Anda di halaman 1dari 4

Andi Maulana Muhammad.

Np
B011221089
Prodi Ilmu Hukum

PAPER MENGENAI JURNAL HUKUM ADAT DALAM PERKEMBANGAN:


PARADIGMA SENTRALISME HUKUM DAN PARADIGMA PLURALISME
HUKUM. Karya : Frans Simangunsong,SH,MH

A. Pendahuluan
Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis karena aturan ini tidak ada dalam
hukum tercatat. Ada kebiasaan sebagai penggunaan tertentu, di antaranya
masyarakat beranggapan bahwa itu harus legal dari sudut pandang hukum,
yang berlangsung selama waktu tertentu. Contoh hukum adat adalah misalnya
peraturan menteri Ia tidak lagi memiliki kepercayaan mayoritas di DPR harus
mengundurkan diri. Aturan seperti itu tidak terdapat dalam hukum mana pun
tapi sudah biasa. Tidak ada kewajiban hukum untuk menteri ini untuk
menawarkan pengunduran dirinya, tetapi tugas ini karena itu ada berdasarkan
kebiasaan dalam politik nasional.

Hukum umum atau Hukum Adat adalah hukum berdasarkan adat.


Karakteristik penting dari common law adalah bahwa ia diturunkan secara
lisan dari generasi ke generasi.

Hukum umum dapat mencakup berbagai bidang seperti hak dan kewajiban
perkawinan, warisan, suksesi, hubungan antara orang pada umumnya,
kepemilikan dan penggunaan real estat, bobot dan ukuran, hak perkawinan,
hak dan hak istimewa dalam masalah perdata dan pidana, pengangkatan dan
hukum prosiding. Contoh hukum adat yang diterapkan di Negara-negara
Rendah adalah hak bertetangga dan devolusi.

Secara hukum, hukum adat (coutume atau règle coutumière) adalah aturan
yang merupakan hasil dari praktek dan adat istiadat tradisional dari waktu ke
waktu dan dengan demikian menjadi sumber hukum. Ini diakui oleh
pengadilan dan dapat melengkapi atau melengkapi hukum, asalkan tidak
bertentangan dengan teks hukum lainnya.

Standar khusus yang (sebagai tambahan) mengatur atau dapat mengatur


hubungan hukum timbal balik antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
Hukum umum adalah seperangkat aturan hukum tidak tertulis.

B. Pembahasan

Sentralisme hukum atau yang biasa disebut hukum modern memiliki


sifat-sifat tertentu menurut Marc Galanter, yakni :
1. hukum itu lebih bersifat teritorial daripada personal, dalam arti
penerapannya tidak terikat pada kasta, agama atau ras tertentu
2. sistemnya diorganisir secara hirarkhis dan birokratis;
3. sistem juga rasional yang artinya, tehnik -tehniknya dapat dipelajari
dengan menggunakan logika dan bahan-bahan hukum yang tersedia
4. dinilai dari sudut kegunaannya sebagai sarana untuk menggarap
masyarakat, tidak dari kwalitas formalnya
5. hukum itu bisa diubah- ubah dan bukan merupakan sesuatu yang keramat
± kaku; ekssistensi hukum dikaitkan pada (kedaulatan) negara.
Pluralisme hukum dikatakan berlawanan dengan sentralisme hukum.
Pluralisme hukum menaruh satu sistem hukum sama dengan sistem hukum
yang lainnya sehingga sering dikatakan percampuran sehingga tidak ada
pemisahan di dalamnya.
pluralisme hukum menunjuk situasi yang di dalamnya dua atau lebih sistem
hukum hidup berdampingan, dengan masing-masing dasar legitimasi dan
keabsahannya.
Esmi Warasih dalam pidato pengukuhan beliau sebagai guru besar bahwa.
“suatu sistem hukum yang tidak berasal atau ditumbuhkan dari kandungan
masyarakat merupakan masalah, khususnya di negara- negara yang sedang
berubah karena terjadi ketidakcocokan antara nilai-nilai yang menjadi
pendukung sistem hukum dari negara lain dengan nilai-nilai yang dihayati oleh
anggota masyarakat itu sendiri.”
paradigma pemahaman hukum adat serta perkembangannya harus berada
pada suatu ruang lingkup yang memumpuni dan di laji secara luas.
1. Kajian yang tidak lagi melihat sistem hukum suatu negara berupa hukum
negara, namun juga hukum adat hukum agama serta hukum kebiasaan
2. Pemahaman hukum (adat) tidak hanya memahami hukum adat yang
dalam berada dalam komunitas tradisional- masyarakat pedesaan, tetapi juga
hukum yang berlaku dalam lingkungan masyarakat lingkungan tertentu (hybrid
law atau unnamed law)
3. Memahami gejala trans nasional law sebagaimana hukum yang dibuat
oleh organisasi multilateral, maka adanya hubungan interdependensi antara
hukum internasional, hukum nasional dan hukum lokal.
Adat istiadat dipandang sebagai hukum yang muncul dari pemikiran dan
cita-cita masyarakat. Hukum umum dipandang negatif dari luar, baik dalam
kaitannya dengan hukum lain, baik dalam kekuatan maupun kelemahannya,
maupun dalam interaksinya dengan perkembangan politik negara.
Perkembangan positif hukum mengarah pada kenyataan bahwa hukum adat
diakui dalam masyarakat dalam pendidikan, legislasi, yurisprudensi dan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam arti negatif, sebaliknya, hukum adat
diganti dan diubah atau dihapus sama sekali oleh hukum positif yang diwakili
oleh negara, baik dalam perundang-undangan maupun dalam putusan
pengadilan. Sebagaimana dimaksud: Padahal, common law mengacu pada
masyarakat yang masih hidup di level subsistem, sehingga penerapannya
dalam kehidupan perkotaan modern patut dipertanyakan. Perkembangan
hukum umum saat ini dipengaruhi oleh:
Kebijakan hukum yang dilakukan oleh negara dan cara di mana hukum umum
dicari. Lantas bagaimana perkembangan hukum adat dalam paradigma teori?
Hukum selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat yangterus berubah. Pembaruan hukum umum menghadirkan teori
prof. Koesnoe, menurutnya perkembangan hukum adat meliputi:
1. Pengertian hukum adat, 2. Posisi hukum adat, 3. Isi dan lingkungan
kekuasaan manusia dan ruang. Kontribusi hukum umum terhadap
pembentukan hukum nasional adalah penggunaan asas, pranata, dan
pendekatan dalam perundang-undangan. Dalam membentuk undang-undang
nasional, kontribusi dari hukum umum dapat digunakan, misalnya, dalam
perjanjian bagi hasil (sektor minyak), undang-undang pertanahan
danperumahan (khususnya perumahan) dan prinsip pemisahan horizontal.
Hukum adat yang memiliki ciri khas tersendiri dapat berkembang sesuai
kebutuhan dan kebutuhan perkembangan jaman. Perkembangan hukum adat
dalam sifat dan isinya, serta melalui sumber-sumber hukum yang tersedia.
Oleh karena itu, isi dan pengakuan hukum adat dapat tercermin:

