PENDAHULUAN
Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam
kegiatan ekonomi. Semakin banyak dan semakin besarnya nilai transaksi serta risiko,
dibutuhkan adanya sistem pembayaran dan alat pembayaran yang cepat, lancar dan aman.
Keberhasilan sistem pembayaran akan dapat mendukung perkembangan sistem keuangan dan
perbankan. Adanya mekanisme sistem pembayaran yang dapat berjalan dengan lancar akan
independen dan memiliki tujuan tunggal yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah.
Dalam tujuan tunggal tersebut terkandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah
terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi serta kestabilan nilai mata uang
rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Dalam
rangka mencapai tujuan tunggalnya, Bank Indonesia memiliki beberapa Kantor perwakilan
yang tersebar di pulau-pulau di Indonesia, salah satunya adalah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sumatera Utara yang merupakan Kantor Bank Indonesia yang berada di
Kota Medan.1
Selanjutnya dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, Bank Indonesia menerapkan
prinsip akuntabilitas dan transparansi melalui penyampaian informasi kepada masyarakat luas
secara terbuka melalui media massa setiap awal tahun mengenai evaluasi pelaksanaan
kebijakan moneter, dan serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran
1
www.bi.go.id
1
moneter pada tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan sistem pembayaran
dalam transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem
pembayaran menggeser peranan uang tunai sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk
Pembayaran non tunai umumnya dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai
alat pembayaran melainkan dengan cara transfer antar bank ataupun transfer intra bank
melalui jaringan internal bank sendiri. Selain itu pembayaran non tunai juga dapat dilakukan
dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran, misalnya dengan menggunakan kartu
ATM, kartu debit, dan kartu kredit. Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan
tingkat persaingan bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank
untuk semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai
berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card
dengan peningkatan transaksi dalam jasa sistem pembayaran tersebut tentunya membawa
konsekuensi tidak saja bagi konsumen namun juga bagi penyelenggara maupun otoritas di
bidang sistem pembayaran. Konsumen menginginkan adanya informasi yang akurat dan jelas
Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) membentuk divisi khusus untuk melindungi
konsumen terkait sistem pembayaran, yaitu Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Rupiah, yang didalamnya terdapat Fungsi Analisis Sistem Pembayaran dan PUR serta
Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen (FASPPURKIPK). Fungsi ini bertugas untuk
memberikan edukasi, konsultasi dan fasilitasi bagi konsumen yang memanfaatkan jasa sistem
2
pembayaran. Sejumlah instrumen yang masuk dalam jasa sistem pembayaran adalah
pemindahan atau penarikan dana, kegiatan transfer dana, alat pembayaran menggunakan
kartu (APMK) termasuk kartu kredit dan kartu ATM/debet, uang elektronik serta penyediaan
Perlindungan konsumen bagi pengguna jasa sistem pembayaran ini telah tertuang
dalam aturan yang baru diterbitkan BI Nomor 16/1/PBI/2014 tanggal 21 Januari 2014 tentang
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan dalam rangka melengkapi pengaturan
mengenai perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang saat ini tersebar dalam
beberapa ketentuan Bank Indonesia agar menjadi komprehensif dan lebih mencerminkan
pembayaran seperti pemegang kartu kredit atau ATM/debet untuk memahami hak dan
2. Ruang lingkup pengaturan PBI ini mencakup perlindungan konsumen dalam kegiatan
Bank Indonesia.
