Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam

kegiatan ekonomi. Semakin banyak dan semakin besarnya nilai transaksi serta risiko,

dibutuhkan adanya sistem pembayaran dan alat pembayaran yang cepat, lancar dan aman.

Keberhasilan sistem pembayaran akan dapat mendukung perkembangan sistem keuangan dan

perbankan. Adanya mekanisme sistem pembayaran yang dapat berjalan dengan lancar akan

berpengaruh terhadap maju-mundurnya ekonomi suatu negara.

Bank Indonesia merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang bersifat

independen dan memiliki tujuan tunggal yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah.

Dalam tujuan tunggal tersebut terkandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah

terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi serta kestabilan nilai mata uang

rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Dalam

rangka mencapai tujuan tunggalnya, Bank Indonesia memiliki beberapa Kantor perwakilan

yang tersebar di pulau-pulau di Indonesia, salah satunya adalah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara yang merupakan Kantor Bank Indonesia yang berada di

Kota Medan.1

Selanjutnya dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, Bank Indonesia menerapkan

prinsip akuntabilitas dan transparansi melalui penyampaian informasi kepada masyarakat luas

secara terbuka melalui media massa setiap awal tahun mengenai evaluasi pelaksanaan

kebijakan moneter, dan serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran

1
www.bi.go.id

1
moneter pada tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis

kepada Presiden dan DPR sesuai dengan amanat Undang-Undang.

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan sistem pembayaran

dalam transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem

pembayaran menggeser peranan uang tunai sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk

pembayaran non tunai yang yang lebih efisien dan ekonomis.

Pembayaran non tunai umumnya dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai

alat pembayaran melainkan dengan cara transfer antar bank ataupun transfer intra bank

melalui jaringan internal bank sendiri. Selain itu pembayaran non tunai juga dapat dilakukan

dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran, misalnya dengan menggunakan kartu

ATM, kartu debit, dan kartu kredit. Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan

tingkat persaingan bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank

untuk semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai

berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card

payment) yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global.

Berbagai kemudahan serta keragaman layanan sistem pembayaran yang diikuti

dengan peningkatan transaksi dalam jasa sistem pembayaran tersebut tentunya membawa

konsekuensi tidak saja bagi konsumen namun juga bagi penyelenggara maupun otoritas di

bidang sistem pembayaran. Konsumen menginginkan adanya informasi yang akurat dan jelas

mengenai manfaat dan risiko mengenai jasa sistem pembayaran.

Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) membentuk divisi khusus untuk melindungi

konsumen terkait sistem pembayaran, yaitu Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Rupiah, yang didalamnya terdapat Fungsi Analisis Sistem Pembayaran dan PUR serta

Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen (FASPPURKIPK). Fungsi ini bertugas untuk

memberikan edukasi, konsultasi dan fasilitasi bagi konsumen yang memanfaatkan jasa sistem

2
pembayaran. Sejumlah instrumen yang masuk dalam jasa sistem pembayaran adalah

pemindahan atau penarikan dana, kegiatan transfer dana, alat pembayaran menggunakan

kartu (APMK) termasuk kartu kredit dan kartu ATM/debet, uang elektronik serta penyediaan

atau penyetoran uang rupiah. 2

Perlindungan konsumen bagi pengguna jasa sistem pembayaran ini telah tertuang

dalam aturan yang baru diterbitkan BI Nomor 16/1/PBI/2014 tanggal 21 Januari 2014 tentang

Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran yang berisikan:3

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan dalam rangka melengkapi pengaturan

mengenai perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang saat ini tersebar dalam

beberapa ketentuan Bank Indonesia agar menjadi komprehensif dan lebih mencerminkan

prinsip-prinsip perlindungan konsumen. Dengan adanya peraturan yang lebih

komprehensif diharapkan dapat membantu setiap konsumen pengguna jasa sistem

pembayaran seperti pemegang kartu kredit atau ATM/debet untuk memahami hak dan

kewajibannya sebagai konsumen jasa sistem pembayaran.

2. Ruang lingkup pengaturan PBI ini mencakup perlindungan konsumen dalam kegiatan

jasa Sistem Pembayaran yang meliputi:

a) Penerbitan instrumen pemindahan dana dan/atau penarikan dana;

b) Kegiatan transfer dana;

c) Kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu;

d) Kegiatan uang elektronik;

e) Kegiatan penyediaan dan/atau penyetoran uang Rupiah; dan

f) Penyelenggaraan Sistem Pembayaran lainnya yang akan ditetapkan dalam ketentuan

Bank Indonesia.

