Anda di halaman 1dari 8

KEDUDUKAN HUKUM KELUARGA ADAT DALAM PERSPEKTIF

HUKUM NASIONAL DITINJAU DARI SISI HUKUM WARIS ADAT


Brian Kerta Raharja
Fakultas Hukum Universitas Pancasila Jakarta
E-mail: briankertaraharja@gmail.com

Abstract
In the midst of the rapid development of technology, the position of customary inheritance law has
an important part in the life cycle of society in today's modern era. Even though customary
inheritance law is considered to be too far behind the times, almost the majority of people follow the
provisions stipulated in customary inheritance law in the distribution of inheritance. This research
examines the position of customary inheritance law in the midst of other inheritance law positions.
This study uses a descriptive analytical research method with a normative juridical approach, where
the data and information to be collected both in terms of its assessment and management are carried
out in an interdisciplinary and multidisciplinary manner as well as cross-sectoral. The data and
information are then analyzed in-depth normative juridical in order to obtain an overview of the
position of customary inheritance law in the midst of western and Islamic inheritance law. The results
of this study indicate that almost the entire system and the survival of modern society are actually
inseparable from the role and position of customary inheritance law in the distribution of inheritance.
Keywords: position, role, customary inheritance law

Abstrak
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kedudukan hukum keluarga adat memiliki bagian yang
penting terhadap siklus kehidupan bermasyarakat di era modern saat ini. Walaupun hukum waris adat
dinilai terlalu tertinggal dari perkembangan zaman, akan tetapi hampir sebagian besar masyarakat
mengikuti ketentuan apa yang diatur dalam hukum waris adat dalam pembagian harta warisan.
Penelitian ini mengkaji kedudukan hukum waris adat di tengah kedudukan hukum waris lainnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif,
dimana data dan informasi yang akan dikumpulkan baik dari segi pengkajiannya maupun dari segi
pengelolaannya dilakukan secara interdisipliner dan multidisipliner serta lintas sektoral. Data dan
informasi tersebut kemudian dianalisis secara yuridis normatif dengan mendalam sehingga diperoleh
gambaran mengenai kedudukan hukum waris adat di tengah hukum waris barat dan Islam. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa hampir keseluruhan sistem serta keberlangsungan hidup
bermasyarakat era modern sebenarnya tidak terlepas dari peran serta kedudukan hukum waris adat
dalam pembagian harta warisan.
Kata Kunci: kedudukan, peran, hukum waris adat
I. Pendahuluan
Indonesia telah mengalami beberapa dibawakan oleh kolonial belanda pada rakyat
penjajahan yang dilakukan oleh beberapa nusantara saat itu. Selain membawa
negara yang ada di berbagai belahan dunia. penderitaan yang cukup panjang, kolonial
Adanya peristiwa ini membuat beberapa belanda juga memperkenalkan sistem hukum
perubahan di setiap aspek lapisan pada yang biasa dipakai oleh mereka kemudian
masyarakat. Terutama perubahan yang diterapkan kepada rakyat nusantara yaitu