2
www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran
3
UU No.16/1/PBI/2014
3
3. Prinsip Perlindungan Konsumen yang diterapkan dalam memberikan perlindungan
b) Transparansi;
4. PBI ini mengatur hak, kewajiban, dan larangan bagi Penyelenggara dalam melakukan
a) Hak Penyelenggara
b) Kewajiban Penyelenggara
berkebutuhan khusus;
konsumen;
Pembayaran;
4
kesalahan pengurus dan pegawai Penyelenggara;
konsumen;
11. Memiliki kerja atau fungsi yang menangani dan menyelesaikan pengaduan yang
diajukan Konsumen;
12. Memiliki sistem pengawasan aktif bagi direksi atau pengurus dalam rangka
perlindungan Konsumen;
c) Larangan Penyelenggara
perjanjian;
dilakukannya; dan
5. Khusus dalam penyediaan dan/atau penyetoran uang Rupiah kepada Konsumen, maka
Penyelenggara:
a) Harus menyediakan uang Rupiah dalam kondisi layak edar dan jenis pecahan
4
UU No.16/1/PBI/2014
5
b) Wajib memastikan bahwa uang Rupiah yang disediakan merupakan uang Rupiah
asli, masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, dan dalam jumlah nominal
c) Wajib menerima penyetoran uang Rupiah dari Konsumen, dengan terlebih dahulu
a. Penyelenggara; atau
2) permasalahan yang diadukan tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus
oleh lembaga arbitrase atau peradilan atau belum terdapat kesepakatan yang difasilitasi
7. PBI ini berlaku pada tanggal diundangkan, kecuali untuk beberapa kewajiban yang harus
b) memiliki unit kerja atau fungsi yang menangani dan menyelesaikan pengaduan
Konsumen;
c) Memiliki sistem pengawasan aktif bagi direksi atau pengurus dalam rangka
5
UU No.16/1/PBI/2014
6
8. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Sistem
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS), kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, dan kegiatan uang
elektronik, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan PBI ini.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan
menuangkannya dalam suatu laporan magang yang berjudul “Tinjauan Hukum Dalam
Sehubungan dengan latar belakang dan judul Laporan diatas, maka yang menjadi
Sistem Pembayaran?
1.3 Tujuan
Pembayaran
2. Memahami cara kerja perlindungan konsumen yang ada di Kantor Perwakilan Bank
1. Bagi Penulis
7
a. Dari kegiatan ini penulis dapat menambah pengetahuan yang tidak didapatkan di
b. Dari kegiatan ini penulis dapat mengetahui lebih lanjut tentang fungsi dan ruang
c. Dari kegiatan ini penulis dapat mengenal dunia kerja melalui praktek kerja
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kantor Bank Indonesia Medan (semula bernama kantor cabang Medan) mulai dibuka
pada tanggal 30 Juli 1907 bersamaan dengan Kantor Cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura
yang masing-masing dibuka pada tanggal 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908. Kantor Bank
Indonesia Medan merupakan kantor cabang De Javasche Bank yang ke- 11. Pembukaan
kantor cabang Medan, Tanjung Balai dan Tanjung Pura sebagai kebutuhan untuk menunjang
kebijaksanaan moneter pemerintah Hindia Belanda (atas usul De Javasche Bank) yang ketika
pengaruh resesi dunia tahun 1930-an maka kantor cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura
akhirnya ditutup. Pada saat berdirinya, kantor cabang Medan menempati sebuah bangunan
sementara. Untuk gedung kantor yang permanen atas petunjuk pemerintah disediakan
timur Sumatera. Untuk persiapan pendirian kantor-kantor di Tanjung Balai dan Tanjung Pura
kepada biro perancang Hulswit dimintakan untuk merancang pembangunan gedung kantor
kedua tempat itu. Rencana pembangunan gedung kantor yang permanen bagi kantor cabang
Medan dilakukan bersamaan dengan perluasan tahap kedua gedung Kantor Pusat (Jakarta
Kota) pada 1912 yang sekaligus juga merencanakan pembangunan gedung beberapa kantor
cabang lainnya. Gedung-gedung ini menunjukkan ciri arsitektur yang sama mengikuti ciri
arsitektur Eropa pada zamannya. Pemimpin cabang Medan yang pertama adalah L. Von
9
Hemert dan pada tahun 1951 saat nasionalisasi pemimpin cabang adalah SF van
Musschenbroek dan pada saat Undang-undang Bank Indonesia 1953 diberlakukan, pemimpin
cabang Medan adalah M. Plantema dan putra Indonesia pertama yang mengendalikan Bank
2.2 Visi dan Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
Visi
Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dalam mencapai
bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan
peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta
lembaga terkait.
