan haknya atas prestasi itu=>
debitor tdk memenuhi.

Ganti kerugian
Upaya Hukum Kreditor (Psl 1267 KUH Pdt):
 menuntut pemenuhan kembali prestasi,
 menuntut pembatalan perjanjian (kontrak)/ perikatan timbal balik,
 menuntut penggantian kerugian,
 menuntut pemenuhan kembali prestasi disertai dengan ganti kerugian,
 menuntut pembatalan perjanjian/ perikatan timbal disertai ganti kerugian.
Unsur dan bentuk ganti kerugian

• Unsur: biaya, rugi, dan bunga. (Lih. Psl 1236 jo Psl 1239 KUH Pdt.dst.)
• Bentuk ganti kerugian:
1. uang,
2. barang (innatura), dan
3. pemulihan kepada keadaan semula (perbaikan).

Menghitung ganti kerugian


Pedoman (Psl 1246–1250 KUH Pdt):
• terdiri dari rugi yg diderita dan untung yg sedianya akan diperoleh (=bunga),
• terdiri dari kerugian nyata,

• terdiri dari kerugian yg dapat diduga,


• terdiri dari kerugian yg merupakan akibat langsung dr peristiwa wanprestasi,
• sebesar kerugian yang diperjanjikan,

• ganti kerugian berupa bunga adalah bunga yg ditetapkan oleh undang2.


Kesimpulan:

• Tidak dapat menuntut ganti kerugian sebesar-besarnya atau sekecil-kecilnya,


• Tetapi upaya memulihkan keadaan.
Keadaan Memaksa (force majeure)
KUH Perdata menyebut berbeda2:
• keadaan memaksa, dan kejadian tak disengaja (Psl 1245 KUH Pdt),

• hal yang tak terduga (Psl 1244 KUH Pdt),


• hal yang tidak dapat disingkiri (Psl 1708 KUH Pdt).
Pengertian:
• Setiawan: keadaan memaksa = suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya
persetujuan, yang menghalangi debitor untuk memenuhi prestasinya, di mana debitor
tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko serta tidak dapat
menduga pada waktu persetujuan dibuat.
• Atau dapat kita rumuskan: suatu keadaan yang ditimbulkan oleh terjadinya suatu
peristiwa di luar kesalahan yang sedemikian rupa kejadiannya sehingga menghalangi
debitor memenuhi kewajibannya.
unsur ada 5:

• ada peristiwa yang menimbulkan per-ubahan pada keadaan,

• peristiwa itu tak terduga,


• peristiwa itu di luar kesalahan debitor,
• peristiwa itu di luar kekuasaan debitor,

• peristiwa itu menghalangi debitor untuk memenuhi perikatannya.


Risiko
• Persoalan risiko adalah persoalan tentang siapa yang harus menanggung kerugian karena
timbulnya keadaan memaksa itu.
=pembebanan kerugian di luar kesalahan.
• Ajaran dasar risiko setiap orang menanggung kerugian pada miliknya (= risiko
ditanggung pemilik ).
Dalam KUH Perdata:

• tanggungan = menanggung (Psl 1237 KUH Pdt).


• hapuslah perikatannya, (Psl 1444 KUH Pdt),

• perikatan gugur (Psl 1553 KUH Pdt), dan sebagainya.


=>diatur secara sporadis, tersebar di beberapa tempat terpisah.
ada 2 (dua) cara pengaturan mengenai risiko:

• risiko pada perikatan sepihak,


• risiko pada perikatan timbal balik.
Penerapan ajaran risiko
• Psl. 1237 KUH Pdt.= pd. Kreditor = pemilik.

• Pasl 1553 KUH Pdt. perikatan gugur, hapus. sama-sama menanggung risiko.
Peralihan risiko:

• Mrt Psl 1237 KUH Pdt: kelalaian debitor akan menyebabkan beralihnya risiko dari
kreditor kepada debitor,

• cacat barang, yaitu cacat tersembunyi mjd. cacat yg kelihatan. (Psl 1491 jo 1504, 1505
KUH Pdt),

• Melalui perjanjian (Psl.1493 KUH Pdt).

E.Macam/ jenis perikatan:


1. Jenis2 perikatan yg dpt disimpulkan dr pengaturan KUH Pdt:
• Psl 1233 KUH Pdt: perikatan yang lahir dari perjanjian, dan perikatan yang lahir dari
undang-undang.

• Psl 1234 KUH Pdt: perikatan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan
untuk tidak berbuat sesuatu.