1
sistem hukum eropa kontinental atau biasa satu cirinya yaitu hukum positif ditetapkan
disebut dengan Civil Law. Keberadaan sistem oleh kekuasaan yang berwenang.1 Ciri ini
hukum eropa kontinental membuat beberapa tentunya berkebalikan dengan ciri yang
kebijakan yang ada di nusantara mengikuti dimiliki oleh hukum keluarga adat.
sistem hukum yang berlaku di negara Kemudian hukum positif memiliki
belanda. Namun hal ini berkebalikan dengan keberadaan tertentu, yang lazim dikenal
adanya keberadaan hukum keluarga adat di dengan keberlakuan hukum, baik secara
Indonesia. Jika hukum yang berlaku saat ini yuridis, evaluative, maupun keberlakuan
bersumber dari hukum yang ada di negeri secara empiris. 2 Ciri ini tentunya juga
belanda, hukum keluarga adat sendiri sudah berkebalikan jika mengamati hukum
melekat pada keanekaragaman masyarakat keluarga adat, karena hukum adat memiliki
yang ada di Indonesia. akan tetapi, hukum sumber yang tidak statis.
keluarga adat sudah ada sejak zaman dahulu. Pada kondisi masyarakat Indonesia saat
Kemunculan hukum keluarga adat dengan ini, hukum keluarga adat termasuk suatu
hukum positif yang berlaku saat ini memiliki bentuk atau cerminan dari karakter
beberapa perbedaan. Perbedaan yang sangat masyarakat Indonesia.3 Hukum keluarga adat
memiliki bagiannya terhadap suatu segi
terlihat yaitu bahwa adanya pemberlakuan dalam kehidupan bermasyarakat.
hukum keluarga adat ini memiliki bentuk Korelasinya dapat terlihat dari adanya
yang tidak tertulis, karena hukum keluarga penggunaan sistem waris adat di tengah
adat bukan merupakan suatu produk dari keberadaan sistem waris barat dan Islam.
badan atau lembaga legislatif. Melainkan Namun demikian, tidak sepenuhnya hukum
hukum keluarga adat terbentuk dengan keluarga adat di akui oleh sebagian
sendirinya atas suatu kondisi atau situasi yang masyarakat karena besarnya eksistensi
hukum nasional. Bahkan, keberadaanya tidak
terjadi di dalam suatu kehidupan masyarakat diketahui oleh sebagian besar masyarakat
adat. Kemudian, hukum keluarga adat saat ini. Masyarakat beranggapan bahwa
memiliki sumber yang tidak statis, karena hukum keluarga adat dinilai terlalu tertinggal
hukum keluarga adat bersumber dari suatu dari zaman, hingga hal ini membuat
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat masyarakat enggan untuk mencari tahu, atau
adat. Seperti misalnya kebiasaan masyarakat sekedar penasaran terhadap hukum keluarga
batak toba dari zaman dahulu menjunjung adat. Akan tetapi, tetap saja hukum adat
mempunyai pengaruhnya dalam
tinggi martabat seorang anak laki-laki di
pemberlakuan masyarakat adat saat ini.
dalam keluarga, karena anak laki-laki Terlebih lagi seperti masyarakat adat batak
dianggap mampu untuk meneruskan marga dan minang masih kental menggunakan
sedangkan anak perempuan tidak. Sehingga ketentuan apa yang ada pada hukum keluarga
dari kebiasaan tersebut hingga saat ini adat.
terciptalah budaya patriarki dalam etnis batak Pengaruhnya hukum keluarga adat
toba. Dari uraian di atas, jika dibandingkan tidak sepenuhnya besar, karena pada
dasarnya adat dari setiap daerah di Indonesia
dengan hukum positif saat ini, hukum positif
tidaklah sama, jadi tidak bisa jika
memiliki ciri yang berkebalikan dengan apa disamaratakan antara adat yang satu dengan
yang menjadi ciri hukum keluarga adat. Salah

1 2
Slamet, S, “Hukum Positif Problematika Ibid
3
Penerapan Dan Solusi Teoritiknya”, Jurnal Eka Susylawati, “Eksistensi Hukum Adat dalam
Ilmu Hukum, vol. 15, no. 2 (Agustus 2019- Sistem Hukum di Indonesia” Al-Ihkam: Jurnal
Januari 2020): 203. Hukum & Pranata Sosial, vol. 4, no. 2 (Juni 2009):
126.