Misi
6
www.bi.go.id
7
Sumber : www.bi.go.id
10
2.4 Sasaran Strategis
Informasi yang berkualitas dalam rangka mendukung kebijakan Kantor pusat dan
ekonomi daerah.
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia
didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini
adalah:
11
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter (pengendalian jumlah uang beredar,
uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.
1. Penerapan suku bunga acuan melalui kebijakan inflation targeting frame work.
5. Fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan/ lender of the last resort
8
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia
12
2.7 Struktur Organisasi
9
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia
13
2.8 Tugas Pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
daerah.
e. Melaksanakan fungsi SP terbagi 2 yaitu Penggunaan Uang Tunai dan Non Tunai
- Tebing Tinggi
- Kabanjahe
- Pangkalan Brandan
14
2.9 Tugas Pokok dan Produk Pokok Unit Kerja
1 Mengelola data dan Informasi SP dan PUR serta Data dan Informasi SP dan
KI PUR,serta KI
d.Statistik pengelolaan
uang
KI pelaksanaan proram
KI(a.l.Elektronifikasi)
atau implementasi
program KI
15
Pembayaran Konsumen Sistem
Pembayaran termasuk
pemberian keteranngan
ahli
Fungsi Analisis Sistem Pembayaran dan PUR serta Keuangan Inklusif dan
16
BAB III
PEMBAHASAN
tersebut harus juga melindungi eksistensi produsen yang sangat esensial dalam perekonomian
negara. Oleh karena itu, diperlukan perundang-undangan yang dapat melindungi kedua belah
pihak.
Permasalahan perlindungan konsumen ini tidak akan pernah habis dan akan selalu
menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu
diperhatikan.
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam
produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen di tanah air, baik melalui
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen
hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan
mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa,
17
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konsumen,
yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalahdistributor, agen dan
pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan
Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk
(distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha; dan
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa
konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak
10
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
11
Philip Kotler (2000) Buku berjudul “Prinsiples Of Marketing”
12
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pengertian Konsumen
18
Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK,
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.”
Jadi Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan
besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan
terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukkan tanda harga sebagai
tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin
perlindungan adalah:
a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat
c. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
19
d. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa.
Indag Prop/Kab/Kota.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun buka badan hukum yang didirikan dan
Pembayaran adalah aktivitas pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang
timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Pembayaran ini terjadi setiap hari, melibatkan ribuan
transaksi ekonomi yang beraneka ragam, seperti seperti jual beli barang dan jasa, pembelian
20
dan pelunasan kredit, melibatkan miliaran rupiah dengan berbagai alat pembayaran seperti
pembayaran tunai dengan uang kartal, Cheque, Bilyet Giro, Wesel dan lain-lain.
Pembayaran yaitu berpindahnya hak pemilikan atas sejumlah uang atau dan adari
pembayar kepada penerimanya, baik langsung maupun melalyui media jasa-jasa perbankan.
Pembayaran adalah suatu tindakan menukarkan sesuatu (uang/barang) dengan maksud dan
tujuan yang sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Proses pembayaran memang mudah dan sederhana, tetapi bisa juga kompleks dan
sulit tergantung dari kompleks tidaknya transaksi ekonomi yang terjadi. Pembayaran secara
umum dapat diartikan sebagai “pindahnya kepemilikan hak atas dana dari pembayar kepada
penerimanya”. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembayaran adalah
perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara bersamaan
Pembayaran bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang terjadi secara
spontan tanpa ada kaitannya dengan transaksi lain, sebab setiap pembayaran merupakan
realisasi dari suatu transaksi ekonomi. Pembayaran dapat dilakukan secara tradisional
sederhana yang tidak memerlukan jasa bank, atau suatu proses yang cukup rumit,
dimana lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting dan memerlukan jasa-jasa
perantara karena tanpa jasa perantara tidak dapat terlaksana dengan aman cepat dan efisien.
