Anda di halaman 1dari 2

NAMA : OLGA SALSABILA KIASATINA

NIM : D1A021259

KELAS : HUKUM ADAT B2

UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM ADAT

1. Bagaimana eksistensi hukum waris adat dan hukum transaksi adat dalam praktik kehidupan
masyarakat saat ini?
2. Berikan pandangan anda tentang perkembangan hukum adat yang dimasuki oleh proses
akulturasi atau asimilasi, bandingkan pengaruh positif dan negatifnya terhadap pergeseran nilai
norma adat?
3. Bagaimana urgensi pengadopsian hukum adat dalam hukum nasional?
4. Menurut anda bagaimana solusi jika dalam proses legislasi atau pengadopsian hukum adat
terdapat pertentangan antar norma adat?

JAWABAN :

1. Eksistensi Hukum Adat berdiri kokoh pada fondasi yang kuat, yakni terdapat dasar teoritik dan
yuridis. Dasar ini yang melegitimasi keberlakuan Hukum Adat. Hukum adat adalah hukum
dinamis yang senantiasa mengikuti perkembangan masyarakat. Seperti contoh hukum waris
adat dalam masyarakat yaitu dalam proses pembagian harta menurut hukum waris adat sangat
ditentukan oleh sistem kekerabatan. Begitu juga hak kepemilikan yang sudah dimiliki. Dalam
hukum waris adat kekerabatan juga dapat menggunakan versi matrilineal. Jadi, melihat garis
keturunan pihak ibu sebagai penerima harta peninggalan. Dalam kata lain hanya keturunan
perempuan akan menjadi penerimanya. Pembagian warisan jika ayah meninggal juga bisa
memakai bilateral. Disini termasuk paling baik karena garis keturunan ayah dan ibu berkah
menerima. Keturunan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tentu berhak.

Sementara contoh transaksi dalam hukum adat yaitu transaksi tanah. Transaksi tanah dalam
hukum adat adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh sekelompok orang atau secara
individu untuk menguasai sebidang tanah yang dilakukan baik secara sepihak maupun secara
dua pihak sesuai dengan kebutuhan mereka.

2. Hukum adat telah menjadi “pemangku” berbagai unsur dan nilai-nilai yang ada dan berkembang
di dalam masyarakat sehingga tercipta “harmonisasi semua unsur” . Hukum adat juga adalah
hukum dinamis yang senantiasa mengikuti perkembangan masyarakat sehingga hukum adat
juga mengalami proses akulturasi dan asimilasi dilihat dari perkembangan zaman yang semakin
maju dan pesat. Dampak positif hal tersebut yaitu peraturan dalam hukum adat banyak
mengalami kemajuan menjadi lebih baik seperti setelah terjadi akulturasi, maka hukum adat
atau hukum pribumi , menurut Van Vollenhoven berkembang ke dalam dua bentuk yaitu
Inlandsrecht (hukum adat atau hukum pribumi) yang merupakan hukum tidak tertulis (jus non
scriptum) dan hukum ditulis (jus scriptum), yaitu hukum asli penduduk berdasarkan ketentuan
hukum-hukum agama. Sedangkan dampak negatif dari perkembangan hukum adat yang
mengalami proses akulturasi dan asimilasi yaitu tergesernya nilai-nilai asli kebudayaan
masyarakat itu sendiri jika kita tidak bisa menyaring budaya yang masuk ke dalam norma adat
setempat sehingga masyarakat akan melupakan norma adat asli mereka.

3. Keberadaan hukum adat dalam Sistem Hukum Nasional adalah seiring atau berdampingan
dengan hukum nasional. Dalam Pasal 18 B ayat (2) Perubahan Kedua UUD Tahun 1945 telah
ditentukan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.
Hukum adat memiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan hukum nasional
yaitu sebagai bagian dari proses pembentukan hukum nasional yang bertujuan untuk
mewujudkan rasa keadilan dan kemakmuran dalam masyarakat. Dengan demikian maka sesuai
dengan cita-cita dan harapan masyarakat. Banyak aturan hukum yang dilahirkan dari
mengadopsi hukum adat. Hukum adat dapat diberlakukan eksistensinya apabila memenuhi
beberapa syarat, antara lain:
A. Seiring dan mampu mengikuti perkembangan masyarakat. Hukum adat harus bersifat
dinamis, tidak kaku.
B. Berdasar prinsip NKRI. Tidak mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C .Diatur dalam Undang-Undang. Dapat diatur menjadi suatu Undang-Undang tersendiri
maupun Undang-Undang terkait. Misalnya pada Undang-Undang mengenai Pemerintah Daerah.

4. Menurut saya, jika terjadi pertentangan dengan norma adat pada saat legislasi hukum adat
solusinya bisa dengan berpedoman pada asas Lex superior derogat legi inferiori yaitu peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi mengenyampingkan peraturan perundang-undangan
yang rendah. Jika suatu peraturan dalam hukum adat bertentangan dengan norma adat
setempat, peraturan tersebut tetap saja memiliki kekuatan mengikat secara hukum dan tetap
diberlakukan sepanjang belum terdapat warga yang mengajukan gugatan.

Anda mungkin juga menyukai