2
adat yang lain. Seperti misalnya ingin lebih baik kita terlebih dahulu memahami
menyamaratakan terkait hukum keluarga penjelasan tentang hukum adat. Menurut
adat di daerah batak dengan hukum keluarga beberapa ahli, hukum adat dapat dijelaskan
adat di daerah minang. Dalam kondisi tradisi sebagai berikut:4
adat batak, hanya pria yang dapat
menurunkan marganya kepada anaknya, 1) Cornelis Van Vollenhoven
sedangkan hal itu berkebalikan dengan Hukum adat adalah himpunan peraturan
hukum adat yang ada di minang, jika di batak tentan perilaku yang berlaku bagi orang
hanya lelaki yang dapat menurunkan pribumi dan Timur Asing pada satu pihak
marganya kepada anaknya, sedangkan pada mempunyai sanksi, dan pada pihak lain
adat minang hanya sang ibu yang dapat berada dalam keadaan tidak
menurunkan marganya kepada anaknya. dikodifikasikan.
walaupun hukum adat dinilai tidak memiliki 2) B. Ter Haar Bzn
pengaruhnya yang besar terhadap Hukum adat adalah keseluruhan aturan
masyarakat, akan tetapi pandangan hidup yang menjelma dari keputusan-keputusan
masyarakat Indonesia yang membuat hukum para fungsionaris hukum yang memiliki
adat tetap diamati hingga saat ini. kewibawaan serta pengaruh dan yang
Di zaman modern, keberlakuan hukum dalam pelaksanaannya berlaku serta
keluarga adat sudah jarang terlihat terutama merta dan ditaati dengan sepenuh hati.
di kota-kota besar, karena tentunya hal ini 3) J.H.P. Bellefroid
tertutup baik dengan hukum positif maupun Hukum adat adalah peraturan hidup yang
hukum Islam. Akan tetapi kedudukannya meskipun tidak diundangkan oleh
masih tetap memiliki korelasi hingga saat ini. penguasa tapi dihormati dan ditaati oleh
Walaupun hukum keluarga adat yang kental rakyat dengan keyakinan bahwa
hanya berada di beberapa daerah saja, tetapi peraturan-peraturan tersebut berlaku
kedudukannya tidak dapat disepelekan jika sebagai hukum.
hanya kita melihat dari hukum positif yang 4) Hardjito Notopuro
berlaku saat ini. Tidak hanya itu, bahkan Hukum adat adalah hukum tak tertulis,
suku adat besar seperti batak dan minang hukum kebiasaan dengan ciri khas yang
telah membawa pengaruh serta eksistensi merupakan pedoman kehidupan rakyat
ketentuan hukum keluarga adatnya dapat dalam menyelenggarakan tata keadilan
menyaingi apa yang menjadi ketentuan baik dan kesejahteraan masyarakat dan
dalam hukum positif maupun hukum islam. bersifat kekeluargaan.
Sehingga dalam hal ini hukum keluarga adat 5) Raden Soepomo
sebenarnya sangat amat menonjol dalam Hukum adat adalah sinonim dari hukum
pelaksanaan sistem hukumnya terlebih lagi yang tidak tertulis di dalam peraturan
dalam pelaksanaan sistem waris adat. Oleh legislatif, hukum yang hidup sebagai
karena itu muncul suatu pertanyaan konvensi di badan-badan hukum negara,
mengenai bagaimana sebenarnya kedudukan hukum yang hidup sebagai peraturan
hukum keluarga jika dilihat dalam perspektif
kebiasaan yang dipertahankan di dalam
hukum nasional yang ditinjau dari sisi hukum
waris adat? pergaulan hidup, baik di kota maupun di
desa-desa.
II. Pembahasan 6) Soekanto
2.1 Pengertian Hukum adat adalah kompleks adat-adat
Sebelum membahas lebih lanjut yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak
mengenai kedudukan hukum keluarga adat,