2
www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran

3
UU No.16/1/PBI/2014

3
3. Prinsip Perlindungan Konsumen yang diterapkan dalam memberikan perlindungan

kepada Konsumen Jasa Sistem Pembayaran meliputi:

a) Keadilan dan keandalan;

b) Transparansi;

c) Perlindungan data dan/atau informasi Konsumen; dan

d) Penanganan dan penyelesaian pengaduan yang efektif.

4. PBI ini mengatur hak, kewajiban, dan larangan bagi Penyelenggara dalam melakukan

kegiatan Sistem Pembayaran, antara lain sebagai berikut:

a) Hak Penyelenggara

1. Memastikan itikad baik Konsumen; dan

2. Mendapatkan informasi dan/atau dokumen mengenai Konsumen yang akurat,

jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.

b) Kewajiban Penyelenggara

1. Memberikan kesetaraan akses kepada Konsumen;

2. Memiliki mekanisme dan prosedur pemberian layanan akses, termasuk

mekanisme dan prosedur pemberian layanan akses kepada Konsumen

berkebutuhan khusus;

3. Memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Konsumen jika

akan memberikan jasa Sistem Pembayaran yang berdampak biaya bagi

konsumen;

4. Memiliki pedoman penetapan biaya untuk menetapkan biaya secara wajar;

5. Menyediakan sistem yang andal dalam menyelenggarakan kegiatan jasa Sistem

Pembayaran;

6. Bertanggungjawab kepada Konsumen atas kerugian yang timbul akibat

4
kesalahan pengurus dan pegawai Penyelenggara;

7. Memberikan informasi dan manfaat, risiko, dan konsekuensi bagi Konsumen

atas penggunaan jasa Sistem Pembayaran;

8. Menyediakan sarana yang memudahkan Konsumen memperoleh informasi;

9. Menjaga kerahasiaan data dan informasi Konsumen;

10. Memiliki dan melaksanakan mekanisme penanganan pengaduan bagi

konsumen;

11. Memiliki kerja atau fungsi yang menangani dan menyelesaikan pengaduan yang

diajukan Konsumen;

12. Memiliki sistem pengawasan aktif bagi direksi atau pengurus dalam rangka

perlindungan Konsumen;

13. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait dengan penerapan

Perlindungan Konsumen yang dilakukan.

c) Larangan Penyelenggara

1. Membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau

perjanjian;

2. Memberikan data dan/atau informasi Konsumen kepada pihak lain.

3. Mengenakan biaya kepada Konsumen atas pengajuan pengaduan yang

dilakukannya; dan

4. Mengenakan biaya penyediaan dan/atau penyetoran uang Rupiah.4

5. Khusus dalam penyediaan dan/atau penyetoran uang Rupiah kepada Konsumen, maka

Penyelenggara:

a) Harus menyediakan uang Rupiah dalam kondisi layak edar dan jenis pecahan

yang sesuai dengan kebutuhan Konsumen;

4
UU No.16/1/PBI/2014

5
b) Wajib memastikan bahwa uang Rupiah yang disediakan merupakan uang Rupiah

asli, masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, dan dalam jumlah nominal

yang sesuai dengan kebutuhan Konsumen; dan

c) Wajib menerima penyetoran uang Rupiah dari Konsumen, dengan terlebih dahulu

memeriksa keaslian uang Rupiah yang disetorkan oleh Konsumen.

6. Konsumen dapat menyampaikan pengaduan kepada:

a. Penyelenggara; atau

b. Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Konsumen telah menyampaikan pengaduan kepada Penyelenggara namun tidak

terdapat kesepakatan antara Konsumen dengan Penyelenggara;

2) permasalahan yang diadukan tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus

oleh lembaga arbitrase atau peradilan atau belum terdapat kesepakatan yang difasilitasi

oleh suatu lembaga mediasi; dan

3) Konsumen mengalami potensi kerugian finansial yang ditimbulkan oleh Penyelenggara

dengan nilai tertentu yang ditentukan oleh Bank Indonesia.5

7. PBI ini berlaku pada tanggal diundangkan, kecuali untuk beberapa kewajiban yang harus

dipenuhi oleh Penyelenggara diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2014, yaitu:

a) Memiliki dan melaksanakan mekanisme penanganan pengaduan bagi Konsumen;

b) memiliki unit kerja atau fungsi yang menangani dan menyelesaikan pengaduan

Konsumen;

c) Memiliki sistem pengawasan aktif bagi direksi atau pengurus dalam rangka

perlindungan konsumen; dan

d) Melakukan sosialisasi dan edukasi terkait penerapan perlindungan konsumen.