• 2. Jenis perikatan yg disebutkan KUH Pdt:


• a. Perikatan bersyarat, (=>tangguh, batal)
• b. Perikatan dengan ketetapan waktu,

• c. Perikatan manasuka/boleh pilih =


• alternatif,
• d. Perikatan tanggung renteng=tanggung

• menanggung (solider)=> pasif, dan aktif.


• e. Perikatan yang dapat dibagi2 dan tak
• dapat dibagi2,

• f. Perikatan dengan ancaman hukuman.

Mnrt para ahli:


• perikatan perdata dan perikatan alamiah,
• perikatan pokok dan perikatan tambahan,

• perikatan primer dan perikatan sekunder,


• perikatan sepintas dan perikatan berkelanjutan (perikatan yang membutuhkan waktu),
• perikatan positif dan perikatan negatif,

• perikatan sederhana dan perikatan kumulatif,


• perikatan fakultatif dan perikatan alternatif,
• perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi,
• perikatan atas hasil dan perikatan atas usaha.
Perikatan yg lahir dr perjanjian:

• Perikatan yg lahir dari perjanjian =perikatan2 yg dilahirkan atas dasar kehendak para
pihak yg berjanji=>perikatan yg sengaja dibuat oleh para pihak dengan jalan perjanjian
untuk menciptakan keterikatan di antara mereka.

• Perjanjian adalah peristiwa hukum=perbuatan mengikatkan diri.


• Perjanjian harus merupakan suatu peristiwa hukum yang sah=memenuhi persyaratan
yang ditentukan oleh hukum.

Membuat perjanjian:
Syarat mnrt Pasal 1320 KUH Pdt:
• sepakat mereka yg mengikatkan dirinya,= di antara para pihak harus ada persesuaian
kehendak, kehendak yang sah (tidak cacat) (vide Psl 1321 KUH Pdt)

• kecakapan untuk membuat suatu perikatan, =para pihak cakap bertindak dalam hukum
(vide Psl 1329 dan 1330 KUH Pdt).

• suatu hal tertentu=>sesuatu adl.yg.bernilai uang; tertentu: ditentukan spesifikasi,


sekurang2-nya mengenai jenisnya (Psl.1332 KUH Pdt).,

• suatu sebab yg halal atau suatu maksud/ tujuan yg sah (Psl.1335, 1337 KUH Pdt).

Sejumlah asas perjanjian:


• asas kebebasan berkontrak (freedom of making contract) = Pasal 1338 KUH Perdata,
• asas kehendak bebas, = membuat perjanjian harus didasari oleh kehendak atau kemauan
yang bebas,

• asas konsensual, = perjanjian dibuat atas dasar kesepakatan (konsensus) dari para pihak
yang terkait.

• asas pacta sunt servanda = janji itu mengikat sehingga harus ditepati, dipenuhi.
• Dll.
Perikatan yg lahir dari undang2:

• yaitu perikatan atau hubungan hukum antara seorang dengan orang lain yang lahir
karena ketentuan (kehendak) undang-undang, tanpa mempersoalkan kehendak para
pihak.
Ada 4 jenis:

1. Zaakwaarneming (pengurusan kepen-tingan orang lain secara sukarela), Psl 1354 KUH
Pdt, dst.= seorang yg memulai terikat untuk meneruskan atau menyelesaikan…

2. Pembayaran tanpa utang (tanpa kewajiban), Psl 1359 (1) jo 1360 KUH Pdt, dst.=
penerima terikat untuk mengembalikan...
3. 3. Pemenuhan perikatan alam (perikatan bebas), Psl 1359 (2) KUH Pdt, dst.=

4. orang yang memberi terikat untuk membiarkannya pada orang lain.


5. 4. Perbuatan melawan hukum, Psl 1365 KUH Pdt, dst.=pelaku terikat untuk
mengganti kerugian yang timbul...
F.Perikatan hapus karena:
Mnrt. Pasal 1381 KUH Pdt:
 karena pembayaran=penemuhan.

 karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan/penitipan


(konsignatie= konsinyasi),
 karena pembaharuan utang=pembaruan perikatan=novasi,
 karena perjumpaan utang=kompensasi,
 karena percampuran utang=percampuran kedudukan,
 karena pembebasan utang (rechtsverwer-king),
 karena musnahnya barang terutang,
 karena pembatalan,
 karena berlakunya syarat batal, dan
 karena lewat waktu (daluarsa).
Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perikatan
2. Pengaturan Hukum Perikatan mengandung sistem terbuka, apa maksudnya? Jelaskan
3. Jelaskan Wujud Prestasi
4. Jelaskan Sumber Hukum perikatan Berikut Dasar Hukumnya
5. Uraikan 4 jenis perikatan yang lahir karena Undang-Undang