Secara etimologi, kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systemo”, sedangkan
dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “System” yang mempunyai satu pengertian yaitu
sehimpunan komponen atau bagian yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Lalu apa itu sistem pembayaran? Pengertian sistem
No.23/1999 tentang Bank Indonesia pasal 1 angka 6: “Sistem yang mencakup seperangkat
21
aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,
seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara
Sistem Pembayaran adalah tata-cara atau prosedur yang saling berkaitan dalam
pemindahan sejumlah nilai uang (alat pembayaran) dari satu pihak ke pihak lain yang terjadi
karena adanya transaksi ekonomi. Adapun tata-cara atau prosedur yang digunakan dalam
pemindahan dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling sederhana sampai dengan
sistem pemindahan nilai uang secara elektronik seperti saat ini. Tentu saja dalam sistem
pembayaran ini akan melibatkan berbagai lembaga sebagai perantara yang memberikan jasa
Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati
untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi.
Sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Dalam pandangan Manuel Guitian mantan Direktur the Monetary and Exchange
Affairs Department IMF, sistem pembayaran mencakup seperangkat alat dan sarana umum
yang diterima dalam melakukan pembayaran, kerangka kelembagaan dan organisasi yang
mengatur pembayaran tersebut (termasuk peraturan prudensial), dan prosedur operasi serta
jaringan komunikasi yang digunakan untuk memulai dan mengirimkan informasi pembayaran
22
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 199913 Tentang Bank
Indonesia dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup
pemindahan dana guna memenuhi suati kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Sementara itu menurut Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem pembayaran
mencakup seperangkat sarana, prosedur perbankan dan sistem transfer dana antarbank yang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan
pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Hal ini juga melibatkan
berbagai lembaga, seperti bank sentral, bank umum, bank komersial dan lembaga keuangan
lainnya. Bank sentral dan bank umum atau bank komersial menjadi penyelenggara dan
Tujuan bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk mencapai
nasional (SPN). Kelanacaran SPN juga perlu didukung oleh infrastruktur yang andal.
Semakin lancar dan andal SPN, semakin lancar pula transmisi kebijakan moneternya.
Kelancaran kebijakan moneter tersebut pada akhirnya akan bermuara pada stabilitas nilai
tukar.14
Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN.
Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
14
http://makalahsistempembayaranita.blogspot.com
23
SPN. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan dan
Selain itu, masih ada tugas Bank Indonesia dalam SPN, misalnya, peran sebagai
penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank
sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat
pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik, hingga
Dalam hal alat pembayaran tunai, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang
berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran tersebut, Bank Indonesia senantiasa
berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisiyang layak edar (clean
money policy).
Sebelum mengeluarkan uang rupiah, dilakukan perencanaan terlebih dahulu agar uang
yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia
nilai intrinsik, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah
serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun ke depan. Berdasarkan
perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk uang emisi baru
maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.15
Uang rupiah yang telah dikeluarkan kemudian diedarkan ke seluruh wilayah melalui
kantor Bank Indonesia. Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas
15
www.bi.go.id
24
kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan
melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang rupiah. Sementara itu, kepada masyarakat
dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor
Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran
uang kecil.
Indonesia adalah pencabutan uang terhadap pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak
lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan ini dimaksudkan untuk mencegah
dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi
pecahan. Uang rupiah yang dicabut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia
Sementara itu, untuk menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di
masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan
adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetakan yang kurang
proteksi.
c. Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka.
16
http://makalahsistempembayaranita.blogspot.com
17
http://arikathemousleemah.blogspot.com
25
d. Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.
produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang
lain, atau menunjuk pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya
konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang
diperjanjikan.
petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.
Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi merupakan
26
3.3.2 Azas Perlindungan Konsumen
konsumen18.
1. Azas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
2. Azas keadilan
Azas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara
3. Azas keseimbangan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.
Azas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
18
ernikw.wordpress.com/asas-perlindungan-konsumen/
27
3.4 Hak dan Kewajiban Konsumen
Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai
konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika adanya tindakan yang tidak adil terhadap
dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih
jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja
J.F Kennedy menentukan ada empat Hak Dasar konsumen, adalah sebagai berikut:
Adapun sesuai Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun
dan/atau jasa;
19
http://arikathemousleemah.blogspot.com
28
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
10. Hak- hak konsumen yang dipandang sebagai jalan masuk yang tepat dalam
adalah :
21
http://arikathemousleemah.blogspot.com
29
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
patut.
Sengketa tidak lepas dari suatu konflik. Dimana ada sengketa pasti disitu ada konflik.
Begitu banya konflik dalam kehidupan sehari-hari. Entah konflik kecil ringan bahkan konflik
yang besar dan berat. Hal ini dialami oleh semua kalangan. Karena hidup ini tidak lepas dari
permasalahan.22
Sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pertentangan atau konflik,
Achmad sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi
yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
22
http://arikathemousleemah.blogspot.com
30
dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang
memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Definisi ”sengketa
konsumen” dijumpai pada Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yaitu Surat
“Sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menutut ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang atau
memanfaatkan jasa.”
Jadi, sengketa konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang
menutut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat
Melalui pasal 45 ayat (1) ini dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa konsumen
1. Konsultasi
2. Negosiasi
23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
31
3. Mediasi
4. Konsialisasi
5. Penilaian ahli
1. Edukasi diberikan kepada konsumen yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai
melalui media masa ataupun edukasi dan sosialisasi mengenai produk jasa SP kepada
secara langsung
PEMBAYARAN
Layanan dan/atau produk jasa sistem pembayaran yang termasuk dalam perlindungan
25
www.bi.go.id
32
1. Penerbitan instrumen pemindahan dana dan/atau penarikan dana
Kartu Kredit)
Bank Indonesia adalah Lembaga dalam pemberian Edukasi Penggunaan Uang Rupiah
sebagai alat dalam Sistem Pembayaran di Wilayah Negara Republik Indonesia dan
Penjelasan Pencantuman Kuotasi dengan Valuta Asing kepada Agent Travel yang ada di
Sumatera Utara
Dalam mewujudkan Tugas Bank Indonesia terdapat pada UU Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indnesia sebagaimana diubah terakhir dengan UU Nomor 6 tahun 2009 yaitu:
26
www.bi.go.id
33
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Moneter
dan Bank Indonesia bewenang menetapkan penggunaan alat Pembayaran. Dalam hal ini
penulis, ada beberapa hal yang menjadi masalah yaitu sebagai berikut:
tercatat ada 80 agent travel namun yang datang hanya setengah undagannya
saja .
d. Tidak adanya persiapan bagi Anak Magang dalam hal pembagian tugas
34
Bab IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian yang dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembayaran
adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara
bersamaan terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.
Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati
untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi.
Sistem Pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen jasa sistem pembayaran. Terdapat
Perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang saat ini tersebar dalam beberapa
ketentuan Bank Indonesia agar menjadi komprehensif dan lebih mencerminkan prinsip-
diharapkan dapat membantu setiap konsumen pengguna jasa sistem pembayaran seperti
pemegang kartu kredit atau ATM/debet untuk memahami hak dan kewajibannya sebagai
35
4.2 Saran
dalam sistem pembayaran baik bank maupun non bank, menyelenggarakan layanan sistem
kegiatan sesuai dengan ketentuan, dan memberikan keseimbangan hak dan kewajiban
36
DAFTAR PUSTAKA
Perundang-Undangan
Sistem Pembayaran
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP Perihal Tata Cara Pelaksanaan
Buku
Internet
https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran
http://ranggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsip-dalam-hukum.html.
http://frwarandy.blogspot.com/2012/06/perlindungan-hak-konsumen.html
ernikw.wordpress.com/asas-perlindungan-konsumen/
37
38