5
UU No.16/1/PBI/2014

6
8. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Sistem

Pembayaran dalam penyelenggaraan kegiatan transfer dana melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-

RTGS), kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, dan kegiatan uang

elektronik, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan PBI ini.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan

menuangkannya dalam suatu laporan magang yang berjudul “Tinjauan Hukum Dalam

Perlindungan Konsumen Jasa Pembayaran”

1.2 Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang dan judul Laporan diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penulisan laporan magang ini adalah:

1. Bagaimanakah penanganan terhadap perkara Perlindungan Konsumen Jasa

Pembayaran oleh Bank Indonesia selaku Departemen Kebijakan dan Pengawasan

Sistem Pembayaran?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan laporan magang ini adalah :

1. Mengetahui hukuman yang diberikan kepada pelaku selaku Penyelenggara Jasa

Pembayaran

2. Memahami cara kerja perlindungan konsumen yang ada di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

7
a. Dari kegiatan ini penulis dapat menambah pengetahuan yang tidak didapatkan di

perkuliahan dan memberikan gambaran mengenai kegiatan Bank Indonesia.

b. Dari kegiatan ini penulis dapat mengetahui lebih lanjut tentang fungsi dan ruang

lingkup Bank Indonesia.

c. Dari kegiatan ini penulis dapat mengenal dunia kerja melalui praktek kerja

lapangan di Bank Indonesia.

2. Bagi Instansi atau Lembaga Pendidikan

a. Menambah ilmu dan pengetahuan bagi instansi atau lembaga pendidikan

mengenai Bank Indonesia.

b. Kegiatan ini dapat di jadikan sebagai bahan rujukan untuk membantu

pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja di berbagai

perusahaan atau instansi seperti di Bank Indonesia.

3.Bagi Bank Indonesia

a. Memperkenalkan suasana atau lingkungan kerja di Bank Indonesia kepada

mahasiswa yang menjalankan magang.

b. Mendapatkan bantuan tenaga kerja dari mahasiswa-mahasiswi yang melakukan

praktek kerja lapangan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Bank Indonesia Sumatera Utara

2.1.1 Periode De Javasche Bank

Kantor Bank Indonesia Medan (semula bernama kantor cabang Medan) mulai dibuka

pada tanggal 30 Juli 1907 bersamaan dengan Kantor Cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura

yang masing-masing dibuka pada tanggal 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908. Kantor Bank

Indonesia Medan merupakan kantor cabang De Javasche Bank yang ke- 11. Pembukaan

kantor cabang Medan, Tanjung Balai dan Tanjung Pura sebagai kebutuhan untuk menunjang

kebijaksanaan moneter pemerintah Hindia Belanda (atas usul De Javasche Bank) yang ketika

itu memberlakukan Guldenisasi bagi Karesidenan Pantai Timur Sumatera.

Dengan berkembangnya kegiatan Kantor Bank Indonesia Medan dan adanya

pengaruh resesi dunia tahun 1930-an maka kantor cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura

akhirnya ditutup. Pada saat berdirinya, kantor cabang Medan menempati sebuah bangunan

sementara. Untuk gedung kantor yang permanen atas petunjuk pemerintah disediakan

sebidang tanah di dekat Esplanade (lapangan umum) yang pembangunannya diharapkan

dapat dilaksanakan sebelum selesainya politik moneter “Guldenisasi” karesidenan pantai

timur Sumatera. Untuk persiapan pendirian kantor-kantor di Tanjung Balai dan Tanjung Pura

kepada biro perancang Hulswit dimintakan untuk merancang pembangunan gedung kantor

kedua tempat itu. Rencana pembangunan gedung kantor yang permanen bagi kantor cabang

Medan dilakukan bersamaan dengan perluasan tahap kedua gedung Kantor Pusat (Jakarta

Kota) pada 1912 yang sekaligus juga merencanakan pembangunan gedung beberapa kantor

cabang lainnya. Gedung-gedung ini menunjukkan ciri arsitektur yang sama mengikuti ciri

arsitektur Eropa pada zamannya. Pemimpin cabang Medan yang pertama adalah L. Von

9
Hemert dan pada tahun 1951 saat nasionalisasi pemimpin cabang adalah SF van

Musschenbroek dan pada saat Undang-undang Bank Indonesia 1953 diberlakukan, pemimpin

cabang Medan adalah M. Plantema dan putra Indonesia pertama yang mengendalikan Bank

Indonesia cabang Medan adalah M. Rifai.6

2.2 Visi dan Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Visi

Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dalam mencapai

dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di

bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan

peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta

lembaga terkait.