4
Wulansari, C. D., & Gunarsa, A, Hukum
Adat Indonesia Suatu Pengantar, (Bandung:
Refika Aditama, 2016), 3.

3
dikodifikasikan dan bersifat paksaan sistem dan asas-asas hukum waris
memiliki sanksi. tentang harta pewaris dan ahli waris
7) Bushar Muhammad serta bagaimana harta warisan ini
Hukum adat adalah hukum yang dialihkan penguasaan dan pemilikannya
mengatur tingkah laku manusia Indonesia dari pewaris kepada ahli waris dengan
dalam hubungan satu sama lain baik yang kata lain hukum penerusan harta
merupakan keseluruhan kelazimannya, kekayaan dari suatu generasi kepada
kebiasaan, dan kesusilaan yang benar- keturunannya.
benar hidup di masyarakat adat karena - Ter Haar menyatakan, bahwa hukum
dianut dan dipertahankan oleh anggota adat waris meliputi peraturan-peraturan
masyarakat itu, maupun yang merupakan hukum yang bersangkutan dengan
keseluruhan peraturan-peraturan yang proses yang sangat mengesankan serta
mengenai sanksi atas pelanggaran yang yang akan selalu berjalan tentang
ditetapkan dalam keputusan para penerusan dan pengoperan kekayaan
penguasa adat (segolongan orang yang materiil dan immaterial dari suatu
mempunyai kewibawaan dan berkuasa generasikepada generasi berikutnya.
memberi keputusan dalam masyarakat - Iman Sudiyat menyatakan bahwa hukum
adat itu yaitu dalam keputusan lurah, waris adat meliputi aturan-aturan dan
penghulu, wali tanah, kepala adat, dan keputusan-keputusan yang bertalian
hakim). dengan proses penerusan atau
Selain mengetahui pengertian dari hukum pengoperan dan peralihan atau
adat lebih lanjut akan dijelaskan mengenai perpindahan harta kekayaan materiil dan
pengertian dari hukum waris. Pendapat non materiil dari generasi ke generasi.
Soepomo dalam "Bab-Bab tentang Hukum - Bushar Muhammad menyebutkan
Adat" merumuskan hukum adat waris sebagai sebagai berikut “hukum waris adalah
berikut "Hukum Adat Waris " memuat serangkaian peraturan yang mengatur
peraturan-peraturan yang mengatur proses penerus dan pengoperan harta
meneruskan serta mengoperkan barang-barang peninggalan atau harta warisan dari satu
harta benda dan barang-barang yang tidak generasi ke generasi yang lain, baik
berwujud benda (imnateriele goedercn) dari mengenai benda material maupun
suatu angkatan manusia kepada immaterial “bahwa hukum waris yang
keturunannya".5 dimaksud mencakup pula persoalan-
Menurut Soepomo menyatakan bahwa persoalan, tindakan-tindakan mengenai
hukum waris adat yaitu:6 pelimpahan harta benda semasa
- Proses tersebut tidak menjadi "akuut" seseorang masih hidup. Lembaga yang
(mendadak) oleh sebab orang tua dipakai dalam hal ini adalah lembaga
meninggal dunia; dan hibah”.
- Meninggalnya bapak atau ibu, adalah Adanya proses pewarisan merupakan
suatu peristiwa penting bagi proses itu, masalah yang sangat penting. Proses
akan tetapi sesungguhnya tidak pewarisan tersebut mempunyai tiga unsur
mempengaruhi secara radikal proses yang harus dipenuhi sebelum proses
penerusan dan pengoperan harla benda pewarisan tersebut dapat dilakukan,
dan harta bukan benda tersebut. pertama, seseorang peninggal warisan
Selain itu, berikut pendapat ahli mengenai (pewaris) yang pada waktu wafatnya
pengertian dari hukum waris adat: 7 meninggalkan harta warisan; kedua,
- Hilman Hadikusuma tentang hukum seseorang atau beberapa orang para ahli
waris adat, adalah hukum adat yang waris yang berhak menerima harta kekayaan
memuat garis-garis ketentuan tentang yang ditinggalkan; dan ketiga, harta warisan

5 6
Ellyne D, Perkembangan Hukum Waris Adat di Ibid.
7
Indonesia, (Sidoarjo, Zifatama 2016) halaman 1. Ibid, 1-2.