6. Uraikan dengan Jelas syarat sah nya suatu perjanjian berikut Pasal pendukung dengan
contoh
7. Uraikan dengan Jelas tentang hapus nya Perikatan
8. Uraikan sejumlah Asas Perjanjian dalan hukum Perdata
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 16 L1
I. HUKUM BENDA
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Benda dan Hukum Benda
2. Sistem hukum Benda adalah sistem tertutup. Apa mksudnya. Jelaskan

3. Apa yang dimaksud dengan Hak tanggungan dan Uraikan Objek hak tanggungan yang
diatur dalam Pasal 4 UU Tahun 1996 Hak Tanggungan
4. Jelaskan beberapa Asas hukum kebendaan
II. HUKUM PERIKATAN
1. Uraikan 4 jenis perikatan yang lahir karena Undang-Undang

2. Uraikan dengan Jelas syarat sah nya suatu perjanjian berikut Pasal pendukung dengan
contoh
3. Uraikan dengan Jelas tentang hapus nya Perikatan
4. Uraikan sejumlah Asas Perjanjian dalan hukum Perdata
III. HUKUM WARIS:
1. Agar terjadi Pewarisan harus memenuhi 3 syarat. Jelaskan ketiga syarat tersebut
2. Jelaskan siapa yang menjadi ahli waris
3. Uraikan 4 golongan ahli waris
4. Jelaskan alasan mengapa ahli waris Tidak mendapat warisan.
IV. Uraikan tugas makalah saudara
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 16 L2
I. HUKUM BENDA:
1. Uraikan Kriteria benda bergerak

2. Jelaskan asas hukum kebendaan dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 Tentnag
Pokok-pokok Paeraturan Agraria (UUPA)

3. Penyerahan benda bergerak berwujud (bertubuh) yang diatur dalam Pasal 612
KUH Perdata
4. Jelaskan Cara Penyerahan benda tak bergerak (benda tetap) yang diatur dalam Psl 616
- 620 KUH Perdata.
II. HUKUM PERIKATAN:
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perikatan
2. Pengaturan Hukum Perikatan mengandung sistem terbuka, apa maksudnya? Jelaskan
3. Jelaskan Wujud Prestasi
4. Jelaskan Sumber Hukum perikatan Berikut Dasar Hukumnya
III. HUKUM WARIS:
1. Apa akibat hukum terjadinya peristiwa meninggal terhadap harta benda-nya,
2. Siapa yang berhak menerima peralihan harta yang ditinggalkan,
3. Bagaimana cara peralihan harta benda yang ditinggalkan,
4. Apa akibat hukum dari peralihan itu terhadap penerima maupun pihak ketiga.
IV. Uraikan tugas makalah saudara
BAB VII HUKUM WARIS
Pewarisan:
• =persoalan tentang peralihan harta kekayaan (harta benda) yang ditinggalkan orang
yang meninggal dunia dan akibat-akibat hukum yang ditimbulkan peralihan ini bagi para
penerimanya.

• Mjd salah satu cara perolehan hak milik.


• Diatur oleh hukum=> Hukum Waris.
1.Pengertian/ definisi:

P i t l o:
• Hukum Waris adalah kumpulan peraturan, yg mengatur hukum mengenai kekayaan krn
wafatnya seseorang: yaitu mengenai pemindah-an kekayaan yg ditinggalkan oleh si mati
dan akibat dari pemindahan ini bagi orang2 yg memperolehnya, baik dalam hubungan
antara mereka dgn mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.

Gregor van der Burght


• Hukum Waris adalah himpunan aturan, yang mengatur akibat-akibat hukum harta
kekayaan pada kematian: peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan orang yang
meninggal dunia dan akibat-akibat hukum yang ditimbulkan peralihan ini bagi para
penerimanya, baik dalam hubungan dan perimbangan di antara mereka satu dengan yang
lain, maupun dengan pihak ketiga.
Efendi Perangin,

• Hukum Waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang
ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya.

Ahmad Rofiq
• Hukum Kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
waris dan berapa bagiannya masing-masing.
Beberapa hal pokok

• Apa akibat peristiwa meninggal terhadap harta benda-nya,


• Siapa yang berhak menerima peralihan harta yang ditinggalkan,
• Bgmn cara peralihan harta benda yang ditinggalkan,
• Apa akibat hukum dari peralihan itu terhadap penerima maupun pihak ketiga.
Pengaturan dlm KUH Pdt.
1. Pewarisan karena kematian:
a. Ketentuan Umum
b. Pewarisan para keluarga sedarah yang
sah, dan suami atau isteri yg hidup
terlama,
c. Pewarisan dalam hal adanya anak luar
kawin,
2. Surat Wasiat,
3. Hak Memikir, Menerima, dan Menolak warisan,
4. Pemisahan Harta Peninggalan (=pembagian),
5. Harta peninggalan yg tak terurus.

Supaya terjadi pewarisan


• harus dipenuhi 3 syarat:
1. ada orang yang meninggal dunia=pewaris;

2. ada harta kekayaan yang ditinggalkan= harta peninggalan=harta


warisan=warisan, boedel waris;
3. ada sanak saudara yang ditinggalkan dan masih hidup=ahli waris=waris.

2.Ahli waris berhak


 keluarga sedarah dan suami/isteri yg hidup terlama.

• memperjuangkan atau mempertahankan hak warisnya (Psl.834 ayat (1),


• menuntut penyerahan harta warisan (Psl. 834 ayat (2),

• menuntut pengembalian bagian dari harta warisan yg berada di tangan orang lain=
hereditatis petitio (Psl.834 ayat (3).

Yg.mjd.Ahli waris:
1.Mrt.Undang-undang (Psl 832 KUH Pdt, Psl 836 jo Psl 2 KUH Pdt).

• seluruh keluarga sedarah dr.si meninggal (pewaris), baik sah maupun luar kawin,
• suami atau isteri,
mereka telah lahir dan masih hidup; termasuk janin dalam kandungan.
2.Mrt Wasiat, org2 yg disebut dlm surat wasiat (Psl.874 KUH Pdt dan Psl 875 KUH Perdata).
4 golongan sebagai berikut:
Ahli waris Golongan I :
a. suami/ isteri,
b. anak-anak, dan
c. keturunan anak-anak;
Ahli waris Golongan II :
a. orang tua (bapak dan atau ibunya),
b. saudara, dan
c. keturunan saudara,

Ahli waris Golongan III :


a. kakek dan atau nenek, dari pihak bapak dan pihak ibu,
b. orang tua dari kakek dan nenek,
c. dan seterusnya ke atas,

Ahli waris Golongan IV:


a. paman dan bibi, baik dr. pihak ibu maupun bapak,
b. keturunan dari paman dan bibi sp. derajat 6.
c. saudara dari kakek dan nenek, dan keturunan-nya sp. derajat 6.
Tidak mendapat warisan karena:

1. AW dinyatakan tidak patut,


2. AW menolak warisan,
3. AW terkena peringkat golongan.
Tidak patut (onwardig):
Mnrt Psl 838 KUH Pdt:

• mereka yg tlh dihukum krn.dipersalahkan membunuh atau mencoba membunuh pewaris,


• mereka yg dengan putusan hakim dipersalahkan memfitnah pewaris ttg.suatu tindak
pidana yg diancam hukuman penjara 5 thn atau lebih,

• mereka yg dgn kekerasan tlh mencegah pewaris membuat atau mencabut wasiatnya,
• mereka yg tlh.menggelapkan, merusak, atau memalsukan wasiat pewaris.
Akibat tak patut:

• 1. dikecualikan dr pewarisan,

• 2. wajib mengembalikan bagian dr


warisan yang dikuasainya.
3.Dua cara pewarisan

 Pewarisan menurut undang2 (pewarisan ab intestato)=pewarisan yg berlangsung mnrt


ketentuan undang2 di mana setiap ahli waris mendapat bagiannya masing2 mnrt undang2,

 Pewarisan menurut wasiat (pewarisan testamenter)=pewarisan yg berlangsung sesuai


dgn ketentuan surat wasiat. Wasiat =>pengecualian terhadap ketentuan undang2.
Pewarisan menurut UU
Prinsip umum pewarisan:

a.Semua ahli waris sama tanpa membedakan jenis kelamin dan kelahiran lebih dahulu (prinsip
non-diskriminasi).

b.Ahli waris golongan terdekat menghalangi ahli waris golongan yg lebih jauh, sehingga
golongan yg terhalang tidak mendapat warisan.(prinsip kedekatan).

c. Semua ahli waris terpanggil menjadi ahli waris dan mendapat warisan karena dirinya sendiri
(prinsip personal).
Pewarisan mnrt wasiat:
Ada 2 cara:

• mengangkat mjd ahli waris untuk sebagian atau seluruh harta warisan. Misal:X diangkat
untuk mewarisi ½ dari harta warisan. =>pengangkatan ahli waris=erfstelling. Kedudukan
ahli waris ini sama dgn ahli waris abintestato.

• mengangkat ahli waris dgn menunjuk kebendaan tertentu sbg bagiannya. Misal
mengangkat Y sebagai ahli waris atas sebidang tanah dan rumah di jalan Z. Disebut
hibah wasiat =legaat. Ahli waris ini tidak ikut bertanggungjawab atas utang2 pewaris.
4.Pembagian Warisan
Kapan dibagi? Psl 1066 KUH Pdt:

• ahli waris tidak dapat dipaksa menerima harta warisan dlm keadaan tak terbagi,
• pembagian warisan sewaktu2 dapat dituntut,

• penundaan dapat dilakukan atas perse-tujuan bersama utk waktu paling lama 5 (lima)
tahun.
Bgmn. pembagian? Mnrt ketentuan UU dan wasiat.
 Memastikan siapa ahli waris yg berhak menerima warisan.
 Perlu diperhatikan seorang ahli waris mungkin tidak memperoleh warisan karena:
1. karena ahli waris ybs terhalang akibat ketentuan golongan atau perderajatan;
2. karena ahli waris ybs dinyatakan tidak patut (onwaardig)
3. karena ahli waris ybs menolak warisan;
4. karena ahli waris ybs dipecat melalui wasiat.
 Memastikan ada tidaknya wasiat
 Mengumpulkan aktiva
 Menghitung passiva
 Membayar utang-utang.
 Menyerahkan bagian dr aw. testamenter.
 Membagi sisa harta di antara aw ab intestato.
Pergantian tempat

• Kesempatan kepada a.w yg belum berhak untuk menggantikan yg berhak bersama-sama


dengan yg. lain menjadi ahli waris. Misal: cucu menggantikan kedudukan bapaknya
mewaris bersama dgn saudara bapaknya.

• Mereka mewaris bukan karena diri sendiri tetapi karena mengganti kedudukan bapaknya.
3 (tiga) peristiwa pergantian

• Pasal 889, 891 dan 892 KUH Pdt:


1. pergantian karena meninggalnya terlebih dahulu ahli waris, yaitu seorang anak
atau seorang keturunan yg lebih lanjut dari pewaris.
2. pergantian karena meninggalnya ahli waris yg berupa keturunan dari saudara
pewaris,
3. pergantian karena meninggalnya ahli waris yg lebih jauh dalam garis
menyimpang.
Pewarisan anak luar kawin

• Alk. mempunyai kesempatan mewaris-> sudah disahkan/ diakui sah.


• pewarisan alk. berbeda dgn pewarisan anak sah (sudah sah  tidak otomatis).
Dasar: Psl 285 KUH Pdt

• pengakuan yg dilakukan sepanjang perkawinan oleh suami atau isteri atas kebahagiaan
anak luar kawin, yg sebelum kawin olehnya diper-buahkan dgn seorang lain dari pada
isteri atau suaminya tidak boleh merugikan isteri atau suami itu dan anak2 yg lahir dari
perkawinan itu.
• bagian dari isteri/ suami dan anak2 sah tidak boleh berkurang dengan adanya alk. itu.
• Dengan kata lain, di sini alk. itu tidak mewaris.
Alk yng mjd AW:

• Alk. yang diakui sebelum perkawinan atau sesudah perkawinan bubar.


Kesimpulan:

• Tidak selamanya alk. berkesempatan mewaris.


• Jika alk. berkesempatan mewaris, perolehannya berbeda dr anak sah,
• yt. alk. mendapat bagian sesuai dgn posisinya dgn golongan berapa bersama-sama
mewaris.
perolehan anak luar kawin
Psl 863 dan 865 KUH Pdt:

• Alk. yg mewaris bersama dgn golongan I memperoleh sepertiga dari bagian yang
diperolehnya seandainya dia anak sah.

• Alk. yg mewaris bersama dgn golongan II dan atau III memperoleh setengah dari harta
warisan, dan

• Alk. yg mewaris bersama dengan golongan IV memperoleh tigaperempat dari harta


warisan.