Misi

Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan

perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.

2.3 Logo Perusahaan

Logo Bank Indonesia7

6
www.bi.go.id

7
Sumber : www.bi.go.id

10
2.4 Sasaran Strategis

 Informasi yang berkualitas dalam rangka mendukung kebijakan Kantor pusat dan

Pengembangan Ekonomi di wilayah kerja.

 Peningkatan sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung pengembangan

ekonomi daerah.

 Kelancaran dan keamanan sistem pembayaran di wilayah kerja.

 Pengelolaan keuangan Satker secara efektif dan efisien.

 Mengoptimalkan kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja

 Meningkatkan pengawasan bank yang efektif yang mendukung pengembangan

ekonomi di wilayah kerja.

 Meningkatkan pelayanan dan prasarana sistem pembayaran.

 Meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang efektif kepada stakeholders.

 Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Governance.

 Memperkuat organisasi dan mengembangkan SDM yang berkompetensi tinggi

dengan dukungan Budaya Kerja yang berbasis pengetahuan.

2.5 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,

yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini

mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta

kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia

didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini

adalah:

11
 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter (pengendalian jumlah uang beredar,

uang primer, kredit perbankan atau suku bunga).

 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran (Mengeluarkan dan mengedarkan

uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.

Melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem

pembayaran dan melaksanakan kegiatan kliring dan BI-RTGS).

 Menjaga stabilitas sistem keuangan, 5 peran utama:

1. Penerapan suku bunga acuan melalui kebijakan inflation targeting frame work.

2. Mekanisme pengawasan dan regulasi kinerja industri perbankan.

3. Pengawasan terhadap kelancaran sistem pembayaran.

4. Fungsi riset dan pemantauan stabilitas sistem keuangan.

5. Fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan/ lender of the last resort

2.6 Gambar Kantor Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Kota Medan8

8
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

12
2.7 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia9

9
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

13
2.8 Tugas Pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

a. Melaksanakan fungsi advisory kebijakan kepada Kepala Daerah dalam rangka

mendukung pengendalian inflasi, serta pengembangan ekonomi dan keuangan daerah.

b. Melaksanakan fungsi Regional Financial Surveillance (RFS) dalam rangka

mendukung stabilitas sistem keuangan.

c. Melaksanakan fungsi statistik ekonomi dan keuangan daerah dalam rangka

mendukung pengambilan keputusan dan / atau kebijakan di kantor pusat maupun

daerah.

d. Melaksanakan fungsi SP (Sistem Pembayaran) meliputi perencanaan, pendistribusian

dan pengolahan uang, serta layanan kas.

e. Melaksanakan fungsi SP terbagi 2 yaitu Penggunaan Uang Tunai dan Non Tunai

f. Melaksanakan fungsi pengawasan SP dan PUR.

g. Melaksanakan fungsi pengembangan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan

keuangan inklusif (KI).

h. Melaksanakan fungsi komunikasi kebijakan Bank Indonesia.

i. Melaksanakan dan mengelola fungsi enabler (pendukung).

j. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas ke Departemen Regional, serta

monitoring dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Kota/ Kabupaten (KPwDN Kota/ Kab) di bawahnya.Seperti Di Sumatera

Utara terbagi 3 Daerah Pelaksanaan :

- Tebing Tinggi

- Kabanjahe

- Pangkalan Brandan

14
2.9 Tugas Pokok dan Produk Pokok Unit Kerja

NO Tugas Pokok Produk Pokok

1 Mengelola data dan Informasi SP dan PUR serta Data dan Informasi SP dan

KI PUR,serta KI

2 Menghitung Estimasi Kebutuhan Uang a.Hasil survey kebutuhan

(EKU) dan preferensi uang

b.Usulan EKU kepada KP

c.Evaluasi kecukupan kas

d.Statistik pengelolaan

uang

3 Menyusun analisis/kajian terkait SP dan Hasil analisis/kajian SP

PUR serta KI dan PUR serta KI

4 Merencanakan dan melaksanakan program Rencana dan laporan

KI pelaksanaan proram

KI(a.l.Elektronifikasi)