4
atau harta peninggalan, yaitu harta yang selaras dengan prinsip dalihan natolu,
ditinggalkan, dibagi-bagi dan sekali beralih ialah tungku tempat memasak yang
kepada para ahli waris. Harta yang dapat diletakkan di atas dari tiga batu yang
dibagi adalah harta peninggalan setelah sama besar, sama jarak, dan sama tinggi.
dikurangi dengan utang-utang pewaris Sifat lain corak masyarakat Batak adalah
dalam hidupnya sehingga ahli waris hanya terbuka dan sederhana. Masyarakat
akan menerima harta peninggalan netto Batak secara terbuka menerima
(bersih). Kemudian, pada umumnnya proses masukan unsur-unsur yang datang dari
pengalihan atau pengoperannya sendiri luar, asal saja tidak bertentangan dengan
sudah dapat dimulai semasa pewaris si jiwa hukum adat itu sendiri. Hukum adat
pemilik harta kekayaan itu sendiri masih Batak juga melalui proses administrasi
hidup serta proses itu selanjutnya berjalan yang berbelit-belit dalam lembaga adat
terus sehingga keturunannya itu masing- dalihan natolu. Karakter hukum adat
masing menjadi keluarga-keluarga baru secara umum tidak terkodifikasi sebagai
yang berdiri sendiri yang kelak pada suatu bentuk aturan tertulis yang dapat
akhirnya akan mendapat giliran juga untuk diketahui dengan jelas. Hal ini juga
menerukna proses tersebut kepada generas nampak dalam masyarakat adat dengan
yang berikutnya juga. Proses peralihan harta peraturan yang tidak tertulis dalam
kekayaan menurut hukum adat merupakan hukum adat Batak Toba dengan prinsip
suatu proses berkelanjutan dari keturunan dalihan natolu. Prinsip ini tetap
sebelumnya kepada keturunan berikutnya. dipegang teguh oleh masyarakat Batak
Proses tersebut tidak menjadi akuut oleh meski telah merantau di daerah lain.9
sebab orang tua meninggal dunia bawha Masyarakat adat Batak
memang meninggalnya bapak atau ibu mengedepankan persekutuan hukum
adalah suatu peristiwa yang penting bagi yang bersifat geneologis berdasarkan
proses pewarisan, akan tetapi sesungguhnya garis laki-laki atau patrililenal. Garis
tidak mempengaruhi secara radikal proses laki-laki menjadi penentu utama untuk
penerusan dan pengoperan harta benda dan menentukan pihak yang menerima hak
harta bukan benda tersebut.8 pewarisan dari sebuah perkawinan pada
2.2 Hukum Waris Adat masyarakat Batak. Dalam suku Batak
a. Waris Batak Toba, ada beberapa perkawinan yang
Saat ini pada umumnya orang Batak dilarang karena melanggar adat, namun
mayoritas menganut agama Kristen ada juga perkawinan yang sangat
Protestan, Kristen Katolik, dan Islam, dianjurkan. Perkawinan yang diajurkan
sehingga hukum adat yang berlaku dalam adat Batak Toba yaitu mahiturun
berkaitan erat dengan kepercayaan dan atau mahuempe, panoroni, mangalua,
agamanya masing-masing. Sifat hukum mangabing boru, marimbang atau
adat yang lain adalah kebersamaan, yang tungkot, singkap rere, manghabia,
bermakna mengutamakan kepentingan parumaen di losung, marsonduk hela,
bersama dibandingkan kepentingan manggogoi, dan dipaorohon. Beberapa
individu. Sifat ini juga kerap ditemukan perkawinan yang dilarang dalam suku
dalam kebersamaan masyarakat adat Batak Toba dan ini dianggap tidak sah
Batak, tampak pada setiap kegiatan yang dan menyalahi norma yang ada, yaitu
dilakukannya, baik itu dalam pekerjaan, namarpadan, namarito, dua pungu
kegiatan adat, maupun ketika musibah saparihotan, pariban naso boi olion,
yang menimpa anggota dalam kelompok marboru namboru ni oli anak ni tulang.
masyarakat. Prinsip kebersamaan ini Perkawinan yang dilangsungkan

8 9
Ibid, 3-4. Jaja, Ahmad, “Eksistensi Pewarisan Hukum Adat
Batak”, Jurnal Yudisial, vol. 12, no. 2 (Agutus
2019): 241.