A. terpelajar
Profesor Satjipto Raharjo:
Pendekatan fungsional dapat digunakan dalam industrialisasi hukum adat.
Dengan kata lain, kehadiran hukum dalam masyarakat berfungsi sebagai
instrumen untuk membagi proses-proses dalam masyarakat untuk
menciptakan suasana ketertiban tertentu. Hukum kemudian memberikan
kerangka bagi berbagai proses tersebut untuk menciptakan suasana sosial
yang produktif.
B. Perundang-undangan Perundang-undangan merupakan produk hukum
formal yang dibuat oleh suatu badan yang berwenang. Isi materi yang
disajikan dalam Peraturan Perundang-undangan mencakup peraturan
perundang-undangan yang berasal dari common law.
C. Dalam yurisprudensi;
D. Metode (kontrak, metode
hukum, hukum adat)
e. Dalam hukum lunak

C. Kesimpulan
Mengacu pada konsep hukum umum yang dikemukakan oleh Soepomo,
hukum umum dapat dibentuk oleh badan legislatif, yaitu pengadilan. Hukum
adalah satu kesatuan standar yang muncul dari nilai-nilai (values). Namun,
hukum dan hukum umum, terutama karena sifatnya:

1. Common law bersifat netral dan


2. Hukum adat tidak bersifat netral karena terkait erat dengan nilai-nilai
agama. Pembedaan ini penting untuk memahami munculnya atau perubahan
hukum yang berlaku di masyarakat. Hukum netral ± hukum lalu lintas –
merupakan hukum yang relatif longgar dalam kaitannya dengan nilai-nilai
agama ± komposisi adat – ini berarti bahwa perubahan hukum yang
mengandung hukum netral mudah dirancang dan perkembangan hukum
terjadi dalam bentuk undang-undang. (perundang-undangan). Jika hukum
adat erat kaitannya dengan nilai-nilai agama ± karena penyatuan bangsa
relatif sulit, maka pengembangan dan perumusannya dalam hukum positif
dilakukan melalui yurisprudensi.
Sarjana Barat memahami hukum umum berdasarkan dua asumsi yang salah:
Pertama, hukum umum dapat dipahami
7

melalui bahan tertulis, belajar dari dokumen asli, atau berdasarkan hukum
agama. Kedua, hukum adat ini disistematisasikan berdampingan dengan
hukum Barat. Menyetujui paradigma Barat salah paham dengan common law,
dengan segala akibat yang mengikutinya kemudian dalam perkembangan
masa kemerdekaan.

D. Daftar pustaka
HUKUM ADAT DALAM PERKEMBANGAN: PARADIGMA SENTRALISME HUKUM DAN
PARADIGMA PLURALISME HUKUM, Frans Simangunsong,SH,MH

Anda mungkin juga menyukai