5 Melakukan koordinasi/kerjasama dan atau Laporan

implementasi program KI koordinasi/kerjasama dan

atau implementasi

program KI

6 Memberikan layanan informasi dan Layanan Informasi dan

mediasi perlindungan konsumen Sistem Mediasi pengaduan

15
Pembayaran Konsumen Sistem

Pembayaran termasuk

pemberian keteranngan

ahli

2.10 Lokasi dan Waktu Magang

 Kegiatan Magang dilaksanakan di :

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (Medan)

Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Fungsi Analisis Sistem Pembayaran dan PUR serta Keuangan Inklusif dan

Perlindungan Konsumen (FASPPURKIPK)

 Alamat : Jl. BalaiKota No.4 , Kesawan , Medan Barat .

 Pelaksanaan PKL : 4 Juni 2018 – 31 Juli 2018

 Waktu Kerja : 07.10 WIB s/d 16.50 WIB

 Pembimbing Perusahaan : Yudha Wastu Prawira

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

Kondisi konsumen yang banyak dirugikan memerlukan peningkatan upaya untuk

melindunginya, sehingga hak-haknya dapat ditegakkan. Namun di sisi lain, perlindungan

tersebut harus juga melindungi eksistensi produsen yang sangat esensial dalam perekonomian

negara. Oleh karena itu, diperlukan perundang-undangan yang dapat melindungi kedua belah

pihak.

Permasalahan perlindungan konsumen ini tidak akan pernah habis dan akan selalu

menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,

masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu

diperhatikan.

Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.

Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen di tanah air, baik melalui

promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen

hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa

disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.

3.1.1 Definisi Konsumen

Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan

mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa,

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.

17
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan. Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konsumen,

yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalahdistributor, agen dan

pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan

Sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir.10

Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of

Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang

atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.11

Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen sesungguhnya dapat terbagi

dalam tiga bagian, terdiri atas : 12

1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau

jasa untuk tujuan tertentu.

2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk

diproduksi (produsen) menjadi barang /jasa lain atau untuk memperdagangkannya

(distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha; dan

3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa

konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak

untuk diperdagangkan kembali.

10
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

11
Philip Kotler (2000) Buku berjudul “Prinsiples Of Marketing”
12
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pengertian Konsumen

18
Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK,

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.”

Jadi Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi

keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan

besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan

Rumah Tangga Produksi (RTP).

3.1.2 Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan

terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukkan tanda harga sebagai

tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan

perlindungan adalah:

a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat

(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

b. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran

Negara Republik Indonesia No. 3821.

c. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

19
d. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif

Penyelesian Sengketa.

e. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

f. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001

Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas

Indag Prop/Kab/Kota.

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795

/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.

h. Menurut Undang- undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:

Pasal 1 butir 1,2 dan 3 :

1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun buka badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

3.1.3 Pengertian Sistem Pembayaran

Pembayaran adalah aktivitas pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang

timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Pembayaran ini terjadi setiap hari, melibatkan ribuan

transaksi ekonomi yang beraneka ragam, seperti seperti jual beli barang dan jasa, pembelian

20
dan pelunasan kredit, melibatkan miliaran rupiah dengan berbagai alat pembayaran seperti

pembayaran tunai dengan uang kartal, Cheque, Bilyet Giro, Wesel dan lain-lain.

Pembayaran yaitu berpindahnya hak pemilikan atas sejumlah uang atau dan adari

pembayar kepada penerimanya, baik langsung maupun melalyui media jasa-jasa perbankan.

Pembayaran adalah suatu tindakan menukarkan sesuatu (uang/barang) dengan maksud dan

tujuan yang sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Proses pembayaran memang mudah dan sederhana, tetapi bisa juga kompleks dan

sulit tergantung dari kompleks tidaknya transaksi ekonomi yang terjadi. Pembayaran secara

umum dapat diartikan sebagai “pindahnya kepemilikan hak atas dana dari pembayar kepada

penerimanya”. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembayaran adalah

perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara bersamaan

terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.

Pembayaran bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang terjadi secara

spontan tanpa ada kaitannya dengan transaksi lain, sebab setiap pembayaran merupakan

realisasi dari suatu transaksi ekonomi. Pembayaran dapat dilakukan secara tradisional

sederhana yang tidak memerlukan jasa bank, atau suatu proses yang cukup rumit,

dimana lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting dan memerlukan jasa-jasa

perantara karena tanpa jasa perantara tidak dapat terlaksana dengan aman cepat dan efisien.