5
tersebut akan menjadi persekutuan Harta pusaka tinggi adalah harta warisan
hukum yang bersifat geneologis, turun- yang diturunkan secara turun temurun
temurun.10 dalam garis keturunan ibu menurut
b. Waris Minang hukum adat,11
Bersamaan dengan garis keturunan c. Waris Jawa
matrilineal menurut hukum ibu, maka Dalam adat jawa yang menjadi ahli
ahli waris menurut adat Minangkabau waris adalah para warga pada generasi
dihitung dari garis ibu. Sebagaimana berikutnya yang paling karib dengan
juga terdapat bahwa ahli waris baru pewaris atau yang disebut dengan ahli
muncul apabila ada harta peninggalan waris utama, yaitu anakanak yang
ahli waris. Harta peninggalan di dibesarkan dalam keluarga atau brayat si
Minangkabau yang telah diketahui pewaris dan yang pertama mewaris
berupa harta pusaka tinggi dan harta adalah anak kandung. Menurut adat
pusaka rendah. Dari dua macam harta tradisional Jawa, semua anak laki-laki
inilah yang nantinya akan ditentukan baik perempuan, lahir lebih dahulu atau
siapa saja ahli warisnya. Ketika kita belakangan, memiliki hak yang sama
berbicara harta pusaka tinggi maka atas harta peninggalan orang tuanya.
sudah jelas bahwa ahli warisnya Namun di beberapa daerah terutama di
anggota-anggota keluarga dari garis Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi
keturunan ibu. Jika seorang ibu Nabung karena terdapat mayoritas
meniggal, maka ahli waris pertamanya masyarakat suku adat jawa yang dimana
anak-anaknya, kemudian cucu-cucunya berlaku sistem sepikul segen-dong,
dan akhirnya warih nan dakek (ahli dimana anak laki-laki mendapat bagian
waris nan dekat). Jadi harta waris dua kali lipat lebih banyak bagian dari
dipegang oleh pihak ibu, namun ketika pada anak perempuan.Ahli waris dalam
menjadi pelaksana dan penentunya ninik masyarakat bilateral adalah anak
mamak. Peran ninik mamak adalah kandung (anak laki-laki dan anak
sebagai koordinir dalam hal perawatan perempuan). Pada masyarakat Jawa
dan kelanjutan dari harta waris tersebut. didominasi oleh dua sistem kewarisan
Tetapi ketika warih nan dakek sudah yang terjadi ketika pewaris masih hidup
tidak ada lagi maka akan dicari warih dan setelah pewaris meninggal. Prinsip
nan jauah. Warih nan jauah ialah segala tahap regenerasi inilah yang meru-pakan
anggota keluarga yang sedarah dari garis ciri pokok yang esensial dalam
ibu, tetapi yang tidak langsung masyarakat Adat Jawa. Timbulnya dua
keturunan si wanita yang meninggal atau tahap regenerasi ini terjadi karena harta
ahli waris tersebut. Yang termasuk keluarga yang terdiri dari harta asal
dalam warih nan jauah yaitu ibu dari ahli suami, harta asal istri dan harta bersama
waris (jika masih hidup) atau jika sudah merupakan dasar materiil bagi
tidak ada di gantikan dengan saudara kehidupan keluarga. Harta itu nantinya
laki-laki atau perempuan dari si ibu ahli akan disediakan pula untuk dasar
waris. Apabila sudah tidak ada, maka materiil bagi kehidupan keturunan
akan di gantikan oleh anggota keluarga keluarga itu. Oleh karena itu keturunan
yang berada dilingkungan garis (anak) merupakan hal yang penting
keturunan ibu. Dalam hukum waris adat dalam kehidupan keluarga dan
Minangkabau, harta warisan dapat merupakan salah satu tujuan utama
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu harta dalam perkawinan, yaitu untuk
pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. meneruskan angkatan atau keturunan.

