Anda di halaman 1dari 10

Kesadaran Hukum Pada Masyarakat

Oleh: Abd. Wafi Rohiqim Makhtum, Abd. Wasik, Abdul Holil.


Mahasantri Ma’had Aly Marhalah Tsaniyah PP. Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.

Abstract
This article explains about legal awareness in the community. There are three sub-discussions
in this paper, the understanding of legal awareness, cases of low legal awareness in the
community, and the triggering factors. The source of writing this article comes from several
books on the sociology of law and legal awareness, as well as several websites about cases of
low legal awareness that exist in society. The conclusion of this paper is the need to understand
legal awareness factors such as legal knowledge, recognition of legal provisions, legal respect
and compliance with legal provisions. to create legal awareness in the community.

Abstrak
Tulisan in menjelaskan tentang kesadaran hukum pada masyarakat. Ada tiga sub pembahasan
dalam tulisan ini, pengertian kesadaran hukum, kasus-kasus rendahnya kesadaran hukum pada
masyarakat, serta faktor-faktor pemicunya. Sumber penulisan artikel ini berasal dari beberapa
buku tentang sosiologi hukum dan kesadaran hukum, serta beberapa website tentang kasus-
kasus rendahnya kesadaran hukum yang ada pada masyarakat. Kesimpulan dari tulisan ini
adalah perlunya memahami factor-faktor kesadaran hukum seperti pengetahuan hukum,
pengakuan terhadap ketentuan hukum, penghargaan hukum dan kepatuhan terhadap ketentuan
hukum. untuk menciptakan kesadaran hukum pada masyarakat.

Pendahuluan
Interaksi sosial merupakan hal yang pasti melekat pada diri manusia berdasarkan kodrat
manusia sebagai makhluk sosial. Interaksi sosial tersebut merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang sebagia individu-
individu, antara kolompok-kelompok manusia maupun antara individu dan kelompok. Pada
dasarnya intaraksi sosial tidak akan pernah terwujud tampa adanya kontak dan komunikasi
antar sesama baik antar individu, antar kelompok atau antar perorangan dan kolompok
manusia.

Dalam kehidupan besosial manusia akan cenderung untuk mempertahakan kehormatan


diri dan integritasnya. Untuk menggapai hal ini setidaknya terdapat enam hal yang perlu
dijadikan pengangan oleh seseorang a. mendasarkan pada kebutuhan yang nyata (sabutuhe) b.
efisiensi (saperlune) c. efektivitas (sacukupe) d. menyesuaikan diri dengan kebenaran
(sabenere) e. sesuai dengan kaidah-kaidah (samestine) f. tanpa memaksakan kemampuan fisik
dan mental (sakepenake).1 Dengan adanya pegangan di atas interaksi sosial manusia cenderung
untuk untuk menghasilkan pola-pola interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Sifat asosiatif
tersebut cenderung menuju ke bentuk akomodasi yang artinya suatu keadaan seimbang dalam
interaksi sosial dan adanya usaha-usaha untuk meredakan suatu pertentangan atau perselisihan.
Dan apabila pola-pola interaksi sosial tradisional tadi dihubungkan dengan proses hukum,
maka dapatlah dimengerti bahwa titik tolak penyelesaian sengketa bukanlah peraturan-
peraturan hukum, akan tetapi pelenyapan dari konflik. Hal ini bertujuan untuk
menyejahterahkan kehidupan manusia dengan menjaga segala hak-haknya serta mendorong
manusia untuk melakukan segala kawajiban mereka.

Delam meuwujudakan tegaknya hak hak dan kewajiban setiap manusia agar tidak
melampaui batas antar sesama manusia. maka muncullah hukum yang mengatur setiap
tindakan manusia. Secara umum hukum merupakan selutuh aturan tingkah laku atau kaidah
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur pergaulan dan menciptakan tata tertib dalam
masyarakat. Sedangkan dalam KBBI, Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.2 Hukum yang di buat
oleh manusia dapat dibedakan menjadi dua bagian, a) hukum tertulis yaitu hukum yang
dituangkan atau dicantumkan kedalam undang-undang atau peraturan perundang-undangan,
seperti UUD 1945, KUHP, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, b) hukum tidak tertulis
yang secara nyata memang tidak di tuangkan kedalam Undang-Undag. Namun hukum ini tetap
ditaati seperti suatu peraturan perundangan.3

Tegak tidaknya kaidah-kaidah hukum sangat ditentukan oleh tingkat ketaatan warga
masyarakat pada perintah-perintah yang terkandung didalamnya, dan pada gilirannya ketaatan
ini ikut ditentukan oleh kekuatan sanksi-sanksi yang terkandung dalam kaidah-kaidah tersebut.
Diketahui bahwa sekalipun terdapat sanksi nmaun itu tidaklah mampu menjamin terealisasinya
ketaatan warga masyarakat dan tegaknya kaidah-kaidah hukum. Ketaatan pada perintah hukum
masih ikut ditentukan oleh apa yang disebut kesadaran hukum. Soerjono soekanto
menyebutkan kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri
manusia tentang hukum yang ada pada diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang
hukum yang diharapkan adanya. Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi
hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian yang konkrit dalam masyarakat

1
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, P.T. Citra Aditya Bahkti,
Bandung, 1989.
2
https://kbbi.kata.web.id/hukum. Di akses tgl 10 Agustus 2023.
3
Sri Kartini, Kesadaran hukum. Alprin, 2020.
yang bersangkutan.4 Oleh karena itu di dalam ilmu hukum, adakalanya dibedakan antara
kesadaran hukum dengan perasaan hukum. Perasaan hukum diartikan sebagai penilaian hukum
yang timbul secara serta merta dari masyarakat dalam kaitannya dengan masalah keadilan.
Kesadaran hukum lebih banyak merupakan perumusan dari kalangan hukum mengenai
penilaian tersebut, yang telah dilakukan secara ilmiah. Jadi kesadaran hukum sebenarnya
merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada
atau tentang hokum yang diharapkan ada. Dengan demikian yang ditekankan dalam hal ini
adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan terhadap kejadiankejadian yang konkret
dalam masyarakat yang bersangkutan. Bila demikian, kesadaran hukum menekankan tentang
nilai-nilai masyarakat tentang fungsi apa yang hendaknya dijalankan oleh hukum dalam
masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa persoalannya di sini
kembali kepada masalah dasar dari validitas hukum yang berlaku, yang akhirnya harus
dikembalikan pada nilai-nilai masyarakat.5

Kesadaran hukum dalam masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting untuk
ditanamkan sejak dini. Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang atau
kelompok masyarakat terhadap aturan-aturan hukum yang berlaku. Dengan adanya kesadaran
tersebut, ketertiban, ketentraman, kedamaian, dan keadilan dapat terwujud di kelompok
masyarakat. Kesadaran hukum juga dapat membantu masyarakat memahami hak dan
kewajiban mereka sebagai warga negara.

Kesadaran hukum pada setiap individu meningkatkan kepatuhan terhadap hukum yang
berlaku. Kepatuhan dan ketaaatan terhadap peraturan atau undang-undang wajib yang bersifat
mengatur dan mengikat. Penggunaan wajib memiliki efek jera bagi pelanggar. Karena ada
sanksi tegas dari pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tingginya kesadaran hukum masyarakat sangat menunjang upaya penegakan hukum,


karena masyarakat menyadari dan memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara
secara selaras, serasi dan seimbang. Kesadaran hukum seperti itu mengarah kepada dua hal,
yakni terhadap kepatuhan terhadap hukum, karena masyarakat menyadari bahwa pada dasarnya
kehidupan yang tertib, teratur, aman, dan tenteram itu tidak dapat terlepas dari adanya hukum
dan tegaknya hukum dan kemauan untuk turut memikul tanggung jawab dalam menegakan

4
Soerjono Soekanto. 2002. Kesadaran hukum dan kepatuhan hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
5
Atang Hermawan Usman, Kesadaran Hukum Masyarakat dan Pemerintah Sebagai Faktor Tegaknya
Negara Hukum di Indoneaia, jurnal wawasan hukum, 1 februari 2014.
hukum, karena menyadari bahwa tegaknya hukum itu merupakan kepentingan dan kebutuhan
Bersama.6

Pengertian kesadaran hukum


Kesadaran hukum menurut Wignjoesoebroto ialah kesediaan masyarakat dalam
berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam kesadaran hukum
memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Kognitif merupakan pengetahuan tentang
hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang maupun diperintahkan sesuai dengan
hukum yang telah ditentukan. Sedangkan afektif merupakan suatu bentuk keinsyafan yang
mengakui bahwa hukum memang harus dipatuhi. 7

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum merupakan kepatuhan


terhadap hukum dari persoalan yang secara luas, diantaranya masalah pengetahuan,
pengakuan, serta penghargaan terhadap hukum. Kesadaran hukum berpusat pada adanya
pengetahuan hukum, dari adanya pengetahuan hukum tersebut akan tumbuh suatu pengakuan
dan penghargaan terhadap aturan-aturan hukum, selanjutnya akan timbul suatu kepatuhan
hukum.

Dari penjelasan di atas, hubungan antara ketaatan dan kesadaran hukum tidak dapat
dipisahkan karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. seseorang akan secara suka
rela patuh kepada hukum jika ia menyadari akan pentingnya hukum. Karena seseorang tidak
mungkin dapat patuh kepada hukum, jika ia tidak memahami dan menyadari akan pentingnya
hukum. Selain itu, kesanggupan untuk dapat memahami hukum harus diikuti oleh kemampuan
untuk menilai hukum itu sendiri, terlepas dari adil atau tidaknya hukum tersebut.

Menurut Mustafa Abdullah dan Soerjono Soekanto, terdapat 4 indikator kesadaran


hukum yakni, pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum.8

a. Pengetahuan Hukum

6
Sukarton Marmosudjono, Penegakan Hukum di Negara Pancasila, Pustaka Kartini, Jakarta, 1989, 42.
7
Iwan Zainul Fuad, “Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam Kemasan Di Kota
Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal” (Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang 2010), 47.
8
//www.kompas.com/skola/read/2021/12/20/175331569/4-indikator-kesadaran-hukum-warga-
negara" \l "google_vignette" 4 Indikator Kesadaran Hukum Warga Negara (kompas.com). di akses tgl 11
Agustus 2023.
Indikator ini mengacu pada pemahaman seseorang atau masyarakat tentang
hukum secara umum. Ini mencakup pengetahuan tentang berbagai jenis hukum, sistem
hukum yang berlaku, proses hukum, lembaga-lembaga hukum, hak dan kewajiban
hukum, serta hak asasi manusia. Tingkat pengetahuan hukum yang baik menunjukkan
adanya kesadaran hukum yang kuat.

b. Pemahaman Hukum

Selain memiliki pengetahuan hukum, pemahaman hukum mencakup


kemampuan individu atau masyarakat untuk menggambarkan dan menjelaskan prinsip-
prinsip hukum, norma-norma hukum, dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pemahaman hukum memungkinkan individu atau masyarakat untuk melihat hukum
sebagai kerangka kerja yang relevan dan penting dalam kehidupan mereka.

c. Sikap Hukum

Sikap hukum merujuk pada pandangan, keyakinan, dan nilai-nilai individu atau
masyarakat terhadap hukum. Sikap hukum mencakup apakah individu atau masyarakat
memiliki kepercayaan positif terhadap hukum, menghormati otoritas hukum, dan
percaya pada pentingnya keadilan dan kepatuhan terhadap hukum. Sikap hukum yang
positif menunjukkan adanya kesadaran hukum yang baik.

d. Perilaku Hukum

Perilaku hukum adalah tindakan nyata individu atau masyarakat yang sesuai
dengan hukum dan aturan yang berlaku. Ini mencakup kepatuhan terhadap hukum,
partisipasi dalam proses hukum, dan penggunaan sarana hukum untuk menyelesaikan
konflik atau masalah. Perilaku hukum yang baik menunjukkan adanya kesadaran
hukum yang termanifestasi dalam tindakan konkret.

Beberapa Kasus Akibat Kurangnya Kesadaran Hukum

Tingkat kesadaran hukum di Indonesia dewasa ini semakin menurun. Maraknya kasus-
kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh masyarakat menjadi bukti tentang rendahnya
kesadaran hukum mereka. Ironisnya, rendahnya kesadaran hukum terjadi hampir di setiap
lapisan masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai pejabat elitnya, masih banyak yang
melakukan pelanggaran hukum.
Kita bisa ambil contoh dari tingginya tingkat korupsi yang dilakukan di Indonesia.
Menurut laporan Transparency International, pada tahun 2022 skor indeks persepsi korupsi
(IPK) Indonesia berada di angka 34 dari skala 1-100 -angka 0 menunjukan negara yang sangat
korup sementara skor 100 berarti sangat bersih dari korupsi- Angka ini lebih tinggi dari rata-
rata IPK dunia yang berada pada angka 43. Pada kawasan Asia Tenggara sendiri Indonesia
menepati peringkat lima sebagai negara paling korup di Asean.9

Contoh lain dari minimnya kesadaran hukum masayarakat bisa kita liat dari tingginya
tingkat pelanggaran berlalu lintas yang dilakukan oleh masayarakat. Menurut data yang dirilis
oleh Kepolisian Republik Indonesia ada sekitar 2,12 juta pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat selama tahun 2021. Jumlah itu terbagi atas 879.962 pelanggaran berat, 269.996
pelanggaran sedang, dan 965.286 pelanggaran ringan. Hal ini memuktikan bahwa masyarakat
kita belum begitu menyadari pentingnya keselamatan berkendara di jalan raya, sehingga masih
anyak dari mereka yang melakukan pelanggaran hukum.10

Rendahnya tingkat kesadaran hukum di Inodnesia juga bisa kita liohat dari tingginya
angka pencurian yang terjadi . Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melaporkan, ada 137.419
kasus kejahatan yang terjadi di Indonesia selama periode Januari-April 2023. Jumlah tersebut
meningkat 30,7% dibanding Januari-April tahun lalu yang sebanyak 105.133 kasus.
Berdasarkan jenisnya, mayoritas kasus kejahatan yang terjadi di Indonesia tahun ini berupa
pencurian dengan pemberatan (curat), yaitu 30.019 kasus. Dengan adanya pencurian ini pelaku
tidak hanya melanggar hukum yang tertulis di undang-undang, mereka juga telah melanggar
hak-hak orang lain yang menjadi korban.11

Tingginya angka pelanggaran hukum seperti yang tlah dipaparkan diatas menjadi
indicator kuat bahwa kesadaran hukum masayarakat kita masih rendah. Dengan melakukan
pelanggaran hukum, sejatinya yang mereka langar bukan hanya undang-undang melainkan

9
Cindy Mutia Annur. Indonesia Negara Terkorup ke-5 di Asia Tenggara pada 2022. diakses pada 8
Agustus 2023. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/02/indonesia-negara-terkorup-ke-5-di-asia-
tenggarapada2022#:~:text=Menurut%20laporan%20Transparency%20International%2C%20Indonesia,indeks%
20korupsi%20di%20180%20negara.
10
Sarnita Sadya. Polri Catat 2,12 Juta Pelanggaran Lalu Lintas pada 2021. Diakses pada 8 Agustus
2023.https://dataindonesia.id/ragam/detail/polri-catat-212-juta-pelanggaran-lalu-lintas-pada-2021
11
Cindy Mutia Annur. Pencurian, Kejahatan Paling Banyak di Indonesia sampai April 2023. Diakses
pada 8 Agustus 2023 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/18/pencurian-kejahatan-paling-
banyak-di-indonesia-sampai-april-2023
juga norma-norma social yang berlaku di masyarakat. Ironisnya, hal ini terjdi hampir di setiap
lapisan masyarakat. Mulai dari masyarakat iasa sampai para elit pejabatnya.

Faktor penyebab kurangnya kesadaran Hukum

Hukum berfungsi sebagai alat perlindungan bagi masyarakat. Turunnya kesadaran


hukum dalam masyarakat bisa disebabkan masyarakat tidak lagi merasa atu menyadari bahwa
hukum melindungi kepentingan mereka.12 Menurut Soerjono Soekanto rendahnya kesadaran
hukum dalam masyarakat diseakan oleh kurangnya kesadaran dari para pejabat tentang
kewajiannya dalam memelihara hukum serta kurangnya pengertian akan tujuan dan fungsinya
dalam pembangunan. 13

Menurut Soerjono Soekano terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran


hukum antara lain 14

a. Pengetahuan Hukum

Pengetahuan hukum yang kurang mempengaruhi akan rendahnya kesdaran kita


akan hukum. Zainudin Ali mengatakan Bila suatu perundang-undangan telah
diundangkan dan diterbitkan menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis
peraturan perundang-undangan itu berlaku. Kemudian timbul asumsi bahwa setiap
warga masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang tersebut.15 Penyuluhan
ataupun Pendidikan tentang hukum perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
hukum dalam masyarakat. Pendidikan tersebut bisa melalui sekolah-sekolah formal
maupun seminar dan sebagainya. Dengan itu diharapkan kesadaran hukum di Indonesia
akan lebih meninggkat lagi.

b. Pengakuan terhadap Ketentuan Hukum

Pengakuan terhadap ketentuan hukum berarti masyarakat mengakui ketentuan


hukum maupun norma yang berlaku. Dengan adanya pengakuan terhadap hukum yang
berlaku maka diharapkan akan lebih mematuhi peraturan yang berlaku. Meskipun
terkadang ada sebagian masyarakat yang mengakui adanya hukum namun tidak

12
I Gusti ngurah Dharma, dkk. Buku Ajar Sosiologi Hukum. 2017. Tabanan: Pustaka Ekspresi. Hlm: 62
13
Sudikno Mertokusumo. Bunga Rampai Ilmu Hukum. 1984. Yogyakarta: Liberty.hlm: 126-128
14
Iwan Zainul Fuad, Kesadaran Hukum pengusaha Kecil di Bidang Pangan dalam Kemasan di Kota
Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal. Tesis Universitas Diponegoro Semarang 2010. Hlm: 17.
15
Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. 2007. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm: 66-67.
mematuhinya, namun masyarakat yang mengakui hukum cenderung akan mematuhi
hukum tersebut.

c. Penghargaan terhadap Hukum

Penghargaan terhadap ketentuan hukum merupakan reaksi yang diberikan oleh


masyarakat terkait berlakunya suatu hukum dalam kehidupan mereka. Reaksi ini bisa
berupa penentangan atau sikap patuh mereka terhadap hukum tersebut karena mungkin
kepentingan mereka terpenuhi. Penghargaan terhadap hukum inilah yang turut
mempengaruhi kesadaran dalam hukum yang ada di masyarakat. Dengan adanya reaksi
membuktikan bahwa masyarakat peduli terhadap suatu hukum. Sebaliknya, jika
msyarakat tidak bereaksi terhadap adanya suatu hukum maka ini merupakan sebuah
indikasi bahwa kesadaran hukum dalam masyarakat cenderung rendah karena mereka
abai dengan adanya hukum.

d. Kepatuhan Masyarakat terhadap Ketentuan Hukum

Kesadaran masyarakat akan hukum isa dilihat dari kepatuhan mereka terhadap
hukum yang berlaku tersebut. Kepatuhan masyarakat terhadap hukum bisa dilihat dari
apakah kebutuhan masyarakat tercakup dalam hukum yang berlaku atau tidak. Jika
kebutuhan mereka tercakup maka mereka cenderung akan mematuhi hukum tersebut.
Jika tidak maka bisa jadi mereka cenderung akan tidak mematuhinya.

Selain empat factor diatas, kurangnya pengawasan dari para penegak hukum juga dapat
mempengaruhi rendahnya kesadaran masyarakat akan hukum. Puji Wulandari Kuncorowati
menyebutkan bahwa kurang tegasnya petugas penegak hukum dalam menghadapi pelanggaran
hukum memberi peluang terjadinya pelanggaran hukum. Kurangnya kesadaran dari penegak
hukum juga menjadi penyebab menurunnya kesadaran hukum. 16

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang
tertib dan sejahtera, pertama-tama adalah adanya kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap

16
Puji Wulandari Kuncorowati. Menurunnya Tingkat KIesadaran Hukum Masayarakat Indonesia.
Jurnal Civics Vol 6 No 1 Juli 2009, hal 62.
hukum. Dan untuk terciptanya kepatuhan hukum ini memerlukan kesadaran yang penuh dari
masyarakat terhadap hukum. Namun hal ini tidak akan terwujud kecuali masyarakat benar-
benar memahami bebarapa factor yang dapat memicu kesadaran hukum, seperti pengetahuan
hukum, pengakuan terhadap ketentuan hukum, penghargaan hukum dan kepatuhan terhadap
ketentuan hukum.

Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. 2007. Jakarta: Sinar Grafika.

Annur, Cindy Mutia. Indonesia Negara Terkorup ke-5 di Asia Tenggara pada 2022. diakses
pada 8 Agustus 2023.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/02/indonesia-negara-
terkorupke5diasiatenggarapada2022#:~:text=Menurut%20laporan%20Transparency%
20International%2C%20Indonesia,indeks%20korupsi%20di%20180%20negara.

Annur, Cindy Mutia. Pencurian, Kejahatan Paling Banyak di Indonesia sampai April 2023.
Diakses pada 8 Agustus 2023
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/18/pencurian-kejahatan-paling-
banyak-di-indonesia-sampai-april-2023

Dharma, I Gusti Ngurah, dkk. Buku Ajar Sosiologi Hukum. 2017. Tabanan: Pustaka Ekspresi.

Fuad, Iwan Zainul. “Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam Kemasan
Di Kota Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal” (Tesis, Universitas
Diponegoro, Semarang 2010).

https://kbbi.kata.web.id/hukum. Di akses tgl 10 Agustus 2023.

Kartini, Sri. Kesadaran hukum. 2020 Surabaya: Alprin.

Kuncorowati, Puji Wulandari. Menurunnya Tingkat KIesadaran Hukum Masayarakat


Indonesia. Jurnal Civics Vol 6 No 1 Juli 2009
Marmusudjono, Sukartono. Penegakan Hukum di Negara Pancasila, 1989. Jakarta: Pustaka
Kartini, 1989.

Mertokusumo, Sudikno. Bunga Rampai Ilmu Hukum. 1984. Yogyakarta: Liberty.

Sadya, Sarnita. Polri Catat 2,12 Juta Pelanggaran Lalu Lintas pada 2021. Diakses pada 8
Agustus 2023.https://dataindonesia.id/ragam/detail/polri-catat-212-juta-pelanggaran-
lalu-lintas-pada-2021

Soekanto, Soerjono, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum. 1989. Bandung: P.T.
Citra Aditya Bahkti.

Soerjono Soekanto. Kesadaran hukum dan Kepatuhan Hukum. 2002. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Usman, Atang Hermawan. Kesadaran Hukum Masyarakat dan Pemerintah Sebagai Faktor
Tegaknya Negara Hukum di Indoneaia, jurnal wawasan hukum, 1 Februari 2014.

Utami, Silmi Nurul. 4 Indikator Kesadaran Hukum Warga Negara. Di akses tgl 11 Agustus
2023. https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/20/175331569/4-
indikatorkesadaranhukumwarganegara#:~:text=Menurut%20Mustafa%20Abdullah%2
0dan%20Soerjono,sikap%20hukum%2C%20dan%20perilaku%20hukum

Anda mungkin juga menyukai