Secara etimologi, kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systemo”, sedangkan

dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “System” yang mempunyai satu pengertian yaitu

sehimpunan komponen atau bagian yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan

satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Lalu apa itu sistem pembayaran? Pengertian sistem

pembayaran yang lebih lengkap sebagaimana definisi sistem pembayaran menurut UU

No.23/1999 tentang Bank Indonesia pasal 1 angka 6: “Sistem yang mencakup seperangkat

21
aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna

memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”.

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.

Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara

bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.

Sistem Pembayaran adalah tata-cara atau prosedur yang saling berkaitan dalam

pemindahan sejumlah nilai uang (alat pembayaran) dari satu pihak ke pihak lain yang terjadi

karena adanya transaksi ekonomi. Adapun tata-cara atau prosedur yang digunakan dalam

pemindahan dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling sederhana sampai dengan

sistem pemindahan nilai uang secara elektronik seperti saat ini. Tentu saja dalam sistem

pembayaran ini akan melibatkan berbagai lembaga sebagai perantara yang memberikan jasa

dalam hal penyelesaian pembayaran tersebut.

Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati

untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi.

Sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

Dalam pandangan Manuel Guitian mantan Direktur the Monetary and Exchange

Affairs Department IMF, sistem pembayaran mencakup seperangkat alat dan sarana umum

yang diterima dalam melakukan pembayaran, kerangka kelembagaan dan organisasi yang

mengatur pembayaran tersebut (termasuk peraturan prudensial), dan prosedur operasi serta

jaringan komunikasi yang digunakan untuk memulai dan mengirimkan informasi pembayaran

dari pembayar kepada penerima dan menyelesaikan pembayaran.

22
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 199913 Tentang Bank

Indonesia dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup

seperangkap aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan

pemindahan dana guna memenuhi suati kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.

Sementara itu menurut Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem pembayaran

mencakup seperangkat sarana, prosedur perbankan dan sistem transfer dana antarbank yang

menjamin sirkulasi uang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan

pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Hal ini juga melibatkan

berbagai lembaga, seperti bank sentral, bank umum, bank komersial dan lembaga keuangan

lainnya. Bank sentral dan bank umum atau bank komersial menjadi penyelenggara dan

penguna sistem pembayaran yang besar.

3.2 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran

Tujuan bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, diperlukan pengaturan dan pengelolaan kelancaran sistem pembayaran

nasional (SPN). Kelanacaran SPN juga perlu didukung oleh infrastruktur yang andal.

Semakin lancar dan andal SPN, semakin lancar pula transmisi kebijakan moneternya.

Kelancaran kebijakan moneter tersebut pada akhirnya akan bermuara pada stabilitas nilai

tukar.14

Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN.

Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan

13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
14
http://makalahsistempembayaranita.blogspot.com

23
SPN. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan dan

perizinan serta melakukan pengawasan atas SPN.

Selain itu, masih ada tugas Bank Indonesia dalam SPN, misalnya, peran sebagai

penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank

sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat

pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik, hingga

memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.

Dalam hal alat pembayaran tunai, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang

berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan

memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran tersebut, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang

cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisiyang layak edar (clean

money policy).

Sebelum mengeluarkan uang rupiah, dilakukan perencanaan terlebih dahulu agar uang

yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia

meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan,

nilai intrinsik, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah

serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun ke depan. Berdasarkan

perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk uang emisi baru

maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.15

Uang rupiah yang telah dikeluarkan kemudian diedarkan ke seluruh wilayah melalui

kantor Bank Indonesia. Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas

15
www.bi.go.id

24
kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan

melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang rupiah. Sementara itu, kepada masyarakat

dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor

Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran

uang kecil.

Setelah mengeluarkan uang rupiah, kegiatan pengelolaan yang dilakukan Bank

Indonesia adalah pencabutan uang terhadap pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak

lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan ini dimaksudkan untuk mencegah

dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi

pecahan. Uang rupiah yang dicabut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia

atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Sementara itu, untuk menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di

masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan

adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetakan yang kurang

sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.16

3.3 Prinsip dan Azas-azas Hukum Perlindungan Konsumen

3.3.1 Prinsip- Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen17

1. Let The Buyer Beware

a. Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak perlu

proteksi.

b. Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.

c. Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka.

16
http://makalahsistempembayaranita.blogspot.com
17
http://arikathemousleemah.blogspot.com

25
d. Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

2. The due Care Theory

a. Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasyarakatkan

produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.

b. Pasal 1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan

mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang

lain, atau menunjuk pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya

hak atau peristirwa tersebut.

c. Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

3. The Privity of Contract

a. Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi

konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu

hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang

diperjanjikan.

b. Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat merupakan

petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku

usaha.