10
Ibid, 241-242. Perdata Barat” Jurnal Ilmu Hukum, vol. 10, no. 1
11
Cindy, Aoslavia, “Perbandingan Hukum Waris (Juni 2021): 57.
Adat Minangkabau Sumatera Barat dan Hukum

6
Sehingga kematian pewaris tidak begitu hukum yaitu konsep pemikiran legisme atau
berpengaruh dalam proses pewarisan. 12 termasuk aliran positivism dan aliran
Anak kedua perempuan saat mazhab sejarah. Aliran legisme
dinikahkan ia diberi sebuah rumah. menghendaki bahwa semua perbuatan
Penunjukan (acungan) adalah pewaris hukum dapat dengan mudah dilakukan
menunjukan penerusan harta waris dengan undang-undang, sedangkan aliran
untuk pewaris akan tetapi hanya untuk sejarah tidak sejalan dari adanya aliran
pengurusan serta diambil manfaatnya legisme tersebut, karena menurutnya
saja, mengenai kepemilikan masih keberadaan hukum tidak mungkin dibuat
sepenuhnya milik pewaris. Kepemilikan melainkan harus tumbuh dengan sendirinya
harta terhadap ahli waris akan berlaku dari adanya kesadaran hukum masyarakat.14
sepenuhnya jika pewaris telah Hukum waris adat sebenarnya menjadi
meninggal. Sebagai contoh, misalnya salah satu ketentuan waris yang banyak
sawah dari pohon jambu sampai batas dipakai oleh sebagian besar masyarakat
sungai adalah untuk si A sedangkan dari Indonesia, tidak perlu dipertanyakan karena
batas sungai sampai Judul Artikel Indonesia terdiri dari berbagaimacam suku
Maksimal 4 Kata Pertama…. | Jurnal adat yang tersebar jadi tentunya
Kultur Demokrasi: Vol 9, No 2 pembagiana ketentuan waris adat menjadi
Desember 2020 pohon beringin untuk si salah satu ketentuan yang sering dipakai
B.Berpesan (weling atau wekas) adalah oleh para masyarakat. Seperti halnya suku
pewarisan yang dilakukan ketika batak dan minang yang banyak tersebar di
seseorang kawatir akan penyakitnya pulau sumatera dan sebagian pulau jawa
yang tidak akan sembuh dan akan tentunya mereka menggunakan hukum
meninggal, maka untuk menghindari waris yang mereka yakini. Terlebih lagi
perselisihan diantara ahli waris maka hukum waris ini bersifat turun temurun dan
pewaris berpesan untuk membagi- sudah melekat pada setiap masyarakat adat,
bagikan har-tanya dengan cara yang tentunya jika dilanggar akan terdapat
layak atau sama rata untuk ahli hukumannya tersendiri dari ketentuan
warisnya.13 adatnya. Kemudian jika melihat eksistensi
2.3 Eksistensi Hukum Waris Adat di dari hukum waris barat dan Islam memiliki
Tengah Keberadaan Hukum Nasional ketentuannya tersendiri, akan tetapi tetap
Dalam penerapan hukum waris adat saja sebagai warga adat tertentu walaupun
yang berlaku, sebenarnya kedudukan dia beragama Islam dan berstatus nasional
hukum waris adat tidak jauh berbeda Indonesia, tetap saja ia harus mengikuti
dengan hukum nasional yang ada. Jika ketentuan hukum waris adat yang ia yakini.
hukum nasional berbicara mengenai hukum III. Simpulan
yang ada pada umumnya dan berasal dari Dari hasil pembahasan di atas, sekiranya
negeri belanda, maka hukum waris adat dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
hanya berlaku bagi seseorang yang berasal berikut:
dari adat tertentu dan berasal dari 1. Sebagai suatu sistem hukum yang
masyarakat Indonesia sendiri. Selain itu, berjalan, sebenarnya keberadaan
dalam penerapan hukum waris adat sebagai hukum waris adat sangat diperlukan
hukum positif, tentunya diperlukan karena ketentuannya dijalankan oleh
mengenai dua konsep pemikiran hukum sebagian besar masyarakat adat di
yang matang mempertentangkan Indonesia.
kedudukan hukum waris adat dalam sistem