• jika alk. yg mewaris tanpa ahli waris lainnya, memperoleh seluruh harta warisan.
5.Harta Warisan tak terurus
Psl 1126 KUH Pdt:
• Jika suatu warisan terbuka tetapi tidak ada seorangpun ahli waris, atau ada ahli waris
tetapi semua menolak =harta warisan tidak terurus dan jatuh kepada negara. (jo Psl.832
KUH Pdt).,

• untuk mencegah perebutan atas harta warisan tersebut.


• Negara mendirikan Balai Harta Peninggalan (BHP) yg bertugas untuk melakukan
pengurusan atas harta peninggalan itu.

• BHP dgn tanpa menunggu perintah hakim, wajib mengurus harta warisan itu: mem-
bayarkan segala utang2 pewaris sejauh harta warisan masih cukup untuk itu.
tindakan pengurusan oleh BHP:
1. membuat pemanggilan yg ditujukan kepada ahli waris,
2. mencatat slrh kekayaan, utang dan piutang pewaris,
3. membayar utang-utang pewaris,
4. melaporkan pelaksanaan tugas ini kepada kejaksaan negeri setempat,
5. sisa harta warisan (jk ada) disetorkan ke kas negara.
SOAL HUKUM PERDATA
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Waris dan Pewarisan

2. Jelaskan ada Dua cara pewarisan Pewarisan menurut undang2 (pewarisan ab


intestato) dan Pewarisan menurut wasiat (pewarisan testamenter). Jelaskan
3. Apa akibat peristiwa meninggal terhadap harta benda-nya
4. Siapa yang berhak menerima peralihan harta yang ditinggalkan
5. Bgmn cara peralihan harta benda yang ditinggalkan
6. Apa akibat hukum dari peralihan itu terhadap penerima maupun pihak ketiga.
7. Bagaimana Pembagian warisan menurut ketentuan UU dan menurut wasiat
8. Siapa ahli waris yg berhak menerima warisan.
9. Jelaskan 4 Golongan Ahli waris.
10. Apa alasan seorang ahli waris tidak memperoleh warisan. Jelaskan

11. Jelaskan Ahli Waris yang di atur dalam Psl 832 KUH Perdata, Psl 836 KUH
Perdata jo Psl 2 KUH Perdata.
Soal:
I. HUKUM BENDA:
1. Uraikan Kriteria benda bergerak

2. Jelaskan asas hukum kebendaan dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960


Tentnag Pokok-pokok Paeraturan Agraria (UUPA)

3. Penyerahan benda bergerak berwujud (bertubuh) yang diatur dalam Pasal 612
KUH Perdata

4. Jelaskan Cara Penyerahan benda tak bergerak (benda tetap) yang diatur dalam Psl
616 - 620 KUH Perdata.
II. HUKUM PERIKATAN:
1. Jelaskan Sumber Hukum perikatan Berikut Dasar Hukumnya
2. Uraikan 4 jenis perikatan yang lahir karena Undang-Undang
III. HUKUM WARIS:
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Waris dan Pewarisan
2. Jelaskan ada Dua cara pewarisan Pewarisan menurut undang2 (pewarisan ab
intestato) dan Pewarisan menurut wasiat (pewarisan testamenter). Jelaskan
3. Apa akibat peristiwa meninggal terhadap harta benda-nya
4. Siapa yang berhak menerima peralihan harta yang ditinggalkan
5. Bgmn cara peralihan harta benda yang ditinggalkan
6. Apa akibat hukum dari peralihan itu terhadap penerima maupun pihak ketiga.

SOAL:
I. HUKUM BENDA:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Benda dan Hukum Benda
2. Sistem hukum Benda adalah sistem tertutup. Apa mksudnya. Jelaskan

3. Apa yang dimaksud dengan Hak tanggungan dan Uraikan Objek hak tanggungan
yang diatur dalam Pasal 4 UU Tahun 1996 Hak Tanggungan
4. Jelaskan beberapa Asas hukum kebendaan
II. HUKUM PERIKATAN
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perikatan

2. Pengaturan Hukum Perikatan mengandung sistem terbuka, apa maksudnya?


Jelaskan
3. Jelaskan Wujud Prestasi
III. HUKUM WARIS:
1. Bagaimana Pembagian warisan menurut ketentuan UU dan menurut wasiat
2. Siapa ahli waris yg berhak menerima warisan.
3. Jelaskan 4 Golongan Ahli waris.
4. Apa alasan seorang ahli waris tidak memperoleh warisan. Jelaskan

5. Jelaskan Ahli Waris yang di atur dalam Psl 832 KUH Perdata, Psl 836 KUH
Perdata jo Psl 2 KUH Perdata.

Anda mungkin juga menyukai