4. Kontrak Bukan Syarat

Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi merupakan

syarat untuk menetapkan eksistensi suatu huungan hukum.

26
3.3.2 Azas Perlindungan Konsumen

Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan

konsumen18.

1. Azas manfaat

Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.

2. Azas keadilan

Azas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha

untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Azas keseimbangan

Azas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan

konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.

4. Azas keamanan dan keselamatan konsumen

Azas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan

keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan

pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Azas kepastian hukum

Azas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati

hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

18
ernikw.wordpress.com/asas-perlindungan-konsumen/

27
3.4 Hak dan Kewajiban Konsumen

3.4.1 Hak-hak Konsumen

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.

Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai

konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika adanya tindakan yang tidak adil terhadap

dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih

jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja

ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.19

J.F Kennedy menentukan ada empat Hak Dasar konsumen, adalah sebagai berikut:

a. Hak memperoleh keamanan (the tight to safety);

b. Hak memilih (the right to choose);

c. Hak mendapat informasi (the right to be informed);

d. Hak untuk didengar (the right to be heard).

Adapun sesuai Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun

1999 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK)20, Hak-hak Konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

19
http://arikathemousleemah.blogspot.com

28
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

10. Hak- hak konsumen yang dipandang sebagai jalan masuk yang tepat dalam

masalah etis seputar konsumen sangat diperlukan.21

3.4.2 Kewajiban Konsumen

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen

adalah :

21
http://arikathemousleemah.blogspot.com

29
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut.

3.5 SENGKETA KONSUMEN

Sengketa tidak lepas dari suatu konflik. Dimana ada sengketa pasti disitu ada konflik.

Begitu banya konflik dalam kehidupan sehari-hari. Entah konflik kecil ringan bahkan konflik

yang besar dan berat. Hal ini dialami oleh semua kalangan. Karena hidup ini tidak lepas dari

permasalahan.22

Sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pertentangan atau konflik,

Konflik berarti adanya posisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok,

atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan. Sedangkan menurut Ali

Achmad sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi

yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat

hukum bagi keduanya.

Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK,

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan”.Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000)

22
http://arikathemousleemah.blogspot.com

30
dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang

membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen23 tidak

memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Definisi ”sengketa

konsumen” dijumpai pada Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yaitu Surat

Keputusan Nomor: 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001, dimana yang

dimaksud dengan sengketa konsumen adalah:

“Sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menutut ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang atau

memanfaatkan jasa.”

Jadi, sengketa konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang

menutut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat

mengkonsumsi barang atau memanfaatkan jasa.

Melalui pasal 45 ayat (1) ini dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa konsumen

, terdapat dua pilihan yaitu :

a. Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha, atau

b. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Alternatif penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Konsultasi

2. Negosiasi

23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

31
3. Mediasi

4. Konsialisasi

5. Penilaian ahli

3.6 FUNGSI PERLINDUNGAN KONSUMEN SISTEM PEMBAYARAN

Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran 24memiliki 3 fungsi yaitu :

1. Edukasi diberikan kepada konsumen yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai

produk-produk sistem pembayaran yang dilakukan secara aktif oleh BI melalui

melalui media masa ataupun edukasi dan sosialisasi mengenai produk jasa SP kepada

masyarakat , akademisi, mahasiswa, sekolah sekolah dll.

2. Konsultasi dilakukan terkait dengan permasalahan penggunaan produk SP dari

masyarakat, penyelenggara SP melalui telepon, e-mail, surat menyurat maupun datang

secara langsung

3. Fasilitasi dilakukan terhadap sengketa antara konsumen dengan penyelenggara jasa

SP yg berindikasi adanya kerugian financial bagi konsumen. Fasilitasi dilakukan

dengan cara memanggil, mempertemukan, mendengar, memotivasi.25

3.7 CAKUPAN DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM

PEMBAYARAN

Layanan dan/atau produk jasa sistem pembayaran yang termasuk dalam perlindungan

konsumen jasa SP adalah:

25
www.bi.go.id

32
1. Penerbitan instrumen pemindahan dana dan/atau penarikan dana

2. Kegiatan transfer dana

3. Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (Kartu ATM/Debet &

Kartu Kredit)

4. Kegiatan uang elektronik

5. Kegiatan penyediaan dan/atau penyetoran uang Rupiah

6. Penyelenggaraan SP lainnya yang akan ditetapkan dalam ketentuan BI

3.8 MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN

OLEH BANK INDONESIA26

3.9 Kendala dalam Aktivitas Magang

Bank Indonesia adalah Lembaga dalam pemberian Edukasi Penggunaan Uang Rupiah

sebagai alat dalam Sistem Pembayaran di Wilayah Negara Republik Indonesia dan

Penjelasan Pencantuman Kuotasi dengan Valuta Asing kepada Agent Travel yang ada di

Sumatera Utara

Dalam mewujudkan Tugas Bank Indonesia terdapat pada UU Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indnesia sebagaimana diubah terakhir dengan UU Nomor 6 tahun 2009 yaitu:

26
www.bi.go.id

33
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Moneter

2. Mengatur dan menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Bank Indonesia berwenang melakukan pengendalian Moneter (Pasal 10 ayat 1 UU BI)

dan Bank Indonesia bewenang menetapkan penggunaan alat Pembayaran. Dalam hal ini

penulis, ada beberapa hal yang menjadi masalah yaitu sebagai berikut:

a. Kurangnya persiapan dalam hal Seminar yang dilakukan yaitu jumlah

Hadirin yang datang tidak memenuhi undangan , dalam undangan yang

tercatat ada 80 agent travel namun yang datang hanya setengah undagannya

saja .

b. Jumlah makanan yang disediakan bagi tamu undangan berlebih

c. Di penghujung acara yang diadakan oleh kantor, pihak kantor membagikan

souvenir kepada peserta. Dalam acara pemberian Edukasi Penggunaan

Uang Rupiah di wilayah Kesatuan Republik Indonesia dan penjelasan

Pencantuman Kuotasi dengan Valuta Asing dalam terdapat banyak berlebih

souvenir yang akan di bagikan akibat tidak terpenuhinya jumlah undagan.

d. Tidak adanya persiapan bagi Anak Magang dalam hal pembagian tugas

dalam seminar tersebut.

e. Setiap peserta magang tidak di berikan Kartu Akses yang sebenarnya

sangat dibutuhkan apabila peserta magang ditugaskan untuk memberikan

berkas kepada Pegawai di Divisi lainnya

34
Bab IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian yang dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembayaran

adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara

bersamaan terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.

Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati

untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi.

Sistem Pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

Dalam mentransfer pasti memiliki kendala-kendala, maupun risiko-risikonya.

Kewenangan Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran adalah menetapkan kebijakan,

mengatur, melaksanakan, dan memberi persetujuan, perizinan dan pengawasan atas

penyelenggaraan jasa sistem pembayaran

Di dalam perlindungan konsumen segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen jasa sistem pembayaran. Terdapat

di dalam Undang-Undang Peraturan Bank Indonesia No 16 ayat 1 berisi tentang

Perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang saat ini tersebar dalam beberapa

ketentuan Bank Indonesia agar menjadi komprehensif dan lebih mencerminkan prinsip-

prinsip perlindungan konsumen. Dengan adanya peraturan yang lebih komprehensif

diharapkan dapat membantu setiap konsumen pengguna jasa sistem pembayaran seperti

pemegang kartu kredit atau ATM/debet untuk memahami hak dan kewajibannya sebagai

konsumen jasa sistem pembayaran.

35
4.2 Saran

Dalam sistem pembayaran mendapatkan tugas dalam merumuskan dan menentukan

kebijakan serta membuat peraturan sistem pembayaran, memberikan izin penyelenggara

dalam sistem pembayaran baik bank maupun non bank, menyelenggarakan layanan sistem

pembayaran yang kritikal, memastikan penyedia jasa sistem pembayaran melakukan

kegiatan sesuai dengan ketentuan, dan memberikan keseimbangan hak dan kewajiban

antara konsumen dan penyedia jasa sistem pembayaran.

36
DAFTAR PUSTAKA

Perundang-Undangan

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa

Sistem Pembayaran

 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.

 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP Perihal Tata Cara Pelaksanaan

Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

dalam system Pembayaran

Buku

 Philip Kotler (2000) dalam bukunya “Prinsiples Of Marketing”

Internet

 https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran

 http://ranggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsip-dalam-hukum.html.

 http://frwarandy.blogspot.com/2012/06/perlindungan-hak-konsumen.html

 ernikw.wordpress.com/asas-perlindungan-konsumen/

37
38

Anda mungkin juga menyukai