12 13
Budi, dkk, “Peran Tokoh Adat dalam Pembagian Ibid, 27-28.
14
Harta Waris Menurut Hukum Adat Jawa di Mahdi Syahbandir,”Kedudukan Hukum Adat
Lampung Tengah”, Jurnal Kultur Demokrasi, vol. Dalam Sistem Hukum” Kanun Jurnal Ilmu Hukum,
9, no. 2 (Desember 2020): 27. vol. 12, no. 1, (April 2010): 7-8.

7
2. Seperti contoh, dengan adanya
pewarisan hukum adat batak, minang DAFTAR PUSTAKA
dengan jawa menandakan 3 bentuk
ketentuan yang berbeda. Yang mana Aoslavia, C. (2021). Perbandingan Hukum
pada hukum adat batak menarik garis Waris Adat Minangkabau Sumatera
keturunan dari pihak lelaki, minang Barat Dan Hukum Perdata
dari pihak perempuan, dan jawa dari Barat. Mizan: Jurnal Ilmu
kedua belah pihak. Akan tetapi adanya Hukum, 10(1), 54-63.
pewarisan yang berbeda tersebut
tidaklah menjadi suatu kelemahan dari Jayus, J. A. (2019). Eksistensi Pewarisan
adanya sistem pewarisan adat yang ada Hukum Adat Batak. Jurnal
di Indonesia, justru hal tersebut Yudisial, 12(02), 235-253.
menandakan bahwa beraneka
ragamnya sistem pewarisan adat yang Nugroho, B. S., Pitoewas, B., & Nurmalisa,
ada di Indonesia dan keduduka ini Y. (2020). Peran Tokoh Adat Dalam
tidak kalah dengan sistem pewarisan Pembagian Harta Waris Menurut
yang ada di barat dan sistem pewarisan Hukum Adat Jawa Di Lampung
yang diterapkan dalam islam. Terlebih Tengah. Jurnal Kultur
lagi banyaknya masyarakat Indonesia Demokrasi, 9(2).
yang bersumber dari 3 suku tersebut
menandakan bahwa hukum waris adat Poespasari, E. D., & SH, M. (2016).
masih memiliki kedudukannya yang Perkembangan hukum waris adat di
tinggi, serta tentunya masih bergengsi Indonesia.
dengan ketentuan hukum waris yang
lain. Suhartono, S. (2020). Hukum Positif
3. Kemudian kedudukan hukum adat di Problematik Penerapan Dan Solusi
tengah eksisnya hukum nasional yang Teoritiknya. DiH J. Ilmu
ada tetaplah menjadi ketentuan yang Huk, 15(2), 206.
banyak digunakan oleh masyarakat
adat. Berbeda halnya dengan hukum Susylawati, E. (2009). Eksistensi hukum
nasional yang dibentuk berdasarkan adat dalam sistem hukum di
hukum yang ada di wilayah barat, dan Indonesia. Al-Ihkam: Jurnal
hukum waris Islam mengikuti apa Hukum & Pranata Sosial, 4(1),
yang ada di dalam Al-Qur’an, hukum 124-140.
waris adat merupakan ketentuan
orisinil yang dimiliki oleh masyarakat Syahbandir, M. (2010). Kedudukan
adat Indonesia sejak dahulu dan sudah Hukum Adat dalam Sistem
turun temurun hingga saat ini serta
Hukum. Kanun Jurnal Ilmu
keberadaannnya sudah melekat pada
setiap diri masyarakat adat. Jadi Hukum, 12(1), 1-13.
tentunya kedudukannya masih sangat Wulansari, C. D., & Gunarsa, A.
apik di tengah eksisnya hukum
nasional yang sedang berlaku. (2016). Hukum adat Indonesia:
suatu pengantar. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai